Cerpen 21 - Tua-Tua Keladi

1
0
Deskripsi

Ia adalah seorang lelaki tua bernama Kusmono dan memiliki sikap sedikit kurang ajar dan bertubuh agak besar. Usianya sudah teramat tua meski badannya masih tergolong tegap untuk orang seusia dirinya. Ia disinyalir merupakan orang kedua yang menempati dusun ini ketika masih berupa hutan belantara. 

Lalu siapa orang pertama di tempat ini ? Itu adalah kakak laki-lakinya yang bernama Kuncono. Dilaporkan ia dibunuh secara misterius oleh orang tak dikenal setelah ada perselisihan terkait lahan tempat ia...

Tua-Tua Keladi

 

Ia adalah seorang lelaki tua bernama Kusmono dan memiliki sikap sedikit kurang ajar dan bertubuh agak besar. Usianya sudah teramat tua meski badannya masih tergolong tegap untuk orang seusia dirinya. Ia disinyalir merupakan orang kedua yang menempati dusun ini ketika masih berupa hutan belantara. 

Lalu siapa orang pertama di tempat ini ? Itu adalah kakak laki-lakinya yang bernama Kuncono. Dilaporkan ia dibunuh secara misterius oleh orang tak dikenal setelah ada perselisihan terkait lahan tempat ia menanam kebun sawit miliknya. Pelaku sebenarnya, diyakini adalah Kusmono, meski bukti-bukti yang ada tidak cukup untuk menyeret dirinya ke dalam jeruji besi. 

Kusmono memiliki raut wajah menyeramkan dengan mata yang tajam. Ia pernah ikut dalam program militer ketika masa penjajahan dan karena hal ini ia punya kebiasaan untuk selalu bangun pagi dan melakukan aktivitas seperti warga dusun lainnya. 

Ia tinggal sendirian di dusun ini dan sudah tidak bertemu putra satu-satunya selama hampir empat puluh tahun. Ia terkadang bersikap seperti orang gila dan selalu berbicara sendiri. Terkadang, rutinitas yang ia lakoni hanya berkunjung ke makam saudaranya, entah untuk berduka cita atau ada maksud yang lain dan tidak diketahui oleh warga dusun di sana. 

Orang-orang yang tinggal di sana selalu membicarakan dirinya, baik ketika ia berkebun atau sekedar duduk di pekarangan rumah dan menatap ke arah jalan dengan tatapan kosong. Kusmono sudah amat terkenal dan banyak julukan melekat pada dirinya. 

“Pembunuh” 

“Orang gila”

“Psikopat” 

“Kakek tua menyeramkan” 

Kusmono selalu berjalan sendirian di sekitar kebun miliknya dan terkadang ia juga melewati batas kebun milik orang lain. Apa yang ia lakukan sungguh tak terduga. Terkadang ia memarahi siapapun yang lewat dan di lain hari dia hanya meminta minum dan berlalu begitu saja. 

Seiring waktu, orang-orang mulai terbiasa dengan kehadiran Kusmono dan tak terlalu memperhatikan dirinya. Tapi, Kusmono sendiri selalu memperhatikan orang-orang di sekitar dirinya. Ia melihat dan memperhatikan mereka seperti yang terjadi hari ini. 

Seorang wanita muda dari desa sebelah datang untuk pergi menjenguk kerabatnya yang kebetulan tinggal di dekat rumah Kusmono. Tanpa sengaja, Kusmono memperhatikan wanita itu dengan penuh gairah. Entah gairah apa yang dapat timbul dari pria tua yang sebentar lagi sudah mendekati kematian itu. 

“Wajah itu, aku menyukainya” pikir Kusmono. Kemudian, ia bergegas menghampiri wanita itu dan bertanya padanya, “Siapa namamu ?”

“Lestari” ujar wanita itu dengan sopan. 

“Nama yang indah. Mendiang istriku memiliki nama yang serupa dengan dirimu” ujar Kusmono sambil tertawa. 

“Apa bapak tinggal sendiri disini ?” tanya Lestari. 

Tiba-tiba saja Kusmono tertawa terbahak-bahak. “Kau tahu, setiap orang di dusun ini takut padaku. Aku mengakuimu nona. Kau cukup berani untuk berbincang dengan diriku”

“Begitukah ?” 

“Benar sekali. Apa aku terlihat menakutkan bagimu ?” 

“Daripada menakutkan, anda lebih seperti pria tua yang kesepian. Saya teringat dengan kakek saya yang juga sama seperti anda”

“Terima kasih. Kau tahu, di dusun ini, sepertinya hanya kau yang mencoba bersikap baik padaku. Aku menghargai itu” ujarnya sambil berlalu meninggalkan Lestari di sana. 

Kusmono kemudian pulang ke rumah dan duduk di depan meja kayunya yang sama tuanya seperti dirinya. Kemudian ia mengambil pena dan menulis sesuatu sambil mengingat nama wanita cantik yang baru saja ia jumpai. Ia menulis apa yang ingin ditulisnya dan terkadang itu berupa puisi atau kata-kata tak bermakna. 

Setelah itu, ia berjalan keluar rumah dan duduk di bawah pohon sambil menatap langit seolah ia tahu bahwa dirinya akan pergi meninggalkan dunia ini. Kusmono memikirkan Lestari, serta bagaimana ia berbicara, untuk terakhir kalinya sebelum angin malam membawanya menuju dunia orang mati. 

Esok harinya, tetangganya menemukan Kusmono sudah terbujur kaku di bawah pohon dalam keadaan tak bernyawa. Tetangganya yang menemukan itu begitu terkejut dan langsung melaporkan itu ke polisi. 

Polisi mengidentifikasi kematian Kusmono sebagai penyakit jantung. Di usia yang sudah setua itu, berjalan dan duduk di bawah pohon sangat berakibat fatal, terlebih lagi Kusmono sendiri punya riwayat penyakit jantung sebelum ia meninggal. Ketua RT setempat dan warga di sana beramai-ramai untuk mengurus jenazah Kusmono sambil ia mencari tahu putra satu-satunya Kusmono untuk diberitahu mengenai ayahnya. 

Seminggu kemudian, putra Kusmono yang bernama Suripto datang dan mengurus segala sesuatunya. Suripto terkadang benci dengan perilaku ayahnya di masa lalu dan ia sebenarnya enggan untuk datang ke sini. Tapi, demi menghormati orang tua sesuai ajaran agamanya, ia rela untuk datang dan mengurus ayahnya. 

“Aku tidak menyukaimu namun juga tidak membencimu. Aku akan menghormati keputusanmu dan juga pesan yang kau tulis di kertas ini. Aku akan sampaikan ini pada gadis yang bernama Lestari ini. Sungguh, perilakumu tidak pernah berubah meski kematian sudah dekat dengan dirimu” ujar Suripto sambil ia membacakan surat yasin di atas pusara ayahnya dan pergi untuk menemui Lestari dan menyelesaikan urusan dia dengan ayahnya. 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Cerpen 22 - Mengapa Kau Pergi Dariku
1
0
Mengapa dirimu telah pergi ? Kamu baru saja hadir dan sudah meninggalkan diriku sendiri disini ? Sebagian diriku merasa bahwa ini semua hanyalah ilusi semata dan aku sedang dihipnotis oleh seseorang. Aku mencintaimu sepenuh hati dan telah menyerahkan seluruh jiwaku padamu namun kau tega untuk berkhianat denganku. Bukankah kau ingat perkataan dirimu ? Dua hati kita menjadi satu ? Kau yang tidak akan pernah lari dari sisiku ? Kau yang berjanji untuk tidak pernah meninggalkan diriku dan menjadi satu-satunya temanku ? Lalu kau juga berjanji untuk selalu mencintai diriku selamanya ? Ingatkah dirimu tentang semua itu ?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan