
Orang bilang “Kasih Ibu Sepanjang Masa, Kasih Anak Sepanjang Galah”. Benarkah? Tapi mengapa Ibuku berbeda dari yang di ceritakan orang - orang?
Ini cerita tentang sosok seorang Ibu di mataku. Apakah kamu tertarik untuk membacanya bersamaku?
(Update setiap hari rabu)
SD
Aku selalu teringat akan hal ini, karena seringkali terjadi kalau aku SD. Setiap ambil rapot semester, hatiku pasti deg –degan. Bukan karena aku takut hasilnya jelek, yah memang aku bukan siswa pintar sih jadi nilai merah itu sudah biasa, tapi karena Ibu pasti tidak senang.
“Nyusain aja! Buang – buang waktu!” kata – kata itu sering dia lontarkan berbarengan dengan cubitan – cubitan kecil di badanku.
Aku hanya bisa terdiam, karena lagi – lagi takut kalau dia tidak mau mengambilkan rapotku. Kenapa bukan ayah? Ayahku sibuk kerja dari pagi sampai malam. Aku dan Ayah jarang mengobrol karena sangking sibuknya dia bekerja. Ayahku hanya tahu harus memenuhi kebutuhan material, tanpa peduli apa yang terjadi dalam rumah tangganya. Dia sudah kasih uang, maka dia sudah berjasa dan menjalankan tanggung jawabnya dengan baik pikirnya. Lagi – lagi tidak bisa aku salahkan, karena memang semua kebutuhan rumah tangga butuh uang, terutama karena keluargaku bukan keluarga yang berada.
Sayangnya, Ayah tidak mengecek apakah uang yang dikasih ke Ibu benar – benar untuk kebutuhan rumah tangga atau tidak. Aku juga bingung, kemana ya uang – uang itu? Soalnya di rumah jarang tersedia makan pagi dan makan siang. Makan malam pun, aku harus menunggu Ayah pulang untuk dibawakan. Aku tidak dibawakan bekal, tapi aku diberi uang jajan oleh Ayah. Seringkali, uang jajan ini diminta Ibu dengan dalih akan dibuatkan bekal. Tapi toh, tidak dibuatkan juga. Jadi biasanya aku hanya menahan lapar sepanjang jam pelajaran di sekolah. Dan Ayah tidak tahu, karena lagi – lagi aku terlalu takut untuk mengadu.
Harusnya ya, Ibuku senang dong tiap kali ambil rapotku. Aku lihat Ayah kasih beberapa lembar uang berwarna hijau ke Ibu untuk perjalanan bolak – balik. Tapi anehnya, alih – alih memakai ojek atau taksi, Ibu dan aku akan jalan jauh sampai di jalan raya depan gerbang kompleks rumah untuk naik angkot. Aku tidak berani protes, karena sudah bersyukur Ibu masih mau mengambilkan rapotku yang tidak seberapa bagus isinya.
Sampai di sekolahpun, biasanya Ibu tidak berhenti menggerutu, entah karena harus naik tangga atau karena lama menunggu giliran. Aku hanya bisa terdiam karena takut makin menarik perhatian orang lain dan berharap untuk segera kembali ke rumah. Ibuku juga tidak suka berbasa – basi dengan guruku. Biasanya begitu duduk dia akan langsung menanyakan tentang rapotnya dan bergegas pulang. Lagi –lagi, kami akan naik angkot lalu berjalan jauh untuk sampai di rumah.
Kalau sudah sampai rumah, dia akan segera pergi entah kemana dan meninggalkanku sendirian. Aku belum bisa memasak mie instan, jadi biasanya aku menunggu Ayah pulang membawakan makanan. Kalau Ibu sedang tidak pergi keluar, dia akan tidur – tiduran sambil bertelpon ria dengan temannya. Ibu jarang menanyakan kepadaku mau makan apa. Dia bertanya jika suasana hatinya sedang baik. Dan daripada menanggung kemarahannya, aku jarang mengungkapkan kalau aku lapar. Aku lebih sering bermain keluar rumah sampai menjelang sore dengan sepeda bututku.
Rumahku tidak besar. Begitu keluar dari kamar, akan langsung masuk ke ruang tengah yang merupakan gabungan antara ruang tamu, ruang keluarga, dan ruang makan. Dari celah kamar aku biasanya bisa mengintip kala Ibuku makan nasi bungkus dengan temannya. Makanan itu terlihat enak, tapi anak kecil sepertiku tidak punya uang untuk membelinya. Jadi aku hanya bisa berandai – andai mengenai rasanya.
Terkadang aku bingung kenapa Ibuku suka main tangan. Terutama jika dia sedang mengeluh tidak punya uang (keluhan itu terjadi setiap hari). Dia bisa sampai mengambil uang sekolahku dan alih – alih dibela oleh Ayah atau Kakakku, mereka justru menyalahkanku yang tidak bisa membela diri. Apa yang mereka harapkan dari seorang anak kecil?
---
TBC
Halo, ini adalah part kedua dari A Short Story : Ibu, ketika tokoh utama sedang pada masa SD. Semoga cerita singkat ini dapat di pahami dan di nikmati oleh para pembaca. Jangan lupa komen dan vote/lovenya ya! Di tunggu juga kritik dan sarannya yang membangun supaya aku dapat berkarya dengan lebih baik lagi. Untuk keep in touch dengan aku, silahkan follow aku di : IG, Wattpad, dan Karyakarsa! Mohon hargai setiap karya seseorang (sekecil apapun) dengan tidak memplagiatnya, terimakasih! ^^
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
