
Deskripsi
6. Adu Jurus Maut
Pada satu kesempatan yang tidak bisa diperhitungkan, Srenggoloyo merangsek maju. Dia serang Permana dengan jujur kombinasi. Jurus gabungan, atau jurus paduan.
Dia padukan antara patukan kedua tangan yang merupakan bentuk dari patukan kepala kobra, dengan tendangan kedua kaki secara bergantian. Tendangan kedua kaki susul-menyusul merupakan bentuk sabetan ekor naga! Sedangkan tubuh Srenggoloyo sekali waktu melayang-layang di udara pada saat menyambar seperti...
Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
PEDANG KEBENARAN SEJATI (7)
0
0
7. Kabur Sebelum Lebur “Dasar coro busuk! Rupanya kamu tetap bungkam!” kata Srenggoloyo dengan geramnya. “Sungguh tidak sopan seorang pendekar tidak mau menanggapi kata-kata orang lain. Itu sama saja kamu cari mampus. Kalau kamu memang siap mampus, baiklah, aku akan menurutinya, hiaaat…!” Srenggoloyo kembali menyerang lawan. Permana selalu waspada terhadap kedua tangan lawan yang sewaktu-waktu siap mematuk. Sewaktu-waktu siap menusuk dengan cepat dan tak terduga. Dia selalu berusaha menangkis. Tapi lebih banyak menghindar karena tenaga tangannya berkurang akibat luka di kedua bahu. Ini jelas sangat mengganggunya dalam bertarung. Karena sibuknya menangkis dan menghindar, membuat Srenggoloyo leluasa mendodog dada lawan beberapa kali! Dodogan pada dada membuat Permana terhuyung-huyung seperti orang mabuk! Keadaan ini membuat lawan makin beringas dan menjadi-jadi. Srenggoloyo semakin bersemangat untuk segera mengakhiri pertarungan. Setelah dia habisi Permana maka akan selesailah pertarungan, dan berhasil membawa Raras ke kadipaten. Dengan sebuah gerakan cepat, Permana bersalto ke belakang beberapa kali untuk menjaga jarak dengan lawan. Diam-diam dia mengumpulkan tenaga dalam, untuk dipusatkan di kedua telapak tangannya. Lalu dengan sekali tepuk, dia mulai menyongsong lawan dengan jurus barunya! Plok! Tangan ditepuk. Lalu mulai bergerak untuk menghantam lawan! Pada saat bersamaan Srenggoloyo ingin menusuk mata lawan dengan dua jari kanan mengarah ke depan. Lurus ke wajah Permana! Srenggoloyo ingin membutakan lawan. Bisa juga ingin membunuh lawan secepatnya. Dirinya tidak sabar untuk segera memiliki Raras. Dua tenaga beradu. Dua tenaga dalam saling beradu. Tangan kanan Permana yang semula tergenggam, tiba-tiba terbuka. Telapak tangan kanan tiba-tiba mengembang, ketika hampir bertabrakan dengan tangan kanan Srenggoloyo. Akibatnya di luar dugaan. Dhuar! Ledakan keras berdentum akibat bertabrakannya dua tenaga dalam. Tapi bukan hanya sekedar ledakan yang terjadi. Tubuh Srenggoloyo terdorong ke belakang dengan sangat cepat. Tangan kanannya yang semula menyerang dengan dua jari untuk menusuk lawan, secara tak terduga mengembang dengan sendirinya begitu bertabrakan dengan tenaga dalam dari telapak tangan Permana yang terbuka secara tiba-tiba tadi. Tenaga dalam yang memusat pada ujung dua jari tangan kanan Srenggoloyo secara tiba-tiba buyar. Bebas menyebar ke mana-mana di sekitar tempat itu. Menghantam berbagai benda di sekitar arena pertarungan. Daun-daunan, ranting pohon, bahkan beberapa genting rumah Soma berantakan! Rupanya tenaga dalam yang memusat di ujung tangan Srenggoloyo telah terpecah dan bebas mental ke delapan penjuru mata angin! Sedangkan tubuh Srenggoloyo pun terpental sejauh puluhan tombak. Permana yang telah menggunakan jurus puk-puk watu tataran kedua masih berdiri tegar di tempatnya semula. Pendekar tampan bermata biru itu berdiri dengan tangan tetap menyorong ke depan dalam keadaan telapak tangan terbuka lebar. Dia diam-diam merasakan rasa ngilu yang tak tertahankan di bahu kanannya. Hantaman tenaga dalam dengan jurusnya yang memecah-mecah tenaga dalam lawan tersebut, ternyata menguras tenaganya. Membuat darah meleleh lagi dari bahu kanannya! Pendekar Pedang Biru itu berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakitnya. Pantang baginya menunjukkan kelemahan diri di depan lawan. Apalagi lawan selicik dan sejahat Srenggoloyo. “Jangan sampai mengasih hati pada lawan semacam Srenggoloyo!” gumam Permana pada diri-sendiri. “Cara yang harus ditempuh adalah bertempur sampai habis-habisan. Bertempur sampai ada yang tumbang dan tergeletak di tanah dalam keadaan tak bernyawa!” Brus! Punggung Srenggoloyo menghantam pohon di depan rumah Soma. Pohon itu patah dan ambruk seketika. Tubuh Srenggoloyo nyaris tertimpa pohon itu seandainya tidak segera menghindar ke kanan, ketika pohon roboh ke kiri. Dia segera memasang kuda-kuda walau matanya berkunang-kunang dan tangan kanannya kesemutan! Bahkan untuk sementara waktu sulit dia gerakkan jari-jarinya! Seolah-olah peredaran darahnya yang menuju telapak tangan telah beku! Nyatanya demikian. Bangsat! Umpat Srenggoloyo dalam hati. Jurus apa yang digunakan pendekar brengsek ini? Apakah dia yang dikenal dengan pewaris jurus yang dulu hanya dimiliki Ki Sasmaya? Apakah pendekar ini murid Ki Sasmaya? Memang jurus yang digunakan Permana di antaranya bisa membuat peredaran darah lawan yang tenaga dalamnya terpecah itu jadi beku. Hanya untuk sementara waktu. Lama atau tidaknya pembekuan peredaran darah itu tergantung yang bersangkutan. Kalau Srenggoloyo segera bisa melancarkan peredaran darahnya dengan hawa murni dari tangan yang satunya, maka pembekuan peredaran darah itu hanya sebentar. Begitu pula sebaliknya. Kalau tidak segera dinetralkan dengan hawa murni, maka pembekuan itu bisa berlangsung selama setengah hari! Kalau dalam keadaan bertempur darah di telapak tangan beku selama setengah hari, maka tangan itu tidak bisa digunakan untuk menghadapi lawan. Sama saja, dia akan menghadapi bahaya maut! Karena lawan pasti tidak akan tinggal diam. Lawan pasti akan segera bergerak untuk menuntaskan pertarungan alias menghabisinya! Ternyata memang itu yang dilakukan Permana. Dia sudah terlanjur luka cukup parah. Maka dia harus segera mengakhiri pertarungan. Bahkan kalau perlu dia cabut pedang saktinya bila keadaan sangat mendesak. Namun untuk sementara waktu dia masih menggunakan tangan kosong karena lawan juga bertangan kosong. Dengan sebuah gerakan cepat, Permana melesat ke depan dengan menggunakan tangan kiri untuk menyerang. Srenggoloyo memucat wajahnya. Sangat panik si bajul buntung itu. Tangan kanannya belum bisa dia gunakan dengan sempurna untuk menggunakan jurus andalannya. Terpaksa dia gunakan tangan kiri untuk menangkis. Tapi saat lawan makin dekat, Srenggoloyo jadi ragu-ragu. Tidak mungkin dirinya menangkis serangan lawan. Karena kalau menangkis dengan tangan kirinya, jelas sekali dia akan celaka! Tenaganya pasti akan dipecah-pecah oleh hantaman dari Permana. Sungguh dia rasakan aneh dan membahayakan jurus memecah tenaga lawan dari Permana. Srenggoloyo tidak tahu nama jurus lawan, tapi tadi sempat melihat Permana bertepuk satu kali sebelum memulai jurusnya. Jurus tersebut sungguh-sungguh telah berakibat cukup fatal bagi Srenggoloyo. Kini Srenggoloyo jadi ragu-ragu untuk menangkis serangan lawan. Aku tidak ingin terlontar lagi untuk kedua kali. Begitu kata Srenggoloyo di dalam hati. Maka dari itu, jalan terbaik adalah menghindar. Srenggoloyo melemparkan tubuhnya ke kiri sambil berguling-guling. Pukulan telapak tangan kanan Permana menghantam batu hitam yang terletak di halaman Soma. Batu yang dimaksudkan sebagai hiasan itu hancur berkepingan. Pecahan batu-batu itu menebar ke berbagai penjuru, kecuali ke arah Permana. Beberapa pecahan batu itu menghantam dahi Srenggoloyo hingga berdarah! Lelehannya sampai menutup mata kirinya…! Dengan tertatih-tatih, Srenggoloyo bangkit dari kejatuhannya. Dia segera melompat ke pelana kudanya, diikuti oleh keenam prajurit setia. Anak Adipati Ardawalpa itu terpaksa mengkhakiri pertarungan karena khawatir dirinya bakal tumpas oleh Permana. “Jangan merasa besar kepala dulu, cecurut busuk!” kata Srenggoloyo sambil mengusap darah yang mengalir dari dahi. “Kemana pun kamu pergi akan kucari! Aku tidak akan bisa hidup tenang sebelum menumpasmu, hiaaa!” Srenggoloyo menarik kekangan kudanya, lalu melesat cepat meninggalkan rumah Soma. Meninggalkan Dukuh Genturan yang membuatnya sial. Meninggalkan pertarungan yang belum selesai. ***
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan