
Terkadang, beberapa orang hadir hanya untuk menuntaskan takdir.
Narasi Seberang
Gemercik air dari langit membangunkanku dalam dunia mimpi
Aku bergegas membuka mataku dan berucap pada dunia, selamat pagi
Terseok-seok, bangun dari tempat tidur yang dibalut seprei bunga-bunga
Aku bergegas menuju kamar mandi untuk sekadar menunaikan hajat pagi
Ku mantapkan kaki, masuk kamar mandi
Mengunci pintu pelan, dan menyiapkan air di bak mandi
Tertegun, beberapa kali aku mengerut kedinginan
Ternyata waktu itu pagi tak pernah pura-pura hadir
Ia hadir dengan yakin, membawa sebongkah harapan
Harapan yang akan kita raih sama-sama hari ini, kawan
Tak mengapa jika kemarin tak sampai
Semoga hari ini selalu ada do’a-do’a yang sampai
Seberes menunaikan hajat pagi
Aku telah siap untuk berganti baju dengan rapi
Rapi, memanggilku untuk segera menuruni anak tangga
Ku langkahkan kaki pada satu demi satu susunannya
Hujan tak pernah berterus terang untuk berhenti atau lebat
Terkadang ia hadir tanpa aba-aba dan guyurannya begitu hebat
Basah, pakaian yang membungkusku rapi, lunglai terkena butiran-butiran cair
Ku tetap langlahkan kaki dan tak pernah berpikir untuk mengyingkir
Ternyata, pakaian rapi yang kukenakan
Seragam untuk menyambut hujan
Aku menulis ini diatas kursi kayu
Memandanginya dari jauh, suaranya seakan mendayu-dayu
Hujan turun, ia tak pernah keliru
Hujan dan Kamu
Hujan dan kamu masih sama
Hadir tiba-tiba, tanpa aba-aba
Kamu ku biarkan menetap
Namun jejakmu mengikuti arah dimana hujan kau tatap
Barangkali, do’a-do’a yang aku langitkan akan tetap ada diingatan
Hujan menjadi candu
Tempatku berlindung saat air mata membasahi pipiku
Kamu, layaknya hujan yang tidak pernah abadi, menyadarkanku
Beberapa kali tanda tanya masih menghiasi setiap tulisan yang ku rangkai
Tentang dimana kau, mengapa secepat itu
Apa tidak rindu?
Kata ini tak pernah melukiskan besarnya rasaku padamu
Namun simbolis aku masih menyayangimu
Aku tak mampu jika harus berlama-lama mencarimu
Di pojok kota, aku tak pernah bertemu denganmu
Barangkali puisi ini yang akan mempertemukan kita
Barangkali kau bersedia membacanya
Lima Ratus Rupiah
Hanya ada hadir yang tak pernah bisa ditebak takdir
Tiba-tiba bau parfummu menariku ke luar
Mencari arah kau berdiri tegar
Baju cokelat, membuat jantung ini tak berhenti berdebar
Beberapa kali kau lemparkan senyuman
Aku membalasnya dengan sedikit gurauan
Lima ratus rupiah, uang dari sakumu kau berikan padaku
Ku genggam, menyatukan tanganmu dan tanganku
Entah simbolis apa uang itu
Aku terlampau bahagia dapat menyentuh tanganmu
Beberapa kali aku melirikmu tajam
Kau tak kunjung membalasnya, kejam
Entah berapa lama kau simpan lima ratus rupiah ini
Tampilannya sudah tak menarik lagi
Katamu ini adalah filosofi
Meski kita tua dan tak menarik lagi
Namun bersama-sama akan selalu menjadi mimpi
Terima kasih, lima ratus rupiah yang akan selalu ku ingat
Hingga aku terus berkeringat
Namun aku tak perlu menyakinkanmu untuk melihat
Hatimu akan merasakan betapa aku mengharapkanmu, tanpa alasan yang kuat
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
