Cerpen 31 - Boneka Milik Ibu

1
0
Deskripsi

Ibuku telah pergi ke surga pada umur 88 tahun setelah menjalani kehidupan yang bahagia dan indah. Setelah meluangkan waktu bagi diriku untuk berduka padanya, aku mulai mencoba untuk menenangkan diri dan mengurus segala hal yang telah ditinggalkan oleh ibu. Aku bekerjasama dengan saudara perempuanku dan adik laki-lakiku serta kedua anakku untuk memeriksa seluruh barang miliknya dengan cermat dan hati-hati. Ibuku adalah orang yang rapi dan teratur sehingga tidak ada tumpukan-tumpukan majalah tua ataupun...

Boneka Milik Ibu

 

Ibuku telah pergi ke surga pada umur 88 tahun setelah menjalani kehidupan yang bahagia dan indah. Setelah meluangkan waktu bagi diriku untuk berduka padanya, aku mulai mencoba untuk menenangkan diri dan mengurus segala hal yang telah ditinggalkan oleh ibu. Aku bekerjasama dengan saudara perempuanku dan adik laki-lakiku serta kedua anakku untuk memeriksa seluruh barang miliknya dengan cermat dan hati-hati. Ibuku adalah orang yang rapi dan teratur sehingga tidak ada tumpukan-tumpukan majalah tua ataupun tumpukan surat yang berserakan di mana-mana. Justru dia yang menjadi penyemangat diriku untuk menghentikan kebiasaan suka menunda-nunda yang pernah kumiliki selagi masih muda. Aku dan ibuku sebenarnya memiliki hubungan yang cukup dekat, namun anehnya, justru aku merasa semakin dekat dengannya setelah dia meninggal. 

Ibuku adalah orang yang penuh semangat dan hidup dengan sebaik-baiknya di masa sekarang. Ia tidak bernostalgia tentang masa kecilnya, atau tahun-tahun ketika krisis ekonomi melanda. Ia tidak suka ketika berbicara mengenai apa saja yang ia lalui di masa lalunya, kecuali bila ada orang yang bertanya padanya, itu pun sangat jarang. Tetapi, sekarang itu adalah hal yang sedikit kusesali, karena aku ingin mengajukan pertanyaan, bahkan ribuan pertanyaan padanya mengenai bagaimana ia hidup, bagaimana ia mampu bertahan dan terlebih membesarkan kami semua di tengah segala cobaan itu. Aku ingin menuliskan cerita itu dan membagikan itu pada anakku nanti ketika sudah besar sehingga mereka tahu bahwa nenek mereka adalah orang yang luar biasa. 

Aku selalu mampir ke rumahnya ketika sudah menikah. Sudah tiga puluh tahun aku selalu berkunjung ke sini dan ada begitu banyak hal yang dapat ditemukan ; satu set piring, gelas, guci dan juga beberapa suvenir ketika ia pergi melancong ke luar negeri bersama dengan ayah. Disana ada juga buku-buku kecil yang merupakan salah satu buku cerita favoritku yang selalu dibacakan olehnya ketika ia kecil, seperti kisah si kancil atau dongeng tentang putri tidur dan tujuh kurcaci. Ibu memiliki kebiasaan suka memberikan semacam catatan kecil pada setiap buku. Dulu aku tidak peduli akan catatan-catatan kecil itu, namun sekarang aku menyukainya sebab itu akan membawa kenangan yang indah pada ibuku. 

Aku pun berjalan dan berjalan dari satu kamar ke kamar yang lain dan menemukan beberapa hal yang tidak pernah aku duga saat membereskan kamar tersebut. Salah satu temuan yang kumiliki adalah ada begitu banyak kotak kosong dan juga beberapa lembar kertas kado. Aku menduga ibu senang mengoleksi kotak-kotak ini karena selalu ingin memberikan hadiah pada kami. Kotak kosong itu ditumpuk dalam berbagai ukuran, mulai dari yang besar dan juga yang kecil. 

Hal lain yang tida kusangka adalah temuan berupa koleksi pakaian milik ibu yang tidak pernah terpakai. Pakaian ini masih terlihat baru dan juga label harga yang terpasang di sana masih belum dicopot. Ibuku memiliki kebiasaan yang cukup aneh bagi seorang wanita, yaitu ia tidak terlalu suka berbelanja, apalagi bila itu menyangkut pakaian. Namun, di tahun-tahun terakhirnya, ia mulai banyak mengoleksi pakaian-pakaian itu seolah ia akan menghadiri acara fashion show. Kalau boleh jujur, aku tidak menyukai selera pakaian ibu yang menurutku agak sedikit kuno bila diterapkan di zaman sekarang. 

Kemudian, ibuku juga selalu menyimpan setiap kartu yang selalu diberikan padanya, baik itu kartu ulang tahun ataupun kartu ucapan selamat. Aku tidak pernah tahu mengapa ibu menyimpan kartu-kartu itu, tetapi yang aku tahu adalah bahwa setiap kartu yang ia simpan pasti memiliki kenangan dan ekspreksi cinta dari seseorang yang sangat spesial baginya. 

Kemudian, sepupuku menemukan boneka favorit ibuku yang begitu dikemas dengan sangat hati-hati. Boneka itu terbuat dari porselen dan mata kebiruan yang begitu indah. Boneka itu memiliki rambut agak pirang dan berambut lurus. Di pikiranku, boneka ini memiliki rambut yang merupakan rambut asli manusia, setidaknya itulah pikirku. Tapi, boneka ini justru tidak mengundang aura menyeramkan seperti di film horror, melainkan sebuah aura yang membuat dia layak untuk dicintai dan dimainkan dengan baik. 

Aku kemudian teringat kembali dengan kenangan masa kecilku. Aku sangat suka bermain dengan boneka dan bahkan memiliki beberapa boneka favorit yang sudah kunamai sejak lama. Ada Susan, sebuah boneka barbie lama dengan rambut pirang dan kulit yang kecoklatan. Aku membeli itu karena kulihat boneka itu memiliki kulit yang serupa dengan diriku. Lalu ada Teddy, sebuah boneka beruang putih yang jika masih ada, mungkin sudah berubah menjadi kecoklatan. Aku sering sekali membawa boneka-boneka itu keluar untuk dimainkan sehingga ketika aku kembali ke rumah, ada saja bagian-bagian dari boneka itu yang hilang entah kemana, seperti pita ataupun sepatu yang dikenakannya. Aku suka sekali mewarnai boneka-boneka yang kumiliki, mulai dari mengecat kukunya dengan spidol, memotong ulang rambut mereka dan terkadang mencoba mendesain ulang pakaian yang mereka kenakan. Tentu saja, hasilnya tidak pernah bagus dan pakaian yang kubuat selalu terlihat compang-camping. 

Aku juga teringat hari dimana ibu memberikan boneka kesayangannya padaku. Aku menyukai boneka itu karena terlihat mahal dan mewah. Namun, karena kemewahan yang melekat pada boneka itu, aku benar-benar tidak tahu cara bermain dengannya. Aku sungguh takut jika aku bermain dengannya, maka boneka itu akan patah sebab ia begitu rapuh. Temanku yang sering bermain denganku berkata bahwa ia tidak suka boneka yang tidak bisa digerakkan, dicopot, atau tidak mengeluarkan suara sama sekali ketika salah bagian tubuhnya ditekan. Akhirnya, ketika waktu bermain dengan temanku tiba, aku sering meletakkan boneka itu begitu saja, membiarkan ia tidak terawat di pojok kamar. Aku agak merasa tidak enak padanya karena aku tidak terlalu suka boneka itu seperti ibuku menyukainya. Aku merasa ibu pasti sedikit bingung kenapa ada seorang anak gadis yang tidak mau bermain dengan boneka yang seindah ini. 

Bertahun-tahun setelah itu, ibuku kembali mengeluarkan boneka kesayangannya dan memberikan itu kembali pada anak perempuanku. Kali ini ia berkata, “Mari kita ubah dia sedikit dan mungkin saja Tina akan menyukainya”. Ibuku bahkan harus mendatangi seorang ahli boneka dan juga tukang reparasi barang antik untuk memparbaiki boneka itu ke keadaan awalnya ketika masih baru. Aku tahu ibuku sangat gembira ketika ia melihat boneka itu diperbaiki, namun sayang, anakku bukanlah gadis yang suka bermain dengan boneka. Aku tahu pasti Tina tidak akan menyukai boneka ibuku, sebab aku juga pernah membelikan ia satu set boneka Barbie keluaran terbaru, namun ia tidak pernah benar-benar memainkan itu. Seperti yang terjadi sebelumnya, boneka itu kembali tersimpan di sudut kamar dan tak pernah tersentuh oleh putriku. Setelah itu, aku tahu diam-diam ia mengambil kembali boneka kesayangannya dan Tina pun juga tidak terlalu peduli akan hal itu. 

Entah berapa lama aku tidak terlalu ingat akan boneka itu. Baru setelah sepupuku membuka kotak itu dan mengangkat kain halus yang melindungi wajah cantik itu, baru kemudian aku mengingatnya. Sekarang aku baru mengerti arti dari boneka itu. Kecintaannya pada seorang teman dan juga pada keluarga adalah hal yang amat penting bagi ibuku. Aku mengerti bahwa ibu dan kakekku memiliki hubungan yang spesial. Kakekku meninggal ketika diriku masih sangat muda dan aku jarang melihat mereka berinteraksi, atau setidaknya itulah yang kuingat. Karena ibuku sendiri tidak terlalu suka membicarakan masa mudanya, hubungan mereka berdua pun masih belum jelas bagiku. Aku mengetahui bahwa kakekku sangat mencintai ibu melebihi apapun dan sangat sayang padanya. Aku mengetahui hal itu sebab kakekku sendiri adalah penggila kamera dan ada banyak sekali foto-foto seorang gadis kecil yang tidak terhitung jumlahnya. Foto gadis kecil itu selalu dengan senyuman yang indah. Banyak orang bilang bahwa sebuah gambar terkadang bermakna sejuta kata dan aku belajar banyak dari foto-foto lama tersebut. 

Ternyata, kakekku yang telah memberikan boneka itu pada ibu. Ibu sangat menyayangi ayahnya dan juga amat menyukai boneka tersebut. Mengetahui sejarah boneka itu, tentang seberapa dekat ibu saya dengan ayahnya dan bahwa ayahnya yang memberikan boneka itu, aku dapat memahami makna penting dari boneka porselen tersebut. Ibu ingin sekali mewariskan cinta itu – ia tidak bermaksud untuk memberikan boneka itu sebagai mainan baru, tapi ia ingin memberitahu kita tentang apa yang ia rasakan tentang boneka itu. Aku berharap dapat menyadari dan memahami arti dari pemberian boneka itu ketika diriku masih kecil – mungkin saja itu akan mengubah cara pandang saya terhadap boneka itu – setidaknya itu juga berlaku ketika anak perempuanku lahir. 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Cerpen 32 - Kenangan Bersama Bibi
1
0
Perlahan aku mulai membuka mata dari tidur lelap ini. Entah mengapa saat ini sangat sulit untuk membuka mata dan bagiku hari ini nampak berbeda seperti biasanya. Aku rasa aku tahu kenapa ini terjadi. Aku selalu tahu bahwa hari ini akan tiba dan aku cukup senang untuk menjalani semua ini sampai akhir.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan