Give Me Baby Twins | 03. Bewitched

1
0
Deskripsi

Chapter Sebelumnya…

Sepertinya waktu didunia ini sedang berhenti. Namun tidak dengan jantungku yang kian berdegup cepat. Mataku masih terpaku dengan dada bidang didepan wajahku . Hidungku mendarat disana dan tanpa sadar kini tanganku mendarat pada dada berotot ini. Aku hanya memastikan ini nyata atau tidak. Oh Tuhan, ini nyata. Tubuh ini benar-benar berotot kencang dan memiliki dada yang bidang. Aku menyapu sisi tubuh itu dan membayangkan tubuh Mr. Ashford tadi pagi.

Kedua tanganku tiba-tiba dicengkram...

CHAPTER 03  -  BEWITCHED

KETENTRAMAN pada kamar rahasia Marcell yang berada di gedung Ashford Inc menjadi tujuannya setelah menjadi penjaga Rachel dan dua ponakannya. Dia ingin melanjutkan hibernasi pada hari libur ini. Marcell merebahkan tubuhnya di atas kasur dan dalam beberapa detik dia terlelap hingga berjam-jam. Deringan ponsel membuat Marcell terbangun. Dia melihat jam dan kembali mengerang kesal. Tangannya menjangkau sumber keributan dan menekan tombol merah untuk kembali tidur. Deringan telepon kembali muncul beberapa menit kemudian. 

"Ada apa?" teriak Marcell setelah mengangkat panggilan tanpa melihat siapa penelponnya.

"Kau—Dasar anak tidak punya sopan santun. Seperti itukah caramu menyapa orangtuamu?" berang pria di telpon dengan suara berat nan tajam.

"Aku kira kau asistenku, Dad. Jadi, apa kalian masih berbulan madu di masa tua ini? Kalian berdua sudah tidak muda lagi, Dad. Kau memangnya masih kuat bercinta setiap hari dengan Mom?" sembur Marcell sambil menyugar rambutnya dan menuju bar kecil di luar kamarnya.

"Sialan!Kau pikir aku sudah lemah ?! Nanti kau akan merasakan hebatnya jatuh cinta dan berduaan sepanjang waktu bersama pasangan hidupmu," ucap ayah Marcell dan kemudian beralih ke topik lain. "Apakah kau sudah mengatasi permasalahan di perusahaan? Aku dengar ada dana yang digelapkan selama 1 tahun belakangan ini."

Marcell menghembuskan nafas berat. "Tenang saja, Dad. Kau tidak perlu memikirkannya. Semua sudah teratasi."

"Sebelumnya apa saja yang kau lakukan hingga kau tidak sadar telah dibodohi karyawanmu sendiri selama 1 tahun?"

"Tentu saja. Bercinta dengan sekretarisku."

"Oh Tuhan! Aku akan mengebirimu secara eksklusif jika kau sembarang menyebar benih keturunan Ashford, Marcell!" pekik Ana, ibu Marcell, dari kejauhan.

"Kau dengar itu. Aku yang akan menggantikan ibumu untuk mengebirimu." Reynolds, ayah Marcell, kembali menegaskan apa kata Ana.

"Aku tau batasan, Dad. Tenang saja. Kau bisa cepat mati jika semudah ini terpancing amarah."

Reynolds mendengus penuh cemoohan. "Wanita disekitarmu yang bisa cepat mati jika kau—"

Marcell menutup ponsel secara sepihak dan meninju meja bar berbahan dihadapannya. Setelah sekian lama berlalu, kilasan memori itu kembali menghantamnya hanya karena kata 'wanita disekitarmu' dan 'mati' yang berada dalam satu kalimat. Marcell mengambil vodka dan menuangkannya ke dalam gelas kecil. Dia terlihat tidak puas dan kini dia langsung meneguk cairan itu langsung dari botol vodka. Setelah setengahnya habis, botol vodka dan gelas melayang di udara sebelum jatuh dan pecah berkeping-keping di atas lantai. Nafasnya memburu dan dia memutuskan untuk pergi dari sini. Marcell mengambil pakaian luaran berbahan tebal dari gantungan dekat pintu, mengenakannya di atas baju kaos putih, dan beranjak keluar dari gedung.  Langkah kakinya bergema di sepanjang ruangan dan berhenti setelah memasuki lift untuk turun.

Dentingan lift menyadarkannya dari lamunan masa lalu. Pintu lift pun terbuka. Baru saja dia keluar dari lift, matanya mendapati keberadaan sosok wanita tadi pagi yang baru saja memunggunginya dan melangkah menjauh.

"Camilla…" lirih Marcell sepelan sapuan angin malam.

Marcell segera menarik pergelangan tangan Camilla hingga wanita itu berputar balik 180 derajat dan menabrak tubuh Marcell. Jarak tubuh mereka sangat tipis.

Marcell nyaris mengerang karena alih-alih Camilla mendorongnya menjauh, wanita itu malah dengan beraninya menyentuh dada dan bahu Marcell dengan pandangan penasaran yang sangat ketara.

"Apa yang sedang kau lakukan disini?" desis Marcell saat menahan pergelangan tangan Camilla.

Camilla dapat mencium samar-samar bau minuman keras dari nafas hangat Marcell. Hal itu membuatnya menjadi gugup dan cemas ditambah lagi adanya aura memangsa yang dipancarkan Marcell.

"A-aku sedang—"

Camilla gugup melihat tatapan Marcell yang mengintimidasinya, sehingga tanpa sadar kakinya mundur perlahan kebelakang dengan kaki yang gemetaran dan limbung. Marcell menangkap pinggangnya dan menariknya kembali mendekat. Marcell menghirup udara dekat leher Camilla yang kini berada dalam rengkuhannya.

"Sedang apa hmm?" bisik Marcell di telinga Camilla sambil menekan rangkulan tangannya hingga tidak ada jarak antar tubuh mereka. Kehangatan dari tubuh masing-masing membaur antar kulit yang melekat.

Camilla merasakan getaran aneh yang muncul saat tubuhnya menekan tubuh Marcell. Sensasi baru ini mengakibatkan bibirnya kelu dan tubuhnya memanas. Paru-parunya kini juga terasa sesak ketika otaknya lupa bagaimana cara menarik nafas dan anehnya tubuhnya bergetar pelan saat telinganya diterpa oleh nafas hangat Marcell.

Marcell menjauhkan bibirnya dari telinga Camilla dan menatap intens wanita didepannya yang tidak bergerak atau bernafas. "Bernafas. Apa kau mau mati ditempat?" perintah Marcell saat menangkup sebelah wajah Camilla.

Camilla segera menarik nafas panjang dan nafasnya memburu seperti baru saja berlari jauh. "A-aku mau meminta maaf karena tadi pagi dengan sengaja menyerang kepala berhargamu," lirih Camilla dengan paru-paru yang masih bekerja maksimal. Dirinya menciut saat menatap mata Marcell dari jarak sedekat ini.

Marcell hanya meresponnya dengan alis terangkat.

Mata yang sangat dalam dan indah. Apa mata itu yang menghipnotisku?

Camilla kembali menguasai tubuh dan pikirannya. Dia mendorong keras dada pria itu menjauh dari tubuhnya dan menatap tegas mata amber yang terlihat berkabut.

"Jangan terperdaya, Camilla. Kau berada dalam zona bahaya jika mendengarkan pikiranmu," teriaknya berkali-kali kepada otaknya.

Camilla menghembuskan nafas dan mendengus tajam. Suaranya entah kenapa terasa serak. "Jika kau tidak mau memaafkanku, setidaknya jangan tempatkan aku untuk mengisisi posisi office girl atau penjaga pintu. A-aku tidak—"

Bibirnya tak dapat lagi melanjutkan perkataannya saat Marcell menarik tubuh Camilla dengan keras dan kembali beradu untuk kedua kalinya.

Camilla mengerang saat salah satu bagian tubuhnya—yang mendadak sensitif dengan sentuhan kecil—terhempas pada dada bidang Marcell. Jari Marcell mengusap lembut bibir bawah Camilla dengan mata yang tak bisa lepas dari warna merah merona seperti stroberi.

Tidak mampu menahan lebih lama lagi, Marcell mengangkat dagu Camilla dan mencium bibir menggodanya dengan lembut. Tidak ada penolakan dari Camilla. Dia tidak menyangka mata didepannya kini terpejam. Kesempatan yang diberikan Marcell pada Camilla untuk melakukan penolakan sudah hangus dalam pikirannya. Sekarang dia tidak akan dapat berhenti terhadap keinginannya.

Ciuman lembut Marcell berubah menjadi lumatan yang lebih kuat dan liar. Bibir atas dan bawah Camilla dihisapnya secara bergantian—meresapi tiap-tiap rasa yang masih bersembunyi malu-malu. Tubuh Marcell membara hingga berkeringat.

Sedangkan Camilla hanya diam membeku. Otaknya masih terkejut dengan ciuman dadakan. Ini terlalu intens dan semakin intens. Jantungnya memompa denga kencang saat dia sadar bahwa tubuhnya....mendambakan sesuatu yang liar.

Sepanjang hidupnya, Camilla tidak pernah merasakan hal yang semenggairahkan ini. Mr. Ashford menciumnya seolah ingin mengeringkan seluruh oksigen didalam darahnya. Punggung Camilla terhentak pada dinding saat dia sibuk memikirkan membalas lumatan itu atau tidak. Bibirnya tidak dapat menahan erangan keterkejutan dan rasa sakit kecil pada punggungnya.

Marcell menggeram senang di atas erangan seksi yang keluar dari bibir Camilla. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memasukkan lidahnya pada celah antar bibir Camilla dan menautkan lidahnya dengan lidah Camilla.

Camilla terkesiap saat benda lembut dan basah itu mengeksplorasi mulutnya dan membelit lidahnya.

"Astaga! Aku tidak sanggup menolak ini semua. Ini terasa sangat nikmat dan...membara," batin Camilla dengan tangannya yang kini merangkul leher Marcell.

Sialan! Camilla tidak punya pengalaman berciuman sebelumnya hingga bibirnya bergerak kaku membalas ciuman yang mematikan itu. Jari-jarinya mengelus leher bagian belakang Marcell dengan lembut dan menekan ke arahnya. Kakinya yang lemas mulai menjinjit untuk menggapai rambut halus berwarna hitam legam dan mencengkramnya lembut.

Marcell mengangkat tubuh Camilla dan mengarahkan kaki jenjang wanita itu untuk melingkari tubuhnya. Panas tubuh bagian bawah Camilla dapat dia rasakan berpindah pada tubuhnya. Gairah Marcell kini semakin membumbung tinggi dan tak terkontrol. Bibirnya beralih turun untuk mencium, menjilat, menghisap, dan menggigit leher jenjang Camilla hingga meninggalkan tanda merah di atas kulit putih yang indah.

Camilla menarik nafas dalam sambil menggigit keras bibirnya sendiri agar dia tidak mengeluarkan desahan keras.

Marcell menyentuh bibir Camilla hingga terlepas dari gigitan wanita itu sendiri. "Kau begitu memabukkan, Camilla," lirih Marcell sangat dekat.

Camilla membuka matanya perlahan. Dia bisa merasakan betapa panas pipi dan seluruh tubuhnya saat ini. Dan...betapa aneh rasanya pusat tubuhnya yang sedang melekat erat di perut Marcell.

Marcell terkesima dengan mata indah berwarna emerald yang indah dan berkabut karena gairah serta pipi yang bersemu. "Kau memerah," lirih Marcell disertai kecupan pada pipi Camilla. Mata amber milik Marcell mencoba membaca apa yang diinginkan oleh wanita didepannya yang masih menatap dirinya tanpa henti dengan tatapan sayu dan mendamba serta nafas manis yang memburu.

"A-apa kau menghipnotisku?" tanya Camilla gugup. Tangannya menyentuh rahang Marcell yang tegas dan menegang. "Kenapa aku tidak menguasai diriku sendiri? Kau membuat seluruh kulitku terasa sensitif dan menggejolakkan darahku tanpa henti. Apa kau menghipnotisku, Mr. Ashford?" tanya Camilla frustasi.

Dia sangat menginginkan ciuman itu lagi. Ya dia benar-benar sangat menginginkan bibir pria itu lagi. Camilla menarik kepala Marcell kembali melumat bibir Marcell seperti yang pria itu lakukan padanya tadi.

Tak dapat dipungkiri lagi, bibir Marcell kini telah masuk dalam daftar favorite Camilla.

Marcell terkejut atas inisiatif Camilla. Wanita itu bisa saja membuatnya tergila-gila. Marcell semakin menekan tubuh Camilla kearah dinding dan menyambut ciuman liar yang ditawarkan padanya. Dalam waktu yang bersamaan, tangan Marcell menekan ke atas leher jenjang itu sehingga semakin menengadah dan tangan lainnya menekan tombol pintu lift.

Suara dentingan lift menyadarkan Marcell—mereka masih berciuman—secara perlahan Marcell melangkahkan kakinya menuju kedalam lift dengan Camilla yang masih melingkarkan kakinya dipinggang Marcell. Dengan terburu-buru, Marcell kembali menyandarkan punggung Camilla di dalam lift. Ciumannya mengarah kearah leher, dan sambil melirik kerah tombol-tombol lift, dia menekan angka 22 dengan tepat.

Tangan Marcell mulai berani memasuki dress floral kembang selutut yang dikenakan Camilla. Mengelus sepanjang paha yang melingkari pinggangnya secara menyeluruh sambil kembali melumat bibir Camilla dan menggigitnya gemas tanpa terkontrol.

"Akhh, sa-sakit," keluh Camilla yang merasakan bibirnya berdarah akibat gigitan Marcell.

Marcell menjilat darah pada bibir Camilla akibat nafsu yang tak dapat dikontrolnya. Wanita ini memberikan pengaruh yang luar biasa dahsyat.

"Maafkan aku," ujar Marcell serak. Matanya menatap Camilla dalam dan tanpa ragu tanggannya bergerak meremas kedua pipi pantat Camilla yang berisi.

Inilah susahnya dengan wanita ini. Sifat absurdnya bisa tiba-tiba muncul dengan menggebu-gebu. Damn!

Camilla mendorong kuat tubuh Marcell menjauhinya setelah memelintir kuat dua pentil dada Marcell dari luar baju hingga membuat pria itu memekik kesakitan dan mundur menjauh dari kekejaman Camilla.

Kulit dadanya terasa ngilu dan seperti akan terlepas saat kuku-kuku panjang dan tajam itu mengapit ke dua puncak kecilnya dan memilinnya keras.

"Sialan kau! Dasar wanita gila!"

"Kau yang gila! Mengapa kau sentuh-sentuh aku, brengsek?!" Camilla terengah-engah karena berteriak. "Dasar kau pria mesum!" lanjutnya dan memukul Marcell dengan tasnya yang pastinya tak sekeras batu.

Pria itu sedang menyudut di lift sambil mengelus dada yang tadi baru saja dipilin keras oleh Camilla dan kini wanita itu kembali melayangkan kekerasan kepadanya menggunakan tas. Dengan mudah Marcell menahan tas Camilla dan menatap sinis kearah wanita itu yang bertingkah sok suci.

"Bukankah kau juga mesum, Ms. Yakov? Kau yang mencium aku ketika aku menghentikannya. Apakah perlu aku mengingatkannya kembali, hmm?"

Perkataan Marcell menyudutkan Camilla. Namun, dia berdalih menyalahkan Marcell.

"Aku seperti itu karena kau yang menghipnotisku, Mr. Ashford," teriak Camilla. "Lebih baik aku mencium kodok daripada mencium pria brengsek sepertimu," balas Camilla dengan sengit.

Marcell merasa tersinggung dan dia menyudutkan tubuh Camilla dengan kasar.

"Menjauh dariku!" teriak Camilla tanpa memperlihatkan kecemasannya. Dia menatap Marcell dengan tajam—memperlihatkan betapa tidak takutnya dia kepada pria itu. Meskipun kenyataannya adalah sebaliknya.

Sebelah bibir Marcell tertarik melengkung beserta alis mata yang menukik tajam. "Kalau aku tidak mau? Apa yang bisa kau lakukan, Camilla?" bisik Marcell tepat ditelinga Camilla. Jangan lupakan jilatan maut yang dilayangkan Marcell pada telinga mungil itu.

Camilla menahan erangan dan kembali kehilangan keberaniannya. Bibirnya bergetar. "A–aku akan—" Camilla tak dapat menahan erangannya saat Marcell semakin menggoda Camilla dengan lidahnya.

Keterkejutan akan erangan menjijikkan yang kembali dikeluarkannya membuat Camilla dengan refleks mengangkat lututnya dan menendang Marcell tepat diantara dua kakinya.

"Arggh! Dammit!" raung Marcell sambil melangkah mundur tertatih saat kembali merasakan ngilu. Namun kini pada aset berharganya yang didambakan banyak wanita. "Aku akan menuntutmu karena melakukan kekerasan pada asetku!"

Camilla menutup mulutnya dan kaget. "A-apakah benar-benar sakit? Maafkan aku, Mr. Ashford, itu tadi refleks. Aku tak bermaksud melakukannya. Sungguh!" ucap Camilla khawatir dan berusaha untuk membantu Marcell yang masih membungkuk dengan kaki yang tertekuk.

Marcell kini menyesal karena baru menyadari wanita itu nyaris memiliki gerakan seperti belut. Licin dan cepat.

"Kau—" geram Marcell setelah ngilu itu mereda "Mengapa kau suka sekali merusak suasana romantis yang sedang kulakukan?!"

Pintu lift yang terbuka menyela pembicaraan mereka berdua.

"Dimana ini?!" pekik Camilla histeris saat dia baru saja menyadari dia sudah berada di lantai 22.

Marcell memberikan tatapan misterius. "Menurutmu?" balas Marcell sambil melangkah keluar lift sambil menarik pergelangan tangan Camilla.

"Aku tidak tahu. Marcell, jawab aku!" teriak Camilla sambil menghentakkan pergelangan tangannya yang digenggam Marcell hingga terlepas.

"Kau sungguh wanita berisik dan perusak suasana," geram Marcell yang kini memutuskan untuk menggendong Camilla layaknya karung beras.

"Turunkan aku! Siapapun disini, tolong aku!" teriak Camilla dengan tubuh yang bergerak tanpa henti untuk berusaha lepas dari kungkungan tangan Marcell. Kaki dan tangannya ditahan oleh dua tangan berotot itu.

"Diam!" tegas Marcell sambil memukul pantat Camilla yang berada disebelah kiri wajahnya dan tawanya nyaris terlepas saat wanita itu patuh begitu saja.

Camilla terkejut saat merasakan pukulan tersebut. Dia tidak merasakan sakit namun hal yang tadi menghilang kembali muncul lagi. Tubuhnya meradang namun hanya bisa diam membeku.

Aku terhipnotis kembali, pikir Camilla.

Marcell menurunkannya di atas sofa. Melihat Camilla yang hanya diam berbaring dengan bibir bengkak dan merah itu membuat Marcell kembali menatap liar dan mengerang dalam hati.

Mengapa wanita ini berubah-ubah? Sialan! Apa kini aku yang sedang dipermainkan oleh wanita?, batin Marcell dengan kepala yang nyaris meledak. Dia frustasi dengan gairah yang dinaik turunkan oleh wanita satu ini.

Sorot mata lembut Camilla kini terlihat mengundang. Begitu juga dengan leher jenjang dengan bekas kemerahan yang sangat jelas. Dada Camilla bergerak naik turun seiring nafasnya yang memburu. Dan Marcell tidak bisa menjernihkan pikirannya saat dress selutut Camilla tersingkap ke atas.

Camilla membuka bibirnya dan berkata ragu saat tak bisa beralih dari menatap bibir Marcell.

"A-apa kau akan menciumku lagi?" tanyanya dan refleks menggigit bibir bawahnya karena menyesali pertanyaannya.

"Apa kau menginginkannya, Camilla?" tanya Marcell sambil menggoda kaki Camilla dari bawah hingga keatas secara perlahan. Wanita ini bisa berubah dari seekor kucing menjadi seekor singa hanya dalam sekejap.

Jari-jari Marcell melewati bagian tubuhnya yang tak berhenti berdenyut sejak tadi. Marcell bermain di perut datar Camilla yang kencang. Dia tidak mampu menahan geraman kekaguman pada tubuh wanita ini. Bibirnya dengan tidak sabaran melumat bibir Camilla yang terbuka karena terangsang oleh sentuhannya.

Bunyi perut kelaparan Camilla, menghentikan tangan Marcell yang tinggal sedikit lagi menyentuh bagian yang Marcell dambakan itu. Dia melepaskan ciuman di bibir Camilla dan memperhatikan raut wajah wanita dibawahnya yang terlihat malu dengan semburat merah muda di kedua pipinya.

Camilla mengerjapkan matanya dan kembali berusaha menguasai tubuhnya kembali. Dia malu karena suara perutnya yang cukup besar dan mengganggu.

"Kau lapar?" tanya Marcell dengan senyuman indah.

Camilla mengalihkan pandangannya dan mengangguk singkat. "Aku sebaiknya pulang. Aku melupakan sarapan pagi dan makan siangku," ujar Camilla yang sudah bangkit berdiri tergesa-gesa.

Marcell mendecak kesal. "Tunggu disini. Aku akan menyiapkan makanan untukmu. Kau mau kubuatkan apa? Omelet? Roti bakar? Atau spaghetti? Steak?"

"Wow! Aku tidak menyangka disini ada banyak persediaan makanan," takjub Camilla dengan mulut menganga. "Apa masih ada pilihan lain?"

"Pilihan lain ... ada. Lebih nikmat dan mengenyangkan. Kau bisa memakannya kalau mau," ucap Marcell menggoda dengan alis mata yang terangkat sekilas dan mata yang melirik ke arah bawahnya.

"Dasar berotak mesum!" Camilla meninju perut Marcell sedikit kuat. "Kau rasakan itu," cibir Camilla sebelum menuju area kulkas dan meninggalkan Marcell yang meliriknya tajam dan dengan cepat memukul pantat seksi itu untuk membalaskannya.

Camilla langsung terlonjak dan berteriak. "Berhenti memukul pantatku! Kau sama sekali tidak punya sopan santun terhadap wanita. Jangan memancingku untuk menendang milikmu seperti aku menendang bola dari jarak jauh agar masuk gawang. Kau tidak mau merasakannya kan? Tentu saja kau tidak mau."

Berteriak dan marah membuat perut Camilla malah semakin lapar. Dia menatap penuh harap pada Marcell masih tidak melakukan apapun saat Camilla tidak dapat menemukan cemilan apapun didalam kulkas ini untuk menunda rasa laparnya.

"Hey, bolehkah aku minta spaghetti, omelet dan roti bakar," tanya Camilla mendadak melembut sambil membuka kulkas. "Mesin di perutku seperti sedang mengikis lambungku. Mungkin sebaiknya aku pu—"

"Akan kubuatkan. Tunggu saja disini."

Mata Camilla berbinar bahagia dan dia mengangguk cepat. "Selagi kau memasak, aku akan membersihkan lantaimu yang dipenuhi oleh ranjau pecahan kaca."

Marcell melepaskan luarannya dan mulai memasuki dapur dengan baju kaos putihnya.

Camilla seperti masih tidak mempercayai pria seperti Marcell bisa mengurus hal-hal berbau makanan. "Hati-hati saat memasak. Kau sepertinya sering tidak berhati-hati hingga menangani kaca saja kau sekacau ini."

Beberapa menit kemudian, makanan telah terhidang dihadapan Camilla yang sejak tadi telah menduduki meja bar pada dapur dengan tidak sabar. Bau sedap yang menguar dari hidangan didepannya membuat matanya berbinar cerah dan lidahnya tanpa sadar membasahi bibirnya yang mengering. Tanpa menunda-nunda lagi, Camilla segera melahap makanan itu.

"Jangan makan seperti itu. Kau bisa tersedak dan mati konyol disini. Aku mandi dulu. Apa tidak apa-apa kutinggalkan sebentar?"

Camilla mengangguk cepat sambil memelankan kunyahannya dan meneguk air untuk membantunya menelan roti bakar itu.

Tak lama setelah itu, Marcell keluar dari kamar mandi dengan pikiran yang masih kusut meski dia sudah berendam air dingin untuk menenangkan nafsunya yang mudah terpancing hanya karena melihat wanita itu memakan makanan buatannya dengan lahap.

Dia melangkah keluar kamar dengan kening berkerut. Tidak ada suara apapun dari dapurnya. Hening dan memang tidak ada siapapun. Dilihatnya ke arah lantai yang sudah bersih dari pecahan kaca dan piring-piring kotor yang sudah diurusi dengan rapi. Dimana wanita itu?

"Camilla," panggil Marcell berkali-kali dan tidak ada sahutan. Dia mencari ke sekeliling ruangan dan pencariannya terhenti saat dia menemukan note kecil di dekat kulkas yang menunjukkan bahwa wanita itu sudah pergi tanpa seizinnya. “Apa wanita itu kabur setelah kulayani dengan baik? Tck, sialan!amuk Marcell sembari melempar remukan catatan Camilla [ ].

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Give Me Baby Twins | 04. Playboy
2
0
Chapter SebelumnyaJangan makan seperti itu. Kau bisa tersedak dan mati konyol disini. Aku mandi dulu. Apa tidak apa-apa kutinggalkan sebentar?Camilla mengangguk cepat sambil memelankan kunyahannya dan meneguk air untuk membantunya menelan roti bakar itu.Tak lama setelah itu, Marcell keluar dari kamar mandi dengan pikiran yang masih kusut meski dia sudah berendam air dingin untuk menenangkan nafsunya yang mudah terpancing hanya karena melihat wanita itu memakan makanan buatannya dengan lahap.Dia melangkah keluar kamar dengan kening berkerut. Tidak ada suara apapun dari dapurnya. Hening dan memang tidak ada siapapun. Dilihatnya ke arah lantai yang sudah bersih dari pecahan kaca dan piring-piring kotor yang sudah diurusi dengan rapi. Dimana wanita itu?Camilla, panggil Marcell berkali-kali dan tidak ada sahutan. Dia mencari ke sekeliling ruangan dan pencariannya terhenti saat dia menemukan note kecil di dekat kulkas yang menunjukkan bahwa wanita itu sudah pergi tanpa seizinnya. “Apa wanita itu kabur setelah kulayani dengan baik? Tck, sialan!” amuk Marcell sembari melempar remukan catatan Camilla [ ].Bagaimana kisah Camilla-Marcell akan berakhir? Oh, lebih tepatnya, bagaimana kisah mereka akan berlangsung?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan