
Adakah yang masih mengingat bagaimana manisnya cinta pertama? Pengalaman pertama bagaimana hati kita untuk pertama kalinya tertaut pada seseorang di usia yang masih belia. Jika diibaratkan rasa manis dan pahit tercampur menjadi satu, sebuah fase mendewasakan bagi anak-anak manusia. Dan itulah yang dirasakan Adhitama, siswa SMP yang barusaja keluar dari desanya untuk mencari pengalaman dan lembaran baru di lingkungan dan sekolah yang berbeda. Pertemuannya dengan Agata menyadarkannya bahwa cinta itu tidak hanya ilusi semu yang dibuat-buat oleh televisi.
Tama dan Alex masih terdiam karena perkataan mengejutkan yang diterima oleh anak bermata sipit ini. Alex masih menerka-nerka apakah sahabatnya ini berbohong atau memang jujur, ia tidak ingin tertipu lagi. Ketika keduanya sedang saling menerka satu sama lain, tiba-tiba Ardit memecahkan keheningan dengan membuka sebuah majalah sepakbola di tasnya.
"Kalian berdua ngapain kok ngelamun kayak monyet ketembak senapan mainan. By the way, nih Tam aku kasih poster Robin Van Persie, kamu kan kemarin bilang suka Arsenal," ucapnya sambil menyodorkan sebuah poster berukuran A3.
Ranu lalu mengambil poster tersebut lalu membuka gambar di dalamnya, ia langsung sumringah saat melihat gambar pemain asal Belanda ini berselebrasi sambil menjulurkan lidah saat tampil di Emirates Stadium London.
"Wiiiih, makasih banget lo ini, ini beneran gak harus bayar kan?" Ungkap Tama sambil kembali melipat poster tersebut dan menaruhnya di rak meja.
"Udah gak usah, toh dapat gratis dari bonus beli majalah di loper koran tadi," ucapnya sambil melambaikan tangan.
"Kalau posternya Superman Is Dead gak ada Dit?," Sambung Gunawan yang tiba-tiba memotong pembicaraan keduanya.
"Kan ini majalah bola Gun, ya mana ada bahas soal musik," sanggah Ardit heran.
"Tapi Gun, kok perasaan rambut kamu makin pendek aja ya dari kemarin," ledek Alex saat mulai ikut berbicara.
"Jangan salah, ini potongan rambut vokalis Avenged Sevenfold, M Shadow," protesnya karena diledek.
"M Shadow sih badannya berotot, lah kalau kamu badannya ceking terus pendek, ya gak cocok," Tama menambahkan ledekan yang diikuti tertawaan ketiga temannya.
Keempat anak tersebut terus tenggelam dalam dialektika seru sehingga membuat mereka tidak memperdulikan keadaan kelas yang makin gaduh dengan urusannya masing-masing. Keempat anak ini memang tidak begitu perduli dengan kondisi kelasnya. Karena kelas yang saat ini dikuasai anak-anak nakal tidak menarik bagi keempatnya untuk ikut-ikutan bersosialisasi. Atau bisa dibilang keempatnya diasingkan dan membuat dunianya sendiri.
Tama cukup menyesal karena teman pertamanya, Erwin, kini lebih memilih bergabung dengan anak-anak nakal yang dipimpin oleh Johan. Nilai-nilainya kini turun drastis karena jarang belajar dan lebih memilih keluyuran di malam hari.
Sementara Tama sendiri masih memiliki nilai stabil dan salah satu yang terbaik di kelas. Karena itulah Tama dan kawan-kawannya tidak begitu khawatir duduk di pojokan yang sering menjadi sasaran guru. Hal ini karena Tama cukup cerdas untuk menjawab setiap pertanyaan guru, dan Ardit juga memiliki nilai yang tidak bisa diremehkan.
-------
Butuh sekitar satu bulan bagi Tama yang tidak begitu peka untuk meyakinkan apakah perasaannya ini benar-benar cinta. Ia bahkan melakukan berbagai eksperimen dengan mencoba mendekati perempuan lain, ia bertanya-tanya apakah aka nada sensasi yang sama seperti sebelumnya. Ia juga berupaya menahan gejolak itu dengan bermain game online seperti biasanya Bersama teman-temannya. Namun, semuanya berjalan sia-sia dan membuat ia makin curiga jika ia merasakan sindrom yang sama seperti yang terjadi pada Alex kepada perempuan misterius yang belum ia ketahui. Memikirkan itu Tama makin khawatir jangan-jangan Alex jatuh cinta juga kepada Agata, pasti akan sangat merepotkan jika keduanya suka pada perempuan yang sama. Belum lagi keduanya akhir-akhir ini memang sering berbicara tentang band Avenged Sevenvold, Tama tahu Alex memang dari SD menyukai drummer band itu yang bernama The Rev. Tama mengernyit tiak bisa membayangkan jika cintanya akan bertepuk sebelah tangan jika keduanya berpacaran, tapi ia tidak tega menyakiti sahabat pertamanya itu.
"Sial sial sial, kok aku jadi mikir yang aneh-aneh sih, apa ini yang sama teman-teman dinamakan cemburu, konyol banget. Lagipula baik aku sama Alex belum cerita lagi siapa yang kita sukai," Tama termenung sendirian di musholla sekolah.
Tak berapa lama kemudian Alex tiba-tiba muncul, Tama tidak terkejut karena setiap istiraha keempat sahabat ini sering nongkrong di musholla, meskipun agak aneh karena Alex sendiri adalah Kristen Protestan dan keturunan chinesse pula. Alex datang sambil membawa beberapa snack dan mengatakan kalau Gunawan dan Ardit masih membeli soto dan akan menyusul mereka berdua.
"Hei Lex, kemarin-kemarin kan aku sempat bilang kalau kayaknya aku suka sama orang, tapi kan kepotong yak arena Ardit dan Gunawan. Ini kayaknya setelah sebulan aku bener-bener bisa memastikan kalau aku suka sama seseorang deh," buka Tama mencoba jujur pada sahabatnya itu, ia tidak ingin ada rahasia dan memastikan sendiri apakah keduanya menyukai orang yang sama atau tidak.
"Beneran Tam? Aku sebenanrnya sempat kepikiran apa kamu bercanda atau serius, tapi aku gak berani tanya lagi atau lebih tepatnya males tanya kalau lihat sifat jailmu. Tapi kayaknya kalau hari ini kamu serius," ucap Alex sambil mengucah jajanan mie lidi yang warna merahnya sangat menyala.
Tama berhenti berbicara sebentar lalu menghembuskan nafas sekali, ia juga melihat ke atap sekolah yang berwarna merah, di sana juga terihat ada burung gereja yang bersarang di lubang angin. Tama lalu tersenyum kecil dan menetapkan hatinya, sementara Alex tidak memaksa karena memang ia tahu sahabatnya ini cukup tertutup terkait kehidupan pribadinya meskipun kepada teman-temannya.
"Siapa Tam anaknya?" Alex langsung berbicara kw intinya.
"Ya gak fair lah kalau aku duluan, yang dulu mau cerita kan kamu dulu, jadi akan sangat adil kalau kamu yang ngomong duluan," Tama membalas Alex dengan telak.
"Iya iya, Sebenarnya sejak 3 bulan yang lalu aku suka sama Diana," ucap Alex jujur.
"Diana? Diana kelas kita? Diana ketua kelas itu?" Tama sangat-sangat terkejut karena itu benar-benar di luar ekspektasinya, pasalnya keduanya sangat jarang sekali ngobrol, bahkan Tama tidak pernah mendeteksi gerak-gerik aneh Alex ke Diana.
"Yah, Diana harus diakui memang cukup manis kalau diperhatikan lebih dekat, selain itu dia cukup tegas menjadi ketua kelas membuat dia trlihat berwibawa, bahkan aku kira ada beberapa anak laki-laki di kelas kita yang naksir dia karena selalu mencari perhatian dia dengan cara jail," sambung Tama dan ddikuti anggukan Alex.
"Iya kan dia memang banyak yang deketin, tapi kok kayaknya kamu banyak muji dia deh, jangan-jangan kamu juga suka sama dia ya, awas aja!" Ujar Alex setengah bercanda.
"Enggak lah, juju raja aku beberapa hari terakhir punya perasaan yang agak beda sama Agata. Tapi aku peringatin jangan cerita siapa-siapa meskipun itu Gunawan ataupun Ardit," ujar Tama dengan mata seirus.
"Iya enggak aku certain, tapi tau gak dulu sebenarnya aku sempat mengira suka sama Agata, soalnya kita cukup dekat dan sering ngobrol soal Avenged Sevenfold sama Burgerkill. Tapi tenang aja, tad ikan aku cerita kalau aku Sukanya sama Diana," Alex cepat-cepat menjelaskan agar sahabatnya tidak salah paham.
"Iya-iya aku paham, tapi aku kira kamu gak suka anak lokal karena kamu keturunan, tapi ternyata kamu suka sama Diana yang dari nama aja lokal banget," gurau Tama sambil tertawa.
"Entahlah, tapi yang satu ini beda," jawabnya singkat.
Mendengar itu Tama langsung merebahkan punggung di lantai musholla, ia benar-benar lega kalau mereka berdua benar-benar tidak menyukai orang yang sama. Namun, mendengar fakta bahwa Agata memang menyukai genre musik metal membuat Tama makin menyukai dirinya, pasalnya anak-anak perempuan saat ini sangat tergila-gila dengan ketampanan para boyband k-pop, Tama memang bukan penggemar Avenged Sevenfold apalagi Burgerkill. Pemuda yang sangat menyukai pelajaran sejarah ini menyukai genre musik city pop, cukup langka untuk anak usianya menyukai musik-musik 80an tapi ia menyukai musik ini karena anime Jepang.
"Tapi Tam, menurutku Agata sebenarnya juga suka sama kamu deh," Uucap Alex memecahkan keheningan keduanya, mendengar hal tersebut Tama langsung terperanjat.
"Kamu jangan sok menghibur aku dengan membuat cerita mengada-ada deh, kamu tahu gak itu bikin aku jadi berharap lebih nih," protesnya.
"Beneran Tam, Agata itu akhir-akhir ini sering ngomongin soal kamu, dia tanya-tanya soal hobi dan musik yang kamu dengerin ke aku, tentu ya karena aku teman baikmu," jelas Alex.
Pernyataan kawannya tadi tidak terlalu didengarkan oleh anak yang mengidolakan Bruce Lee ini. Sejujurnya ia bahagia dengan kata-kata temannya tadi, tapi ia menekan perasaannya sendiri agar tidak terlalu berharap. Belajar dari keluarganya, ia memilih bersikap lebih datar karena merasa tidak ada yang spesial dari dirinya.
"Kamu sebenarnya sebenarnya tidak usah merendahkan dirimu sendiri, aku tahu kamu memang menjauhi perempuan sejak masuk SMP, meskipun aku enggak tahu apa alasannya. Kamu itu cukup pintar di pelajaran dan olahraga, lalu saat pelajaran praktik di kelas dan kamu menunjukkan permainan nunchaku, itu benar-benar keren banget. Kok bisa sih Adhitama Suryanaga yang begitu congkak dan bernada tajam saat bicara, bisa cupu banget soal percintaan?" Ujar leki-laki gemuk ini kepada Tama sambil tertawa.
"Bodoh amat, sebenarnya siapa sih Adhitama Suryanaga ini? Menyebalkan banget," protesnya.
Meskipun masih SMP, Tama adalah anak yang sangat perhitungan dan realistis, ia sama sekali tidak pernah percaya adanya keberuntungan di muka bumi ini, ia lebih mempercayai peluang untuk mencapai hasil yang diinginkan. Jadi, untuk meningkatkan peluang kisah cintanya akan sukses, ia mengumpulkan semua data terkait Agata. Langkah awal yang dilakukan adalah mencari akun Facebooknya, semua anak SMP di tahun 2009 pasti memiliki Facebook dan menaruh semua datanya di sana.
Oleh karena itu sepulang sekolah Tama langsung menuju warnet yang berada di depan sekolahnya, bukan warnet game yang biasanya ia datangi bersama kawannya, hari ini ia ijin kepada ketiga kawannya dengan mengatakan pulang lebih dahulu, tentu tujuannya agar Gunawan dan Ardit tidak menganggunya. Dan betul saja, di akun Facebook Agata ia bisa menemukan buku, group band, artis, sampai status hubungan milik Agata.
Bagai tersabar petir, ia melihat status Agat tidaklah single, tapi tertulis complicated dengan akun seorang pria yang dari foto profilnya terlihat jauh lebih dewasa dari mereka berdua. Tama langsung bergegas membuka akun pria tersebut, saat masuk ia tidak bisa memastikan apakah pria itu SMA atau sudah kuliah, tapi ia memiliki gaya rambut emo yang cukup keren menurutnya. Ia membandingkan dengan dirinya yang bahkan tidak bisa menentukan gaya rambutnya sendiri, setiap ke salon semuanya ditentukan oleh ayahnya dan harus model yang paling tidak mencolok.
"Siapa si bangsat ini, setauku Agata juga tidak memiliki kakak laki-laki deh,apakah kerabat keluarganya? Daia juga harusnya kalau mau deketin perempuan, harusnya tante-tante yang seumuran denga dia dong, dasar lolicon!" Tama belum memaki-maki dengan nada keras, ia tidak sadar suaranya bisa didengar seisi penghuni warnet karena di telinganya masih menempel headset dengan lagu milik Miki Matsubara berjudul Mayonaka no Door.
Semalaman memikirkan bagaimana cintanya berteuk sebelah tangan bukan karena Alex tapi karena orang yang tidak ia kenal, membuat ia tidak bisa tidur, tanpa sadar malam yang sunyi dengan suara jangkrik di kamarnya tiba-tiba saja berubah menjadi lantunan adzan subuh. Ia terkejut dan segera memejamkan mata berharap setidaknya 2-3 jam tertidur, tapi bagaimanapun ia menutup mata baik dengan bantuan selimut atau bantal tetap tidak membantu. Karena kepalang tanggung tidak bisa tidur, akhirya Tama keluar rumah dan memakai sepatu sneakers berwarna putih miliknya, dengan jersey Arsenal berwarna merah dan celana futsal hitam ia lalu jogging sejauh 5 kilometer mengelilingi desanya untuk meredam rasa gusarnya.
Begadang semalaman dan dilanjutkan jogging paginya ternyata pilihan yang cukup buruk, sesampainya di sekolah itubuhnya benar-benar lemas seperti zombie yang kurang darah. Ia merasa cintanya benar-benar sudah tamat dan hamper dipastikan bertepuk sebelah tangan. Meskipun ia belum memastikan apakah pria di Facebook itu benar-benar pacar Agata atau bukan, Tama terlalu gengsi untuk menanyakan langsung kepada Agata ataupun sahabat sebangkunya yang bernama Risa. Di satu sisi, ia juga tidak ingin mendekati perempuan yang sudah memiliki pacar, di benaknya sangat pantang menjadi pengecut dengan merebut pacar orang lain meskipun itu biasa dilakukan beberapa anak laki-laki di kelasnya, terutama sering dilakukan gank anak-anak nakal.
"What the fuck is going on with you, bro?" Alex tiba-tiba muncul di belakang Tama sesaat sebelum memasuki kelas, ia khawatir melihat sahabatnya berjalan pelan dengan punggung terbungkuk.
"Ahh kamu, yah aku piker semuanya sudah tamat buatku, aku bahkan sudah mendapatkan death flag sebelum aku berjuang. Aku lihat kemarin di status Facebook Agata tertulis dia punya hubungan complicated dengan laki-laki," jelas Tama pelan tanpa semangat.
"Mana mungkin, setahu aku dia itu jomblo, percaya sama aku, dia itu pasti kakak keponakannya atau sejenisnya, Agata itu suka sama kamu, sadarlah!" Bentak Alex sambil memegang kerah Tama dan menarik-nariknya sagar sahabatnya yang tolol ini bangun dari delusinya.
"Enggak Lex, aku punya prinsip untuk tidak merusak hubungan orang lain," jawabnya sambil pelan-pelan melepas genggaman kawannya di kerahnya itu, lalu ia melanjutkan langkahnya yang lunglai ke kelas.
Melihat temannya terpuruk, Alex benar-benar merasa sedih, ia juga tahu ini adalah cinta pertama sahabatnya itu, ia merasa harus membantu agar semangat hidup Tama Kembali seperti biasanya. Kaena itu, saat istirahat sekolah pukul 12.00 WIB Alex berencana bertanya langsung kepada Agata, karena itu saat bel berbunyi ia langsung beranjak dari bangkunya ke meja Agata. Sementara Tama masih tergulai sepanjang kelas sejak pagi dengan kepala ambruk di meja dengan mata kosong menghadap ke posisi bangku Agata. Ia juga melihat Alex yang tiba-tiba berjalan dan menemui Agata, dalam benaknya mempertanyakan apa yang dilakukan si tolol itu, ia berharap Alex tidak bicara aneh-aneh, tapi ia tidak memiliki tenaga untuk mencegah itu.
Bel berbunyi tanda 30 menit waktu istirahat telah selesai, Alex juga terlihat langsung bergegas kembali ke bangkunya dengan Tama yang masih tiddak tidak beranjak dan dengan posisi yang masih sama. Setelah Alex duduk, ada keheningan diantara keduanya, Tama ingin segera bertanya apa saja yang keduanya bicarakan, tapi ia terlalu gengsi.
"Lex, tadi ngomongin apa? Kok kayaknya seru banget," buka Tama memberanikan diri.
"Yaah tadi itu aku tanya ke Agata soal status Facebooknya," jawab Alex datar.
Sontak tama langsung terperanjat dengan betapa tak tahu malunya Alex menanyakan hal sesensitif itu kepada perempuan tanpa malu-malu. Ia menoleh ke arah sahabatnya itu dengan mata melotot seolah-oleh kedua bola matanya hamper keluar.
"Udah gak usah berlebihan, mau tahu enggak hasil pembicaraan tadi?" Sanggah Alex sebelum sahabatnya itu meledak.
"Iya," jawab Tama singkat sambil kembali merebahkan kepalanya di meja dengan cemas.
Alex lalu mendekatkan kepala dan berkata, "ternyata memang bener kok, laki-laki yang di Facebook itu memang kakak keponakannya Agata."
"Beneran? Yang bener?" Raut wajah Tama mulai bersinar lagi.
"Tapi sebentar, memangnya kamu tadi ngomongnya gimana kok bisa dapat jawaban gitu?" Tanyanya lagi dengan wajah sinis dan mata menyipit.
"Agak Panjang, tapi intinya aku bilang, Ta sebenarnya Tama itu suka sama kamu juga, tapi dia ragu pas lihat status Facebookmu," jawab Alex dengan polosnya.
Wajah Tama langsung memerah dan langsung menangkap dasi Alex dan berkata "Gila kamu! Kok bisa dengan tololnya kamu bilang kayak gitu, aku kan jadi gak punya muka di depan dia nanti goblok!"
Kehebohan kedua sempat dilirik Agata dengan senyuman kecil karena melihat kedua anak ini bertingkah konyol seperti biasanya, lalu keduanya berhenti sekita 10 menit kemudian saat guru sejarah yang akan mengajar tiba-tiba masuk sambil membawa kertas ujian dadakan. Tama tahu sahabatnya ini memang bodoh, tapi ia tahu tidak ada niat buruk darinya, ia justru sebenarnya ingin berterima kasih karena Alex mau berusaha keras membantunya, sedangkan tidak ada yang bisa ia perbuat untuk membantu hubungan Alex dan Diana.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
