Penghuni Loteng Rumah Tania

5
0
Deskripsi

[Gratis] Tania ingin berteriak, tapi suaranya tidak keluar. Sosok itu mulai bergerak mendekat, bunyi langkahnya menyeret di atas kayu.

post-image-670aa1c0c0a90.jpg


Penghuni Loteng Rumah Tania

 

Malam itu hujan turun dengan sangat deras, menghantam atap rumah tua yang didiami keluarga Tania sejak puluhan tahun lalu. Angin bertiup kencang, membawa aroma tanah basah dan membuat daun jendela berderak tak henti-henti. 

Tania duduk di ruang tamu, hanya ditemani suara gemericik hujan dan sesekali petir yang menyambar di kejauhan. Dia mencoba fokus pada ponselnya, tapi pikirannya terganggu oleh suara-suara aneh yang datang dari atas, tepatnya dari loteng.

Rumah ini memang sudah tua. Lantai kayunya sering berderit saat diinjak, dan loteng itu hampir tidak pernah dikunjungi. Namun, malam ini, suaranya bukan sekadar kayu tua yang memuai karena cuaca. Ada sesuatu yang lebih menakutkan, seperti suara langkah kaki yang perlahan namun pasti.

Tania berhenti memeriksa ponselnya, telinganya mendengarkan dengan saksama. Langkah itu terdengar jelas pelan tapi pasti, seperti seseorang berjalan tanpa tergesa-gesa. Dadanya mulai terasa sesak. Mungkin hanya angin, pikirnya, mencoba menenangkan diri. Namun, angin tidak membuat suara seperti langkah kaki.

Ketika suara itu semakin dekat, lampu di ruang tamu berkedip. Seketika, listrik padam. Tania kini terjebak dalam gelap gulita, hanya ditemani suara gemuruh dari luar dan langkah kaki dari dalam. Jantungnya berdegup kencang, dan nalurinya mengatakan ada sesuatu yang salah di rumah itu.

Dia meraih ponselnya untuk menerangi ruangan dengan cahaya kecil dari layar. Dengan tangan gemetar, Tania bertanya 

 “Siapa di sana?”

Tidak ada jawaban, tapi langkah kaki itu semakin keras. Seperti ada seseorang yang sedang menuruni tangga loteng, mendekati pintu yang memisahkan loteng dengan ruang tamu.

Tania menahan napas. Pintu menuju loteng berderit terbuka sedikit. Suara itu kini berubah menjadi suara napas berat, menggema di antara derak kayu tua. Tubuh Tania gemetar, tapi rasa penasaran bercampur takut mendorongnya untuk bergerak. Dia terus menyalakan lampu senter dari ponselnya, dan dengan langkah pelan mendekati pintu loteng.

Udara dari loteng terasa dingin, seperti angin lembap yang berasal dari tempat gelap dan penuh rahasia. Bau apak menyengat hidungnya, seperti kain lapuk dan kayu basah yang sudah bertahun-tahun tidak tersentuh. Tania mencoba meyakinkan dirinya bahwa semua ini hanyalah imajinasi.

Dia membuka pintu loteng lebih lebar, mengarahkan senter ke atas, menyinari tangga yang menunggu. Loteng itu sunyi sekarang, tidak ada suara. Hanya kegelapan yang menyelimuti tangga kayu yang terlihat rapuh. Namun, di sudut mata, Tania menangkap bayangan bergerak cepat.

Degup jantungnya semakin kencang. Dengan keberanian yang tersisa, Tania menaiki anak tangga satu per satu. Setiap langkahnya disambut oleh suara kayu yang berderit. Saat sampai di puncak, cahaya dari ponselnya menangkap sesuatu yang membuat napasnya tertahan.

Di sudut loteng yang gelap, ada sosok berdiri. Tubuhnya kurus, hampir seperti tengkorak hidup dengan kulit pucat yang terlihat seperti tidak pernah terkena cahaya matahari. Mata sosok itu cekung dalam, dan menatap Tania dengan tajam.

 Namun yang paling mengerikan adalah senyum lebarnya, hampir tidak wajar, seperti senyuman yang dipaksakan.

Tania ingin berteriak, tapi suaranya tidak keluar. Sosok itu mulai bergerak mendekat, bunyi langkahnya menyeret di atas kayu. Napas beratnya terdengar lagi, kali ini lebih keras, seolah-olah sosok itu kelelahan, tapi terus mendekat.

Dengan panik, Tania mundur, kakinya tersandung, dan dia terjatuh ke belakang. Senter ponselnya terlempar, menciptakan kilatan cahaya di sekitar loteng. Sosok itu semakin dekat, dan wajahnya kini begitu jelas, kering, pecah-pecah, dengan mata kosong yang dipenuhi kebencian.

Tiba-tiba, semua menjadi gelap. 

Keesokan paginya, rumah itu sunyi. Tania beserta keluarga hilang tanpa jejak. Yang tersisa hanyalah rumah yang kosong dengan loteng tua yang menunggu dengan tenang penghuni-penghuni baru selanjutnya, siap untuk menyambut siapa pun yang datang.


…Selesai…

 

====

*Terima kasih untuk kalian pembaca setia, Like jika suka dengan ceritanya & jangan lupa Follow untuk selalu update cerita terbaru….

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Cerpen Gratis
Selanjutnya CENGKERAMAN DEPRESI
4
2
[Gratis] Saat pagi menjelang, tetangga Arman mendengar jeritan dan bergegas ke rumahnya. Pintu kamar terkunci, dan mereka harus memecahkannya. Ketika pintu terbuka……
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan