
I'm So sorry guys, aster baru bisa muncul lagi ke permukaan, banyak hal terjadi yang bikin aku vakum cukup lama
but, jangan bosen ya tungguin akuuu dan jangan marah yaaa :)
kedepannya aku bakal rutin lagi upload setiap minggu, jadi stay tune terus yaaaasssss…. ;)
lop yuuuuuuuu…….
_____________________________________________________________________________________________________________________________
Setiap orang memiliki ceritanya masing-masing.
Bagaimana ia menemukan dan memilih
Bagaimana cara ia jatuh dan cinta……
Author
………………….
Rain mulai memasang headphone nya dan siap mengudara selama 120 menit ke depan
“Asslamualaikum, selamat malam pendengar setia the last aster dimanapun kalian berada. Semoga seberat apapun hidup kalian dan selelah apapun kalian dengan kenyataan, tidak ada yang menyerah dan mengaku kalah yaa.. Namanya juga hidup bestie, pasti banyak cobaan, jadi yaudah cobain aja dulu, hahaha (tawa renyah). Seperti biasa the las aster akan menemani malam bestie-bestie semuanya selama dua kali enam puluh menit kedepan, jadi buat yang masih jomblo, atau yang single, buat yang lagi galau karna berantem sama do'i nya dan buat temen-temen semua yang sedang lelah sama kenyataan, yuuuk sini semuanya ngumpul, kitaaaa nangis bareng, hehehe…."
ok ok ngomong-ngomong soal kenyataan nih ya, kita semua tau delapan puluh persen dari realita hidup yang kita jalani tidak sesuai dengan ekspektasi yaa, tapi bukan berarti tidak bisa kita jalani. Sesekali menurunkan ekspektasi dan melakukan yang terbaik dengan realita yang kita terima, itu ga akan membuat nilai mu turun bestie. karena sekalinya dirimu punya nilai, ya itu akan melekat selalu pada dirimu..
Ga jauh-jauh dari pembicaraan kita di awal tadi ya, malam ini kita bakal obrolin perihal hidup, jadi buat kamu yang lagi ada masalah, lagi tak tau arah, lagi ada beban dan ga punya tempat untuk barbagi cerita, yuk sini kita curhat bareng di sesi bincang-bincang malam bareng the last asteeer, meskipun disini kita belum tentu bisa menemukan solusi, setidaknya kita punya tempat berbagi tanpa harus di hakimi… Seperti biasa temen-temen bisa langsung chat ke nomer 08578232xxxx dan untuk yang mau request lagu bisa langsung chat ke nomer yang sama ya bestiee..
okkay..sambil nunggu cerita pertama dari temen-temen aku mau puterin satu lagu dari Ghea, Jiwa yang bersedih, selamaaat mendengarkan…."
Rain mulai membuka chat nya satu per satu dari bawah, beberapa chat yang berisikan request lagu sudah di masukkan Rain ke dalam play list nya. Hingga Rain berhenti pada satu chat yang berisikan curhat dari fans nya, Rain mulai mengecilkan volume musik yang sedang diputar untuk membacakan chat itu.
"ok bestie aku mau bacain satu chat dari salah satu temen kita yang ga mau disebutin namanya nih, yuk mari kita mulai sesi bincang-bincang malam bareng the last aster…. ‘malem ka aster, aku mau cerita, jadi aku lagi ada masalah nih ka. Masalah aku bukan sama siapa-siapa, tapi kaya lagi ngerasa cape banget sama hidup aku, semua rencana yang ga terealisasi, pertemanan yang ga sesuai harapan, dan setiap hari yang terasa semakin berat ka. aku punya temen, tapi ga tau kenapa aku ga nyaman cerita semua ini ke dia, jadi semua yang aku rasain itu terus numpuk dan numpuk. Sampai rasanya tu sesak tapi ga tau harus di lepas kemana ka, aku cape banget ka’.
okkay untuk bestie aku yang ga mau disebutin namanya, kaya yang kita bahas di awal tadi yaa, sekitar delapan puluh persen dari realita kehidupan kita mungkin tidak akan sesuai dengan ekspektasi, tapi ya kita juga harus tau mental setiap orang berbeda-beda. Percayalah, kita semua pasti sama-sama pernah merasakan jatuh, atau mungkin beberapa di antara kita saat ini sedang terjatuh, dan memang tidak semua orang akan mampu bangkit kembali dengan tenaganya sendiri, karena lelah setiap kita juga pastinya berbeda-beda. Ada yang bisa bangkit kembali dengan bantuan dirinya sendiri, dan ada yang membutuhkan tangan untuk menggapainya. Jadi untuk kamu kalau memang alasan utama yang membuat kamu tertekan adalah lingkungan pertmenan kamu, aku punya dua solusi nih, pertama berusahalah untuk tidak peduli dengan sikap mereka yang memang tidak kamu suka atau lebih baik ganti circle nya sekalian. Karena circle pertemanan itu memiliki keterikatan emosial, jadi ketika kita tidak nyaman dan merasa tidak cocok sebenernya akan lebih baik untuk mencari yang memang lebih cocok sama kita.
buat kamu, kalau nanti pengen cerita atau ngobrol tapi ga punya temen yang bisa kamu percaya, kamu bisa hubungi aku ya bestie.. Aku siap kapan aja buat nemenin kamu dan jadi tempat kamu buat berbagi.."
Seratus dua puluh menit berlalu, Rain berusaha memberi solusi untuk para pendengarnya yang bercerita mengenai masalah dan keluh kesah mereka, atau sekedar menguatkan jika ia sendiripun tak memiliki solusinya. Siaran itu di akhiri Rain dengan memutarkan sebuah lagu dari feby putri yang berjudul Runtuh.
…………………
Rain…
Sejujurnya aku sendiri juga belum benar-benar selalu punya solusi untuk setiap masalah dalam hidupku, namun aku tahu tidak punya tempat untuk berbagi itu begitu menyakitkan, itulah sebabnya aku selalu dengan senang hati mendengarkan curhatan mereka, minimal jika aku tak bisa memberikan solusi setidaknya aku bisa menjadi pendengar yang baik untuk mereka, tanpa harus menjudge dan menghujat.
Aku merapikan barang-barangku, memasukkan botol minuman ke dalam tas dan bergegas keluar ruangan siaran. Di ruang staf masih ada Rio yang bersiap-siap menggantikan posisiku mengisi waktu siaran.
“langsung balik Rain?” Rio menyapaku lebih dulu
“iya doong, kasur gua udah nunggu” jawabku sambil tertawa
Rio tertawa dan langsung berdiri, berjalan menuju ruang siaran, sementara aku terus melangkah keluar meninggalkan ruangan itu. Aku berjalan menuruni tangga dan kaget begitu sampai di tangga paling bawah.
Jantungku berdebar lebih cepat, nafasku tertahan. Iya benar, ada Aron di bawah sana, entah apa yang sedang dia tunggu atau lakukan, tapi kenapa harus di tangga ini, kenapa harus di tangga yang menjadi satu-satunya aksesku untuk turun dan keluar.
Begitu aku sampai di tangga paling bawah, pria yang sedari tadi membelakangi arahku datang tiba-tiba berbalik badan dan menyapa.
“Hai Rain, sudah selesai?”
Deg, jantungku semakin tak karuan.
“Iya udah nih” jawabku berusaha bersikap santai
“mau langsung pulang?”
“mmmm, yaa. takut kemaleman” jawabku sambil tertawa kecil
“mau ku antar?”
“ha..??” ucapku setengah berteriak, spontan saja, pria itu sukses membuatku tak bisa berkata-kata.
Hei, aku sudah menghabiskan waktuku seharian ini bersamanya, dan sekarang dia masih menawarkan untuk mengantarku pulang. Jangan-jangan memang pria ini sengaja menungguiku di tangga ini?
“mau ku antar pulang Rain?" ucapnya lagi
“lain kali aja Aron, aku ga mau terlalu ngerepotin”
“tentu saja tidak, dengan senang hati. Karena aku yang menawarkan, tidak mungkin aku akan merasa kerepotan bukan?" jawab pria itu dengan santai, dia tidak tau betapa dari tadi aku kesulitan mengatur nafas agar tetap terlihat tenang.
Entahlah apa yang terjadi padaku, aku sudah lama tidak merasakan hal seperti ini. Bahkan belum pernah merasakan yang sehebat ini, terakhir yang ku ingat dari hubunganku yang sudah sangat lama berakhir itu, bahkan aku tak pernah se berdebar ini. Pria ini selalu saja bisa membuatku berdebar, benar-benar berdebar, bahkan hanya dengan berada di dekatnyapun mampu membuatku kesulitan untuk bersikap biasa saja.
“mmm, memangnya kamu sedang tidak bekerja?” jawabku asal, berusaha mencari alasan
“tidak, seperti yang aku bilang kemarin, hari ini aku libur, itu sebabnya aku bisa menemuimu tadi pagi kan"?
“hahaha, iya. aku lupa” ucapku malu, entah aku terlihat terlalu mencari alasan.
“jadi? boleh ku antar?” tanya pria itu lagi
“baiklah, hanya mengantar kan?” ucapku memastikan, namun sedetik berikutnya aku sadar kalimatku terdengar begitu masif.
“hahaha, iya Rain tenang saja. Begitu sampai di rumahmu, aku akan lagsung balik kanan” pria itu tertawa mendengar ucapanku yang yaaah, konyol mungkin. Aku sendiri sadar, ucapanku terdengar seperti seorang yang tidak percaya dan penuh ketakutan.
Aku ikut tertawa, pipiku sedikit mamanas, sedikit malu dengan ucapanku sendiri.
“tapi aku tidak punya rumah, jadi kamu mau balik kanan dimana nanti?” jawabku sedikit menetralisir suasana
“Jadi?” jawab Aron bingung
“kan aku disini cuma ngekost, hahaha” tambahku lagi, tertawa puas karena berhasil membuatnya bingung
“ya baiklah, maksud ku itu” jawabnya lagi sambil tersenyum dan akupun mengangguk.
“baiklah, ayo” ucap pria itu sambil mempersilahkanku berjalan lebih dulu
aku tersenyum, dan mulai melangkah. Pria itu menyejajari langkahku, kami terus berjalan melewati lobi menuju keluar gedung. Kami terus melangkah menuju keluar, dia berjalan selangkah lebih dulu di depanku, dan aku terus mengikutinya.
Kami berjalan menuju arah parkiran motor, sebelum sampai Aron tiba-tiba berhenti dan menyapa seorang security yang tengah berjaga di jalan menuju pintu keluar.
“hai bro” ucap Aron pada pria itu"
“Ndan” jawab pria itu sembari sedikit menunduk dan memberikan sebuah kunci pada Aron.
Aron tersenyum, menangguk dan mengambil kunci itu dan terus berjalan lagi menuju paarkiran motor. Aku mengikuti dengan kikuk. Aku merasa menjadi pusat perhatian para security jika berjalan berdampingan dengan Pria ini.
“Kamu tunggu disini ya” ucap Aron, sambil terus berjalan menuju deretan kendaraan roda dua yang terparkir dengan rapi itu. Aku hanya mengangguk.
Tak sampai satu menit Aron sudah menghampiriku lagi, dengan sebuah motor matic yang dikendarainya.
“Ayo Rain" ucapnya.
Aku mengangguk dan naik dibelakangnya, tak lupa pria itu dengan sigap menurunkan step foot nya, aku tersenyum sambil menggumamkan ucapan terimakasih, entah dia mendengarnya atau tidak. Aron mulai melajukan motornya, sementara aku di belakang kikuk di boncengi olehnya.
“Pegangan Rain” ucap pria itu tiba-tiba, memecah lamunanku dan membungkam suara yang dari tadi begitu berisik memenuhi kepalaku.
“hah, iya udah” jawabku sedikit kaget, sedari tadi aku berpegangan di besi bagian belakang jok, saking bingungnya harus pegangan kemana.
Aron hanya tertawa, sedangkan aku merasakan pipiku memanas, sepertinya pipiku mulai memerah. Tidak, kalian jangan membayangkan kalau Aron akan menarik tanganku dan menaruh di pinggangnya, Aron bukan seperti Pria yang kebanyakan kalian lihat di sinetron romance atau seperti pria-pria hidung belang yang suka mencari kesempatan, dia tetap membiarkanku berpegangan di bagian belakang jok.
Selama perjalanan kami tak banyak bicara, aku lebih fokus menunjukkan arah jalan ke kost an ku padanya.
“Rain”
“Ya?”
“Kamu lebih suka diboncengi naik motor seperti ini, atau lebih suka jika aku menyetiri mobil untukmu?”
Tiba-tiba pria itu mencomot sebuah topik sesaat setelah aku memintanya berbelok di belokan terakhir sebelum hanya tinggal lurus saja menuju kost an ku.
“mmm, aku lebih suka naik bus trans sih” jawabku tertawa
“mm, jadi kamu lebih senang di setiri bapak bus trans di banding aku?” jawab Aron, jelas sedang berusaha memancingku. Aku hanya tertawa, Aron pun tertawa tanpa perlu mendapat jawaban dariku.
Akhirnya kamipun sampai di depan gerbang kost an ku, Aronpun menghentikan laju motornya. Aku turun dan berdiri di samping Aron yang masih berada di atas motor.
“Terimakasih Aron” ucapku sambil tersenyum
“Untuk?” jawab pria itu, selalu saja ingin mendengarkan mengapa aku mengucapkan terimakasih padanya.
“Terimakasih untuk hari ini” jawabku singkat
“Terimakasih kembali Rain" jawab pria itu tersenyum
“Ok, kalau begitu aku pamit ya”
“Okkay,mmm jangan lupa kabari kalau sudah sampai” pipiku memerah begitu aku mengucapkan kalimat itu, entah apa yang ada di pikiranku hingga kalimat itu bisa dengan lancar terucap dan berujung malu pada diriku sendiri.
“Nanti aku akan menelponmu” jawab Aron tersenyum, aku bisa melihat kebahagiaan dimatanya, sedangkan aku merasa malu dengan ucapanku sendiri, bahkan rasanya aku ingin segera lari.
Hei, memangnya aku siapa sampai berani memintanya mengabariku. Dengan seharian ini aku mengabiskan waktu bersamanya lantas bukan berarti aku mempunyai hak atas pria ini bukan. Aku mengutuki diriku sendiri karena ucapanku yang tanpa pikri panjang itu.
“Ok Rain, aku jalan ya” ucap pria itu, menghentikankan otakku yang sedang mengutuki diri.
“Ooh ok Aron, daah, hati-hati” jawabku melambaikan tangan
Pria itu mengangguk dan terus melaju meninggalkanku.
Aku berjalan memasuki gerbang dan terus menuju kamarku, membuka kunci pintu kamar, masuk, mengunci kembali pintu kamarku, dan langsung menghempaskan diri di kasur. Aku benar-benar tidak bisa memahami apa yang sedang aku rasakan saat ini. Ada rasa bahagia yang tidak bisa aku jelaskan, ada debar yang tidak bisa ku artikan, ada rasa takut yang tidak bisa ku beri alasan. Semua rasa itu tiba-tiba datang menghampiriku bersamaan, setelah sekian lama hidupku terasa begitu datar tiba-tiba aku diserang oleh perasaan yang terlalu banyak warna seperti ini. Aku bahkan tak bisa memahami apa yang sedang aku rasakan saat ini.
15 menit berlalu, bahkan aku masih rebahan di kasurku dengan pakaian yang dari tadi pagi ku pakai, tapi ponselku sudah berdering karna panggilan masuk dari kontak yang bertuliskan ‘pria absurd’. Aron benar-benar langsung menghubungiku, sedikit membuatku merasa spesial untuknya.
Aku cepat-cepat membuang rasa konyol itu, terkadang terlalu percaya diri itu memang tidak baik. aku meraih ponselku untuk menjawab panggilan dari Aron.
“ya, hallo” ucapku berusaha menguasai diri, agar suaraku tak terdengar terlalu antusias
“hai Rain, aku sudah sampai. apa kamu mau tidur sekarang?”
“syukurlah, hmm aku bahkan belum bersih-bersih dan berganti pakaian” jawabku santai
“haha, astaga Rain. ok sekarang kamu bersih-bersih dulu, jangan matikan telfonnya, aku akan menunggumu" pria itu sempat tertawa pelan.
“hmm, gimana yaa..” ucapku mengulur waktu, masih terlalu malas untuk bergerak.
“sekarang Rain, hayo laah, agar kamu bisa segera beristirahat”
“ya baiklaaah” ucapku sambil meletakkan ponselku di kasur dan terus berjalan ke kamar mandi.
Aku merasa mendapat perhatian spesial darinya. aku yang terbiasa mengatur segalanya sendiri dan semaunya mengikuti mood ku, kini seakan memiliki tombol support yang dapat mengubah moodku dengan cepat. Pria itu, Aron, pria yang baru saja kukenal tak lebih dari 3 bulan ini, pria yang seakan membuatku merasa spesial.
kurang dari 30 menit aku telah selesai, dan kembali ke kasur dengan kaos oblongku, siap untuk merebahkan badan dan merilekskan badanku. Ya, aku salah satu cewek yang termasuk golongan tidur tak harus pakai piyama, menurutku kaos oblong itu paling simple dan nyaman untuk tidur.
aku merebahkan badanku di kasur dan meraih ponselku kembali
“Aron.?" aku memanggilnya di telfon dengan nada yang pelan, bahkan ku rasa nyaris tak terdengar
“ya Rain, kamu sudah selesai?” Aron menjawab di seberang sana, membuatku sedikit kaget, karna sempat berpikir suaraku takkan terdengar olehnya.
“hmm ya, sudah”
“ok, kamu mau tidur sekarang?” tanya Aron, sejujurnya aku mulai mengantuk, tapi rasanya tak ingin mengakhiri waktu berbicara dengannya. Entahlah, aku juga tak mengerti perasaan ini.
“yaa, sepertinya begitu, aku sedikit mengantuk” akhirnya aku menjawab setelah diam beberapa saat, tak ingin terlihat terlalu butuh olehnya.
“yasudah, selamat malam Rain, tidurlah yang nyenyak dan jangan lupa berdo'a" ucap pria itu, sedikit berbeda dari yang lain yang biasa mengucapkan ‘semoga mimpi indah’
“hmm ok, terimakasih. Aku tidur ya” ucapku sedikit lemah, rasanya tak ingin mematikan telfonku dengannya.
“baik Rain, jangan matikan telfonnya ya. Aku akan temani kamu” ucap Aron seakan tau apa yang ada di fikiranku.
“okkay” jawabku dengan cepat, entah sepertinya dia bisa mendengar jawabanku terlalu bersemangat, karna kudengar dia tertawa pelan disana
Aku meletakkan ponsel di kasur, persis di sebelahku. Aku mulai memejamkan mata, namun bibirku tak bisa berhenti tersenyum, rasa bahagia itu terasa begitu meluap-luap, debar-debar itu serasa datang lagi dan lagi. Yang justru membuatku takut akan merasakan sakit yang tak sempat ku prediksi. Membuatku takut akan luka yang pernah ku rasakan bertahun-tahun lalu, yang membuatku nyaman dalam kesendirian, aku takut merasakan hal itu sekali lagi…
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
