Pandora - [Chapter 2] Yang Hilang tak Selamanya Hilang

25
0
Deskripsi

Dunia Hinata runtuh dua kali. Saat ia harus memiliki Himeka sendirian, dan ketika Sakura harus meninggal. Sasuke Uchiha kembali datang ke hidupnya saat Hinata memutuskan untuk melepas semua masa lalunya dan mencoba memulai hidup baru.

REMAKE ff lama saya dengan judul yang sama

Sudah tiga puluh menit Sasuke mendengarkan wanita di depannya dengan bosan. Ia ingin segera meninggalkan tempat ini, tapi janjinya untuk menuruti keinginan mendiang Sang Ibu untuk menikah membuatnya mengurungkan diri. Ia harus bertahan sampai di titik di mana ia tak dapat bertahan lagi.

"Kau mengerti apa kataku, kan?" tanya Karin dengan pandangan setengah menyolot. Sepertinya wanita itu sadar bahwa Sasuke tidak memperhatikan ceritanya.

"Yah, aku mengerti. Katakan saja apa maumu pada Samui. Aku harus pergi." Sasuke sempat melihat bagaimana Samui yang berdiri jauh darinya melayangkan tatapan tajam. Namun pria itu segera beringsut hanya saja sanggahan Karin lebih cepat menghentikannya.

"Pergi? Ini tentang pernikahan kita, dan kau pergi begitu saja?"

Sasuke menghela napas panjang. Di saat seperti ini ia berharap pernikahan berlangsung tanpa dirinya. Bisakah pernikahan digelar tanpa kontribusi dari mempelai pria?

Sekarang, Sasuke jadi berpikir ulang apakah ia harus menikahi wanita ini. Janjinya pada diri sendiri untuk bertahan, terasa menguap begitu saja. Ia menjalin hubungan dengan wanita ini hanya untuk menyanggupi janjinya pada Sang Ibu yang saat itu sakit parah dan menginginkan Karin sebagai menantunya. Siapa yang menyangka ibu yang disayanginya itu harus menyerah pada takdir dan Paman serta Bibi Karin menyanggupi hubungan Sasuke dengan serius. Terlebih bagaimana terikatnya kontrak kerja sama bisnis antara keluarga Karin dengan keluarga Uchiha. Akhirnya beginilah ia. Terjebak pada hubungan yang tak diinginkannya.

Lagipula Sasuke tak mengharapkan siapapun untuk menjadi pendampingnya kecuali satu orang wanita yang kini telah menghilang entah kemana. Pria itu berpikir bahwa ia akan baik-baik saja. Namun tingkah Karin yang selalu menyulitkannya itu membuatnya semakin muak. Apakah ini hanya karena ia yang tidak menyukai Karin sejak awal? Jadi apapun hal biasa yang dilakukan wanita itu terasa menjijikkan baginya.

Yang jelas, Sasuke merasa sangat lelah. Entah mengapa setiap bertemu dengan Karin, seluruh energinya terkuras habis.

"Haruskah kita batalkan pernikahan ini?" gumam Sasuke memotong celotehan Karin yang tak ia dengar sama sekali. Wanita itu tertegun, tak percaya dengan yang dikatakan tunangannya. Ini adalah kali pertama pria itu mengatakan hal konyol semacam pembatalan pernikahan, setelah lima tahun hubungan mereka berjalan.

"Kau bercanda? Aku tahu kau sibuk, makanya aku tidak ingin merepotkanmu lebih dari ini. Tinggal selangkah lagi. Kau hanya perlu datang bersamaku untuk fitting gaun dan pemotretan prewedding. Setelah itu jika kau ingin tenggelam dalam pekerjaanmu, kau bebas melakukannya. Hanya itu."

Hanya itu? Sasuke ingin tertawa. Ia tak memiliki waktu sebanyak itu, atau... ia enggan meluangkan waktunya untuk semua hal itu.

"Tidak... ini tidak akan berhasil." Sasuke berbicara pada dirinya sendiri seakan sedang bertarung melawan diri sendiri. Karin menatapnya dengan pandangan heran dan setengah terkejut ketika Sasuke melihatnya dengan onik menyala.

"Kita batalkan saja hubungan ini. Aku tak tahan menghadapimu dan semakin tak tahan jika membayangkan harus hidup bersamamu."

Sasuke berlalu tapi Karin segera menggapai tangannya hingga berlutut. Wanita itu memohon padanya dengan tatapan sayu penuh penghambaan.

"Kau tak bisa meninggalkanku. A... aku akan memaafkanmu. Aku juga akan membiarkannya. Semua masa lalumu dengan wanita-wanita itu, aku akan membiarkannya, tapi kumohon. Jangan tinggalkan aku."

Sasuke menyeringai, tertawa sinis. Semua wanita itu dan juga berakhirnya hubungan ini bukan karena ia yang suka mencicip bagaikan kumbang menghinggapi berbagai bunga. Karin tidak akan mengerti bahkan jika Sasuke berusaha menjelaskannya. Pria itu menurunkan tangan Karin dan segera pergi tanpa mengatakan apapun.

Berada dalam mobilnya, Sasuke memijat kepalanya yang sakit sejak kemarin karena sulit tidur. Ia telah berkeliling empat kota dalam seminggu untuk mengurus beberapa kontrak kerja. Ia juga harus terlihat fit di depan partner bisnisnya. Lalu ketika ia ingin kembali ke Tokyo dan beristirahat, Karin memintanya untuk bertemu yang kemudian hanya bisa membuatnya lelah.

Tak ada sesuatu untuk diresapi mengenai hubungan lima tahun yang sia-sia itu. Sasuke hanya ingin tidur karena mengantuk. Ia juga tidak mempedulikan pendapat Paman dan Bibi Karin nantinya atau amarah Ayahnya.

"Sisanya kuserahkan padamu," kata Sasuke pada Samui. Wanita itu hanya mengangguk dan mengatakan 'baik', meskipun Sasuke tidak mempedulikannya karena sudah tertidur.

"Pak Shin, kita ke rumah Tuan Besar sekarang," kata Samui memberi titah dan tak berapa lama mobil itu menghilang.

 

Semua bencana ini bermula dari janji verbal yang diucapkan Sasuke ketika Mikoto, Ibunya, mendapat komplikasi atas penyakitnya. Wanita itu memang sudah sakit-sakitan sejak kecil. Namun berkat keluarganya yang kaya raya, terlebih menikahi pria yang merupakan jagoan bisnis di Jepang, segala bentuk perawatan untuk memperpanjang umurnya berhasil dilakukan. Tentu saja, karena sejak awal tubuhnya sudah lemah dan penyakitnya pun cukup serius, kematian sebelum menua adalah hal yang tak terelakkan. Meski begitu, ia sempat melihat putra sulungnya menikah dan putra bungsunya diwisuda dengan predikat cumlaude.

Semasa hidupnya ia bersahabat dengan Kushina, Bibi dari Karin Uzumaki. Sejak kecil wanita berambut merah menyala itu sudah yatim piatu dan Kushina mengangkatnya sebagai anak. Dengan Kushina yang sering bergaul dengan Mikoto dan membawa Karin kemanapun, Mikoto menjadi sangat menyayangi wanita itu. Ia merasa kepribadian Karin yang ceria dan manja itu adalah sesuatu yang menyenangkan dan dapat memberi penghiburan bagi Sasuke. Mikoto tahu, Sasuke, sebagai putra kedua selalu diperbandingkan dengan sang kakak. Putra bungsu Uchiha itu selalu tampak memiliki beban untuk dapat membuktikan kemampuannya di depan Itachi dan Fugaku. Jadi dengan bersama Karin, Mikoto berharap kehidupan Sasuke selalu ceria.

Uzumaki muda itu memang seceria itu pada awalnya. Namun seiring berjalannya waktu, bagaimana Sasuke memperlakukannya dengan dingin, juga bagaimana pria itu selalu bermain dengan wanita lain seakan untuk membuat Karin membencinya, membuat wanita muda itu pada akhirnya merubah sikap. Ia berusaha keras agar pria itu mencintainya, berusaha agar pria itu selalu bersamanya dan selalu untuknya.

Sejak awal Sasuke tidak menyukainya. Jadi apapun yang wanita itu lakukan untuknya, tentu tidak menggerakkan hatinya. Jika ada seseorang yang diinginkan Sasuke, tentunya hanya wanita itu. Seorang wanita yang dapat membuatnya terdiam begitu lama hanya untuk memandanginya saja. Seorang wanita yang akan ia dengarkan suaranya setiap hari dan ia tak akan menolak jika wanita itu berceloteh sana sini tanpa jeda karena wanita itu selalu saja diam.

Mereka pertama kali bertemu ketika SMA. Sasuke adalah teman sebangkunya. Wanita itu, Hinata Hyuga. Seorang yatim piatu yang sangat cerdas. Seorang yang bahkan tumbuh besar di panti asuhan tapi bisa menyaingi kemampuan Sasuke. Hinata bahkan menjadi juara dan bahkan mengalahkannya yang selalu menjuarai setiap pelajaran semasa SMP. Sasuke penasaran. Bagaimana bisa seseorang yang tak memiliki apa-apa ini, bisa melebihi dirinya?Jadi Sasuke mendekatinya. Ia mengambil bangku dan duduk di sebelahnya.

Selama bertahun-tahun, mereka menjadi teman akrab. Sasuke tahu bahwa Hinata tinggal bersama kakak sepantinya. Tentunya Sasuke ingin mengunjungi rumah Hinata, ingin mengenal keluarga Hinata, tapi wanita itu menolak. Dia berkata bahwa kakak pantinya yang bernama Sakura itu sangatlah cerewet. Jika Sasuke mendatanginya, Hinata bisa jadi bulan-bulanan Sakura yang terus menggodanya karena mengira mereka berpacaran. Meski begitu, Sasuke menghargai privasi Hinata. Ia tak memaksanya.

Sasuke tertawa saat itu. Karena ekspresi Hinata saat sedang mengeluh begitu menggemaskan. Alisnya tertaut, bibirnya mengerucut, kenapa bisa semua itu terlihat begitu manis? Hinata selalu memasang ekspresi dingin, sendu, dan sesekali melamun, di sekolah. Namun wanita itu sangat baik padanya dan bersedia mengajari Sasuke yang tidak ahli dalam sastra Jepang.

Melihat begitu banyak perbedaan yang ditunjukkan Hinata, pintu hati Sasuke terketuk. Ia semakin tertarik padanya. Hinata yang pendiam, tak memiliki banyak teman. Orang-orang melihatnya sebelah mata dan meyakini bahwa Hinata sulit didekati. Ditambah saat itu, stigma anak panti asuhan sering dipandang negatif karena dianggap sebagai anak haram yang dibuang. Padahal Hinata tidak dibuang keluarganya. Dia hanyalah anak malang yang menjadi satu-satunya korban selamat dari kecelakaan yang merenggut kedua orang tuanya. Melihat Hinata, Sasuke jadi memahami hal-hal asing yang tak pernah terpikirkan oleh masyarakat pada umumnya. Yaitu dengan memahami situasi dan kondisi Hinata.

Yang dilakukan Hinata padanya sangat berbanding terbalik dari yang ia tunjukkan pada semua orang. Ia juga bisa tersenyum, tertawa, menatap Sasuke dengan tatapan lembutnya, mendorong bahu Sasuke karena menjahilinya. Rasa penasaran Sasuke berubah menjadi kepedulian antar sesama teman. Rasa pertemanan itupun berubah menjadi rasa cinta. Sasuke merasa tak bisa hidup jika tak melihat Hinata barang sedetik saja.

Hinata berpisah dengan Sakura karena wanita itu mendapat beasiswa untuk berkuliah di Kyoto. Sasuke yang tak ingin meninggalkan Hinata-pun ikut merantau. Berteman cukup lama, keduanya pun berkencan. Di saat yang bersamaan, keduanya beranjak dewasa. Hinata masih saja misterius dan tidak banyak menceritakan kisahnya, tapi ia sudah bisa membaur dan memiliki beberapa teman. Ia juga bisa dengan mudah mengobrol akrab dengan teman-teman Sasuke yang lain. Mereka berkencan secara sehat, saling menjemput setelah kelas, makan siang bersama, Sasuke mengantar Hinata ke tempat kerja sambilannya, dan mengantar Hinata pulang setelah menonton satu film laga yang memiliki akhir mengharukan.

Dua tahun berkencan, Hinata berkata ingin berkemah sekali-kali. Jadi, Sasuke membuat rencana liburan. Ia menyewa sebuah sopt terbaik di bumi perkemahan dan mendirikan tenda. Ia bahkan membuat poin kegiatan yang akan dilakukannya untuk Hinata. Memandang matahari terbit bersama setelah bangun pagi pasti menyenangkan.

Dua hari mereka berkemah. Hinata mempersiapkan makanan dan Sasuke memasang api unggun. Mereka membakar daging yang wanginya begitu menggugah selera. Daging yang dibawa Sasuke terlalu banyak, jadi mereka membagikan sebagian daging yang telah dipanggang pada pengunjung lain yang ikut berkemah.

Malam harinya, keduanya menonton film horror yang telah diunduh Hinata dalam laptopnya. Secara mengejutkan, ia menyukai film horror. Tampak berbanding terbalik dengan imej anggun dan sifat pendiamnya. Wanita itu bahkan memiliki kekasih tampan dan gagah tapi memiliki hati serapuh kapas yang ketakutan melihat penampakan pastor iblis yang terkutuk.

Setelah menghabiskan satu film horror, Sasuke memeluk Hinata sambil menangis, memohon Hinata untuk berhenti menyiksanya dengan film-film mengerikan itu. Hinata tertawa kecil dan membawa kepala Sasuke dalam pelukannya dan mengecup bibirnya.

"Kau harus bertanggung jawab," kata Sasuke menuntut, dan setengah menyudutkan Hinata dengan kecupannya. Lalu malam itu juga, keduanya menuju tahap baru dalam hubungan mereka. Rencana Sasuke-pun sukses. Mereka melihat matahari terbit bersama dengan balutan satu selimut tebal menyatukan mereka. Itu adalah kenangan indah yang selalu Sasuke mimpikan dalam tidurnya.

Suatu ketika Hinata menghilang dan Sasuke mencarinya. Setahun setelahnya, Sasuke menghentikan pencarian dan penantiannya atas wanita itu dengan mengencani gadis lain. Merasa bahwa gadis itu tak semenyenangkan Hinata, wanita itu lalu hadir dalam mimpinya dengan memunculkan semua memori indah tentang mereka.

Tentang mereka yang tertawa bersama ketika menyiram tanaman di rumah kaca yang berakhir saling menyiram. Tentang Sasuke yang memeluk Hinata di kamar kos Sasuke saat menonton film horror. Siapa yang akan menyangka pria itu jauh lebih takut melihat hantu jejadian dibanding Hinata? Atau, tentang Hinata yang secara mengejutkannya mampu mengusir lipan di toilet Sasuke yang muncul tiba-tiba saat hujan turun.

Kenangan itu begitu indah hingga Sasuke selalu memimpikannya. Selalu begitu, wanita itu akan datang dalam mimpi dan tersenyum padanya. Wanita itu akan membawanya pada kenangan-kenangan indah mereka di masa lalu dan membuat Sasuke terbuai. Berharap ia akan tidur selamanya agar dapat terus melihat wajah Hinata yang mulai terlupakan. lalu ketika bangun, ia akan mencari wanita lain untuk mengisi kekosongan hatinya dan ketika hubungan itu tak berjalan baik, wanita itu akan datang lagi seakan mengatakan, 'kau tidak akan bisa melupakanku', dan Sasuke memang tak bisa. Seakan Hinata sedang mengutuknya, menghantuinya atas kesalahan yang tak dilakukannya. Ya, Sasuke memang takkan bisa melupakannya. Karena semua kenangan indah itu, karena hilangnya Hinata yang begitu tiba-tiba, Sasuke menghukum dirinya sendiri.

 

Sasuke terbangun dengan sedikit memijat lehernya. Ia sempat tertidur tapi mimpinya kali ini tidak terlalu buruk dan tidak terlalu baik. Ia tahu bahwa ia akan memimpikan Hinata setelah hubungannya dengan Karin berakhir, tapi mimpi kali ini terasa aneh baginya. Tak ada panggilan lembut, tak ada senyum menawan Hinata. Wanita itu hanya memandangnya dengan sendu. Rasanya seperti mimpi yang menyedihkan.

Pria itu memasuki ruang keluarga dan melihat tumbuh suburnya Mawar Juliet, sebuah mawar langka yang menjadi kesukaan mendiang ibunya dulu. Pintu ruang keluarga terbuka lebar hingga Sasuke dapat melihat mawar itu dengan jelas. Ia menghampirinya perlahan. Mawar itu selalu bisa menarik perhatiannya, karena mengingatkannya pada mendiang Sang Ibu.

Tangan Sasuke tergerak menyentuh ujung bunga itu dan terhenti setelah mendengar interupsi suara wanita di belakangnya.

"Memetik bunga ibu lagi?" tanya Konan dengan tangan terlipat dan tatapan tajamnya. "Merawatnya begitu sulit dan kau dengan mudahnya memetik bunga-bunga itu."

"Kalau kau tidak suka, kau bisa berhenti. Itachi sudah mati. Apa kau tak lelah berlagak sebagai Nyonya Uchiha di rumah ini?" tanya Sasuke sembari menurunkan tangannya. Ia lalu melewati Konan dan wanita itu berteriak padanya.

"Aku tahu kau membenciku, tapi kematian kakakmu bukanlah kesalahanku."

Sasuke tertawa. Memandang Konan membuatnya teringat dengan Karin dan bahkan Hinata. Bahkan meskipun ia mencintai Hinata, wanita itu tak ada bedanya dengan dua wanita menjijikkan di sekitarnya. Wanita jahat yang mengelabui pria dengan segala tipu muslihatnya. Hinata membawanya dalam kutukan berkepanjangan yang harus terus dideritanya. Entah apa yang dilakukan Karin hingga membuat Mikoto menyukainya. Karena wanita itu, ia harus terjebak dalam janji beracun yang memuakkan dirinya setiap hari. Lalu Konan... Sasuke ingin tertawa terbahak-bahak jika mengingat apa yang dilakukannya demi bisa menikahi Itachi.

"Yah, yah. Terserah kau saja." Sasuke malas berdebat. Kepalanya semakin sakit karena kurangnya tidur. Ia cukup kesal karena harus mengunjungi ayahnya dulu sebelum kembali ke rumah pribadinya. Ia bertekad dalam hatinya setelah mengunjungi Si Tua Uchiha itu, ia akan segera menyentuh ranjang dan takkan bangun sebelum merasa segar.

Fugaku ada di ruangan kerjanya. Ketika Sasuke datang, ia melihat Obito sepupunya keluar dari ruangan itu. Jika melihat tumpukan dokumen yang dibawa Obito menandakan bahwa di akhir minggu begini pun Bapak Parlemen-pun masih bekerja.

Enam tahun berlalu sejak Fugaku menjabat sebagai anggota parlemen. Karena itulah, perusahaan keluarga yang bertahun-tahun dipegang olehnya, menjadi tanggung jawab Itachi selama tiga tahun sebelum akhirnya pria itu mati bunuh diri dan mewariskan semuanya pada Sasuke. Sebenarnya mengunjungi ayahnya di ruangan ini cukup memuakkan dirinya. Di ruangan inilah Fugaku terlibat pertengkaran hebat dengan putra sulungnya, satu hari sebelum Itachi ditemukan tewas di kamar tidurnya.

Saat Sasuke masuk, Fugaku melambaikan tangannya dan meminta putranya itu masuk dan memintanya duduk. Pria tua itu menanyakan bisnis Sasuke dan urusan pekerjaan lainnya. Sasuke tentu hanya berbicara seadanya karena ia sedang tak ingin memikirkan pekerjaan. Ia lalu menyinggung alasan ayahnya ingin berbicara padanya, karena ia tahu semua percakapan kecil itu hanyalah basa-basi belaka.

"Sebenarnya Ayah ingin membicarakan hal lain, tapi masalah pernikahanmu lebih mendesak," kata Fugaku yang dengan jelas membuat Sasuke paham bahwa kejadian pagi tadi telah didengar oleh ayahnya itu. "Kalian sudah lima tahun berkencan dan akan segera menikah. Kenapa kau justru mengakhirinya?"

"Bukankah lebih cepat lebih baik? Daripada aku menikah untuk menceraikannya, lebih baik aku mengakhirinya saat ini juga."

Fugaku menganggukkan kepalanya. "Ya. Tidak ada yang bisa menerka suatu hubungan di masa depan. Kalau tahu akan begini jadinya bukankah sebaiknya diakhiri lebih awal, bukan begitu?" tanya Fugaku tersenyum tipis. "Ayah akan menghargai keputusanmu."

Sasuke sedikit tidak mengerti dengan ucapan ayahnya. Sikap Fugaku saat ini tak seperti yang biasa pria tua itu lakukan jika rencananya tak berjalan lancar. Mungkin karena sakit kepalanya yang tiba-tiba datang ini membuat ia sulit mencerna ucapan Fugaku. Apakah ini mimpi? Apakah ia masih tertidur?

"Ayah... menemukan ini." Sasuke berusaha mengabaikan sakit kepalanya sampai ia menemukan sebuah kotak berukiran yang terlihat antik telah berada di depannya. "Ayah minta maaf karena tidak mempercayaimu." Entah dari mana pria tua itu mengeluarkan kotak aneh tersebut.

"Tentang apa?" tanya Sasuke berusaha sekuat tenaga menahan sakit kepalanya.

"Tentang Konan."

Kenapa tiba-tiba membicarakan wanita itu? Dahi Sasuke mengernyit keras dan menggapai kotak tersebut. Isinya hanyalah tumpukan kertas dengan tulisan di dalamnya, tapi mata Sasuke terlalu kabur untuk bisa membaca tulisan itu. Wajah ayahnya pun semakin tak terlihat jelas.

Fugaku masih tidak menyadari kondisi aneh dari Sasuke karena Uchiha muda itu hanya diam saja. Jadi, ia berbicara lagi.

"Tentang Konan, Ayah akan memaafkannya. Lagipula ia sudah berbuat banyak untuk keluarga ini. Yang Ayah inginkan adalah kau mencari wanita dalam surat-surat itu."

"Surat?" Jadi, tumpukan kertas dalam kotak itu adalah surat.

Sasuke memejamkan matanya, sedikit merintih merasakan kepalanya kembali berdenyut. Jadi, ia memutuskan untuk menutup kotak itu.

"Aku akan membaca ini nanti, Ayah beri tahu saja secara singkat, siapa yang harus kucari?"

"Kekasih Itachi." Dahi Sasuke semakin mengkerut. Fugaku tahu, akan sedikit rumit jika menjelaskannya sebelum putranya itu mengetahui duduk perkaranya. "Kau bacalah dulu surat itu, setelahnya Ayah akan menjelaskan padamu."

Entah angin apa, rasa sakit di kepala Sasuke menghilang seketika. Pikirannya segera jernih dan pandangannya sudah tak kabur lagi. Hanya saja tubuhnya mengeluarkan keringat dingin dan jantungnya berdebar kencang.

"Kenapa? Kenapa mencarinya setelah sekian lama?" tanya Sasuke. Sedikit banyak, ia mengetahui penyebab keputusan bunuh diri Itachi. Karena hubungannya dengan wanita tak dikenal itu tak direstui dan Itachi harus menjalani pernikahan paksa atas dosa yang tak ia lakukan. Secara tidak langsung, Fugaku juga mengambil andil dalam keputusan ekstrim Itachi. Lalu setelah semua yang terjadi, Sang Ayah ingin mencari wanita itu? Wanita yang juga menjadi penyebab matinya Itachi?

Sekarang pikiran Sasuke tertuju pada kotak yang dikatakan berisi surat-surat. Apakah kota itu berisi surat cinta Itachi pada wanita itu? Lalu Fugaku menyesalinya setelah melihat besarnya cinta Itachi pada kekasihnya itu? Namun bahkan setelah Sang Ayah mengetahui dosa Konan, pria itu masih memaafkannya. Lalu untuk apa Uchiha tua itu ingin menemui kekasih Itachi? Untuk meminta maaf atas dosa Konan?

"Tenanglah, Sasuke." Fugaku mencoba menenangkan Sasuke yang mulai meradang, tapi Uchiha muda itu berteriak.

"Bagaimana aku bisa tenang?" Teriakan Sasuke menggelegar dan napasnya memburu, menggebu-gebu. Pria itu sejak awal sedang dalam perasaan yang buruk. Ia sendiri juga sudah lelah dengan pekerjaannya yang menumpuk itu dan masih harus mengingat masa lalu kelam keluarganya. Mengerjapkan mata, untuk mengembalikan lagi pandangannya yang kabur. Sasuke mencoba mengatur emosinya. Pria itu berbicara dengan lebih tenang meskipun emosinya tertahankan. "Bagaimana aku bisa tenang?" Nada bicara Sasuke perlahan naik. "Ayah berkata akan memaafkan jalang itu, lalu kenapa harus mengungkit pacar Itachi? Kenapa aku harus mencarinya? Wanita itu tak ada bedanya dengan Hinata. Dia meninggalkan Itachi dan membunuhnya. Atau..." Sasuke terdiam sejenak. Matanya menyalang ke wajah ayahnya. "Atau Ayahlah penyebab wanita itu pergi meninggalkan Itachi. Lagipula kau adalah orang yang seperti itu. Maka dari itu kau ingin aku mencarinya sekarang. Kenapa, Ayah? Apa kau mulai menyesali perbuatanmu dulu? Apa kau ingin memohon maaf padanya? Tidak... atau kau ingin memusnahkannya agar perasaan menantumu itu menjadi lebih tenang?"

Sasuke meradang. Semua emosi dan pikiran tertahannya keluar bak pipa berlubang dan tak terkendali. Bahkan sesuatu yang tak Fugaku pahami dan selalu dalam pikiran Sasuke saja, keluar bersamaan dengan emosi di dalamnya.

Fugaku tak tahu bahwa putra bungsunya akan meledak seperti ini. Selama ini Sasuke terlihat baik-baik saja. Ia menuruti keinginan Itachi untuk memimpin perusahaan keluarga. Ia juga menuruti arahan Fugaku untuk melobi beberapa proyek. Pria itu juga menerima Karin sebagai calon istrinya sesuai permintaan Mikoto. Pria itu selalu bersikap tenang dan jarang menunjukkan sisi emosionalnya. Fugaku pikir, Sasuke akan menerima mandatnya seperti biasa. Siapa sangka, pria itu begitu sensitif dengan masalah ini dan meradang.

Sasuke berteriak lagi, terus mencerca Fugaku dengan teriakan dan kata-kata kejamnya. Menyebut ayahnya sebagai pembunuh, menyebut semua orang di rumah ini sebagai pembunuh. Ia mencengkeram kerah kemeja Fugaku dengan kencang hingga pria tua itu kesulitan bernapas.

"Kau... kau!" Tubuh Sasuke pada ambang batasnya. Matanya memutih dan ia jatuh pingsan.

 

"Kelelahan dan malnutrisi," kata dokter keluarga yang dipanggil untuk memeriksa Sasuke. Fugaku tertegun mendengar hasil diagnosa itu dan dokter melihat Samui yang berbicara padanya.

"Jadwalnya sangat padat seminggu ini karena minggu lalu harus menemani Nona Karin mempersiapkan pernikahan. "Lalu... masalah malnutrisi. Ketika dalam kondisi fokus dalam pekerjaannya, Bapak Direktur memilih untuk tidak menyentuh makanannya dan hanya minum air."

Sasuke telah mendapatkan injeksi dan tubuh pucatnya telah memerah. Fugaku menghembuskan napas panjang. Ia tak tahu, siapa yang harus disalahkan atas kejadian ini. Bahkan meskipun Fugaku mengakui kesalahannya, ia tak terlibat secara langsung atas tekanan pekerjaan dan batin dari putra bungsunya itu.

"Dia harus banyak istirahat. Tolong perhatikan juga nutrisinya."

"Baik." Samui membungkukkan badannya ketika dokter itu berlalu. Ketika semua orang fokus mendengarkan penjelasan dokter, Sasuke telah membuka matanya. Pria itu bangkit dan melepas jarum infusnya.

"Lebih baik bapak tidur saja. Anda butuh istirahat."

"Aku baik-baik saja." Sasuke melihat kotak berukir itu tergeletak di atas meja nakas.

"Apa kau dengar kata dokter? Kau harus banyak istirahat. Untuk saat ini menginap saja di rumah." Fugaku menambahkan, tapi Sasuke sudah cukup muak. Sejak kematian Itachi, ia merasa rumah ini tak lagi menjadi rumahnya. Rumah ini lebih mirip seperti pemakaman yang membuatnya teringat dengan kematian Sang Kakak.

Sasuke melihat Konan berdiri di ujung pintu kamarnya. Pria itu lalu berdiri, membawa kotak berukir itu dan menyuruh Samui untuk mengantarnya pulang.

"Ayah tenang saja, aku akan mencari wanita itu untukmu. Lalu, masalah tadi... maafkan aku," kata Sasuke pada Fugaku sebelum pemuda itu pergi.

Kembali pada mobilnya yang telah berjalan beberapa kilometer, Sasuke mengamati kotak itu lagi. Tiga tahun setelah kematian Itachi, kotak misterius yang tak pernah Sasuke lihat sebelumnya telah muncul. Sepertinya selama tiga tahun, kotak itu terus disimpan oleh Fugaku. Sasuke tak ingin membacanya. Kepalanya masih berdenyut, tapi rasa ingin tahu-nya meraung. Ia pun mengambil salah satu surat di dalamnya untuk dibaca.

Hari ketigapuluh pernikahanku.

Tak terasa sudah satu bulan pernikahan ini berjalan. Aku berusaha mempercayai kata-kata orang bijak yang kusebutkan dalam suratku beberapa hari yang lalu. Namun sepertinya hatiku tak bekerja dengan baik. Konan memang cantik, menawan, tapi tak dapat menyentuh hatiku.

Surat yang membosankan, pikir Sasuke. Ia mengabaikan surat itu dan menutup kotaknya. Pria itu menyandarkan kepala dan mulai memejamkan mata. Samui melirik Sasuke melalui sudut matanya, melihat sang atasan telah tertidur nyenyak. Masih memperhatikan Sasuke, tubuh Samui terdorong ke depan dan melihat atasannya itu masih tidur.

"Tolong menyetirnya hati-hati, Pak Shin," kata Samui mengingatkan Supir Shin. Ia juga mengamati bahwa supir itu tampak kelelahan. "Haruskah kita ke rest area?" tanya Samui dan Supir Shin menggeleng. Mobil mereka hampir mendekati pintu keluar tol dan dalam sepuluh menit akan sampai di rumah pribadi Sasuke. Melihat kondisi mereka, Samui merasa tidak bisa tidur nyenyak. Ia harus mengawasi Supir Shin dan mengingatkannya jika pria itu mengantuk. Perjalanan seminggu penuh mengelilingi 4 kota tentu saja melelahkan. Tak hanya Sasuke, tapi juga Supir Shin.

Alis Sasuke mengkerut dengan mata masih terpejam. Tampaknya ia mengalami mimpi yang tidak menyenangkan. Biasanya Sasuke akan terbangun setelah ia melihat senyuman Hinata dalam mimpinya. Namun sepertinya, tubuh itu sudah lelah melakukan perjalanan jauh.

Mimpi indahnya hanya berlangsung sesaat lalu melayang pada malam ketika ia mengantar Hinata ke kamar kosnya. Wanita itu berinisiatif untuk pertama kalinya memeluk Sasuke. Mereka bahkan berciuman cukup mesra. Sasuke merasa tak mampu menahan dirinya dan ingin mengulang kembali malam indah saat berkemah sebulan yang lalu, tapi Hinata menahan. Wanita itu beralasan harus menghadiri kuliah pagi. Kuliah pagi yang kemudian diketahui oleh Sasuke, tak pernah ada. Wanita itu tak hadir dalam kuliah pagi yang disebutkan. Wanita itu juga menghilang secara tiba-tiba. Yang lebih aneh, pemilik kos mengatakan bahwa Hinata seharusnya sudah pindah, tapi memutuskan untuk memperpanjang sewa kosnya menjadi seminggu. Semua demi kencan dan ciuman malam itu.

Apakah wanita itu berniat mengatakan alasannya selama seminggu itu? Kalau benar, sepertinya wanita itu tak mampu mengatakannya dan memilih pergi. Pergi menghilang bagaikan hantu.

Sasuke seperti kesetanan. Kekasihnya menghilang secara tiba-tiba. Tak hanya pergi dari tempat tinggal yang biasa dikunjungi Sasuke, wanita itu juga mengundurkan diri dari perkuliahan. Wanita itu tak pernah muncul di kampus dan juga di hidup Sasuke. Tanpa kata, tanpa alasan, menghilang begitu saja.

Sebulan pertama, Sasuke masih menanti. Menanti wanita itu kembali padanya. Sasuke tahu bahwa wanita itu tak memiliki siapapun kecuali Kakak sepantinya tapi mereka cukup lama tak berkomunikasi. Sasuke juga tak yakin apakah ia bisa menghubungi kakak Hinata. Wanita itu besar di panti asuhan. Apakah wanita itu kembali ke panti asuhan itu? Apakah terjadi sesuatu dengan panti asuhannya yang membuat Hinata harus kembali hingga keluar dari kampus?

Sasuke mengunjungi panti asuhan tempat Hinata berasal hanya untuk mendengar pernyataan dari bibi pengurus panti bahwa Hinata sudah lama tak mengunjungi mereka sejak wanita itu merantau.

Sebulan kedua, Sasuke masih percaya bahwa Hinata akan kembali padanya. Ia mengetahui bahwa orang tua wanita itu meninggal karena kecelakaan. Apakah alasan hilangnya Hinata karena wanita itu telah menemukan keluarga kandungnya?

Sasuke melakukan pencarian hanya untuk mengetahui bahwa Hinata tak memiliki sanak saudara dari pihak orang tuanya. Kedua orang tuanya adalah anak tunggal, dan semua kakek-nenek Hinata telah meninggal sebelum wanita itu lahir. Wanita itu benar-benar sebatang kara, tapi yang mengejutkan adalah orang tuanya meninggalkan warisan yang hanya bisa diambil Hinata setelah usianya menginjak 20 tahun berdasarkan hukum. Bahkan ketika Sasuke melacak pencairan warisan itu, tertanggal tepat seminggu setelah hilangnya Hinata di Tokyo. Pencariannya hari itu membuat Sasuke sadar bahwa Hinata telah merencakan semuanya dengan matang.

Bulan ketiga, Sasuke tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia merasa, semakin ia berusaha mencari Hinata, ia semakin mengetahui hal-hal yang tak dikatakan pernah Hinata padanya. Seakan wanita yang dikenalnya selama bertahun-tahun adalah orang asing. Semakin banyak yang Sasuke temukan tentang Hinata, semakin ia sadar bahwa ia tak mengenali kekasihnya.

Sasuke merasa ia menjadi satu-satunya orang yang berusaha dalam hubungan ini. Tak peduli seberapa keraspun ia mencoba mencintai wanita itu, berusaha menarik hatinya, pada akhirnya wanita itu hanya berkutat pada dirinya sendiri. Begitu egois hingga pergi meninggalkannya sendirian.

Bulan keempat, Sasuke mencoba melupakan Hinata. Ia mengencani salah satu adik kelasnya hanya untuk mengetahui bahwa wanita itu muncul dalam mimpi untuk pertama kalinya. Wanita yang jahat. Bahkan setelah pergi meninggalkannya pun tak ingin melepaskannya.

Hati Sasuke terasa hampa. Ia tak mendapatkan kenyamanan dan rasa aman pada setiap wanita yang ditemuinya. Ia merasa berdosa pada Hinata, tapi dosa atas apa? Kesalahan apa? Ingin sekali Sasuke berteriak memanggil Hinata, meraung-raung, dengan suara menggelegar, memintanya menjelaskan. Jika wanita itu tak mencintainya, jika wanita itu tak menginginkannya, kenapa ia tak katakan semua itu padanya? Jika ia bersalah, jika ia berdosa padanya, kenapa wanita itu tak katakan padanya? Tak semua orang tahu kesalahan yang mereka lakukan, dan Sasuke adalah salah satunya

Berkali-kali Sasuke berpikir, apa kesalahannya? Apa yang sudah ia perbuat pada Hinata? Apakah pria itu memaksanya untuk tidur bersama? Tidak. Ia tahu benar Hinata tersenyum padanya dan menerimanya dengan senang hati di malam itu. Lalu apa? Apakah karena sifatnya yang jahil itu? Atau dirinya yang malas mengerjakan tugas danc sering sekali menyalin tugas Hinata?

Sasuke lalu berlutut, memohon entah pada siapa tapi dengan hati tertuju pada Hinata. Jika ia memang salah, mohon ampunilan dia. Jangan lagi muncul dalam mimpi yang memberi harapan palsu itu. Sasuke juga berharap pada dirinya sendiri untuk tidak merindukan Hinata, dan seakan terkabul, mimpi itu tak pernah datang.

Sasuke menyadari bahwa semua mimpi itu adalah kutukan ketika ia tak sengaja terlibat dalam hubungan one night stand dengan salah satu kakak tingkatnya. Di pagi hari, hubungan itu berakhir dan malam harinya Hinata datang dalam mimpi Sasuke.

Mungkinkah mimpi itu jelmaan rasa sesal Sasuke karena telah mencoba berpindah hati? Mungkinkah mimpi itu adalah pesan dari Hinata agar menunggunya? Menunggu dari apa? Atau mungkin saja Sasuke hanya merindukan Hinata karena wanita manapun tak bisa menggantikannya.

Waktu berlalu dan Sasuke belajar untuk terbiasa dengan mimpi-mimpi itu setiap kali ia mengakhiri hubungan yang ia mulai untuk melupakan Hinata. Semakin sering ia mengakhiri hubungannya, semakin sering wanita itu hadir dalam mimpinya. Lama kelamaan Sasuke mulai terbiasa dan menjadi candu baginya. Tak jarang, Sasuke melakukan semua perzinahan sesaat itu hanya karena ingin bertemu Hinata dalam mimpinya.

Bahkan ketika ia bermain di belakang Karin semata-mata untuk mencari healing spot demi memulihkan energinya dari kebencian atas keberadaan Karin.  Ia tak pernah menyukai Karin yang begitu berisik. Ia bahkan merasa heran pada ibunya yang bisa menyukai Karin. Apa yang wanita itu lakukan hingga Mikoto bisa begitu menyukainya? Sasuke bahkan semakin membencinya setelah kematian Sang Ibu dan perjanjian Mikoto dan keluarga Uzumaki tentang pernikahannya dengan Karin yang tak diketahuinya. 

Karin adalah pengganggu dalam hidupnya yang tenang dan wanita lain adalah alat yang menghubungkan dirinya dengan Hinata. Penilaian Sasuke pada wanita terjun jatuh semakin jauh ke dalam setelah kakaknya, Itachi meninggal dunia.

Sasuke tahu, Itachi menjalin hubungan dengan seorang wanita, tapi entah siapa. Pria itu tak pernah terlihat mengenalkannya pada Fugaku. Sasuke tak mengetahui informasi apapun tentang wanita itu kecuali fakta bahwa wanita itu berasal dari kalangan bawah yang tak memiliki apapun.

Fugaku menentangnya dan hubungan Itachi dengan wanita itu berakhir. Kakak sulungnya itupun menikah dengan wanita yang ditentukan keluarga, Konan Akatsuki yang kemudian menjadi pusat amarah Sasuke. Karena adanya wanita itu, Fugaku menentang hubungan Itachi. Karena wanita itu, Itachi bunuh diri. Lalu keberadaan Karin juga membuat segalanya makin runyam. Wanita itu mengetahui bahwa Sasuke meniduri banyak wanita dan berpikir bahwa pria itu memang suka mempermainkan wanita. Merekapun bertengkar dan Sasuke harus bersabar karena janjinya yang dulu pada Sang Ibu.

Semua kilas balik yang dilihat Sasuke dalam mimpinya tiba-tiba menghilang. Lalu sosok Hinata muncul dan mengatakan sesuatu yang tak terdengar. Wanita itu lalu berjalan menghilang, sementara Sasuke terdiam tak bisa bergerak untuk mengejarnya.

Lalu sebuah hentakan kencang mendorong tubuh Sasuke hingga terjerembab ke depan. Kepalanya membentur airbag yang keluar otomatis. Pria itu terbangun dan melihat Supir Shin keluar sedikit terhuyung berusaha menyingkirkan airbag dan Samui yang mengomel-ngomel, keluar dari mobil. Sasuke belum pulih sepenuhnya. Mimpinya siang itu membuat tubuhnya sakit, ditambah benturan di kepalanya. Melalui kaca depan mobil, perlahan Sasuke melihat dengan jelas orang-orang yang berkerumun di depan mobilnya. Pria itu keluar setelah berhasil menyingkirkan airbag dan mendapati mobil yang ditabrak Supir Shin telah ringsek di bagian belakang. Seorang wanita yang sepertinya adalah pemilik mobil itu menangis meraung-raung mencoba menggapai sesuatu di dalam mobil itu.

Samui melihat Sasuke telah keluar dari mobil dan menjelaskan situasinya. Mobil yang ditabrak oleh Supir Shin adalah mobil milik seorang wanita. Anak dari wanita itu berada di dalam mobil, dan sekarang terjepit diantara dua kursi dan tergeletak di lantai mobil. Pintu depan mobilnya tak bisa dibuka untuk memberikan ruang udara, begitu juga dengan pintu belakang. Anak itu juga tak sadarkan diri dan karena itulah Sang Ibu berusaha membangunkannya untuk memastikan anak itu baik-baik saja.

"Panggil seseorang untuk memotong mobilnya. Masalah mobil itu, kita bisa memberikannya kompensasi." Menuruti perintah atasannya, Samui segera pergi dan Sasuke mendekati wanita yang kini menangis mencoba membangunkan putrinya dari luar.

"Nyonya, anda baik-baik saja?' tanya Sasuke menundukkan tubuhnya. Ia menyentuh bahu wanita itu hanya agar ia menyadari kehadirannya.

Wanita itu berbicara terisak karena menangis. "Bagaimana aku bisa merasa baik? Kumohon, tolong anakku!"

Sasuke tertegun mendengar suara wanita itu. Ia menarik pelan bahu wanita itu agar melihat wajahnya dan ia mematung. Hinata yang hilang selama bertahun-tahun kini berada di hadapannya. Bahkan setelah enam tahun berlalu, Sasuke masih bisa mengenali wajahnya. Lalu Hinata yang akhirnya melihat Sasuke, juga ikut terdiam. Wanita itu tampak linglung dan mengusap air matanya. Ia melepaskan diri dari Sasuke dan mencoba membuka pintu mobil yang telah rusak. Namun kondisi belakang mobil itu memang sudah ringsek dan Hinata tak bisa membukanya sekeras apapun ia menarik kenop itu.

Jantung Sasuke berdebar kencang. Hinata yang memiliki anak, dan anak itu terjebak di dalam mobil. Di saat yang mengejutkan seperti ini, telinganya berdenging dan pikiran cepatnya berjalan. Dengan cepat Sasuke melepaskan jasnya untuk membungkus tangan kanan dan memukul kaca jendela mobil Hinata hingga pecah. Hinata tertegun dan melihat bagaimana Sasuke berhasil membuka pintu depan dan menurunkan sandaran kursi. Mobil milik Hinata adalah mobil model lama dengan sandaran kursi yang hanya bisa dimiringkan ke depan dan ke belakang. Dua kursi itu tidak bisa digerakkan maju-mundur, tapi setidaknya Hinata bisa masuk dan menggapai Himeka.

Posisi Himeka cukup krusial. Tubuh kecilnya terjepit di antara dua kursi kemudi dan penumpang. Dengan kursi penumpang yang terdorong, membuat anak itu tak bisa bangun. Pemotong besi sangat dibutuhkan di sini.

"Himeka! Bangun, sayang!" Hinata terus memanggil nama anaknya. Sasuke mencoba untuk mencari cara agar udara bisa masuk ke bagian dalam mobil. Ia sedikit menjauh dan memecahkan dua kaca mobil lainnya. Tangannya sudah berdarah, tapi ia masih berusaha membuka pintu mobil yang telah penyok itu. Sistem kunci di mobil tersebut sudah rusak akibat benturan, jadi membuka dengan cara normal tidaklah berhasil. Sasuke memanggil Supir Shin dan memintanya untuk membantu menarik pintu belakang. Dalam lima menit, pintu itu berhasil dibuka.

Hinata keluar dari mobil setelah kepala Himeka berhasil merasakan udara luar, tapi anak itu masih tak sadarkan diri. Hinata menyentuh hidung Himeka untuk merasakan napasnya dan hatinya mendengus lega. Anak itu masih bernapas meskipun tak sadarkan diri.

Ambulance datang atas panggilan Samui. Begitu juga dengan beberapa orang dan peralatan beratnya. Orang-orang yang berkerumun mulai menyingkir untuk memberikan ruang bagi para ahli untuk menyelamatkan anak itu. Hinata juga menjauh dengan tatapan cemas tak juga hilang dari wajahnya. Ia melihat petugas medis memberikan bantuan oksigen melalui alat yang mereka bawa. Hinata melihat Sasuke berbicara pada para pemotong besi dan memberikan instruksi pada mereka.

Kejadian itu membawa banyak perhatian dan menimbulkan kemacetan. Para polisi lalu lintas pun turun untuk memantau jalan tersebut. Mereka juga meminta keterangan pada Supir Shin. Tentu saja Sasuke akan melindungi supirnya itu. Hinata melihat orang-orang itu beberapa kali melihatnya, jadi ia menghampiri mereka. Perasaan Hinata sudah lebih baik dari sebelumnya. Himeka sudah tertangani, itu sudah cukup untuk sementara waktu.

"Tuan ini menabrak mobil anda, Nyonya," kata salah seorang polisi setelah Hinata menyebutkan namanya.

"Ya, saya tahu." Hinata menatap Supir Shin sekilas dan pria itu memohon maaf padanya. "Saya hanya ingin anak saya selamat, itu saja. Untuk masalah kompensasi, saya tidak akan memintanya."

"Bagaimana bisa?" tanya Sasuke tidak terima. "Aku akan menggantinya," kata pria itu lagi.

"Tidak perlu." Hinata lalu melihat tetesan darah yang merembes di lengan baju Sasuke. Ia memalingkan wajahnya sementara Samui berseru setelah menyadari rembesan merah begitu jelas terlihat di baju putih Sasuke. Pria itu segera dibawa oleh petugas ambulance yang lain untuk mendapatkan perawatan, sementara Hinata kembali menjauh. Ia terus menatap wajah tertidur Himeka. Wanita itu duduk di sebuah bangku kosong depan toko roti dan Sasuke menghampirinya dengan tangan terbalut.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Pandora
Selanjutnya Pandora - [Chapter 3] Yang Terlihat Terkadang Luput dari Pandangan
24
0
Dunia Hinata runtuh dua kali. Saat ia harus memiliki Himeka sendirian, dan ketika Sakura harus meninggal. Sasuke Uchiha kembali datang ke hidupnya saat Hinata memutuskan untuk melepas semua masa lalunya dan mencoba memulai hidup baru.REMAKE ff lama saya dengan judul yang sama
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan