Pandora - [Chapter 10] Yang Tidak Bisa Dihadapi Lagi

23
5
Deskripsi

Dunia Hinata runtuh dua kali. Saat ia harus memiliki Himeka sendirian, dan ketika Sakura harus meninggal. Sasuke Uchiha kembali datang ke hidupnya saat Hinata memutuskan untuk melepas semua masa lalunya dan mencoba memulai hidup baru.

REMAKE ff lama saya dengan judul yang sama

Sasuke tertegun dan Hinata hanya bisa menunduk. Ia tidak bisa membayangkan akan menghadapi kenyataan yang begitu kejam. Sasuke merasa dirinya bagai mendapat satu tamparan yang begitu keras.

Himeka, putri yang selama ini ia pikir adalah anaknya, putrinya, darah dagingnya, ternyata justru anak dari Fugaku, ayahnya sendiri. Artinya, Himeka tak lain adalah adiknya.

Pantas saja.

Pantas saja Itachi putus asa. Pantas saja dalam surat-surat, pria itu terdengar.... hampa, kosong, tanpa harapan.

Ditinggalkan kekasih, mendapat kabar hadirnya seorang anak, dilambungkan harapan, lalu dihancurkan dalam sekejap mata.

Mungkin Itachi berpikir ia tak lagi memiliki alasan untuk hidup. Wanita yang ia cintai telah berkhianat, begitulah pikirnya. Lalu, alasannya untuk hidup juga ternyata bukan miliknya. Ibunya meninggal dan ayahnya... pria yang selama ini ia kagumi akan ketegasannya, akan keteguhan prinsipnya, akan rasa sayang yang besar terhadap sang istri, rupanya tak lebih dari seorang bajingan yang menghianati istrinya sendiri, tak lebih dari seorang pria bejat yang merebut kekasih putranya.

Mikoto sekarat, istrinya sendiri sekarat, tapi ia justru bercinta dengan kekasih putranya.

Itachi tak bisa lebih marah lagi dari hal ini, karena sebagian hatinya sedih luar biasa. Ia ingin menangis untuk mewakili perasaan ibunya yang telah meninggal. Ia juga ingin menangis untuk meluapkan perasaannya. Namun matanya tak bereaksi apapun. Ia tak merasakan apapun.

Sekarang apa yang dirasakan Itachi di masa lalu, dirasakan oleh Sasuke. Bahkan meskipun Sasuke sudah mempersiapkan kemungkinan terburuk, ia tetap terkejut dan tidak menyangka.

“Aku tidak pernah berbohong padamu,” kata Hinata menatap pria itu. “Aku hanya... tidak mengatakan semuanya.”

Berkata lagi, “aku memiliki janji yang harus kutepati, Sasuke. Sakura tidak ingin Himeka menjadi bagian dari Uchiha. Dia, aku... kami selama ini menghindar, bersembunyi dari ayahmu. Bukan karena Himeka anak haram Itachi, tapi dia anak haram ayahmu.”

Onik Sasuke berkedut karena ia tak berkedip begitu lama. Ia masih tidak percaya dengan semua yang didengarnya. Pria itu menatap Hinata dengan air mata setengah menggenang.

“Apa sekarang kau mengerti, kenapa aku melakukan segala hal untuk menghindarimu? Apa sekarang kau paham, kenapa aku tidak ingin kau mendekati kami?”

Sasuke mengerti, tapi ia tidak ingin mengerti. Sasuke mengerti, tapi ia tidak ingin paham. Pasti ada cara. Pasti ada jalan agar mereka tetap bisa bersama, agar Hinata tidak perlu hidup dalam pelarian, agar Himeka tidak perlu bersembunyi.

“Pertanyaanku dulu... aku akan bertanya sekali lagi padamu. Setelah kau mengetahui semuanya, apa kau bisa melawan ayahmu sendiri?”

Sasuke terdiam, ia tidak tahu.

Itu pertanyaan yang sama yang dilontarkan Hinata setahun lalu saat mereka menemani Himeka ke taman bermain. Jawaban yang ia berikan saat itu adalah keyakinan bahwa ayahnya telah berubah. Bahwa Fugaku tidaklah seperti Fugaku 6 tahun lalu yang keras menentang pernikahan Itachi. Bahwa Fugaku telah menyerah akan ambisi dunianya dan kini ia penuh dengan pengakuan dosa dan ampunan.

Namun akhir-akhir ini terasa berbeda. Pria tua itu terasa asing, terasa bagaikan orang lain. Surat yang diberikan padanya telah kembali di saat Sasuke belum membaca keseluruhan surat itu. Apa yang diinginkan Fugaku memberikan surat itu jika pada akhirnya surat-surat itu akan dikembalikan? Apa tujuan Fugaku sebenarnya meminta Sasuke membaca surat itu dan ... menemukan kekasih Itachi.

Onik melebarnya menyadari sesuatu.

Fugaku yang ingin Sasuke mencari kekasih Itachi, Fugaku juga yang memintanya membaca keseluruhan surat itu agar Sasuke bisa memahami tujuannya. Namun pria itu belum selesai membacanya. Tidak, itu urusan nanti.

Aku telah memaafkan Konan, begitu kata Fugaku. Memaafkan atas apa? Atas wanita itu yang hanya mengejar harta dan kekayaan Itachi? Sasuke bisa berpikir objektif bahwa itu hanyalah asumsi subjektifnya. Ia tidak merasa Fugaku memiliki pandangan yang sama dengannya tentang Konan.

Sasuke juga tidak yakin Fugaku mencoba merubah perasaan benci dan dendam pada Konan selama bertahun-tahun melalui surat itu. Lalu karena apa?

Apakah mungkin... semua pencarian ini untuk membuatku menuntun ayahku pada Hinata?

Pria itu menatap Hinata dan pikirannya kembali teringat dengan permintaan Fugaku untuk mencari kekasih Itachi. Fugaku hanya ingin Sasuke mencari wanita itu, mencari Sakura.

Namun Sakura telah meninggal dua tahun lalu. Jika dia tak menemukan ataupun mencari Sakura, tujuan selanjutnya pasti...

“Hime... ka.”

Hinata tahu, ucapan Sasuke mungkin tidak menjawab pertanyaannya. Namun setidaknya pria itu tahu bahwa pada akhirnya semua akan tertuju pada Himeka.

Untuk apa Fugaku ingin menemui ‘kekasih’ Itachi? Untuk apa dia ingin menemui Himeka?

Di tengah penuhnya pikiran Sasuke dan Hinata yang masih menatapnya, seorang perawat menginterupsi mereka.

“Operasi siap dilakukan, apakah salah seorang wali Himeka Hyuga bisa mengikuti kami untuk menandatangani persetujuan?”

“Biar saya saja.” Hinata mengikuti perawat tersebut dan tinggalah Sasuke dan Samui di tempat itu. Pria itu duduk mengusap wajah, mengusap kepalanya berkali-kali dan menghembuskan napas panjang.

Samui menatap atasannya setengah terdiam. Selama ini ia hanya menjadi pengamat. Dua orang, Itachi dan Sasuke. Ia telah mengabdikan dirinya pada dua pria itu dan menyaksikan tahun-tahun kehidupan mereka yang nyaris sama. 

Samui juga melihat momen terpuruk Itachi, sama persis dengan yang dialami Sasuke. Itachi yang hangat menjadi pendiam, menjadi dingin dan kaku. Sasuke tidak pernah terlihat ceria sejak Samui bertemu dengannya pertama kali. Namun pria itu berubah ketika melihat Himeka atau Hinata.

Hinata Hyuga. Wanita yang terlihat misterius itu adalah penyebab dari semua kegalauan hati Sasuke dan mungkin juga Itachi. Dampak wanita itu begitu besar hingga Samui yang bersimpati pada pria di sampingnya mungkin tak dapat menggantikannya.

Samui hanya bisa terdiam. Ia pikir, menemani pria itu cukup baginya agar tidak merasa sendiri. Koridor itu sepi dan hanya ada mereka berdua di sana.

Sesat kemudian Sasuke berdiri dan Samui mengikutinya. Mereka melihat perawat mendorong Himeka keluar dari ICU untuk menjalani operasi. Samui mengikuti Sasuke yang mengikuti Himeka. Mereka sampai di ruang operasi di mana Hinata  telah berada di sana. Himeka juga telah memasuki ruang operasi.

Keduanya saling memandang, tanpa berkata-kata. Sasuke duduk di samping Hinata. Mereka terus terdiam hingga berjam-jam lamanya.

Samui duduk di belakang Sasuke, mengamati keduanya sembari menunggu lampu menyala hijau. Baik Sasuke maupun Hinata tak ada yang berbicara. Mereka hanya saling menatap, lalu merangkul, seakan pertengkaran beberapa jam yang lalu tak ada. Mereka juga tak berbicara, seakan tatapan mata keduanya adalah cara mereka berkomunikasi.

Melihat semua itu, hati Samui berdesir. Sasuke telah menemukan kembali rumahnya. Pria itu telah menemukan kembali tempatnya untuk pulang. Sementara Itachi. Pria itu tak menemukannya.

Entah berapa lama operasi Himeka berjalan, tapi baik Sasuke maupun Hinata, tak ada seorang pun di antara mereka yang tertidur. Keduanya telah terjaga hampir dua hari sejak Himeka dirawat hingga menjalani operasi. Samui tercengang dengan kekuatan fisik dan batin mereka. Bahkan meskipun keduanya bukan orang tua kandung Himeka, mereka begitu peduli dan menyayanginya bagaikan orang tua kandung.

Lampu operasi berubah hijau dan tak lama dokter keluar.

“Wali Himeka Hyuga,” panggilnya dan Sasuke serta Hinata mendekati dokter itu. “Operasinya berjalan baik, sebentar lagi dia akan keluar.”

“Bagaimana setelahnya?” tanya Sasuke cemas.

“Untuk sementara kami harus memantaunya, jadi dia harus kembali ke ICU lagi. Setelah dia sadar dan cukup stabil, dia bisa dirawat di bangsal inap.”

Pada intinya, meskipun operasi berhasil, tapi kondisi tidak segera membaik.

Dokter itu kembali dan Hinata duduk lagi.

“Jangan memikirkan apapun, Himeka pasti akan selamat,” kata Sasuke dan wanita itu mengangguk.

 

Himeka kembali ke ICU dan Hinata serta Sasuke hanya bisa memandang anak itu dari kejauhan. Sasuke melirik Hinata, melihat wanita itu memandangi putrinya dengan pandangan sayu. Ia melihatnya begitu kasihan. Kantung matanya menebal karena ia tidak tidur. Hinata sulit tidur. Bahkan meski ia memejamkan matanya, pikirannya tetap terjaga.

Hal itu terjadi pula dengan Sasuke. Ia tidak bisa tidur dengan membiarkan Hinata terjaga. Ia harus menjaganya. Ia ingin menjaganya.

Sasuke menarik kepala Hinata agar mendekap padanya. Setelah semua pertengkaran itu dan tak ada lagi rahasia di antara mereka, Hinata telah meluluh. Ia tak lagi antipati atau menghindari Sasuke. Semua sikap dinginnya adalah untuk menjaga rahasia besar itu, dan setelah rahasia itu terkuak, sikap wanita itu melembut. Ia membiarkan Sasuke memeluknya, membiarkan dirinya bersandar pada pria itu, membiarkan kepalanya dalam dekapan Sasuke.

“Bagaimana menurutmu, jika Himeka menjadi anakku?” tanya Sasuke lirih.

Hinata tidak memiliki tenaga untuk berdebat, jadi dia hanya menggeleng lemah. “Tidak,” ujarnya pelan. “Sia-sia saja aku menghindar dan sembunyi jika akhirnya mengembalikan Himeka ke Uchiha.”

Sasuke terdiam, begitu juga dengan Hinata. Kondisi Himeka belum dikatakan membaik, tapi mereka harus berpikir jangka panjang dan rencana ke depan. Sasuke tidak mungkin terus-terusan tinggal di Norwegia. Fugaku mungkin akan mempertanyakan keberadaannya. Namun Sasuke juga tidak ingin Hinata terus hidup dalam persembunyian.

Di tengah berpikir, Hinata berkata, “Ayahmu pernah kemari sekali. Dia menemui Himeka. Aku pikir... sepertinya dia tahu tentang anak itu.”

Sasuke tertegun, tapi ia masih tetap pada posisinya, menjadikan lengan kirinya sebagai bantal bersandar Hinata.

“Aku yakin... ada sesuatu yang dia sembunyikan.” Sesaat ia terdiam lalu menegakkan tubuhnya. “Hinata, aku harus kembali.”

Wanita itu termangu. Ia menatap kilatan onik Sasuke begitu teguh akan suatu hal.

“Kau akan kembali ke Jepang?”  tanya Hinata.

“Ada yang ingin kutanyakan pada ayahku.”

Pria itu terdiam lagi. Pandangan mereka saling bertaut seakan tak ingin berpisah lagi.

Bahkan meskipun mereka telah berpisah bertahun-tahun, Hinata masih mencintainya, masih merindukannya. Dalam kesendiriannya, ia sering melamunkan Sasuke. Ketika ia tak bisa mengintai atau mengawasi Sasuke, Hinata sering membayangkan wajah tampannya lalu menerka-nerka seperti apa pria itu di masa depan nanti.

Pertemuan mereka mengejutkannya, tapi juga membuatnya bahagia dan ketakutan di saat yang bersamaan.

Ketika bertemu dengan Sasuke pertama kalinya saat mobilnya tertabrak dulu, betapa Hinata ingin memeluk pria itu. Betapa Hinata ingin mendekap tubuh maskulinnya. Namun teriakan orang-orang dan bau asap yang keluar dari mobil menyadarkan lamunan itu dan membuatnya kembali pada realita. Kenyataan bahwa pria itu berada dalam urutan tertinggi daftar orang yang harus ia hindari.

Kini setelah tak ada lagi rahasia di antara mereka, setelah mereka berhasil menguraikan benang kusut masa lalu di antara mereka satu persatu, keduanya harus berpisah lagi.

Namun Hinata tak menangis. Ia hanya bisa tersenyum.

“Aku akan menunggumu.”

Sasuke menganggukkan kepalanya.

“Samui akan menemanimu di sini.”

Dan begitulah. Sasuke kembali dan Hinata menunggu detik demi detik kedua orang yang disayanginya kini kembali padanya.

 

Sasuke menggunakan penerbangan tercepat menuju Tokyo hanya untuk mendapati ayahnya tak berada di rumah. Ia melihat Nenek Chiyo, Sang Kepala Pelayan tampak membantu Konan menyiram bunga.

“Di mana Ayah?” tanya Sasuke mengejutkan keduanya.

“Tuan Muda sudah pulang?” gumam Nenek Chiyo. “Ayahmu pergi ke rumah leluhur.”

Sasuke mengernyitkan dahinya.

“Ke makam? Untuk apa?”

“Kau lupa? Kemarin adalah hari peringatan kematian kakakmu.” Nenek Chiyo berbicara setengah mengeluh. “Kami semua bertanya-tanya apa kau bisa kembali sebelum waktunya. Tak disangka kau akan... hei!” Wanita tua itu berseru setelah melihat Sasuke melenggang pergi.

“Dasar Tuan Muda. Tidak biasanya dia melupakan hari sepenting itu,” keluh Nenek Chiyo kembali mengangkat selang air.

Konan yang sedari tadi diam menyibukkan diri menggunting tanaman liar berseloroh.

“Pasti tentang wanita,” ujarnya mengejutkan Nenek Chiyo.

“Mungkinkah Tuan Muda dan Nona Karin kembali rujuk? Atau mungkin wanita lain?”

Nenek Chiyo terus berkomentar, tapi tatapan Konan telah berubah dingin.

Setelah beberapa jam mengurus kebun belakang, Konan membersihkan dirinya. Ia keluar dari kamar mandi dan menghampiri meja rias. Ia melihat pantulan dirinya di cermin. Pipinya semakin tirus dan tulang selangkanya semakin nampak.

Wanita itu menatap dirinya sendu. Entah sudah berapa kilogram berat tubuhnya menurun.

Dua tahun belakangan wanita itu bermimpi. Mimpi-mimpi yang terasa nyata tapi sekaligus tak nyata.

Ia bermimpi menjadi seorang agen rahasia pemerintah dan menyusup di keluarga Uchiha untuk mencari informasi penting. Namun ia justru jatuh cinta pada kebaikan seorang pria yang kemudian menjadi suaminya. Pria yang kini telah meninggal dunia.

Konan merasa pikirannya semakin terdistorsi. Ia tidak tahu, mana yang menjadi mimpi, mana yang sungguh realita.

Yang ia tahu, ia sangat mencintai suaminya dan ia tahu bahwa pria itu telah mengisi hatinya begitu penuh pada wanita lain. Meski begitu, Konan juga menyadari bahwa ia takkan bisa mengalahkan wanita itu. Anehnya ia tak mengetahui sama sekali rupa dan sosok gundik suaminya itu hingga akhirnya Si Gundik muncul dalam mimpi buruknya.

Wanita dengan surai merah muda indah bagaikan bunga sakura merekah di musim semi. Wanita itu muncul dalam mimpinya, merangkul lengan Itachi, mengulas senyum mengerikan dan berkata padanya, “terima kasih, telah membawa Itachi padaku.”

Konan tersadar bahwa ekspresinya saat ini begitu menyeramkan. Ia mengingat lagi bayangan mimpi itu dan menghembuskan napas panjang untuk menenangkan dirinya sendiri.

Akhir-akhir ini kondisi rumah terasa aneh dan Konan tidak menutup mata untuk menyadari hal itu. Ayah mertuanya, Fugaku, yang selalu diam semenjak Itachi meninggal menjadi lebih banyak berbicara. Terlebih kepada Sasuke. Putra bungsu itu selalu antipati dan menjauhi rumah utama, tapi ia menjadi lebih sering datang.

Konan tahu, hal ini bukan karena hari peringatan kematian suaminya. Kedua pria Uchiha itu, Sasuke dan Fugaku selalu datang bersama-sama. Terlepas hubungan mereka yang memburuk semenjak meninggalnya Itachi, tapi mereka sangat mencintainya dan memutuskan untuk akur hanya saat hari kematian pria itu untuk menghormatinya.

Namun kali ini Sasuke melupakan hari kematian Itachi. Itu sangat tak biasa.

Apakah karena anak itu?

Konan mengingat dengan jelas bahwa Sasuke ingin mencari anak dari Itachi dengan wanita gundik itu.

Apakah dia berhasil menemukannya?

Namun Konan kembali mengingat bagaimana ekspresi gusarnya Sasuke setelah mendengar penjelasan Nenek Chiyo bahwa Fugaku kembali mengunjungi Itachi.

Apa yang terjadi?

Konan tak bisa menyangkal bahwa dirinya khawatir. Ia mungkin hanyalah seorang menantu dan ipar yang tak dianggap. Suaminya meninggal dan adik iparnya menganggap dirinya gold digger. Bahkan meskipun Fugaku menerimanya di rumah ini, pria itu sebenarnya tidak pernah peduli padanya.

Konan tak memiliki siapa-siapa lagi. Ia memiliki kakak yang sangat sibuk dan selalu berpindah-pindah negara untuk urusan bisnis, sementara kedua orang tuanya telah meninggal. Ia tak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Bahkan meskipun keluarga suaminya tidak menganggapnya ada, hanya Uchihalah tempatnya berpulang dan ia akan sangat khawatir jika sesuatu terjadi pada keluarga itu.

Segera berpakaian rapi, Konan keluar dari kamarnya. Dia memanggil supir dan meminta pria itu mengatarnya ke rumah leluhur.

 

Makam Itachi berada di kompleks pemakaman Klan Uchiha. Di masa lalu keluarga mereka menjadi penguasa tanah di daerah ini hingga akhirnya satu persatu anggota keluarga meninggal karena wabah dan perang. Anggota keluarga yang berhasil selamat adalah kakek buyut Sasuke, Madara Uchiha. Rumah utama tempat Madara meninggal menjadi tempat dirinya dan anggota keluarga Uchiha lain disemayamkan.

Tempat itu di ujung gunung. Satu-satunya rumah tradisional Jepang yang masih berdiri kokoh di gunung tersebut. Pepohonan hutan mengelilingi rumah tersebut sehingga mobil tidak akan bisa masuk. Siapapun harus berjalan kaki menuju rumah itu dan begitulah Sasuke, dengan jaket dan mantel yang telah terlepas, dia berjalan mendaki gunung.

Setelah mencapai puncak dan akhirnya berhasil melihat pintu gerbang, Sasuke tertegun melihat sosok Fugaku menutup pintu tersebut. Sepertinya urusannya telah selesai.

Fugaku tentu melihat sosok putranya mendaki gunung dengan terengah-engah.

“Ah, kau sudah datang? Cepat beri salam pada kakakmu,” kata Fugaku.

Dahi Sasuke mengernyit heran. Bagaimana bisa pria pemarah ini bisa bersikap santai jika ia melewatkan hari kematian Itachi sehari saja? Seakan...

... seakan dia telah tahu alasanku terlambat.

Sasuke menhela napasnya. Mendaki cukup melelahkan dan ia ingin beristirahat sejenak. Lagipula ia harus mengunjungi ibunya.

Pria itu mengikuti Fugaku ke makam Itachi. Di sampingnya ada makam Mikoto berisian. Meski Sasuke telah berada di hadapan nisan ibu dan kakaknya, ia tak kunjung memanjatkan doa. Ia justru berdiri tegap dan menatap ayahnya tajam.

“Nenek Chiyo berkata kau mengunjungi tempat ini meskipun kemarin adalah hari kematian kakak.”

“Kupikir kau tidak akan datang karena kesibukanmu. Jadi, aku datang untuk mewakilimu.”

“Begitukah?” tanya Sasuke setengah sinis. “Apa kau berkata pada ibu dan Itachi bahwa aku telah menemukan anak harammu?”

Tak ada jawaban. Pertanyaan Sasuke menguap seiring dengan angin berhembus panjang. Ketika Sasuke melihat ayahnya, ekspresi pria itu mengeras. Ia terkejut dengan begitu mengerikan.

Namun Sasuke tahu bahwa Fugaku mencoba tenang. Pria itu mencoba mengulas senyumnya.

“Mungkin maksudmu, anak Itachi. Kau tahu bahwa aku memintamu mencari kekasih kakakmu, kan?”

“Benar. Karena itulah sekarang aku sangat bingung. Kau ingin aku mencari Sakura padahal kau tahu bahwa wanita itu sudah meninggal. Apa ayah sebenarnya... ingin aku mencari anak harammu tanpa membuatku mengetahui yang sebenarnya?”

Fugaku masih saja mengelak. Pria tua itu tertawa kecil. “Yang sebenarnya? Aku tidak menutupi apapun, Sasuke. Kau yang paling tahu bahwa alasan Itachi meninggal karena aku tidak merestui hubungannya. Bukankah itu yang membuatmu membenci ayahmu sendiri selama ini?”

“Jangan mengada-ada.” Sasuke memberikan sebuah amplop. Amplop hasil tes DNA yang menunjukkan bahwa Himeka adalah anak kandung dari Fugaku.

Sebelum mengunjungi tempat ini, Sasuke melakukan tes DNA. Ia masih memiliki sampel rambut Himeka serta mengambil sikat gigi Fugaku dari kamar mandi pribadinya. Dengan begitu, pria tua itu tidak akan bisa mengelak. Tentu saja Sasuke tidak menyertakan nama Himeka di dalamnya. Hanya nama “Fugaku Uchiha” dan nama “Sample 1” saja yang tertera dalam surat itu.

Tanpa bertanya, Fugaku melihat isi amplop itu.

Probability of paternity 99.999% 

“Bukan sampelku yang digunakan,” kata Sasuke sebelum Fugaku sempat mengelak. Pria itu lalu memberikan satu amplop lagi. Hasil tes DNA miliknya dengan Himeka. Tentu saja ia melakukan tes DNA ulang karena nama Himeka tertera di hasil tes sebelumnya.

Fugaku membuka amplop kedua dan kali ini tertegun begitu lama.

Probability of half sibling 99.999%

Ekspresi Fugaku, ekspresi kepala keluarga Uchiha itu memuaskan hati Sasuke karena sesuai dugaannya. Pria tua itu sangat terkejut.

“Kau bisa menganggap bahwa hasil tes DNA pertama adalah tipuan yang kubuat, tapi kau tidak bisa mengelak tes DNA kedua. Apa kau akan berpikir bahwa anak berusia 7 tahun pemilik sampel tes ini adalah anak haram ibu? Kau pikir aku bodoh... ayah?”

Fugaku tak mengerling. Onik tajamnya menerawang menatap hasil tes itu hingga tanpa sadar meremukkan tepian kertasnya hingga setengah bagian.

“Anak itu berusia 7 tahun saat ini, dan 7 tahun yang lalu kondisi ibu memburuk.”

Sasuke melanjutkan ucapannya.

“Bagaimana mungkin... wanita yang setahun penuh dirawat dan meregang nyawa di rumah sakit, berada dalam pengawasan dokter bahkan dikunjungi oleh kedua putranya hampir setiap hari, bisa memiliki anak rahasia tanpa ketahuan?

“Jika bukan ibu... bukankah itu... kau?”

Kini Fugaku memalingkan wajahnya sesaat lalu mendengus.

“Anak nakal,” dengusnya tertawa kecil. “Aku memintamu mencari kekasih kakakmu tapi kau justru mengusik hal yang tidak seharusnya kau lakukan.”

Sasuke tidak menanggapi ucapan ayahnya. Pria tua itu menghela napas panjang dan menerawang.

“Aku hanya ingin tahu kabarnya sekarang. Setelah membaca surat-surat Itachi, aku merasa sangat bersalah dan ingin menebusnya.”

“Jadi kau mencarinya?” tanya Sasuke.

“Ya, tapi bahkan kemampuan intel setingkat pemerintah pusat pun tak bisa menemukannya.” Fugaku menatap putranya. “Bagaimana kau menemukannya? Aku pun mengetahui kekasih Itachi telah meninggal dari tulisan yang kau buat.”

Sasuke teringat dengan tulisan yang dibuatnya dulu. Saat itu ia merasa pikirannya sangat kacau dan saling bertubrukan. Ia pikir dengan menulis semua informasi yang didapat akan membantu mengurai benang kusut dalam pikirannya. Siapa yang akan menyangka tulisan itu akan dibaca oleh ayahnya dan menjadi sebuah informasi singkat tentang hasil penyelidikannya.

Kalau dipikir lagi, semua kebenaran yang ia dapat tidak akan datang padanya jika ia tidak berusaha mencari tahu tentang Hinata dan Himeka. Berawal dari praduga bahwa Himeka adalah putrinya dan mendekati Hinata. Sasuke bahkan tidak mencoba mencari tahu tentang kekasih Itachi sejak awal.

Sasuke tertegun. Ia menyadari satu hal. Kalau saja sopirnya saat itu tidak menabrak mobil Hinata, mereka tidak akan mungkin bertemu dan Sasuke tidak akan bisa menemukan kebenaran ini.

Menyadarinya, Sasuke tersenyum getir. Apakah takdir yang membawanya pada kebenaran, ataukah memang campur tangan dari semesta?

“Mungkin, dua orang yang telah kau kelabui membantuku dari langit,” kata Sasuke menjawab pertanyaan ayahnya. Fugaku tertunduk dan menatap kedua nisan di depannya.

“Satu hal yang ingin kupastikan,” kata Sasuke lagi. “Apa mungkin... Itachi memutuskan bunuh diri karena hal ini?”

Fugaku menatap putranya dan Sasuke juga menatap onik ayahnya dengan tenang. Ia kembali ke Jepang dengan emosi membara dan amarahnya semakin berkobar ketika melihat hasil tes DNA mereka. Namun ketika ia berhadapan dengan pria tua itu, seluruh amarah yang terkumpul menguap bersama angin. Seakan-akan ibunda dan kakaknya hadir bersamanya untuk memberi ketenangan.

Pria tua itu tak menjawab pertanyaan putranya dan Sasuke kembali menegaskan.

“Itachi berpikir bahwa Sakura berselingkuh denganmu. Dia juga mengetahui bahwa anaknya adalah anakmu. Karena itulah dia...”

Suara benda keras jatuh mengejutkan kedua pria itu. Mereka mengalihkan pandang dan melihat Konan berada di balik dinding, terkejut menatap keduanya.

Wanita itu tampak linglung hingga ia tak dapat berdiri dengan tegak. Ia bahkan tergopoh mengambil ponselnya yang terjatuh.

“Apa semua yang kau katakan benar?” Kini Konan menagih pertanyaan pada Sasuke. “Suamiku... mati bukan karena menikahiku dan meninggalkan wanita yang dicintainya, tapi karena...”

Tatapannya tertuju pada Fugaku dan seketika matanya membulat membelalak hebat. Sekejap kemudian ia terpejam dan meringis memegangi kepalanya sendiri. Wanita itu merintih meradang.

Baik Fugaku maupun Sasuke sama-sama terkejut. Tak hanya dengan kehadiran Konan yang tiba-tiba, tapi juga karena kondisi wanita ini yang mendadak terpuruk. Setelah mengerang memegangi kepalanya selama beberapa menit, wanita itu jatuh pingsan dalam dekapan Sasuke.

 

Ada yang bilang, cinta membutakan segalanya. Saat itu aku tidak mengerti. Mungkin karena aku masih muda untuk memahami hal-hal itu, jadi aku tidak mempedulikannya.

Hingga suatu ketika, organisasi memintaku untuk melakukan penyamaran dan penyelidikan pada sebuah keluarga kelas atas yang diduga melakukan pembunuhan terhadap anggota senior.

Aku menyanggupinya. Lagipula hanya aku yang mampu dan organisasi juga percaya padaku. Mereka berkata, “hanya Konan yang bisa melakukannya.”

Jadi aku menyanggupinya, tapi kakakku yang selalu cemas dan protektif itu selalu memintaku untuk berhati-hati.

“Itu hanya sebuah penyamaran. Aku hanya perlu mendekatinya, menggodanya, dan membuatnya jatuh cinta padaku.”

Namun dia hanya tersenyum masam. Seakan berseloroh padaku, “kau tidak mengerti”.

Harusnya aku mendengarkan kakakku. Ya, harusnya aku menuruti semua omelannya tentang kehati-hatian. Karena setelah melihatnya untuk pertama kali, aku jatuh cinta padanya.

Itachi Uchiha, namanya. Seorang pemuda paling sopan dan baik yang pernah kutemui. Aku tidak pernah bertemu laki-laki lain selain orang organisasi, jadi aku tidak bisa membandingkannya. Namun kalau membandingkannya dengan anggota organisasi, Itachi yang terbaik. Bahkan setelah aku merasuk memasuki dunianya, Itachi tetap menjadi pria terbaik bagiku.

Dia memang tampan, sikapnya baik dan sopan terhadap dosen, senior dan orang tua. Dia juga pandai bergaul dan memiliki banyak teman. Namun bukan itu yang membuatku jatuh cinta.

Tatapannya.

Tatapannya pada seorang wanita bersurai merah muda yang ditutupi topi bundar musim panas telah membuatku jatuh cinta padanya. Tatapan itu adalah tatapan penuh cinta. Tatapan penuh kasih. Tatapan yang tak pernah kulihat dari ayah kepada ibuku.

Saat menyadari perasaanku dan urgensi misi ini, aku berkata dalam hatiku, “maafkan aku wanita di ujung sana, maafkan aku Itachi. Aku mungkin akan menghancurkan harapan kalian di masa depan.”

Pada awalnya aku tidak mengerti. Apakah semua yang kulakukan benar-benar karena cinta atau hanya tugas misi semata. Aku berusaha menarik hatinya, menarik simpatinya, agar ia terbuka padaku. Namun melihat dirinya selalu frustrasi karena ulah wanita itu, membuatku sakit. Jika orang itu aku, aku akan selalu mengupayakan dan berusaha agar kami selalu bersama. Jika orang itu aku, aku tidak akan meninggalkannya.

Dan begitulah aku menghancurkan angan-angan mereka. Aku mendekati Itachi agar dia lebih mengenalku atau setidaknya menyadari keberadaanku. Di manapun ia berada aku selalu ada di sisinya. Sementara kakakku akan mengurus masalah atas.

Rencana penyusupanku sebagai menantu Uchiha adalah rencana utama, jadi organisasi mengeluarkan modal yang sangat besar untuk ini. Mereka mengakuisisi sebuah kantor berita terkenal untuk dimiliki kakakku agar dia bisa ‘lebih dikenal’. Agar aku juga bisa ‘lebih dikenal’.

Tentu saja peran kantor berita di bidang politik sangatlah besar. Terlebih saat itu Fugaku Uchiha masihlah pria arogan yang serakah. Ia menyanggupi usulan kakakku untuk menjodohkanku dengan Itachi.

Lalu dimulailah pernikahan paksa antara aku dan Itachi. Aku yang mencintai suamiku dan dia yang membenciku.

Aku sadar, aku mendapatkan posisi ini dengan penuh siasat dan tipu muslihat. Mungkin karena itulah aku mendapat hukuman dari langit, bahwa aku tidak akan pernah mendapatkan ketulusan darinya. Pria itu selalu memperlakukanku dengan dingin setelah pernikahan. Padahal saat dia masih mengenalku sebagai sekretaris kemahasiswaan, dia selalu berkata lembut dan tersenyum manis di hadapanku.

Satu bulan pernikahanku, dia masih tidak menyentuhku. Namun aku masih memiliki harapan. Bahkan meskipun Itachi berbeda dari pria-pria organisasi, naluri sejati pria tidak akan berbohong, kan?

Tentu saja aku berusaha keras. Sangat keras. Hingga harapanku pupus. Tekanan pekerjaan yang terus menuntutku memberikan informasi membuatku semakin terpuruk. Bagaimana bisa aku bekerja dengan baik, jika Itachi, suamiku sekaligus pemimpin Uchiha Construction tidak percaya padaku dan bahkan membenciku?

Lagipula aku penyusup yang menipu dirinya, bagaimana bisa aku memintanya percaya padaku?

Aku pikir semua akan baik-baik saja. Aku pikir, bahkan jika akan memakan waktu yang lama, suatu saat dia akan mencintaiku. Dia akan melihatku.

Dia yang tidak pernah melihatku sama sekali, dia yang tak pernah menatapku sama sekali, untuk pertama kalinya dia datang padaku. Yang kusesali, dia datang padaku di saat yang sangat tidak tepat. Di saat aku menjadi Konan Amegatsuki, anggota intel EIA yang sedang melaporkan hasil pengamatan dan penyelidikan lewat ponsel rahasia.

Sebagai agen intel lapangan yang telah melakukan berbagai macam misi rahasia, seharusnya aku tahu cara mengelak dalam situasi seperti itu. Namun entah mengapa keberanianku menciut. Ketika melihat tatapan dinginnya padaku, aku merasa takut. Aku takut akan dibenci, aku takut semua usaha yang tak berhasil selama ini akan menjadi sebuah kegagalan. Tak hanya misiku, mungkin kehidupan cintaku juga akan berakhir.

Aku mencoba mengalihkan pembicaraan. Aku bertanya, apa yang dia lakukan di sini. Aku bertanya tentang pekerjaannya, tentang Sasuke yang berkata akan pulang untuk memperingati hari kematian ibu mertua. Namun ia tak bergeming. Ia tetap menatapku dengan pandangan dingin yang tak pernah ia lakukan padaku sebelumnya.

Lalu, sebuah pertanyaan mengejutkanku.

“Apa kau akan membunuh ayahku?” tanya suamiku dengan tenang. Mendengar pertanyaannya begini, maka sudah dipastikan dia mendengar semua pembicaraanku. Namun dia sama sekali tak terguncang. Deru napasnya terdengar normal dan ekspresi wajahnya tak terlihat mengeras. Ia benar-benar sangat tenang dalam menanyakan hal itu.

“Apa yang kau katakan? Kenapa aku harus membunuh ayah mertua?”

Namun suamiku tak menjawab. Ia juga tak mencoba menyudutkanku dengan mengungkit hal-hal yang kukatakan dalam telepon dan hal-hal yang ia dengar diam-diam. Dia membuatku semakin ketakutan. Apa saja yang sudah dia dengar? Apa saja yang sudah ia ketahui?

Itachi justru mengatakan hal lain.

“Aku bisa memberimu informasi yang kau mau, aku juga tidak akan mengatakan hal ini pada siapapun.”

Aku terdiam, menanti ucapan suamiku selanjutnya. Apakah dia akan mengancamku? Apakah dia akan menukar informasi dengan perceraian? Membayangkannya saja aku merasa sangat cemas. Aku tahu dia membenciku, aku tahu dia tak mencintaiku, tapi aku tidak bisa meninggalkannya, aku tidak ingin meninggalkannya. Aku tidak bisa membayangkan diriku tak melihatnya di pagi hari tertidur di atas ranjang kami. Walaupun dia tak pernah menyentuhku, walaupun dia tak pernah melihatku, tapi aku ingin selalu melihatnya.

Aku juga tak mengatakan apapun, jadi dia berbicara lagi padaku. “Sebagai gantinya, bisakah aku meminta informasi darimu?”

Aku terperangah. Ini pertama kalinya dia meminta sesuatu dariku. Bahkan meskipun itu adalah informasi, tapi setidaknya dia menginginkan sesuatu dariku.

Mendengarnya, aku merasa ingin menangis. Tangisan haru karena akhirnya aku berguna untuk suamiku.

Sepertinya yang dikatakan orang-orang memang benar. Cinta itu membutakan. Karena sejak saat itu, aku tidak bisa melihat lagi, mana misi penting yang harus kulaksanakan, atau cintaku pada suamiku.

Hari itu juga misiku berubah. Aku mencari seseorang bernama Sakura Haruno yang terlahir pada tanggal 28 Maret 1988 dalam database EIA dan menemukan bahwa wanita itu telah menikah dengan seorang pria bernama Hinata Hyuga. Namun ketika aku mencari informasi tentang pria bernama Hinata itu, datanya terkunci dan hanya bisa dibuka dengan kunci akses tingkat atas. Yang besar kemungkinan pria bernama Hinata Hyuga itu memiliki keterkaitan dengan organisasi atau menjadi bagian dari organisasi.

Aku melakukan segala cara untuk melacak pria bernama Hinata Hyuga dan itu membuatku tertangkap basah oleh Yahiko. Dia tidak tahu aku ada di lab database tapi dia segera muncul tepat setelah aku menutup akses database. Yang artinya, dia mengetahui bahwa ada seseorang yang mencoba mencari tahu tentang Hinata Hyuga melalui database.

Tentu saja aku harus menghadapi kakakku. Dia bertanya, apa yang telah kulakukan dan aku hanya bisa terdiam. Semua data itu telah kukirim sebelum aku menutup database. Sudah terlambat.

Aku tahu, aku mungkin akan mengorbankan diriku sendiri demi  seseorang yang tidak mencintaiku. Aku tahu, aku mungkin bodoh dan buta. Namun setidaknya ini adalah permintaan pertama Itachi padaku. Akhirnya dia bisa percaya padaku, akhirnya dia bisa melihatku lagi. Bagaimana mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan ini?

Namun Yahiko tidak mengerti.

“Ini pengkhianatan, Konan. Kau bisa mati.”

Mati? Mungkin lebih baik begitu. Setidaknya aku telah menyelesaikan semua urusanku. Aku juga percaya, Itachi akan mengirimkan semua informasi yang dia miliki tentang kasus pembunuhan keluarga Hiashi Hyuga setelah mendapatkan informasi dariku. Jadi, kalaupun aku mati setelah ini, semua tugas-tugasku telah selesai.

Mungkin yang kusayangkan, aku tidak akan bisa melihat Itachi lagi.

Yahiko menatapku penuh lelah, seakan tidak peduli lagi dengan yang kukatakan. Di saat yang sama, sebuah notifikasi email masuk. Itachi telah mengirimkan informasi miliknya.

“Itachi hanya ingin Sakura Haruno. Bukankah itu harga yang setimpal?”

“Kau tahu kalau EIA tidak akan mengorbankan rekan.”

“Mana yang lebih penting?” Yahiko melihatku. “Rekan yang baru bergabung beberapa bulan yang lalu, atau lancarnya misi utama?” Aku berkata lagi, “kita sudah berkorban begitu jauh untuk membalas dendam rekan senior yang bahkan tidak kita kenal sama sekali. Sementara putri kandungnya justru lari dan bersembunyi. Apa sumbangsihnya atas misi ini kalau bukan mengorbankan dirinya?”

“Konan!”

“Kak! Apa kau tega melindungi orang lain daripada kebahagiaan adikmu sendiri?” Yahiko tak bergeming. “Itachi akhirnya percaya padaku. Dia akhirnya melihatku. Aku harus melakukan ini agar dia mau terus bersamaku. Aku ingin menjadi wanita yang berguna baginya. Aku ingin menjadi wanita yang selalu ada untuknya. Tidak seperti perempuan yang meninggalkan Itachi untuk menikah dengan pria lain. Tidak seperti perempuan yang membiarkan dirinya mengandung anak dari pria lain.”

Yahiko mendengus.

“Kau, sudah gagal Konan. Kau gagal menyelesaikan misimu.”

Ucapan Yahiko membuatku tersentak, tapi itu tidak menghentikan tekadku. Bahkan meskipun aku harus melalui rasa sakit penyiksaan, bahkan meskipun sekujur tubuhku kaku dan aku tidak bisa bergerak lagi, aku tetap berteguh pada tekadku. Aku tetap mencintai suamiku.

Ketika aku bangun, aku telah berada di kamarku. Aku telah kembali di rumah Uchiha. Namun entah mengapa semua beban asing yang tak bisa kuingat mengapa, telah hilang.

Suamiku tetap pada sikapnya yang dingin dan acuh. Namun dia menjadi lebih sering berbicara padaku entah mengapa. Aku jadi bertanya-tanya. Apa yang sudah kulakukan hingga ia luluh? Apakah kopi dan koran yang kuberikan setiap pagi di meja kerjanya? Ataukah makan siang yang selalu kusajikan dihadapannya? Atau mungkin air panas yang selalu kusiapkan sepulang dia bekerja?

Namun sekali lagi, aku tidak pernah mengetahui isi hati suamiku. Ketika kupikir dia telah luluh dan akan memperlakukanku lebih baik, ketika kupikir dia akan terus tersenyum padaku selamanya, dia justru kutemukan menggantung dirinya sendiri.

Apa yang terjadi padanya? Apa yang telah kulakukan padanya? Mungkinkah dia kecewa dengan makan malam yang kuberikan kemarin? Mungkinkah dia marah karena air panas semalam terlalu dingin? Mungkinkah dia kecewa karena telur dadar pagi ini kurang matang?

Apa yang terjadi? Apa kesalahanku?

Setelah semua yang kulakukan. Semuanya tidak berarti apa-apa. Pada akhirnya dia meninggalkanku. Pada akhirnya aku... kembali sendirian.

Semenjak kematian suamiku, aku semakin sering pergi beribadah. Aku mendengar bahwa manusia yang tak menghargai kehidupannya tidak akan diterima langit dan bumi. Lalu di manakah Itachi sekarang? Apakah dia sendirian?

Aku mendatangi biksu yang kukenal dan dia berkata bahwa Tuhan selalu mendengar doa hambanya. Bisakah aku berdoa untuknya? Berdoa agar dia ditempatkan di langit terindah. Bahkan meskipun dia nanti akan memandang Sakura Haruno dari langit tersebut, tidak masalah bagiku. Setidaknya... Dia memiliki rumah untuknya berpulang.

Dan itulah, caraku bertahan hidup setelah satu-satunya alasanku untuk hidup pergi meninggalkanku.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Pandora
Selanjutnya Pandora - [Chapter 11] Yang Harus Diakhiri
29
9
Dunia Hinata runtuh dua kali. Saat ia harus memiliki Himeka sendirian, dan ketika Sakura harus meninggal. Sasuke Uchiha kembali datang ke hidupnya saat Hinata memutuskan untuk melepas semua masa lalunya dan mencoba memulai hidup baru.REMAKE ff lama saya dengan judul yang sama
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan