Nasi Amak: Iko Nan Sabana Nasi Amak

0
0
Deskripsi

Kisah Nasi Amak menarik untuk disimak. Amak bersama almarhum suaminya, mulai berjualan nasi gemuk dan lontong sayur tahun 1985 di Pasar Angso Duo Jambi. Sejak 2013 estafet bisnis dilanjutkan oleh generasi kedua Amak. Oh iya, kalau kanti-kanti belum tahu siapa sosok yang ada di foto pertama, ya itulah Amak yang menjadikan julukannya sebagai nama warung nasinya. Sedangkan di foto kedua itu anak Amak yang bernama Ibu Suryati. Ternyata bukan hanya resepnya saja, bahkan julukan Amak pun menurun ke generasi...

Masa Merintis

Tahun 1985 menjadi awal mula warung Nasi Amak memulai kisahnya. Hj. Nurdinar (Amak) dan almarhum suaminya jualan di Pasar Angso Duo Jambi (lokasi lama) dekat kios-kios penjual ikan (sungai dan laut). Saat itu amak menyewa ruko seharga Rp.20.000/hari. Sempat juga berpindah-pindah kios hingga ke pasar lopak. Hal itu dikarenakan pemilik kios ingin memakai sendiri untuk berjualan juga.

Sejak awal Amak memasak di rumah. Lalu dibawa menuju pasar dengan menyewa angkot sebagai transportasi pengangkut logistik untuk membawa termos nasi, bahan-bahan, dan peralatan lainnya. Ketika berjualan di Pasar Angso Duo ternyata pembeli yang datang kebanyakan dari pengunjung yang ingin berbelanja di pasar bukan dari dalam lingkungan pasar itu sendiri. 

Keripik Melinjo dan Inflasi Harga

Dahulu sepiring nasi gemuk seharga Rp. 5.000 sudah termasuk lauk satu telur. Sama persis dengan yang dijual sekarang. Kenaikan harga kedua terjadi dari Rp. 5.000 menjadi Rp. 8.000 karena harga bahan baku beras mengalami kenaikan.  Pelanggan nasi amak mungkin merindukan keripik emping sebagai pendamping makan, Ibu Suryati sebagai generasi ke-2 penerus warung Nasi Amak menjelaskan perihal ini. Posisi keripik emping yang sekarang digantikan oleh kerupuk biasa, disebabkan oleh inflasi harga keripik emping yang tidak dapat terjangkau lagi. Harga Rp. 10.000 sepiring yang berlaku saat ini sudah berjalan sejak tahun 2013 ketika Ibu Suryati mengambil alih dan meneruskan warung nasi amak. Menurutnya, keuntungan berapapun yang di dapat selalu disyukuri.

Berpindah-pindah

Sebelum pindah permanen ke alamat sekarang di Jalan H. Adam Malik, Lorong Beringin 4, No. 74-75, RT. 13, Kelurahan Thehok, Kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi, Amak pernah juga menyewa ruko di depan Pasar Angso Duo dengan harga sewa Rp. 30.000/hari. Kalau kanti-kanti pernah melihat ruko dengan penutup papan kayu di deretan toko-toko sepeda, disanalah tempat yang dimaksud. Sewaktu berjualan di ruko itu Amak hanya menjual makanan, sedangkan minuman dijual oleh pemilik ruko tersebut. Sayangnya, Ibu Suryati tidak mengingat linimasa waktu pindah dari Pasar Angso Duo ke pasar lopak hingga pindah lagi ke ruko seberang Pasar Angso Duo. 

Kepindahan dari ruko seberang Pasar Angso Duo ke tempat sekarang pun tidak dilakukan dengan sekaligus, namun dilakukan secara bergantian. Proses masak tetap dilakukan di rumah, sebelum berangkat ke pasar jam 00:00 – 01:30 WIB, pelanggan yang sudah mengetahui alamat rumah Amak langsung menghampiri untuk makan di rumah. Pelanggan yang datang lewat dari jam itu langsung menyusul ke pasar. 

Work From Home

Tingginya permintaan pelanggan yang membeli sejak di rumah menyebabkan stok bahan-bahan yang akan dibawa berjualan ke pasar tersisa sedikit. Oleh sebab itu Amak memutuskan untuk berjualan di rumah saja dengan memberi informasi kepada pelanggan setia melalui ponsel. Dahulu Amak menggunakan sms, telpon, dan juga pager untuk berkomunikasi dengan pelanggan setianya. Kini pelanggan setia bisa menghubungi melalui WhatsApp di nomor 0852-6850-9885 dan Instagram: @NasiAmak_Jambi.

Silaturahmi Menciptakan Regenerasi Pelanggan

Kalau kanti-kanti sudah membaca kisah Sate Padang dan Silaturahmi pada artikel sebelumnya https://bit.ly/3QcCQEK, pola yang sama terulang kembali pada Nasi Amak. Ibu Suryati sebagai generasi kedua penerus Nasi Amak turut menjalin hubungan silaturahmi kepada pelanggan setianya. Ia selalu mengingat para pelanggan yang bersikap baik dan santun bahkan hafal nama-nama mereka. Ia berterima kasih dan sangat bersyukur berkat hubungan silaturahmi yang baik itu, karena mereka turut menyebarkan informasi mengenai warung Nasi Amak kepada orang lain hingga dikenal seperti sekarang. 

Ia juga bercerita bagaimana pelanggan setia Nasi Amak yang sejak dahulu sudah makan disini sekarang sudah berkeluarga, anaknyapun turut menjadi pelanggan warung Nasi Amak hingga  saat ini. Regenerasi pelanggan terbentuk secara alami berkat hubungan silaturahmi.

Asal Usul Nama 

Ketika masih berjualan di Pasar Angso Duo, orang mengenalnya dengan warung nasi gemuk biasa atau warung nasi “one/etek” (latar belakang amak sebagai orang Minang mungkin mempengaruhi penamaan ini). Jauh sebelum dikenal sebagai warung Nasi Amak seperti sekarang.

Asal usul nama warung Nasi Amak ini tercipta secara organik oleh interaksi pelanggannya. Jika pelanggannya ditanya mengenai nama tempat makan itu, mereka menjawabnya dengan “Nasi Amak”. Hingga kini warung nasi gemuk itu terkenal dengan nama “Nasi Amak” yang legendaris.

Karyawan

Bermula dari berjualan di kios hanya berdua, kini warung Nasi Amak mempekerjakan 7 orang karyawan termasuk petugas parkir. Disini menerapkan sistem kerja dengan pembagian shift. Tim dapur yang bertugas memasak berbeda dengan tim yang melayani pelanggan ketika malam hari. Jika tidak menerapkan sistem kerja pembagian shift dikhawatirkan pekerjaan tidak dapat diselesaikan dengan maksimal. Tentunya Nasi Amak mempekerjakan warga lingkungan sekitar juga sebagai karyawan. 

Jadwal Operasional

Nasi Amak buka mulai jam 18:00 – 03:00 WIB subuh jika masih tersedia. Kalau sudah habis lebih cepat, maka warung langsung tutup awal. “Rejeki Harimau,” begitulah Ibu Suryati menjuluki istilah tersebut. Amak tidak menerapkan hari libur tertentu, namun ketika ada keperluan yang mengharuskan untuk tutup, maka hari itu adalah hari libur. Hari libur ini akan diumumkan melalui status WhatsApp atau sosial media. Saat ini pelanggan bisa juga memesan melalui GoFood dan GrabFood.

Generasi Penerus

Ibu Suryati bercerita bahwa dahulu dirinya tidak berpikir akan meneruskan usaha warung nasi orang tuanya. Ia hanya turut membantu usaha warung nasi agar tetap berjualan. Momentum ibadah haji tahun 2013 yang dilakukan oleh orang tuanya (Amak) secara organik menjadi  proses serah terima kepemimpinan kepada dirinya. Sewaktu Amak menjalani rangkaian ibadah haji, Ibu Suryati sebagai anak meneruskan tongkat estafet kepemimpinan itu. Sepulang dari ibadah haji, Amak sudah tidak sanggup lagi untuk mengelola warung nasi yang sudah dirintisnya selama 28 tahun. The Daily Jambi cukup tergelitik dengan guyonan dari Ibu Suryati bahwa bukan hanya tukang bubur saja yang bisa naik haji, melainkan  tukang lontong sayur pun mampu naik haji. Lontong sayur dahulu sempat dijual oleh Amak, namun tidak dijual lagi karena kewalahan dalam melayaninya.

Berkat dukungan dari Bapak Abdul Hamid (suami Ibu Suryati), Ibu Suryati mantap meneruskan usaha warung Nasi Amak. Ibu Suryati sebagai generasi kedua Nasi Amak berharap jika suatu saat dirinya bisa melaksanakan ibadah haji, momentum serah terima dan estafet kepemimpinan akan terulang kembali kepada anak-anaknya sebagai generasi ketiga Nasi Amak.

Begitulah The Daily Jambi mengisahkan perjalanan Nasi Amak. Terimakasih kepada pembaca yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca sampai tuntas. Ikuti terus The Daily Jambi untuk kisah-kisah menarik lainnya.

#thedailyjambi #nasiamakjambi #culinary #legendary #jambi
 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Menantikan Grand Opening M Bloc Market Jambi
0
0
Angin segar berhembus membawa kabar baik bagi pelaku UKM di Jambi. Angin segar itu bernama M Bloc Market yang akan segera melakukan Grand Opening. Wadah untuk memasarkan produk-produk UKM dari segala penjuru negeri sepucuk Jambi Sembilan lurah. Apa sebenarnya Mbloc Market itu?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan