
Original story by @goingsaturnus on X
-
Jonathan seketika mematung, otaknya butuh waktu untuk memproses kejadian yang baru saja menimpanya. Kejadian yang seharusnya dirayakan dengan normal, dirayakan dengan bersenang-senang, bukan dirayakan dengan alur permainan brengsek seperti sekarang.
Jonathan terduduk lemas dilantai sembari menunggu kedatangan dari pemain lainnya. Frustasi, hancur, dan lemah Jonathan rasakan diwaktu bersamaan. Jantungnya berdebar sangat cepat, disertai dengan rasa sesak yang mendalam. Haruskah hidup Jonathan dipermainkan seperti ini? Tolong sudahi saja, Jonathan hanya ingin hidup dengan tenang. Hidup seperti manusia lainnya, yang tidak diharuskan untuk berpikir diluar logika hanya untuk menyelesaikan permainan bajingan seperti sekarang.
“Jo!” Suara teriakan dari Surya terdengar.
Jonathan terbangun dari duduknya, dirinya berdiri menghampiri Surya dan Wawan yang tengah berlari ke arahnya.
“Jaka gimana?”
Tidak ada jawaban, hanya saja Jonathan memperlihatkan cairan darah yang terus mengalir keluar dari dalam kamar bernomor kosong lima tersebut. Dirinya tidak tahu apa yang terjadi didalam sana. Tidak ada tanda-tanda manusia hidup didalam kamar tersebut.
“ASTAGFIRULLAH!”.
“Yang bener aja sih Jo, ini apaan?”.
“Darah lah, terus apa lagi bangsat”.
Helaan nafas Wawan terdengar, sepertinya lelaki berbadan mungil itu sangat lelah untuk terus menutupi apa yang terjadi sebenarnya. Atau mungkin, dirinya sudah muak akan tuntutan yang makin kesini makin tidak bisa dipikirkan dengan otak manusia. Wawan tidak menyukai bertele-tele asal kalian tahu. Bahkan dari awal, Sebenarnya Wawan tidak setuju dengan ini semua.
“Sekarang aja, yuk?” Tanya Wawan kepada orang tertua disana. Sementara, Surya yang mendengar hal tersebut, membuang tatapan ke sembarang tempat. Dirinya tak menyangka bahwa rekannya itu akan berbicara langsung dihadapan sang target.
“Sekarang apa?” Tanya Jonathan ketika mendengar sesuatu yang dirinya tidak ketahui. “Lo berdua yang menyebabkan ini semua terjadi kah?” Tanyanya lagi. Namun, masih tidak terjawab. Surya maupun Wawan sama-sama terdiam bingung memikirkan langkah seperti apa selanjutnya yang harus mereka ambil.
Entah kebetulan atau memang sudah direncanakan, Surya mendapatkan satu notifikasi pesan chat dari seseorang disana. Orang yang jauh disana mengirim sebuah perintah untuk mereka berdua lakukan. Lagi pula, Jam sudah menunjukan pukul 00.30, waktu terakhir permainan Ghost Circle sudah tiba. Ini semua harus diselesaikan. Secepatnya.
Surya berjalan mendekat menuju kamar bernomor kosong tiga itu. Tangannya sudah siap membuka pintu tersebut, “Jo, Wan, sini sebentar!” Ucap Surya dengan sedikit berteriak. Kedua nama yang terpanggil berjalan mendekat ke Surya.
Wawan berjalan dibelakang mengikuti Jonathan yang sudah terlebih dahulu melangkahkan kakinya. Setelah itu, senyuman menyeramkan muncul dari sudut bibir kecil Wawan. Dirinya tau, Surya akan melakukan apa nantinya. Sesuatu yang sudah Wawan tunggu dari tadi.
“Apalagi sih, Sur?” Tanya Jonathan yang tak habis pikir dengan tingkah temannya itu. “Pertanyaan gua aja yang tadi belom lo jawab. Ini lo mau ngapain lagi? Jangan bertingkah mulu bisa gasi? Ini kamar horor loh, lo lupa apa gimana anjing. Ah elah, capek gua berteman sama manusia brengsek kaya lo”.
Surya menghela nafasnya dengan kasar, dirinya harus menahan perkataan yang dilontarkan oleh orang dihadapannya itu. Semuanya harus ditahan, agar semua bisa terjadi sesuai rencana.
Tanpa berlama-lama, Surya dengan bantuan Wawan disana, mereka berdua menyeret Jonathan untuk masuk ke dalam kamar bernomor kosong tiga itu. Kalau menurut kisah mimpi Wahyu beberapa tahun lalu, kamar tersebut adalah tempat eksekusi pemain dalam permainan mafia di mimpinya. Apakah sekarang Jonathan akan mengalaminya? Apakah sebenarnya Surya dan Wawan adalah mafia?
“Kalian apa-apain sih?!” Berontak Jonathan dengan kuat. Namun, sekuat apapun tenaga Jonathan, Dirinya akan kalah juga dengan tenaga yang dimiliki Surya.
“MASUK BRENGSEK!”
“Sumpah, lo berdua jahat banget. LO BERDUA JAHAT ANJING!” Satu dorongan berhasil membuat Jonathan terjatuh jauh ke dalam kamar tersebut. Wawan dengan sigap langsung mengunci kamar tersebut dengan cepat. Serta Surya, dirinya mematikan lampu kamar tersebut. Benar-benar mereka berdua sangat tengil malam ini.
“BANGSAT!” Teriak Jonathan ketika lampu dimatikan. Kemudian, dirinya kembali dikagetkan dengan satu sosok makhluk halus berambut panjang yang perlahan mendekat ke arahnya.
“Jangan pergi lagi… Jo”

Satu kalimat yang berhasil membuat Jonathan menjauh dari makhluk tersebut. Jonathan merasakan ketakutan yang mendalam, bahkan kedua tangannya bergetar sangat hebat. Rasa sesak kembali datang, bahkan dirinya sempat hampir kehilangan fokusnya ketika sosok perempuan tersebut menatapnya dengan lekat.
Tapi, tunggu. Sepertinya jika dilihat kembali, Jonathan mengenali sosok perempuan yang tengah berdiri dihadapannya itu. Bentuk matanya tak asing, garis-garis alisnya bahkan sangat mirip dengan orang yang Jonathan kenal. Tapi, apakah benar dia?
“Ini lo bukan sih?” Tanya Jonathan memberanikan diri untuk menghampiri sosok tersebut. Ada jarak satu langkah, Jonathan yang terus menatap curiga kepada sosok tersebut. “Sumpah, ini lo kan?”
Suara pintu terbuka dengan lebar terdengar sangat kencang. Bahkan saking kencangnya, Jonathan maupun sosok setan tersebut terkejut bersamaan. Yeah, ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu. Alasan utama kenapa Jonathan ada disini, dan alasan utama mereka melakukan akting konyol yang tak tertangkap kamera seperti ini.
“SELAMAT ULANG TAHUN, JONATHAN PRAWIRA!!” Satu ucapan kalimat dari segerombolan disana. Bahkan ada yang effort memegang balon bentuk anjing dengan warna biru itu.
Jonathan seketika mematung, otaknya butuh waktu untuk memproses kejadian yang baru saja menimpanya. Kejadian yang seharusnya dirayakan dengan normal, dirayakan dengan bersenang-senang, bukan dirayakan dengan alur permainan brengsek seperti sekarang.
Lelaki yang tengah memegang kue mendekat ke arah Jonathan. Mempersilakan Jonathan untuk meniup lilin tersebut. Sempat ada kontak mata dari keduanya, bahkan Julian harus menurunkan egonya untuk merayakan hari ulang tahun si manusia yang sudah dianggap keluarga itu. “Kak, tiup” UJar Julian.
“Eak….”
“Masih aja canggung, kan udah lewat setahun. Seharusnya udah kelar gasi?”
“Seharusnya yang marah gua gasi guys? Kan ekhem.. gua di ambil sama dia?” Ujar Jaka kepada Julian.
Satu tepukan pundak dari Surya mendarat pada pundak bagian kiri Jaka. Surya sekedar mengingatkan saja, kejadian yang berlalu biarkan berlalu. Toh, sekarang Jaka sudah hidup lebih bahagia kan?
Jonathan melakukan kegiatan ulang tahun pada umumnya. Meminta harapan, meniup lilin, serta memotong kue. Hanya hal itu yang normal. Itu saja, tidak lebih.
“Jo, selamat ulang tahun ya”
“Kak, selamat ulang tahun. Btw, gua kangen banget sama lo”
“Hbd ya bro!”
“Selamat bertambah usia kak, sering-sering lah main kesini. Sombong banget yang udah tau dunia”
“MIRZA GOBLOK?!”
Mirza terkekeh, “Bercanda ya kak. Lo tau kan gua tuh anak baik banget?”
“Iyain aja kak, biar cepet”
“Ekhem, tolong hargai kuntilanak nya dong. Minimal puji lah, capek loh berekting jadi setan kaya gini. Mana gerah banget anjing” Ujar Hanif yang menyampaikan keluh kesahnya kepada orang disana. Hal tersebut menimbulkan tawaan dari orang disana.
“Eh kok langsung udahan? Padahal adegan gua jadi mafia belum terealisasikan loh” Itu Malvin. Lelaki yang sudah siap dengan golok ditangannya. Sementara, Mirza yang melihatnya terkekeh mengetawakan sahabatnya itu.
“Udahlah Vin, udah malam juga. Ngantuk gue”
“Ini udahkan?” Tanya Jaka yang sudah lelah. “Dah ah, beresin guys. Gue pengen tidur”
“Eh bentar dong, Traktir mie ayam mang ujang dulu lah bang”
“Udah malem anjir. Udah tutup”
“Apa aja deh, yuk. Yang penting kita makan-makan”
“Yaudah yuk, gua traktir deh” Ajak Surya yang berhasil membuat beberapa orang disana kegirangan.
“Ini ulang tahun gua kaya gini doang?”
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
