
Alkisah, terdapat tiga orang bersaudara dengan kepribadian yang berbeda-beda. Si Kakak yaitu Andi, adalah pribadi yang penuh semangat dan energetik. Lalu yang kedua ada Randi, pribadi yang punya bakat dalam seni dan ada adik bungsu, si Nindi, yang paling pintar diantara kedua saudaranya.
Tiga Saudara
Alkisah, terdapat tiga orang bersaudara dengan kepribadian yang berbeda-beda. Si Kakak yaitu Andi, adalah pribadi yang penuh semangat dan energetik. Lalu yang kedua ada Randi, pribadi yang punya bakat dalam seni dan ada adik bungsu, si Nindi, yang paling pintar diantara kedua saudaranya.
Andi adalah pribadi yang energetik namun lemah dalam pelajaran. Tetangga sering menggujingnya karena ia pernah tinggal kelas sebanyak dua kali.
Suatu ketika, Andi bertanya pada ibunya.
“Ibu, kenapa aku begitu bodoh dalam pelajaran ?” ucapnya dengan sedih.
Sang ibu tersenyum dan tidak memarahi sama sekali putra kecinya.
“Kamu bodoh ? Siapa yang bilang ? Biar ibu sentil orang yang ngomong gitu. Kamu anak mama yang paling energik, penuh semangat dan hebat dalam keterampilan fisik. Jadi kamu tidaklah bodoh”
“Tapi kenapa aku tetap tidak bisa memahami pelajaran ?”
Si ibu kembali menjawab dengan perlahan.
“Kamu itu orang yang penuh semangat. Hal yang paling ibu suka dari kamu adalah tidak murah menyerah” ucap sang ibu sambil memeluk anaknya.
Si sulung yang dipeluk si ibu, merasa lebih percaya diri, dan semenjak itu, ia selalu melakukan apapun dengan sungguh-sungguh, meski itu sulit sekalipun.
Sementara yang tengah, Randi, adalah pribadi yang pendiam. Namun ia punya bakat seni yang luar biasa, namun ia tidak pandai dengan matematika. Berulang kali ia dipanggil oleh gurunya karena tidak dapat memahami soal-soal yang selalu diberikan di kelas.
Si ibu dengan sabar mendengar setiap keluhan sang guru. Ia tatap Randi yang tertunduk lesu, dipenuhi rasa bersalah yang terpancar dalam kedua matanya.
“Jadi anak saya hanya tidak bisa matematika ?”
“Dilihat dari nilai rapor, sepertinya begitu. Putra anda tidak mahir dalam hitungan, meski ia lulus, nilai yang didapat pasti sangat kecil. Saya khawatir akan masa depannya” ucap sang guru yang merasa kecewa dengan Randi.
Si ibu nampak marah dan kembali berkata kepada si guru.
“Aku yang membesarkan Randi dari masih kecil. Aku tahu kemampuannya. Jangan bicara masa depan anakku seolah kau mengetahuinya. Bukankah tugas sekolah adalah untuk menggali potensi para siswanya ?” katanya agak sedikit marah.
Guru yang mendengar perkataan si ibu, hanya terdiam dan tak dapat berkata apapun. Sementara itu, Randi menatap ibunya. Si ibu menyadari bahwa ia sedang diperhatikan, dan mengelus kepala Randi dengan pelan.
“Kamu anak mama paling hebat. Siapa yang peduli matematika. Tidak ada yang lebih tahu bakat kamu dibandingkan ibumu yang melahirkanmu. Akhir-akhir ini kamu suka menggambar kan ?”
Randi terdiam.
Ia merasa rahasianya terbongkar.
Guru yang mendengar sedikit penasaran dan bertanya kepada si ibu.
“Apa Randi suka menggambar ?”
“Ya. Dia sangat suka. Randi-ku ini adalah anak yang pemalu. Tapi sebenarnya, ia adalah anakku yang paling berbakat dalam seni. Kalau kau melihat gambarnya, kau akan terkagum”
Si ibu menunjukkan gambar lukisan milik Randi.
Randi yang tersadar hanya tertunduk malu.
“Ini gambar yang sangat bagus. Saya tidak menyangka ini datang dari seorang anak kecil. Saya tarik kembali kata-kata bahwa Randi tidaklah hebat”
Si ibu senang dan merasa bahwa ia memenangkan pertarungan ini.
Ia tatap Randi dan dipeluknya dengan erat.
“Kamu adalah anak mama yang hebat”
Randi merasa senang dengan perhatian yang ibu berikan dan menangis dibuatnya.
Sementara Nindi, si bungsu yang pintar. Ia mahir dalam sains dan matematika. Bahkan kemampuan ini jauh melebihi kakaknya. Mungkin karena ekonomi orang tua mereka membaik semenjak Nindi lahir, sehingga asupan gizi si bungsu terpenuhi dan ia lahir dengan keadaan sehat dan cerdas.
Suatu ketika, akan diadakan ujian kenaikan kelas.
Andi dan adiknya, Randi, sangat gelisah dan khawatir. Ia merasa tidak tenang, sebab kemampuan akademik mereka jauh di bawah rata-rata.
Sementara Nindi, hanya dalam belajar satu hari, ia dapat menguasai apapun.
Melihat hal ini, si ibu memberikan solusi.
“Kalian bertiga akan menghadapi ujian kenaikan kelas. Maka dari itu ibu akan membuat aturan, siapa yang berhasil naik kelas dengan nilai bagus, akan ibu beri hadiah istimewa”
Mendengar ini, Andi dan adiknya Randi, merasa semangat dan memutuskan untuk belajar seharian.
Sementara Nindi, ia hanya belajar beberapa jam saja, kemudian sisanya ia habiskan dengan bermain dan tidur.
Si ibu hanya diam dan mengawasi segala tingkah laku dari mereka bertiga.
Waktu yang dinantikan tiba.
Ujian kenaikan kelas berakhir dan nilai diumumkan.
Nilai yang didapat Andi tidak terlalu memuaskan. Begitupun juga si Randi. Namun Nindi, ia berhasil meraih nilai terbaik.
Untuk kesekian kalinya.
Andi dan Randi merasa sedih.
Ketika ibu membagi hadiah, justru ia memberikan hadiah kepada Andi dan Randi. Nindi yang melihat hal ini jengkel dan marah kepada si Ibu.
“Mengapa aku tidak dapat hadiah ? Nilaiku jauh lebih bagus dan lebih baik” ucap ia merasa jengkel.
“Nilaimu memang lebih baik dan lebih bagus. Namun ibu sama sekali tidak melihat perjuangan dalam dirimu. Kakak-kakakmu berjuang keras meraih sesuatu yang mustahil untuk mereka berdua, sementara Nindi hanya dengan belajar sebentar saja, sudah langsung memahami semua soal”
“Tapi bu...”
“Nindi, dengarkan baik-baik perkataan ibu. Meski kamu sehebat apapun, jangan pernah kamu remehkan usaha dan kerja keras, meski itu kecil sekalipun. Nindi hanya belajar beberapa jam, sementara kakakmu, ia belajar seharian. Jadi menurut kamu, mana yang lebih pantas ibu beri hadiah ?”
Nindi mendengar ucapan si ibu. Ia tertunduk dan merasa bersalah.
Si kakak yang melihat hal ini memeluk Nindi. Begitu juga Randi yang langsung memeluk Nindi dengan erat. Nindi menangis dan meminta maaf kepada kakak-kakaknya.
“Sudah, jangan menangis. Kakakmu ini tidak benci sama kamu kok. Malah kami senang punya adik yang jenius melebihi kami. Kalau begitu, kakak akan bagi sebagian hadiahnya untuk kamu”
Si Randi juga ikut membagi hadiah yang ia dapat.
Karena mendapat hadiah dari kedua kakaknya, justru Nindi kali ini yang mendapat hadiah lebih banyak.
Si ibu memeluk Nindi dan berkata.
“Lihatlah. Hadiah yang ibu berikan”
“Es krim ini ?”
“Bukan sayangku. Tapi hadiah terbaik yang kau miliki adalah kedua kakak yang begitu menyayangimu sepenuh hati’
Nindi tersenyum dan senang.
Ia beruntung diberkati untuk lahir dalam keluarga ini.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
