Belajar Survive dari Pandji Pragiwaksono

0
0
Deskripsi

Pandji Pragiwaksono mungkin bisa menjadi contoh nyata apa itu survive di dunia entertainment yang ganas di Indonesia.

Semua orang yang mengikuti skena Stand Up Comedy Indonesia pasti tidak akan asing dengan nama Pandji Pragiwaksono Wongsoyudo. Komedian yang besar bersama komunitas Stand Up Indo ini mungkin bisa menjadi contoh nyata apa itu survive di dunia entertainment yang ganas di Indonesia.

Bagaimana tidak, berbeda dari teman-teman seangkatannya yang bisa langsung meledak setelah kemunculannya. Pandji Pragiwaksono boleh dikatakan harus menapaki tangga satu demi satu untuk sukses.

Pandji sebenarnya menapaki jalan menuju dunia entertainment sejak 2001, sambil berkuliah di ITB (Institut Teknologi Bandung) ia menjadi penyiar Hardrock FM Radio di Bandung. Lalu setelah itu ia pindah ke Jakarta dan tetap sebagai penyiar Hardrock, di sana ia sebenarnya merasakan kesuksesan selama 7 tahun berduet dengan Steny Agustaf.

Seperti halnya penyiar lain yang menjadikan radio sebagai batu pijakan dalam karir. Pandji seolah-olah mulai menemukan jalannya saat mendapat peran sebagai host relaity show di stasiun televisi Tans7 berjudul Kena Deh. 

Di Kena Deh, pria kocak ini menjalankan program di mana ia haris menemui orang random di jalan, lalu memberikan pertanyaan-pertanyaan acak, kalau benar maka orang tersebut akan diberikan uang mulai dari Rp50 ribu sampai Rp100 ribu. Reaksi-reaksi kebingungan orang-orang inilah yang menjadikan Kena Deh sukses, bahkan sampai diperpanjang ke stasiun ANTV.

Seperti halnya program-program TV pada umumnya, Kena Deh juga tidak luput dari kata bungkus atau dihentikan produksinya. Setelah program kena deh, nama Pandji Pragiwaksono seolah-olah ikut berakhir di dunia entertainment.

Tidak banyak yang mengetahui kalau ternyata pada 2008 ia sempat merilis album Hip-Hop berjudul Provocatve Proaktive. Ia menggandeng sahabat-sahabatnya seperti Tompi, Steny Agustaf, dan sang istri yang bernama Gamila. Namun, bermusik tidak cukup mampu mengerek namanya kembali ke layar televisi.

Lalu pada 2010 Pandji Pragiwaksono mulai membuat kolam baru bernama stand up comedy atau komedi tunggal di atas panggung. Ia pertama kali ber-stand up di Twivate Concert.

Bak durian runtuh, nama stand up comedy meledak pada 2011 ketika Stand Up Indo merilis video Raditya Dika yang sedang ber-stand up di Comedy Cafe Kemang. Video itu sukses ditonton lebih dari 7 juta orang di Youtube.

Di acara tersebut, sebenarnya ada juga penampilan dari Pandji Pragiwaksono dan Ernest Prakasa. Namun, penampilan keduanya tertutup oleh kehadiran Radit yang sudah cukup tenar sebagai penulis buku.

"Kalau mau bilang, pencetus Stand Up Indo itu Ernest Prakasa dan Raditya Dika. Kalau gak ada Radit yang bawa massa, dan Ernest yang bawa kamera buat negerekam penampilannya Radit, mungkin sekarang gak akan ada Stand Up Indo," penggalan penyataan Pandji Pragiwaksono di channel Youtube Raditya Dika berjudul Kumpul Founder Stand Up Comedy Indonesia! malah Ribut.

Sejak saat itu perkembangan stand up comedy di Indonesia seakan-akan tak terbendung. Setiap tahunnya mungkin ada ratusan stand up comedian yang lahir dan berjuang mencari nafkah di sana.

Pandji sendiri mendapatkan buah manis dari kerja keras tersebut. Meskipun baik dirinya maupun Ernest Prakasa masih berada di bayang-bayang Raditya Dika.

Bagi masyarakat Indonesia, saat itu stand up comedy adalah Raditya Dika dan Raditya Dika adalah stand up comedy itu sendiri. Hampir apapun yang dilakukannya langsung menuai sukses mulai dari penulis buku, komedian, sutradara film, youtuber, aktor, sampai host.

Pandji Pragiwaksono? Tentu saja tidak mampu menaklukkan kedigdayaan Radit. Ia mengambil ceruk yang lebih sempit, ketika audience stand up comedy yang didominasi oleh remaja dilahap semua oleh Radit, Pandji mengambil audience dewasa dan orang tua yang jauh lebih sedikit.

Mungkin itu sesuai dengan dirinya, karena saat itu ia adalah salah satu dari sedikit stand up comedy yang sudah menjadi ayah. Sehingga kebanyakan keresahannya adalah tentang pendidikan dan orang tua, materi yang tidak akan relate jika disampaikan kepada remaja.

Meskipun demikian, Padji menjadi komedian pertama yang melakukan tour tunggal bertajuk Bhinneka Tunggal Tawa pada 2011. Menjadikan langkah awal menjamurnya stand up comedy tour di Indonesia. Sekaligus menumbuhkan respect dari komedian-komedian muda.

Pandji Pragiwaksono bukanlah nama yang sangat bersinar di skena stand up comedy. Namanya kerap kali tenggelam oleh pemain-pemain baru yang menampilkan pertunjukan yang jauh lebih fresh seperti Dodit Mulyanto, Ridwan Remin, sampai Marchel Widianto.

Meskipun demikian, ia justru menjadi orang yang paling sering melakukan tour nasional. Bahkan sampai sekarang dengan tajuk tour Komoidoumenoi pada 2022-2023.

Ia sekali dua kali viral atau menjadi trending topik di Twitter ketika materi stand upnya menyinggung. Contohnya materinya tentang toa masjid sampai kucing.

Pada 2012 ia sempat dikontrak oleh Metro TV untuk menjalankan program late night show berjudul Provocative Proaktive bersama beberapa kawan seperti Raditya Dika sebagai sidekick. Ia mengakui program ini mengubah dirinya untuk lebih mendalami karir sebagai presenter. Namun, program ini harus bungkus juga, menurutnya ada salah seorang tokoh politik yang tersinggung saat ia jadikan materi di acara tersebut.

Sejak dari acara tersebut, ia sering menjadi host dan juri di Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) di KompasTV. Membuat namanya kembali naik di dunia pertelevisian.

Pandji Pragiwaksono juga sempat menjajal dunia kepenulisan buku. Buku-buku yang ia hasilkan seperti Juru Bicara, Merdeka dalam Bercanda, Menemukan Indonesia, Persisten, Berani Berubah, sampai Pecahkan yang berisi tentang teori stand up comedy. Tapi dua bukunya yang paling ikonik adalah Nasionalisme dan Septitank.

Saya sendiri sangat suka bukunya yang berjudul Septitank, karena berisikan pengalaman Pandji saat menjadi juru bicara Anies Baswedan dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017. Jarang sekali saya menemukan buku politik yang ringan dan menyenangkan, tapi juga berisi dalam satu waktu.

"Politik itu ibarat kolam tai (septitank). Sebersih apapun lo pas masuk, akan kotor-kotor juga pas keluar," satu penggalan kata-kata dalam buku Septitank (2019) yang oaling saya sukai.

Tentu saja buku-buku dengan materi berat milik Pandji tidak akan menjadi best seller. Kalah jauh dengan buku-buku milik Raditya Dika seperti Kambing Jantan atau Koala Kumal yang bahkan sudah diadaptasi ke dalam film.

Karir film Pandji Pragiwaksono di dunia film lebih mengenaskan lagi. Ia sendiri pernah mengatakan di channel Youtube miliknya kalau karir filmnya sempat akan berakhir setelah Ayat-Ayat Cinta 2 dihujat saat perilisannya. Tapi karirnya berhasil diselamatkan oleh film Comic 8.

Film pertama yang ia sutradarai pada 2018, Partikelir, menjadikan debut pahit untuknya. Ia bahkan tidak mampu bertahan selama sebulan di bioskop. Film ini malah tidak bisa menarik lebih dari 187 ribu penonton. Membuat ia berpikir berulangkali untuk kembali memproduksi film sendiri.

Tentu saja ia tidak bisa dibandingkan dengan Raditya Dika dan Ernest Prakasa. Bahkan Ernest Prakasa menjelma sebagai sutradara yang diperhitungkan sejak merilis film berjudul Ngenest pada 2015, ia berhasil mendapatkan 785.786 penonton.

Nama Ernest semakin melambung sejak merilis film Cek Toko Sebelah pada 2016 sengan 2.642.957 penonton. Film ini bahkan tengah digarap sekuelnya yang akan tayang tahun depan. Ia bahkan dijuluki orang sebagai sosok yang membuat Raditya Dika terlihat tidak sukses-suksea amat.

Namun, bukan Pandji namanya kalau menyerah begitu saja. Ia secara mengejutkan telah merilis film besutannya sendiri berjudul Mendarat Darurat di bulan ini. Film bergenre komedi ini dibintangi oleh Reza Rahadian, Luna Maya, dan Marissa Anita.

Setelah penayangan selama seminggu, film ini sudah meraup lebih dari 100.000 ribu penonton dan mendapat banyak respon positif. Sebuah percobaan yang mungkin tidak akan sia-sia lagi. Kerja keras Pandji Pragiwaksono patut menjadi contoh. Bagaimana ia tetap bertahan agar survive di dunia entertainment.

Ia kini bahkan memulai karir sebagai stand up comedian di New York. Lagi-lagi ia menjadi komedian pertama di Indonesia yang memulai karir di Amerika Serikat. Berbeda dari dua kawannya seperti Radit yang masih terjebak sebagai konten kreator yang malas keluar rumah, atau Ernest Prakasa yang masih stagnan memproduksi film komedi dengan mengeksploitasi gimmick keluarga keturunan Tionghoa.

"Sekuat apapun mimpi kamu pukul, mau sedalam apa dia kamu kubur. Dia akan kembali di hari tua sebagai penyesalan," sepenggal kata-kata dari Pandji dalam Podcast Hidupnya Indonesia Maya.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya Ketika Supporter Indonesia Menjadi Penikmat Mie dan Klub Instan
0
0
Entah sejak kapan budaya instan memecat pelatih saat liga masih seumur jagung menjadi budaya yang lazim si persepakbolaan Indonesia.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan