Jambi: Sebuah Nama Sebuah Kisah Sejarah

0
0
Deskripsi

Tak kenal, maka tak sayang.” Begitulah pepatah berbunyi. The Daily Jambi mengajak kanti-kanti untuk mencari asal usul nama Jambi supaya lebih mengenal dan mencintai negeri Sepucuk Jambi Sembilan Lurah. Apakah kaitan antara Jambi dan Tiongkok, negeri nun jauh disana? Siapa yang memberikan nama Jambi? Dan bagaimana sejarah dibalik nama Jambi itu?

Terkait Kedatuan Sriwijaya

Kisah sejarah Jambi selalu berkaitan dengan sejarah Kedatuan Sriwijaya. Bukti dari 12 prasasti peninggalan Kedatuan Sriwijaya beberapa diantaranya yaitu; Prasasti Kedukan Bukit (682 Masehi); Prasasti Talang Tuo (684 Masehi); Prasasti Kota Kapur (686 Masehi); Prasasti Karang Berahi (abad ke-7 Masehi); Prasasti Telaga Batu; Boom Baru; Kambang Unglen 1, dan Kambang Unglen 2 (dari sekitar abad ke-7 Masehi juga); Prasasti Pasemah dan Prasasti Bungkuk (abad ke-7 Masehi); Prasasti Ligor atau Vat Semamuang, abad ke-8 Masehi); Prasasti Nalada (abad ke-9 Masehi).

Dari ke-12 prasasti tersebut memberikan fakta bahwa Kedatuan Sriwijaya tercatat dalam sejarah mulai muncul sekitar abad ke-7 Masehi dan masih berkuasa di abad ke-9 MAsehi. Wilayah kekuasaannya paling tidak meliputi daerah Sumatera Selatan, Pulau Bangka, Lampung, dan Jambi. Sementara kiprahnya dikenal sampai ke wilayah Semenanjung Malaya dan India Timur (Prasasti Ligor dan Prasasti Nalanda sama sekali tidak bercerita tentang penaklukan wilayah oleh Sriwijaya). Melainkan, tentang persahabatan yang terjalin lewat jalur keagamaan.

Menjelang keruntuhannya, akibat dari penaklukan oleh Kerjanaan Cola (India Selatan), Kedatuan Sriwijaya sempat memindahkan pusat kekuasaannya dri Palembang ke daerah Jambi. Sebuah Berita Tiongkok dari Dinsti Sung (abad ke-10 sampai 13 Masehi) melaporkan bahwa Maharaja Sriwijaya bersemayam di daerah Jambi. Namun, tak lama kemudian di awal abad ke-11 Masehi, Jambi sudah menjadi negeri yang merdeka dan mengangkat rajanya sendiri. Dapat diperkirakan, “Negeri Jambi” berdaulat, lepas dari kekuasaan Sriwijaya, setelah kerajaan itu memang sudah runtuh akibat serangan Kerajaan Cola.

Catatan Sejarah Tiongkok

Sejarah Jambi tidak bisa lepas dari catatan sejarah Tiongkok. Apakah catatan sejarah yang dimaksud itu?

Sumber tertulis tertua tentang Jambi, datang dari naskah Berita Dinasti Tang (618-906 Masehi) yang menceritakan adanya utusan-utusan dari Mo-lo-yeu ke Tiongkok pada tahun 644 sampai 645 Masehi. Nama Mo-lo-yeu ini kerap diintepretasikan dengan Kerajaan Melayu yang berada di Jambi. Catatan sejarah lainnya ditulis oleh seorang bikhsu Buddha, I-tsing, dalam laporan perjalanannya dari Tiongkok ke Nalanda, India tahun 672 Masehi. Diceritakan, I-tsing menyempatkan diri singgah di Mo-lo-yeu selama dua bulan untuk memperdalam pengetahuannya tentang ajaran Buddha dan tatabahasa (sabdawidya) Sansekerta. Dan, Ketika Kembali dari India tahun 692, I-tsing melaporkan, Mo-lo-yeu telah menjadi bagian dari Shih-li-fo-shih (Sriwijaya). Laporan I-tsing ini bisa jadi terkait dengan keberadaan Prasasti Karangberahi yang ditemukan di daerah Jambi Hulu, di tepi sungai Merangin. Tepatnya di Kampung Karangberahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Sarolangun-Bangko. Prasasti Karangberahi merupakan prasasti persumpahan yang dikeluarkan oleh datu Sriwijaya, Dapunta Hyang Srijanayasa, yang diduga telah berhasil menaklukan Mo-lo-yeu.

Nama “Jambi” sendiri ternyata sudah sejak lama disebut-sebut dalam catatan sejarah Tiongkok sebagai Chan-pi atau Pi-chan. Sebuah berita Tiongkok pernah menyebutkan tentang kedatangan misi dagang dari Chan-pi pada antara tahun 853-871. Sementara berita Dinasti Sung (960-1279 Masehi) menceritakan, “Chan-pi merupakan tempat bersemayamnya maharaja San-fo-tsi (Sriwijaya). Rakyatnya tinggal di rumah-rumah panggung, di tepi sungai. Sedangkan raja dan para pejabatnya, tinggal di daratan”. Disebutkan pula, pada awal abad ke-11 Masehi, Chan-pi menobatkan raja di negerinya sendiri. Disusul dengan pengiriman utusan ke Tiongkok tahun 1079, 1082, dan 1088, untuk mengabarkan bahwa Chan-pi telah menjadi negeri yang berdaulat.

Kata Chan-pi yang terdapat dalam catatan sejarah itu akan terus kita sebut dalam sejarah dengan kata Jambi, rumah dimana kita tinggal saat ini. 


Sumber:

Buku Rumah Peradaban Sriwijaya di Muarojambi: Persinggahan Terakhir

Diterbitkan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional sebagai bentuk sosialisasi hasil-hasil penelitian arkeologi dalam program Rumah Peradaban. (2019)


#thedailyjambi #jambi #candimuarojambi #indonesia


 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Mie Ayam Remba, bukan Rambo.
0
0
Adakah kanti-kanti pembaca setia The Daily Jambi yang suka makan mie ayam pangsit? The Daily Jambi mendapat tips makan mie ayam pangsit supaya mendapatkan citarasa otentik. Bagaimana tipsnya? Baca saja artikel The Daily Jambi berikut ini.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan