Malam Minggu Derita di Stadion Kanjuruhan Malang

0
0
Deskripsi

Menjadi saksi tragedi Kanjuruhan bukanlah pengalaman yang mengesankan, masih tersimpan trauma hingga kini pada tragedi berdarah ini.

Malam Minggu Ceria, itulah mindset yang masih terpatri di kepala saya sampai 1 Oktober 2022. Malam Minggu Ceria itu aku jadikan momen untuk meliput tim kesayangan saya, Arema FC melawan rival terbesar kami, Persebaya Surabaya. 

Ya, ini adalah super big match pertama saya. Sebelumnya saya selalu kehabisan tiket setiap laga melawan Bajol Ijo, dan saat menjadi jurnalis saya malas jika terjadi kerusuhan di stadion.

Meluncur dari Media Center Mapolres Malang sekitar pukul 18.30 WIB. Jalan Trunojoyo sudah padat kendaraan sehingga motorku hanya bisa berjalan merayap sepanjang 1km menuju stadion. Padahal saat itu laga baru akan dimulai dua setengah jam lagi.

Butuh setidaknya setengah jam untuk sampai ke stadion, lapangan parkir juga sudah full. Tidak pernah nyangka kalau pertandingan ini akan sangat ramai dihadiri Aremania.

Pertandingan dimulai tepat pukul 20.00 WIB. Sepanjang 120 menit laga, tidak ada masalah terjadi, pertandingan dengan tensi panas ini bahkan hampir tidak ada hambatan berarti. Meskipun kekecewaan Aremania meledak karena Arema FC tunduk 2-3 dari tamunya.

Usai peluit milik wasit Agus Fauzan Arifin dibunyikan, kekacauan belum terjadi, hanya beberapa lemparan botol ke arah pemain Persebaya Surabaya yang bisa diantisipasi tim pengamanan. Anak asuk Aji Santoso juga langsung masuk ke mobil rantis tanpa memberikan sepatah katapun kepada media. Mereka melaju dari stadion begitu saja dengan pengamanan super ketat.

Di lapangan sendiri, pemain dan pelatih Arema FC sempat melakukan tradisi memanjatkan doa dan meminta maaf ke supporter di tribun. Sampai pada akhirnya ada dua supporter masuk ke lapangan dengan mengibarkan syal.

Aksi dua supporter tersebut membuat Aremania lainnya melakukan aksi yang sama. Tim pengamanan yang berjaga di pagar pembatas tidak mampu menghalau banyaknya supporter yang melaju masuk.

Melihat hal tersebut membuat pemain, pelatih, dan official bergegas masuk ke loker room. Sejak saat itu lapangan dikuasai sekitar 3 ribu supporter, atau hanya 7 persen dari total 42 ribu penonton.

Aku sendiri beberapa kali sempatkan masuk ke lapangan untuk meliput kondisi lapangan terkini. Memang benar adanya bentrokan terjadi antara supporter dan pihak pengamanan.

Aku menyaksikan sendiri ratusan botol melayang di udara dari arah tribun dan penonton yang turun di lapangan. Kami lari pontang-panting agar tidak terkena lemparan botol atau tongkat kayu yang entah dari mana datangnya.

Memasuki pukul 22.30 WIB, personil Satuan Brimob Polda Jawa Timur menembakkan peluru gas air mata beberapa kali. Yang mengherankan, beberapa peluru justru ditujukan ke tribun berdiri gate 10 sampai 12. Asap gas air mata yang pedih dan menyesakkan menyebar ke tribun duduk.

Bahkan asap gas air mata mencapai tribun VIP. Membuat penonton yang awalnya tenang jadi panik dan berdesak-desakan menuju pintu keluar yang terbatas. Apesnya, beberapa tribun belum membuka pintu keluar, sehingga mereka terjebak di lorong. Dan Malam Minggu Derita itu terjadi, ratusan orang tumbang. Kebanyakan dari mereka merasakan sesak nafas.

Mereka yang pingsan digotong penonton lain yang masih sanggup berjalan. Mereka mengangkat rekan-rekannya itu dengan menahan mata berair akibat gas air mata.

Sayangnya jumlah orang yang tumbang tidak sebanding dengan jumlah orang yang bisa mengangkat. Hasilnya, banyak tubuh terlantar di tribun, di lapangan, dan di luar stadion.

Belum lagi jumlah ambulans yang terbatas, satu-satunya ambulans yang stand by sejak pertandingan sudah membawa orang-orang yang terluka ke rumah sakit. Sampai pukul 23.00 WIB, para penonton yang sekarat masih banyak yang terlantar di stadion.

Mereka yang sekarat bahkan tidak mendapatkan tempat yang layak untuk merebahkan diri. Ada yang direbahkan di halaman stadion, ada yang di rumput lapangan, ada yang di mushola VIP, bahkan banyak yang masih terlantar di tribun.

Kami jurnalis saat itu yang langsung mengevakuasi diri ke media center Stadion Kanjuruhan tidak mengetahui kalau ada penonton bergelimpangan sebanyak itu. Sampai akhirnya banyak penonton yang mengevakuasi diri ke melewati media center, kami tahu kalau ada yang tidak beres.

Ada satu Aremania yang menangisi dan berterima ke arah awak media dengan mengatakan ada 2 Aremania yang tewas. Sejak saat itu kami tahu kalau tragedi ini telah menjadi bencana.

Para awak media menyebar mencari sisa korban yang belum terevakuasi. Mengeluarkannya dari dalam stadion agar segera diangkut kendaraan apapun menuju rumah sakit.

Sampai pukul 23.30 WIB, aku masih tidak melihat satupun ambulans masuk ke Stadion Kanjuruhan, mungkin terjebak kemacetan. Akhirnya truk-truk polisi yang digunakan untuk mengangkut para korban.

Dan benar saja, kondisi Jalan Trunojoyo macet parah. Ditambah akses semakin sukit karena 3 kendaraan milik polisi dibakar. Jalanan sekitar stadion juga dipenuhi beling kaca mobil.

Lalu pukul 24.00 WIB, baru puluhan ambulans berseliweran di Kepanjen. Seumur hidup, baru pertama kali aku melihat ambulans sebanyak ini berseliweran menuju Kanjuruhan dan rumah sakit.

Saya sendiri sempat masuk ke dalam stadion Kanjuruhan untuk melihat bangkai mobil K9 yang dihancurkan massa. Namun aku melihat pemandangan yang jauh lebih horor, setidaknya di tengah lapangan aku melihat 2 jenazah yang sudah ditutup kain putih.

Aku dan seorang kawan jurnalis Tribunnews berusaha memindahkan korban sekarat yang masih terlantar di atas rumput basah bekas hujan ke atas karpet. Saya tidak tahu siapa pria tersebut, tapi saya masih ingat persis kata-kata terakhirnya.

"Aku ketekek, aku ketekek, gak iso ambekkan (aku tercekik, aku tercekik, tidak bisa bernafas)," ucapnya sambil menunjuk lehernya dengan lemah, padahal waktu itu tidak ada yang memegang lehernya.

Pria yang aku prediksi jauh kebih muda dari saya itu laku menarik nafas dalam sebanyak dua kali. Lalu dia lemas terkulai di atas karpet berwarna cokelat yang dipasang di tengah lapangan. Kawan saya memeriksa denyut nadinya, dan jawab kawanku adalah, nihil.

Setelah melihat pemandangan mengerikan itu, kami diminta menjauh oleh steward stadion agar memberi ruang bagi mereka yang masih sekarat agar mendapatkan udara segar. Demi menenangkan diri, kami memiliki keluar stadion.

Pukul 1 dini hari, aku memutuskan menuju RS Wava Husada untuk melihat kondisi di sana. Di depan rumah sakit swasta di Kepanjen ini sangat oadat dengan ratusan motor Aremania yang membawa korban secara manual dengan motor. Puluhan ambulans juga berjajar dengan sirine yang saking bersautan. Ada yang membawa korban luka ke dalam, ada juga yang keluar membawa jenazah ke RS Saiful Anwar Kota Malang.

Di dalam saya melihat puluhan jenazah berjajar di pelataran rumah sakit saking tidak cukupnya ruang. Yang membuat air mata jatuh, aku melihat seorang bapak di depan jenazah anak putrinya yang sudah tertutup kain cokelat terbujur jaku di pelataran IGD rumah sakit.

Bayangkan bagaimana menjadi orang tua yang mengijinkan anak putrinya yang pamit untuk bersenang-senang menonton pertandingan sepakbola. Lalu mendapat telepon kalau ia harus pergi selamanya.

Hanya sekitar 15 menit aku mampu bertahan di sana. Lalu memutuskan berlalu ke Media Center Mapolres Malang.

Lalu sekitar pukul setengah 5 dini hari, Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afinta kalau korban meninggal mencapai 127 jiwa. Malamnya harinya, Kapolri, Jendela Listyo mengkonfirmasi jika jumlah korban adalah 125 jiwa.

Jumlah ini membuat saya merinding sejak saat itu juga, saya mengira pada awalnya jumlah korban tidak sampai 10 orang. Tapi fakta menjawab lain, jawabannya adalah tragedi paling mematikan di dunia sepakbola, nomor 3 kematian tertinggi dari data internasional.

Sampai saat ini, tragedi ini masih menyisakan rasa tidak nyaman di tenggorokan. Sebuah bencana yang akan saya ingat seumur hidup.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya Pecahan Trauma yang Tak akan Pernah Hilang
0
0
Tragedi Kanjuruhan, tragedi yang membuat hidup saya berubah 180 derajat. Pecahan trauma yang akan terus menempel di batok kepala saya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan