
Deskripsi
EDELWEIS merupakan Silent Manga atau Komik Bisu tanpa dialog yang pernah kami hadirkan pada kontes Silent Manga Awards di Jepang pada awal tahun 2020.
Creator : Fandi/Abib (Story) – Nelly (Art)
Number of manga pages : 18 Pages
18 halaman
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Sebelumnya
Sweet or Shit Seventen?
1
2
Setelah Hiatus cukup lama, TEKAD muncul kembali dengan spin-off dari beberapa karakternya. Bagi kamu yang kangen dengan semua hal tentang Komik TEKAD, yuk tuntaskan dengan membaca short story ini. ------------- Sweet or Shit Seventen?By : Abib/FandiIlustration : NanashoOrang bilang, usia tujuh belas tahun adalah momen yang berharga. Karena di usia tersebut, kita akan mendapat kebebasan untuk bersikap dan berperilaku. Kita juga sudah dianggap memiliki kedewasaan dalam memilah mana yang baik dan buruk. Yah, itu memang yang orang-orang bilang. Tapi apakah itu berlaku untukku? Karena sejak dulu, aku sudah dididik untuk hidup mandiri dan lebih dewasa dibanding anak-anak pada umumnya. Jadi rasanya tidak ada perbedaan dengan waktu sebelumnya. Namun daripada tidak meninggalkan kesan sama sekali, aku akan mencoba untuk merayakannya dengan orang yang kusukai dan kukagumi. Yaitu Radit. Radit Prasetya. Dia adalah pria yang satu kelas denganku di SMA SWASEMBADA. Pria yang sebenarnya dibawah kata, biasa saja. Ia tidak pandai dalam olahraga, terlalu pede dalam penampilan yang sebenarnya norak, sering memakai pomade yang aromanya mirip dengan minyak goreng yang sudah dipakai beberapa kali, seleting celananya juga suka turun sendiri. Sehingga selalu menjadi bahan tertawaan murid satu kelas, atau bahkan satu sekolah. Sedangkan aku adalah seorang wanita blasteran Indonesia-Belanda yang tomboy dan tempramen. Aku juga seorang perfeksionis yang sering menuntut diri sendiri maupun lingkungan sekitar untuk berlaku sempurna. Jadi, apakah kita akan cocok jika berpasangan? Aku rasa tidak sama sekali. Namun pemahaman realistisku seakan sirna jika sudah berkaitan dengannya. Wey, Rani! Boleh pinjem pulpen, gak? Pulpen gue ketinggalan di rumah. Anak-anak lain gak ada yang mau minjemin nih!Oh, b-boleh. Ambil aja pulpenku yang biru itu! jawabku yang terkejut karena Radit yang tiba-tiba datang meminjam pulpen. Walaupun terkejut, tetapi aku tetap menjawabnya dengan suara yang lembut.Memang saat itu sedang ujian MATEMATIKA. Sehingga murid-murid lain enggan untuk meminjam peralatan menulisnya karena sedang fokus. Dan hanya Radit yang terlihat mondar-mandir. Mungkin kalau murid lain di kelas yang tiba-tiba menghampiriku seperti itu, aku akan marah dan membentaknya tanpa peduli. Tapi tidak dengan Radit. Yah, kamu boleh menyebut sikapku terhadapnya itu bucin. Ran, makasih, ya! Gue gak jadi pake pulpen lu karena rupanya pulpen gue nyelip di buku catetan Bayu, hehe.Yaudah gak apa-apa, Dit! Simpen aja dulu! Siapa tau nanti ilang lagi. Kamu kan pelupa! ujarku menjawab penjelasan konyolnyaBener nih gapapa? Aku bisa pake pulpenku sendi-Radit! Berisik banget kamu! Udah selesai emang?! tegur Pak Guru yang memotong celoteh Radit.Be-belum, Pak Maaf.Radit pun kembali ke mejanya sambil menebar senyum konyol. Duh, Dit! Tingkahmu itu selalu membuatku gemas!***Jam istirahat berbunyi. Semua murid di kelas juga sudah mengumpulkan lembar ujiannya. Seperti biasa, aku melihat tiga sekawan yang selalu mengobrol terlebih dahulu sebelum pergi ke kantin. Siapa lagi kalau bukan Radit, Bayu dan Fahri. Entah kenapa aku masih merasa kesal tiap kali melihat murid baru itu. Iya, siapalagi kalau bukan Fahri! Dia tidak terlihat, jantan sama sekali. Seperti lekong yang melambai tidak karuan kesana kemari. Berbeda sekali dengan Radit yang terlihat apa adanya dan ramah terhadap siapapun. Ah, lagi-lagi diri ini kembali bucin. Dit, kamu tau gak? Sekarang ini banyak temen-temen kita yang ngerayain sweet pantene, lho! Yang dirayainnya pas umur tujuh belas itu! Hah, pantene? Itu nama shampo, wey! Maksud lu sweet seventeen? jawab Radit yang bingung, lalu membenarkan pertanyaan Bayu.Eh, iya! Maksud aku itu, Dit. Kamu gak ngerayain juga? Masih beberapa bulan lagi ulang tahun gue. Dan gak tahu juga mau dirayain atau nggak. O... jawab Bayu sambil menggaruk kepalanya.Kalau elu gimana, Ri? Ultah lu kapan? Biar gue sama Bayu rayain. Tapi yang traktir elu, yak! Kalau aku yang traktir, berarti yang ngerayain ulang tahunnya aku, Dit! Lagian gak pernah ngerayain ulang tahun juga, sih! jawab Fahri dengan sedikit kesal sambil sibuk menulis catatan denah sekolah.Mendengar obrolan mereka bertiga dari seberang meja, aku menjadi teringat dengan tanggal lahirku yang rupanya tepat pada hari ini. Yang berarti usiaku sudah memasuki tujuh belas tahun. Sambil mengelap ingus dengan lengan baju, aku bertanya-tanya dalam hati. Kapan terakhir kali aku merayakan ulang tahun? Sepertinya sudah lama sekali. Dan kalau tidak salah, waktu itu aku hanya merayakannya berdua dengan ibuku di rumah. ***Siang itu, selepas bermain basket bersama team. Kusempatkan untuk membeli beberapa roti di kantin sebagai makan siangku. Waktu istirahat memang sebentar lagi habis. Tapi daripada menahan lapar sampai sore, lebih baik aku mengisi perut sejenak. Buk, roti isi abonnya masih ada? tanyaku kepada ibu yang menjajakan ragam roti di kantin.Ada, Non! Tapi tinggal dua dan udah dipesen orang lain. Kalau mau, roti sobek juga ada. Tuh di dalem baju mas-mas itu! jawab ibuk kantin sambil menunjuk perut Fahri dari kejauhan.Hah...Aku muak melihat semua orang yang terlalu mengagumi Fahri. Belum lagi jokes Ibuk kantin ini yang terdengar, kriuk di telingaku. Iya aku tahu kalau si lekong ini tidak jelek dan ketampanannya termasuk di atas rata-rata. Tapi apa mereka tidak pernah melihat pria tampan lain di luar sana?Gimana, Non? Atau begini, khusus buat Non yang blasteran None-none Blande, hari ini ibuk kasih roti sosis gratis, ya. Tapi besok dibayar!Lho, itu ngasih gratis apa ngasih utang, buk? tanyaku terhadap strategi jualan Ibuk kantin.Buk, saya ambil roti yang barusan, ya! sahut Radit yang tiba-tiba datang.Dadaku terasa sesak dan pipiku sedikit merona ketika Radit tiba-tiba berada di dekatku. Sepertinya ini kali pertama aku sedekat ini dengannya. Takut diri ini salah tingkah, aku sedikit menjauh dari Radit lalu meninggalkan warung roti tersebut. Apa kata orang-orang kalau image tomboyku luluh hanya karena momen bodoh bak FTV yang sering tayang di siang hari.Wey, Ran! Rani! teriak Radit yang sudah kutinggalkan jauh di belakang.Bel masuk sudah berbunyi dan Guru di kelas kembali melanjutkan pelajaran. Aku duduk terdiam dengan wajah malu campur kesal karena momen barusan. Terlihat Radit di sebelah mejaku yang melirik dengan ekspresi bingung.Sst, Ran. Tadi buru-buru amat? Biasanya juga santuy mau telat atau nggak, Radit berbisik di sebelah meja.G-gak apa-apa, Dit! Tadi kebelet buang hajat jawabku dengan tidak karuan karena gugup.Kata Ibuk kantin, lu mau beli roti tapi tiba-tiba kabur gitu aja, ya? Kenapa?Duh, gak apa-apa, Dit! Udah dijawab kan alesannya kebelet.Bukan gitu. Tadi gue udah pesen duluan roti abonnya dua buah dan rupanya lu mau beli juga, ya? Maaf ya Ran...Aku terkejut mendengar permintaan maafnya untuk hal sepele. Karena itu lah aku menganggap selain Bayu. Radit memasuki urutan kedua sebagai orang yang polos dan apa adanya. Dia mau meminta maaf untuk hal yang sebenarnya tidak terlalu penting menurutku. Pria yang bloon, tapi sangat tulus saat bersikap.Nih ambil aja satu rotinya! Gue udah makan satu juga, kok, Radit menaruh roti abonnya ke mejaku.Ma-makasih, Dit. Kamu makan aja lagi yang ini. Kan kamu udah pesen duluan.Gapapa, cuy! Santai aja hahaha, Radit tertawa sedikit keras.Pletak!!!Tiba-tiba sebuah penghapus papan tulis terlempar ke wajah Radit dengan keras. Semua murid dan tentu saja, Radit sendiri menjadi terkejut.Bapak perhatikan, kalian ini ngobrol berdua terus! Gak lihat kalau Bapak lagi menjelaskan buat ujian besok?! tegur Guru olahraga dengan nada kesal."Ta-tapi pak, kok saya do-Kamu kenapa?! Sekarang kalian lanjutin ngobrolnya di luar kelas, ya! Bapak cuma ngajarin murid-murid yang beneran mau belajar! Tapi sebelum itu, kalian push up dulu dua puluh kali!Hah?! responku dan Radit yang serentak kaget saat mendengar hukuman fisiknya yang terasa tidak nyambung.Memang guru olahraga kami yang killer ini tidak segan untuk melempar peralatan mengajar miliknya dan suka memberi hukuman fisik berupa olahraga jika murid-murid tidak mau mengikuti aturannya. Sudah menjadi hal yang biasa untuk kami, siswa-siswi SMA SWASEMBADA untuk kena hukum. Sekolah kami memang dibuat untuk menampung murid-murid yang betul-betul nakal, atau hanya terduga nakal. ***Kami berdua duduk di lantai luar kelas sambil menunggu bel pulang sekolah. Rasanya kaki kami sudah malas untuk berdiri karena push up barusan. Ran, maaf ya. Gara-gara gue, lu jadi ikutan kena huk-Yaelah biasa aja, Dit! Jangan minta maaf melulu, ah! sahutku memotong perkataan Radit.Iya, Ran hehe. Oh ya, lu sweet seventeennya kapan, dah?Kenapa emang?Gapapa nanya aja. Berhubung gue pengen ngerayain sweet seventeen Bayu atau Fahri tapi mereka gak jelas ultahnya kapan. Jadinya, lu mau gak sweet seventeen-nya gue rayain?Aku sedikit terkejut dengan pertanyannya. Entah dia berbicara serius atau hanya ingin ditraktir makan seperti yang dikatakannya ke Fahri.Ngerayain bagaimana, Dit? Maksudnya traktir kamu? jawabku dengan senyum kecut.Wey, tadi lu denger obrolan gue sama Fahri, ya? Haha, nggak kok, Ran. Gue serius, nih gak becanda!Terus?Begini, minggu depan kan udah libur semester. Nah, hari Sabtunya kita ketemu di KFCIH, yok. Kita berdua aja!Deg!!!Jantungku berdegub kencang. Berdua saja? Apa dia mau merayakan sweet seventeen-ku sambil berkencan? Sepertinya ini adalah kali pertama seorang pria mengajakku jalan berdua. Biasanya tidak ada yang berani. Karena sebelum mengajak, mereka yang mendekati sudah kupukul perutnya duluan. Yah, jangan heran. Aku memang terkenal galak dan tomboy sejak dulu. Hmm... gimana, ya? Oke, deh! Jam berapa, Dit?Jam dua siang, Ran. Ditunggu, ya!***Hari Minggu di depan KFCIH, aku sudah menunggu Radit kurang lebih lima belas menit. Demi orang yang kusukai dan kukagumi ini, aku memilih untuk menerima ajakannya. Walaupun sweet seventeen tidak begitu berarti untukku, tapi tidak mengapa. Daripada momen yang hanya terjadi sekali dalam seumur hidup ini berlalu begitu saja.Udah nunggu lama, Ran?Belom terlalu lama kok, Dit, sahutku kepada Radit yang baru saja tiba dengan motor jadulnya.Yaudah, yuk masuk! ajak Radit.Sambil berjalan memasuki KFCIH, aku melihat goodie bag besar yang dibawa Radit. Entah apa isinya, tapi tampak penuh. Bisa jadi isi tas tersebut adalah kado untukku. Betapa berbunga-bunganya hati ini jika dugaanku benar adanya. Ketika sudah di dalam KFCIH, aku terkejut melihat semua pernak-pernik ulang tahun yang sudah disusun rapi. Terpampang juga banner yang tertulis happy birthday. Wah, sepertinya memang sesuai dugaanku.Dit, bagus banget persiapannya! Aku gak nyangka kalau kamu sampai seniat ini, komentarku dengan tersipu malu.Hehe, udah biasa kok, Ran!Aku sedikit bingung dengan maksud kata, udah biasa yang diucap Radit. Tapi, siapa peduli? Toh hari ini aku bahagia.Tidak lama datang beberapa anak-anak yang masih memakai seragam SD. lengkap dengan orang tuanya. Mereka mulai memadati ruangan tempatku merayakan ulang tahun. Aku pun bertanya kepada Radit tentang siapa anak-anak itu. Dit, mereka siapa? Sodaramu? Katanya kita datang berdua aja? tanyaku bingung.Ya kita memang berdua aja, Ran. Biar upahnya gak terlalu banyak dibagi, Radit menjawab sambil tersenyum ceria melihatku.Hah? Upah apaan, nih?Tiba-tiba Radit berkata kepada rombongan yang baru datang tersebut. Ia membagi senyumnya ke semua anak dan orang tua yang datang setelah tersenyum kepadaku.Temen-temen semua. Sebelum acaranya dimulai, silahkan duduk di bangku yang udah disediakan, ya.Aku semakin merasa ada yang aneh di sini karena orang-orang tersebut duduk menghadap kami. Bak persiapan sebuah pertunjukan, Radit mengajakku keluar ruangan tersebut untuk bersiap menampilkan sesuatu.Ran, ini kostumnya. Lu bisa ke ruangan ganti di sana. Khusus cewe kok itu, tenang! Nanti pas tampil, lu ikutin gue aja ya karena masih baru. Pokoknya buat mereka terhibur dan ketawa sama pertunjukkan kita! Hehe."Tunggu-tunggu, Dit! ini maksudnya apa, deh? Kostumnya polkadot dan ada wig kribo gini, lagi! Pertunjukkan apaan, sih? tanyaku dengan sedikit panik.Ya jadi badut ulang tahun, Ran! hahah.Seketika nafasku berhenti sejenak untuk mencerna perkataannya. Sebelumnya otakku sudah tertutupi oleh kabut asmara, jadinya perlu jeda beberapa saat.Hah? B-badut ulang tahun?!Iya. Kita rayain sweet seventeen elu sekalian ambil kerjaan. Kan keren tuh! Sambil menyelam minum yoghurt. Kalau kerjaan ini cuma kita berdua yang ambil, bayarannya bisa dapet lebih gede, Ran. Kita juga gak perlu beli makanan di sini karena udah disiapin sama penyelenggaranya. Aku udah biasa kok ambil kerjaan kayak begini, hehe. Nafasku kembali berhenti sesaat, namun kali ini bukan mencerna perkataannya lagi. Bagiku, rasanya tidak terpikirkan ada ide se-absurd ini yang bisa keluar dari otak manusia, yang entah asli dari bumi atau galaksi lain di luar bima sakti.***Hari itu, semua peserta ulang tahun di KFCIH tampak bergembira menonton pertunjukkan Radit sebagai badutnya. Anak yang berulang tahun juga terhibur dan tertawa bersama. Selepas acara, orang tua salah satu peserta bertanya kepada Radit.Mas, makeup badutnya bagus! Apalagi yang di pipi. Realistis banget warna merahnya kayak lobster abis direbus. Mas makeup sendiri, ya?Kalau bedaknya sih iya, Buk. Tapi kalau warna di pipi ini dibuat orang lain. Cuma gak pake makeup. jawab Radit sambil mengusap pipi bengkak meradangnya.Hah, bukan makeup?! Di waktu yang sama, namun tempat yang berbeda. Aku sedang meminum boba tea sambil mengepal-ngepalkan telapak tangan kananku. Karenamu, hari ini menjadi sangat berkesan, Radit. Anggap merah meradang di pipimu sebagai tanda cintaku. Apakah ini sweet, atau shit seventeen? Kerak Bumi, 19 Desember 2019
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan