Pandora - [Chapter 7] Yang Tak Terlihat Menampakkan Diri

37
7
Deskripsi

Dunia Hinata runtuh dua kali. Saat ia harus memiliki Himeka sendirian, dan ketika Sakura harus meninggal. Sasuke Uchiha kembali datang ke hidupnya saat Hinata memutuskan untuk melepas semua masa lalunya dan mencoba memulai hidup baru.

Jumlah surat yang dibaca Sasuke hampir mencapai 200 surat dan ia masih tidak bisa menemukan satupun petunjuk. Begitu juga dengan teman-teman Itachi. Tak ada satupun yang mengenal kekasih Itachi. Bahkan ketika Sasuke menunjukkan foto Hinata (karena kecurigaan yang tak diharapkannya), mereka hanya bisa menggeleng. Sasuke tidak tahu, harus merasa senang karena artinya Hinata tidak menduakannya dengan Itachi, atau harus merasa sedih karena pencariannya atas kekasih pria itu masih sangat jauh.

Sasuke menemui Dokter Kakuzu di rumah sakitnya hanya untuk mengetahui bahwa pria itu telah dimutasi ke pedalaman desa. Ketika Sasuke merelakan waktu dan tenaganya untuk menemukan dokter itu, mencoba mencari tahu tentang Hinata. Ia masih berpikir bahwa wanita itu memiliki keterkaitan dengan kekasih Itachi dan mungkin Dokter Kakuzu mengetahuinya.

“Anda mengunjungi saya jauh-jauh hanya untuk menanyakan hal yang tidak saya ketahui?” tanya Dokter Kakuzu membuat Sasuke sedikit kesal.

Bagaimana aku tahu kalau kau tidak tahu?

“Bukankah anda teman Hinata?”

“Ya, saya memang berteman dengan Nyonya Hyuga,” kata pria itu. “Kira-kira sejak enam tahun lalu.”

Enam tahun. Ada apa dengan enam tahun yang lalu? Kenapa semuanya mengarah pada enam tahun yang lalu?

“Bagaimana kalian bertemu?”

Pertanyaan Sasuke membuat Dokter Kakuzu mengernyit heran. “Jika anda ayah dari Himeka, seharusnya anda tahu. Apa Nyonya Hyuga tidak memberi tahu anda?” Sasuke ingin segera meledak, tapi perkataan Dokter Kakuzu menyurutkan amarahnya. “Saya bertemu dengannya karena menangani kasus Nyonya Sakura.”

“Ka… kasus? Apakah penyakit yang membuatnya meninggal?” tanya Sasuke.

“Ya.” Dokter itu menganggukkan kepala. “Tapi saya tidak bisa bercerita lebih lanjut, karena ini adalah masalah pasien.”

Persetan deegan catatan rekam medis dan segala privasinya. Sasuke benar-benar muak dengan segala kerahasiaan itu.

“Dokter, kau tahu siapa aku. Aku adalah ayah dari Himeka. Segala hal tentang Hinata dan Himeka, semua yang wanita itu rahasiakan, aku berhak mengetahuinya.”

Pria itu tersenyum kecil. “Maafkan aku. Aku berjanji pada Nyonya Hyuga untuk tidak memberitahu hal ini kepada siapapun termasuk anda.”

Sasuke benar-benar tidak habis pikir. Selain wanita itu menghilang tanpa jejak, ia bahkan meminta seseorang mengunci mulutnya.

“Berapa?” tanya pria itu. “Berapa yang Hinata bayar untuk menutup mulutmu? Aku akan memberikannya dua kali, tidak… 10 kali lipat. Aku bahkan bisa mengeluarkanmu dari klinik menyedihkan ini ke tempat yang lebih baik.”

Dokter Kakuzu tertawa kecil. “Ini bukan tentang uang, Tuan Uchiha. Ini tentang pengabdian dan rasa setia kawan. Kami disumpah untuk melindungi satu sama lain.”

Sasuke tidak paham dengan ucapan Kakuzu. Baiklah, jika ia tidak bisa mendapatkan informasi tentang Sakura, ia akan mencari orang lain yang mau memberinya informasi.

“Baik! Aku tidak bertanya tentang Sakura lagi, tapi kau harus menjawab pertanyaan ini. Apa saat itu mereka datang dengan seorang pria? Seseorang dengan jabrik perak miliknya.”

“Sepertinya tidak,” kata Dokter Kakuzu menerawang. “Saat pertama mereka datang, pria dengan jabrik perak itu tidak ada. Hanya Nyonya Hyuga dan kakaknya.” Dokter Kakuzu lalu berkata lagi, “kalau tentang pria dengan jabrik perak itu…” pria itu menarik lacinya dan mengeluarkan sekotak berisi kartu nama. Ia mengeluarkan beberapa dan melihat kartu nama yang dicarinya berada di dalam tumpukan kartu itu.

“Kakashi Hatake?” gumam Sasuke membaca nama pria itu. “Hatake & Associates Law Firm,” ujarnya lagi membaca nama lembaga di bawahnya.

 

“Saya tidak menyangka, akan bertemu dengan anda di sini,” kata Kakashi menyeduh kopi miliknya. Sasuke melihatnya dengan pandangan masam. Bagaimana tidak? Ia mencari pria perak di depannya ini dengan penuh kerja keras karena Kakashi begitu jelas menghindarinya. Sekretarisnya menolak pengajuan pertemuan Sasuke dengan alasan jadwal pria itu telah penuh hingga dua bulan ke depan. Bahkan ketika ia menunggu pria itu hingga jam bekerja selesai, dengan jelas Sasuke melihatnya pergi lewat pintu belakang.

Akhirnya Sasuke menggunakan caranya sendiri. Ia meminta seseorang mengikuti Kakashi dan menemukan bahwa ia selalu pergi ke bakery sebelum pergi bekerja. Di tempat itulah ia menyergapnya. Ia bekerja sama dengan pemilik bakery dan mengepung Kakashi di tempat itu dengan beberapa penjaga.

“Kalau kau ingin mengelak dengan mengatakan jadwalmu penuh, kau tidak bisa membohongiku.” Sasuke menyerahkan daftar pekerjaan yang didapatnya entah dari mana. Kakashi mendengus, tercengang. Jaringan informasi Uchiha memang luar biasa.

“Karena anda bersikeras menemui saya, artinya anda tidak berhasil menemukan Nyonya Hyuga, bukan begitu?”

Onik Sasuke memicing. Firasatnya berkata bahwa pria ini juga akan bungkam. Ia mulai menduga bahwa Kakashi juga akan membicarakan loyalitas pertemanan. Seingat Sasuke, baik Kakashi maupun Dokter Kakuzu tidak ada dalam lingkaran pertemanan Hinata 6 tahun lalu. Jika mereka bertemu pertama kali 6 tahun lalu, apa yang telah terjadi selama itu hingga keduanya begitu setia untuk tidak mengatakan apapun tentang Hinata?

“Aku sudah menemuinya,” kata Sasuke. “Aku hanya ingin tahu bagaimana kalian bertemu?”

“Anda sedang menyelidikinya, rupanya?” Kakashi menyeduh kopinya lagi. “Saya bertemu dengannya 6 tahun lalu. Saat itu Hinata meminta saya mengurus surat waris atas permintaan Nyonya Sakura.”

“Surat waris?” Kembali, Sasuke menemukan hal baru. Surat waris. Setahu Sasuke, Sakura dan Hinata adalah dua orang saudara sepanti yang sebatang kara. Mereka tidak memiliki keluarga kecuali satu sama lain. Seingat Sasuke atas cerita Hinata di masa lalu, Sakura bekerja di sebuah perusahaan telemarketing sebagai petugas customer service. Mereka hidup pas-pasan di apartemen kecil. Sulit dipercaya jika Sakura memiliki sesuatu untuk diwariskan kepada Hinata.

Kakashi mengangguk, menanggapi pertanyaan Sasuke. “Namun saya tidak bisa menjawab jumlah asetnya.”

“Aku tahu,” sanggah Sasuke. “Sepertinya Hinata tahu bahwa suatu saat aku akan menyelidikinya dan meminta semua orang menutup mulut.” Menatap Kakashi sinis, Sasuke berkata, “aku sudah terbiasa dengan semua permainan rahasia ini. Aku pastikan akan membongkarnya.”

Sasuke beranjak untuk pergi, tapi Kakashi menahannya dengan sebuah pertanyaan. “Apa anda telah siap akan konsekuensinya?” Sasuke terdiam dan Kakashi melanjutkan ucapannya. “Apa anda mengetahui mitologi Kotak Pandora?”

“dalam mitologi Yunani, dikisahkan seorang manusia pertama yang diciptakan bernama Pandora. Di hari pernikahannya, seorang Dewi memberikan sebuah kotak yang sangat indah dengan syarat Pandora tidak boleh membukanya. Namun karena rasa penasarannya, Pandora membuka kotak itu. Anda tahu apa yang terjadi selanjutnya?”

Sasuke tidak menjawab pertanyaan Kakashi, jadi pria perak itu menggantikannya. “Kotak itu berisi malapetaka, penyakit, bencana, kesedihan, ketakutan. Semua itu keluar dan menjangkit umat manusia. Sejak saat itu, kota itu disebut Kotak Pandora. Sebuah kotak yang tidak boleh dibuka atau segala isinya akan memberikan rasa sakit pada semua orang,”

Kakashi melanjutkan ucapannya karena Sasuke masih diam saja. “Pertanyaan saya, apakah anda siap dengan konsekuensi membuka kotak pandora ini? Ada pepatah bahwa ketidaktahuan adalah berkah. Anda tidak perlu memikul beban tanggung jawab karena mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya anda ketahui.”

Sasuke tertegun. Ia memang tak pernah memikirkan hal itu. Baginya saat ini adalah menemukan Hinata, mengetahui alasan mengapa ia menghilang, membawa kembali putrinya dan hidup bersama dengan wanita yang ia cintai adalah sebuah misi yang harus dituntaskan. Namun Hinata dan kekasih Itachi yang entah mengapa mengarah padanya membuat ia tak lagi memiliki tujuan itu. Ia hanya ingin mengetahui kebenarannya.

Sepanjang penyelidikannya, ia memang dilanda ketakutan yang luar biasa, takut jika Himeka bukan putrinya, takut jika Hinata adalah kekasih Itachi, takut jika Himeka justru anak dari Itachi. Bahkan meskipun Himeka ternyata adalah anaknya, Sasuke takut kenyataan itulah yang membuat Itachi bunuh diri. Bukan karena pertengkaran dengan ayah mereka. Bukan karena ia harus menikahi wanita yang tidak ia cintai. Yang terburuk karena mengetahui fakta bahwa wanita yang Itachi pikir mencintai dan mengandung buah hatinya, ternyata mengandung darah daging adiknya sendiri. Jika itu benar, maka secara tidak langsung Sasuke juga mengambil andil dalam depresi berkepanjangan yang membuat Itachi mengambil nyawanya sendiri. Seperti kata Kakashi, ia jadi harus memikul tanggung jawab.

Sasuke tidak menjawab. Ia segera pergi dari tempat itu. Ia pikir, jika ia semakin banyak mendengarkan petuah Kakashi, penyelidikan ini akan berhenti karena rasa takutnya. Masih ada 100 lebih surat yang belum dibaca dan Fugaku akan kembali besok pagi. Sasuke kembali ke ruangannya dengan hati dongkol. Baik Kakuzu maupun Kakashi sama sekali tidak membantunya dalam penyelidikan ini. Di saat Sasuke akan beristirahat, Samui datang. Melihat bagaimana kesalnya ekspresi pria itu, ia menyusulnya di ruang kerja dengan membawa senampan teh hangat.

“Apa yang harus kulakukan?” tanya Sasuke lirih. “Semuanya tidak berguna.”

Membiarkan pria itu sedikit tenang, Samui lalu berkata, “jika cara biasa tidak akan menemukannya, bagaimana dengan cara ini?” Sasuke mengerlingkan oniknya menatap Samui. Wanita itu menyerahkan kartu nama sederhana dengan nomor ponsel luar negeri. “Saya dengar, dia menerima pekerjaan dunia bawah. Kita tak menemukannya melalui polisi maupun detektif, tapi mungkin dengan ini...”

“Apa kau yakin?” tanya Sasuke dan Samui menganggukkan kepalanya. “Darimana kau mendapatkannya?”

“Saya meminta Suigetsu dari tim IT untuk mencari informan melalui situs ilegal. Memang beresiko, tapi kita bisa mencobanya.”

Sasuke terdiam, menimbang. Jaringan informasinya selama ini tak menghasilkan apapun kecuali menyesatkannya. Terlebih orang-orang yang bungkam dengan alasan loyalitas. Seakan ada sesuatu yang harus disembunyikan. Jika melalui dunia bawah-pun ia tak mendapatkan informasi tentang Hinata dan kekasih Itachi, Sasuke...

Pria itu tertegun dengan pikirannya sendiri. Bahkan jika dunia bawah pun tak menemukan Hinata, ia harus menerima kenyataan bahwa semua ini adalah halusinasi. Entah kapan pria itu tak lagi meminum obatnya.

Mengerjapkan matanya, Sasuke menghubungi nomor tersebut.  Ia harus mengambil resiko. Seorang pria dengan pengubah suara menjawab panggilannya. 

 

Himeka tertegun ketika melihat dua wanita dewasa di depannya, tampak mengobrol akrab dengan Sang Ibu. Ini adalah sesuatu yang cukup aneh. Bahkan untuk anak kecil seusia Himeka, ia paling mengetahui bahwa ibunya itu tak memiliki banyak teman. Hanya Bibi Sakura dan Kakashi yang paling dekat dengannya. Ah, Paman Sasuke juga. Himeka juga merasa ibunya terlihat berbeda dari sebelumnya. Wanita itu jauh lebih terbuka dan murah senyum.

Mata berbinar Himeka memperhatikan wanita itu satu persatu dan Hailee menangkap tingkahnya dan tersenyum. Tatapan polos Himeka yang penasaran membuatnya gemas.

Pembicaraan itu berakhir setelah sebuah mobil hitam berhenti di depan mereka dan seorang pria memanggil Ingrid. Suaminya, Charles, datang menjemput.

“Ikutlah, akan kuantar kalian,” kata Ingrid mengajak Hinata dan Hailee.

“Hailee saja, aku ada sedikit urusan,” kata Hinata menolak. Kedua wanita itu melambaikan tangan seiring dengan mobil yang melaju.

Ini adalah kali pertama Hinata bersikap ramah pada rekan kerjanya dan bahkan mau menunjukkan Himeka pada mereka. Begitu, pikir Himeka. Selama ini anak itu tak pernah mengetahui rekan kerja ibunya sendiri. Ia juga tak pernah melihat Sang Ibu bisa tersenyum dan tertawa bersama mereka. Tidak, sebelum Bibi Sakura meninggal.

“Apa Kaachan dekat dengan mereka?” tanya anak itu.

“Tidak,” jawab Hinata.

“Lalu kenapa Kaachan tersenyum dan tertawa bersama mereka?”

Hinata terdiam sejenak lalu berkata, “karena mereka baik.”

Kini giliran Himeka yang terdiam. Ia teringat pada Paman Sasuke. Pria yang disebut sebagai ayahnya. Ia teringat saat mereka pergi ke taman bermain, saat ia tertawa riang di wahana permainan, keduanya memasang ekspresi yang tak bisa diartikan. Ekspresi yang mirip seperti saat Bibi Sakura meninggal dan Kaachan hanya duduk diam di depan altarnya.

Padahal Paman Sasuke terlihat lebih dekat dengan Kaachan dibanding dua bibi itu.

Hinata berbohong tentang dirinya yang akan pergi ke suatu tempat. Nyatanya mereka pulang ke rumah. Hinata membantu putrinya melepaskan mantel tebal dan anak itu segera berlari ke ruang keluarga. Ada kartun yang ingin segera ditontonnya. Sementara Hinata menuju dapur untuk membuat salad sebelum ia memasak makan siang.

Meski tayangan kartun itu cukup seru, tapi pikiran Himeka tak bisa lepas dari Sasuke. Karena ia memikirkannya, sekarang ia merindukannya. Himeka kecewa, tentu saja. Ia merindukan suara Paman Sasuke membacakannya buku cerita, atau kelakarnya tentang Sang Ibu di masa muda.

Namun anak itu tahu, ia tidak bisa menemuinya. Ia melihat bagaimana burung besi raksasa mengangkat tubuhnya beserta ratusan penumpang ke atas langit, melewati awan-awan yang hanya bisa dilihatnya dari bawah, melewati lautan luas yang hanya bisa dilihatnya dalam peta, lalu mendarat di tempat asing yang lebih dingin dari Tokyo. Himeka jarang pergi keluar rumah, kecuali pergi ke TK di dekat rumah sakit tempat Bibi Sakura dirawat dan tentunya ke rumah sakit itu untuk mengunjungi Bibi Sakura. Lalu ketika ia menyadari dirinya berada di tempat asing, yang bisa dilakukannya hanyalah menggenggam tangan Kaachan.

Kata Sumire-chan, perasaan anak dan orang tua itu kuat. Apa Paman Sasuke bisa tahu kalau Hime merindukannya? Tapi, bukankah Kaachan juga bisa tahu kalau Hime kangen Paman Sasuke?

Himeka melihat ibunya yang sedang memotong buah, mengintipnya dengan menyembulkan kepala mungil di balik sofa. Ia berusaha agar gerak-geriknya itu tidak diketahui. Himeka kecil pikir, ikatan orang tua dan anak bagaikan telepati. Jadi, untuk menghindari Sang Ibu membaca pikirannya, ia kembali menghadap layar televisi dan berpura-pura menontonnya.

Dalam hati Himeka, ia berharap Paman Sasuke akan datang dengan tiba-tiba seperti saat ketika ia menangis merindukannya. Namun anak itu ragu. Dengan jarak sejauh itu, apa Paman Sasuke bisa mendengar suaranya? Jika ia menangis, apa Paman Sasuke akan datang untuknya?

Disaat Himeka berkutat dalam pikirannya, suara bel berbunyi mengejutkan keduanya. Baik Himeka maupun Hinata. Wanita itu meletakkan pisau tapi Himeka segera berlari untuk membuka pintu, berharap Paman Sasuke-lah yang datang.

“Paman Sasu… ke…” ekspresi anak itu berubah kekecewaan ketika yang datang justru seorang pria dengan jabrik oranye yang tak dikenalnya.

“Hai, gadis kecil. Apa ibumu ada?” tanya pria itu.

Hinata tentu mengikuti putrinya dan tertegun melihat sosok dikenalnya muncul di ujung pintu. Pria itu melihat Hinata menggunakan celemek dan melambaikan tangan padanya, lalu menghela napas.

“Apa yang kau lakukan di sini?”

“Mengunjungi teman. Tidak boleh?” Pria dengan surai oranye yang tersisir rapi itu masuk dan melepas sepatu. Ia merentangkan tangannya, berisyarat agar Himeka mau datang dalam pelukannya. Namun anak itu berlari bersembunyi di balik kaki Hinata.

“Paman itu siapa?”

Pria itu tersenyum pada Himeka dan menyebut namanya. “Yahiko Akatsuki. Salam kenal, Hime-chan.”

Hinata lalu beralih pada putrinya. Ia meminta Himeka untuk masuk ke kamar dan jangan membuka pintu sebelum Hinata datang. Anak itu merasa heran tapi ia menuruti kata-kata ibunya. Ia pergi ke kamar dan menutup pintunya.

Setelah Himeka absen, Hinata kembali ke island dan melanjutkan pekerjaannya.

“Ini data yang kau minta,” kata Yahiko menyerahkan sebuah map dokumen berwarna putih. Hinata kembali meletakkan pisau untuk melihat map tersebut.

“Cepat sekali.” Hinata melihat data tersebut. Tentang anak-anak yang memiliki donor sumsum tulang belakang untuk Himeka.

“Tentu saja data ini belum teruji.”

“Apa kau bisa memberikannya pada Dokter Tsunade?” tanya Hinata. “Aku tidak bisa menunjukkan diriku di tempat ini.”

“Kau bisa memberikannya pada Agen Rose. Kudengar dia ditugaskan di rumah sakit tempat putrimu di rawat.” Hinata tertegun sejenak. Ia tidak pernah mengenal Agen Rose sebelumnya. Yahiko mengetahui kegundahan Hinata dan berkata padanya, “Agen Rose mengenalmu. Aku akan memberitahunya untuk membantumu.”

Meletakkan map tersebut, Hinata lalu melihat Yahiko. “Lalu bagaimana denganmu? Apa yang membawamu kemari.”

“Aku mendengar Danzo ada di Tromso. Entah ini takdir atau kebetulan, tapi ini kesempatan yang bagus untuk menangkapnya.” Hinata mengenali pria yang disebutkan Yahiko. Tatapannya membeku mengingat pria itu. Danzo Shimura, seorang kontraktor yang terlibat dalam korupsi mega-proyek Konoha Smart City, sekaligus pria yang menjadi dalang dari pembunuhan kedua orang tuanya.

 

“Aku mencari informasi tentang seorang wanita bernama Hinata Hyuga. Aku akan mengirimkan data penyelidikan yang telah kulakukan. Yang kau perlukan hanya mencari informasi yang tidak ada dari data itu.” Sasuke mengutarakan maksudnya tanpa basa-basi. Informan dari seberang telepon membisu. “Apa kau bisa melakukannya?”

“Hinata Hyuga, katamu?” tanya pria itu setelah beberapa saat terdiam. “Aku bisa mengusahakannya, tapi bayarannya akan sangat mahal.”

Sasuke menyanggupi. “Aku akan membayar berapapun yang kau mau.”

Informan dengan pengubah suara itu kembali terdiam. Ia lalu berbicara setelah Sasuke menyinggungnya. “Aku ingin pembayaran awal 50 juta Yen. Jika kau bisa mengirimkannya ke akun yang kuminta, aku akan mengirimkan setengah penyelidikanku.”

“Berapa lama?” tanya Sasuke dan informan itu menjawab bahwa setengah data yang akan dikirimkan bisa selesai tengah malam. Namun jika ingin menyelidiki secara keseluruhan, membutuhkan waktu dua minggu sampai 1 bulan lebih penyelidikan. “Untuk harga... aku menolak. 50 juta yen untuk penyelidikan satu orang saja terdengar berlebihan.”

Samui terkejut ketika mendengar Sasuke menyebutkan nominal itu. Ia tetap mengamati atasannya dengan sedikit was-was.

“Itu harga yang wajar. Kau meminta penyelidikan pada orang dengan kondisi khusus.”

Sasuke mengernyitkan dahinya, “apa maksudmu?”

Informan itu terdiam lagi, lalu berkata, “aku belum bisa memberikan detailnya sekarang. Yang jelas orang yang kau maksud, terkenal sebagai informan untuk anggota intelijen. Sehingga wajar jika kau takkan menemukan informasi tentangnya, karena identitasnya dilindungi oleh negara.”

“JANGAN BERCANDA!” Sasuke sudah tidak tahan lagi. Semua informasi yang menyesatkannya membuat ia semakin marah, terlebih setelah mendengar ucapan informan ini. “Seseorang yang tinggal di rumahnya mengatakan bahwa Hinata laki-laki, lalu kau mengatakan bahwa dia anggota intel. Mungkin saja kalau kutanyakan pada informan lain, orang itu akan mengatakan bahwa Hinata seorang pendaki di Gunung Fuji.”

“Tuan, kau harus tahu alasan kenapa kau menghubungiku. Jika kau bisa menemukannya dengan cara biasa, kau takkan menghubungiku, bukan?”

Sasuke tertegun. Yang dikatakan informan itu benar adanya. Semua penyelidikan yang memusingkan itu membuat Sasuke memutuskan untuk melalui jalur bawah. Akses yang diblokir, orang-orang yang bungkam. Ia harus tahu apa yang terjadi 6 tahun lalu.

Hinata yang disebut adalah bagian dari intelijen saja membuat Sasuke tak percaya. Wanita sepertinya, rasanya tak mungkin menjadi anggota intel. Jika ia memang anggota intel, maka merupakan hal wajar jika identitasnya disembunyikan. Wajar jika pria yang tinggal di rumahnya menyebut Hinata sebagai pria, karena mungkin wanita itu sedang menyamar. Wajar jika Hinata dengan mudah lepas dari cengkeraman Sasuke dengan gerakan singkat dapat membuatnya tunduk.

Saat itu juga ucapan terakhir Kakashi masuk dalam ingatannya.

“Apakah anda siap dengan konsekuensinya?”

Kalau begitu, kenapa? Kenapa ia harus menghilang hari itu? Kenapa alamat pengiriman kekasih Itachi ada di apartemennya? Kenapa ia menyebut Himeka bukan darah dagingnya? Sasuke harus mengetahuinya. Apapun konsekuensinya akan dihadapi. Meskipun saat ini ia ketakutan menerka-nerka. Meski saat ini ia berharap yang terjadi tak semenakutkan yang ia bayangkan. Ia akan menghadapinya.

“Baiklah,” kata Sasuke. “Aku akan mengirim 50 juta yen itu dan data penyelidikanku.”

 

“Jika kau menemukannya, apa kau akan membunuhnya?” tanya Yahiko sementara Hinata mengiris buah.

“Bahkan meskipun bos mengijinkanku, kau pikir aku akan melakukannya?” Hinata balas bertanya. Ia masih tidak menatap Yahiko. “Aku akan menyerahkan Danzo pada kalian.”

Yahiko tertawa kecil. Hinata masih sama dengan wanita yang ia temui 6 tahun lalu. Wanita yang tidak peduli dengan dendam masa lalu, sekeras apapun Yahiko dan rekan-rekannya membantunya. Bagi Hinata, melindungi apa yang ia miliki sekarang jauh lebih penting.

Ia teringat ucapan Hinata ketika ia dan rekannya menawarkan pekerjaan ini. Wanita itu berkata, “jika kau ingin dokumen ayahku, aku bisa memberikannya padamu dan aku tidak akan mengatakan hal ini pada siapapun. Kalian tak perlu merekrutku karena aku sudah bahagia dengan hidupku saat ini.”

Namun seminggu kemudian wanita itu mendatangi mereka dan berkata ingin bergabung bersama organisasi. Ia berkata membutuhkan perlindungan dan hanya melalui organisasi itulah yang bisa melindungi keluarganya.

Setelah bergabung dengan organisasi, Hinata menghilang bak ditelan bumi. Ia pergi selama setahun untuk mengikuti pelatihan sebelum akhirnya terjun sebagai informan. Dengan Hinata sebagai kepala keluarga, ia bisa menyembunyikan identitas Sakura. Bayarannya sebagai informan pun mampu membuatnya mengirim dana lebih yang akhirnya disimpan oleh Sakura dan kini menjadi warisannya.

Semua anggota telah disumpah untuk melindungi rekan mereka satu sama lain. Dokter Kakuzu, Kakashi Hatake, dan Deidara Iwagatsuki teman Itachi yang telah meninggal adalah anggota intelijen yang sering bertukar informasi melalui Hinata. Sehingga apapun yang mereka ketahui tentang Hinata akan dilindungi meskipun nyawa taruhannya. Alasannya sederhana. Membocorkan identitas rekan akan mempengaruhi kesuksesan misi. Mereka telah didoktrin untuk memiliki loyalitas pada rekan dan misi, sehingga sulit bagi orang lain untuk mendapatkan informasi dari mereka.

“Aku dengar anak bungsu Fugaku mencarimu,” kata Yahiko membuat Hinata hampir menghentikan gerak pisaunya. Wanita itu masih menunjukkan tatapan tidak peduli dan sibuk mengumpulkan buah dalam mangkuk. “Apa dia ayah kandung Himeka? Jika benar, ini akan menjadi sulit. Kau tahu itu, kan?” Yahiko lalu berbicara lagi. “Sampai sekarang kami masih mencurigai Uchiha ikut dalam pembunuhan orang tuamu. Mereka bisa mudah menimpakan semuanya kepada Danzo.” Yahiko lalu berbicara dengan tatapan tajam. “Jika mereka tahu kalau Himeka adalah anggota Uchiha, mereka akan mengambilnya apapun yang terjadi.”

“Urusan anakku, biarlah itu menjadi urusanku. Aku justru mengkhawatirkan adikmu yang keluar dari organisasi demi menikah.” Sebenarnya Hinata tidak suka urusannya dibicarakan, jadi ia mencari topik lain untuk mengalihkan pembicaraan.

Ekspresi Yahiko berubah heran.

“Ada apa dengan adikku?”

“Suaminya meninggal 3 tahun lalu. Bukankah seharusnya ia tak lagi berdinas?”

“Oh, itu...” Yahiko menggaruk tengkuknya, sedikit ragu. “Dia adalah pengecualian.”

“Pengecualian?” Hinata mulai tak suka mendengarnya. Ketidakadilan dalam organisasi.

Yahiko bisa melihat ekspresi sinis Hinata dan tertawa kecil. Iapun membujuknya. “Jangan seperti itu. Kau bisa berada dalam kondisi yang sama hanya jika mampu membayar dengan harga yang tepat.”

Hinata terdiam. Ia merasa heran karena ucapan Yahiko terdengar bertolak belakang dengan yang ia ketahui. Ucapannya tentang membahagiakan adik, dan ucapan Sasuke tentang kakaknya yang meninggal karena bunuh diri. Keduanya sangat kontras. Jika Konan membayar harga yang ‘tepat’ hanya untuk melihat suaminya bunuh diri, itu tak terlihat seperti pertukaran yang sebanding.

“Aku tidak menginginkannya,” kata Hinata tersenyum kecil. Ia telah selesai membuat salad dan meletakkan mangkuknya di depan Yahiko. “Cara yang dilakukan adikmu. Aku tidak akan melakukannya.”

Yahiko tertegun sejenak. Ia melihat kilatan penuh percaya diri dari Hinata. Sepertinya Hinata telah mengetahui bagaimana adiknya saat ini hidup menyedihkan sebagai menantu perawan yang harus mengabdikan diri di keluarga mendiang suami. Hal itulah yang membuat Yahiko menyesali keputusannya 6 tahun lalu. Jika saja ia tidak merelakan Konan keluar dari organisasi, mungkin adiknya dan wanita di depannya ini tak perlu merasakan sakit yang mereka alami sekarang. Ia tidak terlalu peduli dengan Hinata, tapi yang dialami Konan adalah pukulan baginya.

Ingin menghentikan semua percakapan ini, Yahiko menawarkan diri untuk memanggil Himeka tapi segera ditolak oleh Hinata.

“Ah, benar. Kau berjanji pada putrimu.” Pria itu melihat Hinata beranjak dari island. “Kau membuat diriku terlihat seperti orang yang berbahaya.”

“Ini pertama kalinya kau menemui Himeka setelah anak itu bisa mengingat wajah teman ibunya. Aku tidak ingin ia terlibat lebih jauh dengan pekerjaanku.”

Yahiko mendengus. Ia tahu Hinata tidak suka jika keluarganya terlibat ataupun dikenal oleh sesama rekan. Walaupun wanita itu memanfaatkan organisasi untuk melindungi putrinya, bukan berarti ia ingin anak itu bergabung bersama organisasi. Hinata tak pernah menyukai jika anggota organisasi mengunjunginya.

“Baiklah. Aku akan pergi,”

 

Sebuah organisasi rahasia dibawah perintah langsung oleh Kaisar Jepang didirikan untuk menangani kasus-kasus kriminal melalui dunia bawah. EIA, organisasi rahasia Kekaisaran Jepang. Ayah Hinata adalah agen EIA. 20 tahun lalu Hiashi Hyuga menyelidiki korupsi mega-proyek yang diduga dilakukan oleh Uchiha melalui Danzo Shimura, seorang petinggi di Uchiha Construction. Namun sebelum penyelidikan itu berakhir, keluarga Hyuga terlibat kecelakaan yang menewaskan seluruh anggota keluarga kecuali putri sulung mereka, Hinata Hyuga. EIA masih meyakini bahwa Uchiha ikut terlibat dengan pembunuhan keluarga Hyuga untuk menutupi pekerjaan kotor Danzo Shimura.

Hinata kecil menjadi yatim piatu dan hidup di panti asuhan. Ia berteman dan bersaudara dengan Sakura Haruno, seorang gadis yang memiliki penyakit anemia akut. Setelah usianya 17 tahun, ia keluar dari panti asuhan dan tinggal bersama Sakura yang telah lebih dulu keluar.

Setelah usianya menginjak 20 tahun, ia mendapatkan hak sebagai pewaris tunggal dari seluruh harta keluarganya, termasuk dokumen kerja milik Hiashi. EIA yang mengetahui hal tersebut berencana untuk merekrut Hinata untuk menyimpan rahasia dokumen itu dari pihak-pihak diluar organisasi.

“Untuk sementara, ini yang bisa kukatakan padamu. Tentang keterkaitannya dengan kakakmu, sepertinya mereka memang memiliki hubungan. Namun aku harus memastikannya, jadi cukup memakan waktu,” kata informan itu ketika Sasuke menerima panggilan darinya tengah malam hari ini.

Pria itu tak percaya dengan apa yang didengarnya. Namun hasil penyelidikan ini membuat semua pertanyaan dan kegundahan Sasuke terjawab.

Wajar jika Hinata menghindarinya. Tak hanya berhubungan dengan dua anggota Uchiha, keluarganya juga terbunuh karena Uchiha. Bahkan meskipun wanita itu mengandung darah daging Sasuke, tapi ia pasti sangat terluka mengetahui kenyataan ini dan memilih menghilang.

Wajar jika Hinata mengatakan bahwa Himeka bukanlah putrinya. Wanita itu pasti tak ingin Himeka mendapatkan pengaruh dari Uchiha atas kejadian di masa lalu. Bahkan meskipun Sasuke tak bersalah atas pembunuhan keluarga Hinata, tapi mendengar korupsi yang dilakukan Uchiha hingga Hiashi harus menyelidikinya, ditambah kemungkinan bahwa Uchiha ikut andil dalam pembunuhan penyidik Kaisar.

Namun memikirkan bahwa wanita itu memiliki takdir masa lalu yang buruk dengan Uchiha, membuat ketakutan Sasuke kembali menyergap. Mungkinkah wanita itu merencanakan balas dendam atas kematian keluarganya? Mungkinkah Hinata sengaja mendekatinya dan Itachi. Sehingga alasan kehamilannya...

Ini terasa berat untuk Sasuke hadapi. Melihat bagaimana perusahaan itu telah diwariskan padanya, artinya penyelidikan korupsi mega-proyek itu tak berjalan baik bahkan setelah kematian Hiashi. Sasuke tak tahu apa yang terjadi dan dalam kepalanya penuh dengan kecamuk. Ia terkejut melihat ayah yang terkenal tegas dan berteguh pada prinsip, bisa melakukan korupsi dan bahkan pembunuhan.

“Tidak... tidak. Ini hanya kemungkinan. Ini tak sepenuhnya benar.”

Ucapan Kakashi kembali teringat di pikiran Sasuke.

“Apakah anda siap dengan konsekuensinya?”

“Konsekuensi?” Sasuke mendengus tanpa sadar berbicara sendiri. Ia lalu menagih sisa data dan informan itu berkata ia harus menyelidikinya lebih lama karena sedikit sulit. “Baiklah, satu minggu. Aku akan menaikkan bayarannya, tapi kau juga harus mencari informasi tentang Sakura Haruno.”

Begitulah panggilan itu berakhir dan Sasuke menjatuhkan dirinya di ranjang. Ia menghela napas sangat panjang. Merasa begitu lelah. Ia bertanya pada dirinya sendiri. Apakah ini halusinasi? Apakah ini imajinasi?

Pria itu bangun dan mulai membaca surat-surat Itachi yang sempat ia tinggalkan. Ia membacanya sambil merebah hanya untuk membuatnya mengantuk. Ia tidak yakin menemukan petunjuk dari surat-surat itu. Namun ia hanya membaca saja. Menghalau rasa penatnya karena syok.

Namun semakin banyak ia membaca surat itu, perasaannya justru berkecamuk. Ia sudah tidak memikirkan kasus korupsi di masa lalu ataupun keterlibatan Uchiha atas kematian keluarga Hyuga. Matanya membaca kalimat-kalimat dalam surat Itachi yang terasa berbeda dari surat-surat lainnya.

Mata Sasuke terbuka. Rasa kantuk yang sedikit menyergap, menghilang seketika. Ia terduduk di atas ranjang dan membaca surat-surat itu dengan cermat.

Hari ke-235 setelah pernikahanku.

Pertengkaranku dengan Konan kembali terjadi. Dia kembali mengungkit wanita itu dan kandungannya. Dia menolah tawaranku untuk membawa masuk anakku. Apa dia pikir aku akan berada di sisinya? Dia berusaha membuatku memilih antara aku dan anakku. Sebuah perbandingan yang tak sebanding.

Surat ini terasa berbeda dari surat sebelumnya. Tangan Sasuke meraih surat-surat yang lain untuk menghubungkan rantainya. Ia pikir ia telah melewatkan sesuatu dan ternyata sejak surat ke-223, Itachi telah mengetahui bahwa kekasihnya mengandung.

Hari ke-224 setelah pernikahanku.

Semangat hidupku bertambah mengetahuinya telah mengandung dan membesarkan darah dagingku. Tiga tahun menghilang tanpa kabar dan mendengarnya hidup bersama anak perempuan berusia tiga tahun membuatku yakin bahwa anak itu adalah anakku. Rasa sedihku menghilang seketika. Aku merasa harus hidup demi anakku.

Hati Sasuke bergemuruh. Ia bahkan mengerjapkan matanya beberapa kali. Itachi menyebut anak itu. Anak yang mungkin ada di kandungan Hinata. Setidaknya itulah yang Sasuke yakini.

Pikiran pria itu kalut, tangannya bergerak cepat. Ia mengambil surat-surat lain dan membaca cepat memindai surat mana yang menyebut “anak” di dalamnya.

Hari ke-227 setelah pernikahanku ... aku senang sekali ketika memilih hadiah untuk diberikan pada putriku. Petugas menanyakan usia putriku. Mereka berkata anak berusia tiga tahun sudah bisa memilih mainan kesukaannya sendiri ... mungkin aku harus menghubunginya, tapi apa dia mau?

Hari ke-238 setelah pernikahanku ... rencana membawa anakku diketahui oleh Ayah. Dia menolak, tentu saja. Namun itu tidak menyurutkanku. Aku akan membawa anakku kembali apapun resikonya.

Hari ke-245 setelah pernikahanku ... Konan menyerah. Ia berkata akan mengijinkanku dan bahkan membantuku merawatnya. Kau pikir aku bodoh? Wanita itu licik dan penuh tipu daya. Takkan kubiarkan dia menyentuh anakku seujung kukupun.

Hari ke-257 setelah pernikahanku ... aku mencoba menghubunginya, aku kembali ke apartemennya, tapi ia menghilang begitu saja. Seseorang mengatakan bahwa ia dan suaminya telah menikah. Bukankah janin yang dikandungnya adalah anakku. Bagaimana bisa dia menikah dengan pria lain?

Menikah? Surat ini terasa janggal bagi Sasuke. Menurut penyelidikannya, Sakura-lah yang menikah tapi Hinata... tunggu!

“Aku telah menikah,” kata Hinata saat mereka bertemu di hari Himeka terjebak di mobil.

Sasuke menyadari sesuatu yang janggal telah dilewatkannya. Selama ini ia berpikir bahwa Himeka adalah putrinya dan alasan pernikahan yang dikatakan wanita itu hanyalah kebohongan yang diciptakan agar ia menyerah. Namun...

“6 tahun lalu, Sakura Haruno menikah dan mengikuti marga suaminya,” begitu hasil penyelidikan Samui.

“Namun marganya tak diketahui dan ia bercerai setahun setelahnya,” gumam Sasuke mencoba mengurai.

Apakah mungkin wanita yang dimaksud Itachi dalam surat ini adalah... Sakura? Jika begitu, Himeka... Sasuke tidak ingin mempercayai dugaan asal miliknya. Ia membaca surat selanjutnya.

Hari ke-259 ... mereka menghilang lagi. Wanita itu, saudara perempuannya, dan anakku. Tak ada yang mengenalnya. Tak ada yang mengetahuinya. Mereka menghilang bagaikan hantu..

Hari ke-263 ... kepalaku sering sakit dan perutku sering mual. Apapun yang masuk ke perutku akan keluar dalam waktu singkat. Konan tak lagi mengajakku berdebat. Ia hanya diam, menyiapkan sarapan, memberikan obat dan meninggalkanku. Setidaknya aku bisa tenang. Namun, ayah mana yang tenang mengetahui sang anak menghilang? Kau harus bertanggung jawab! Kau pergi membawa anakku, penyemangat jiwaku. Apa kau ingin aku mati tersiksa?

Hari ke-277 ... kemanapun aku mencari, mereka tak ada. Anehnya, tak seorangpun mengenal dan mengetahui mereka. Seakan hanya akulah satu-satunya manusia di bumi ini yang mengetahui wanita itu, anakku dan saudara perempuannya.

Hari ke-280 ... sepertinya aku mulai gila. Setidaknya itulah yang kutakutkan. Aku takut wanita itu hanyalah ilusi semata. Aku takut wanita itu hanya dalam imajinasiku saja. Dokter berkata bahwa aku mengidap skizofrenia. Dokter payah. Atau mungkin aku saja yang bodoh mempercayai diriku ini gila hingga harus mengunjungi dokter tak berguna itu.
Kemana dirimu? Kembalilah, kumohon! Buktikan padaku, pada semua orang bahwa kau nyata. Bahwa aku tak gila. Lalu, katakan padaku, kenapa kau menghilang begitu saja? Aku merindukanmu.

Jantung Sasuke berdegup kencang. Skizofrenia... ia juga mengalaminya ketika berusaha mencari Hinata. Ia tak mengira bahwa Itachi juga mengalami hal yang sama. Pria itupun melanjutkan surat-surat lainnya.

Hari ke-285 ... aku mencoba mencarinya tapi nihil. Dia menghilang bak ditelan bumi. Lenyap tak tersisa. Dia yang membawa pergi anakku, dia yang telah meninggalkanku dan kini mengambil semangat hidupku. Kenapa kau harus melakukan ini padaku? Apa tak cukup kau meninggalkanku? Tak bisakah... tak bisakah kau mengasihaniku sedikit saja? Hinata...

Sasuke tercengang hingga suara tak mampu terdengar dari mulutnya yang menganga. Ia mencoba mengerjapkan mata beberapa kali. Ia berharap sedang berhalusinasi. Sesaat ia menyesali tak rutin meminum obatnya. Dengan meminum obat itu secara tidak langsung membuatnya mengakui bahwa pikirannya sakit, tapi dengan begitu ia bisa membela diri bahwa ia membaca semua surat itu dalam keadaan sadar. Sasuke mencoba membaca surat itu untuk sekali lagi dan apa yang ia baca begitulah adanya. Nama Hinata ada dalam surat itu. Artinya Itachi mengenalnya. Artinya wanita itu memang memiliki hubungan dengan Itachi. Lalu kenapa penyelidikannya menyebut bahwa Sakura menikah 6 tahun lalu? Pria itu mencoba berpikir logis meskipun ia merasa dirinya tertampar begitu kencang.

“Wanita yang kau sebut itu adalah informan untuk agen intel kekaisaran.”

“Segala informasi tentangnya, dilindungi oleh negara."

Mungkinkah… Sasuke kembali tak mempercayai dugaannya. Mungkinkah wanita itu mengaburkan semua informasi ini karena negara melindunginya? Jika begitu… jika semua informasi dari hasil penyelidikannya terdahulu adalah informasi palsu, apakah artinya kematian Itachi terjadi karena ia jatuh dalam semua kebohongan itu. Tentang Hinata, tentang Himeka. Semua itu adalah palsu. Lalu… di mana kebenaran?

Jantung Sasuke berdegup kencang. Sangat kencang. Ketakutannya mulai menggerogoti. Mana yang benar dari dugaannya? Dimana kebenaran itu? Apakah Himeka adalah anak Itachi dan menghilangnya Hinata membawa keputusasaan yang luar biasa pada pria itu? Ataukah... Himeka adalah putrinya, yang justru secara logis akan mampu menggiring keinginan bunuh diri itu terwujud.

Sasuke ingin membaca surat-surat itu lebih banyak. Tangannya bergerak cepat meraih kertas selanjutnya.

Hari ke-286, tidak ada pembahasan soal anak di sini. Hari ke-287 juga tidak. Hari ke-288, 289, 290...

Hari ke-291 ... aku menyerah. Aku takkan melanjutkan pencarian atas anak itu. Lagipula Hinata benar. Aku takkan bisa melindungi mereka.

Sasuke tidak bisa merasa lega dengan mudah. Ia membaca beberapa surat-surat lain hingga sampai pada surat hari ke-315

Hari ke-315 ... waktu Ibu tak lama lagi, begitu kata dokter. Aku tidak bisa menahan kesedihanku. Berhari-hari aku menangis tapi harus tetap tersenyum demi ibu. Aku memutuskan untuk tidak melawan Konan. Kebahagiaan Ibu jauh lebih penting di saat-saat seperti ini.

Sisa surat itu tak lagi menceritakan anak ataupun Hinata, melainkan perjuangan Itachi mendukung ibunya. Sesaat Sasuke larut dalam cerita itu karena ia juga mengingatnya. Bagaimana ibu mereka mengidap Anemia Sel Sabit yang membuatnya harus menjalani transfusi darah dan operasi sumsum tulang belakang.

Operasi tersebut bisa memperpanjang usia tapi tidak dalam waktu lama. Pada akhirnya Mikoto Uchiha, ibunda mereka tercinta berpulang. Itachi berhenti menceritakan ibunya di surat hari ke-335.

Sasuke tertegun ketika membaca nomor surat itu. Ketika ia melihat isi kotak, setumpuk surat masih ada di dalamnya hanya saja tidak sebanyak kertas-kertas yang berceceran di ranjangnya.

Pria itu menghela napas panjang. Ia melihat jam dinding menunjukkan pukul 3 pagi. Tanpa disadari ia menguap begitu lebar dan merasa sangat mengantuk. Ia sendiri sudah tak punya tenaga dan mental untuk membaca sisa surat itu. Ia masih tak dapat mempercayai semuanya, tapi memang begitulah adanya. Dalam waktu singkat pria itu jatuh tertidur di atas tumpukan surat-surat. Ia sangat lelah. 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Pandora
Selanjutnya Pandora - [Chapter 8] Yang Harus Dihadapi Tak Dapat Dihindari
34
12
Dunia Hinata runtuh dua kali. Saat ia harus memiliki Himeka sendirian, dan ketika Sakura harus meninggal. Sasuke Uchiha kembali datang ke hidupnya saat Hinata memutuskan untuk melepas semua masa lalunya dan mencoba memulai hidup baru.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan