
Siapa teman makan siangmu hari ini?
Seberapa seru obrolannya?
Seberapa asik sosoknya?
Setelah satu bulan masa transisi, hari ini aku officially berpindah kantor ke sebuah start-up baru. Keputusan impulsive yang berawal dari penolakan lamaran dari kantor impian. Jadi ceritanya, sebelum aku memutuskan resign bulan lalu, aku udah melamar pekerjaan di beberapa tempat lain. Dua diantaranya adalah start-up ini dan sebuah decacorn yang udah aku idamkan sejak lama. Aku menjalani lebih dulu interview di start-up ini dan kemudian meragu saat tau kantornya masih baru dengan team hanya 4 orang. Tentunya aku tidak mau mengambil resiko, kan? Yah, walaupun ada satu magnet yang membuatku berusaha keras untuk terhubung dengan kantor ini. Di waktu yang hampir bersamaan, aku juga sedang dalam proses recruitment di decacorn tersebut dan sangat berharap besar bisa diterima.
Saat si boss start-up memberikan acceptance letter dan offering pekerjaan, aku menolaknya dan malah menawarkan untuk posisi freelance. Yap, seperti yang aku bilang tadi, aku berusaha keras untuk tetap terhubung dengan kantor (baca: boss) ini. Ia memintaku memberikannya waktu satu minggu untuk mempertimbangkan. Sementara, aku masih berharap besar akan diterima di decacorn tadi. Tapi ternyata keberuntungan belum berpihak, dan pagi itu aku mendapat email penolakan dari decacorn tersebut. Kamu tau kan rasanya ketika berharap sekali dan keadaan tidak berpihak? Begitulah perasaanku saat itu. Patah.
Di saat kecewa itu, sebuah pesan singkat dari si boss masuk yang isinya tentang pekerjaan freelance yang aku tawarkan seminggu lalu. Tanpa pikir panjang aku malah membalasnya dengan menerima untuk mengambil pekerjaan full-time. Begitulah kira-kira bagaimana aku bisa sampai di sini. Duduk berhadapan, saling bertatapan, dan mencoba mencari obrolan.
"Enak nggak sotonya?" katanya mengawali.
"Hmm... enak kok."
"Biasanya lebih enak lagi kalo istrinya yang bikin."
"Ooh gitu."
"Ayam penyet yang di pojokan juga enak tuh. Kamu harus cobain."
"Iya, Pak. Besok aku cobain deh."
Obrolan berikutnya ya masih seputar makanan dan sedikit kerjaan.
"Kamu naik duluan aja, saya mau beli kopi dulu." ujarnya saat kami kembali dari kantin.
Aku mengangguk, kemudian melanjutkan jalan pelan sambil mengingat lucu atau bodohnya alasan utamaku menerima offering di kantor ini.
"…. karena gue suka sama boss-nya." jawabku saat sahabatku, Alya, bertanya.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
