
Sejujurnya, Stereospace gak terlalu suka untuk terlalu mendasari semuanya pada teori yang ada. Teori itu ibarat standar yang membuat berkarya jadi general. Menurut Stereospace, nulis bukan sesuatu yang bisa digeneralisasi. Setiap pencetus karya berhak membuat karya mereka dengan cara mereka sendiri. Namun, terlepas dari sentimen tersebut, teori pun sebenarnya ada untuk membantu kita yang masih di tahap basic atau baru mulai. Gak ada teori yang salah, bukan berarti semua teori bisa diaplikasikan...
Sejujurnya, Stereospace gak terlalu suka untuk terlalu mendasari semuanya pada teori yang ada. Teori itu ibarat standar yang membuat berkarya jadi general. Menurut Stereospace, nulis bukan sesuatu yang bisa digeneralisasi. Setiap pencetus karya berhak membuat karya mereka dengan cara mereka sendiri. Namun, terlepas dari sentimen tersebut, teori pun sebenarnya ada untuk membantu kita yang masih di tahap basic atau baru mulai. Gak ada teori yang salah, bukan berarti semua teori bisa diaplikasikan di realita yang ada. Nah, baru setelah kita mengumpulkan pengalaman dari teori, kita bisa memilih apakah teori tersebut cocok untuk kita aplikasikan atau enggak.
Untuk membahas topik yang satu ini, kita perlu melakukan breakdown terhadap teori yang sudah ada dulu nih. Dalam menentukan premis, ada 1 teori yang dikenal sebagai 3C:
- Character
- Conflict
- Conclusion
Kalau dijadikan satu kalimat premis, maka akan seperti ini kira-kira:
Karakter……. menghadapi konflik……. untuk mencapai sebuah konklusi…….
Karakter di sini mengacu pada tokoh utama, konflik mengacu pada proses yang dilalui tokoh utama sepanjang cerita, yang mendekatkannya pada konklusi--yang adalah akhir dari cerita (bisa berupa pengertian yang didapat si tokoh setelah melewati rintangan, atau keberhasilan/kegagalan dari apa yang diperjuangkan si tokoh. Bisa juga moral of the story). Misi utama dari 3C adalah memberi benang merah pada karakter, konflik yang dihadapi dan tujuan utama yang ingin dicapai dari konflik tersebut--yang akhirnya dirangkai menjadi 1 kalimat yang dinamai ‘premis’.
Oke, setelah tahu teori premis di atas, mari kita lanjut ke argumen yang satu ini:
Apakah untuk membuat premis harus selalu menggunakan 3C?
Belum tentu. 3C bukan formula kaya rumus matematika yang eksak. Ayo ambil contoh dari buku karya Stephen King berjudul 'Cell', yang memiliki premis bahwa 'teknologi mengurangi sisi kemanusiaan':
Dari premis tersebut, muncul [karakter] Clayton Riddell, yang menemukan [konflik] bahwa semua pengguna ponsel berubah menjadi zombie dan otak mereka dikontrol oleh sinyal dari ponsel. [Konklusi] Seluruh dunia yang bergantung pada sinyal untuk berkomunikasi telah dikuasai oleh energi tertentu, yang membuat mereka kehilangan sisi kemanusiaan.
Dari sini, kita bisa tahu kalau 3C (karakter, konflik, konklusi) adalah aspek-aspek yang pasti ada di dalam sebuah cerita, entah itu hubungannya dari premis ke pengembangan cerita, atau pengembangan cerita ke premis. Inilah yang mendasari argumen Stereospace di artikel sebelumnya tentang ‘premis pasti ada dalam cerita kita’ (hayo, udah baca belum? Kalau belum, nanti baca yaa!).
Nah, karena 3C sebenarnya adalah aspek dalam cerita, berarti premis ga selalu harus berbentuk seperti ini:
Karakter……. menghadapi konflik……. untuk mencapai sebuah konklusi…….
Kita ga selalu harus berkutat di seputar tokoh utama untuk menemukan premis. Sebaliknya, tokoh utama bisa berkutat di sekitar premis, demi konklusi di akhir cerita. Mungkin di premis gak ada penjelasan tentang siapa karakternya, apa konfliknya atau konklusi, tapi, di plot pasti akan ada. Begitu juga sebaliknya. Jadi, gak salah kalau kita bikin premis seperti ini:
'Perbedaan adalah sesuatu yang menyatukan manusia'
Nah, apa yang harus dilakukan kalau kita kepiliran plot atau hal-hal lain dulu sebelum menemukan premis? Ini beberapa kondisi yang mungkin para writers sedang hadapi, dan cara mengakalinya untuk menemukan si premis:
- Kalau kamu kepikiran adegan/sepotong plot/akhir cerita sebelum premis:
Coba perjelas adegan tersebut dalam kepala kamu. Lalu, coba pikirkan, kira-kira di situasi apa adegan tersebut akan menjadi sangat krusial dan menjadi penentu? Contohnya seperti ini, anggap saja kamu kepikiran adegan di mana seorang wanita berdiri di sebuah kapal kecil di tengah laut. Situasi yang kelihatannya biasa aja, bukan? Tapi, adegan itu bisa jadi klimaks sebuah cerita, ketika plotnya menceritakan bahwa si wanita menaiki perahu tersebut untuk menceburkan diri ke laut agar bisa terbangun dari mimpi buruk, dan ketika terbangun, si wanita tidak sengaja membunuh anaknya, lalu wanita tersebut pergi ke laut dengan perahu yang sama, untuk melompat ke laut agar terbangun dan…..
Nah, dari bayangan di atas, maka premis ceritanya mungkin bakal kayak begini:
Seseorang yang tidak bisa lepas dari kesalahannya yang menghantuinya.
- Kalau kamu kepikiran tokoh utama sebelum premis:
Coba gali lebih dalam tentang si tokoh utama yang ada dalam benak kamu. Cari tahu dia orang yang seperti apa. Apa cita-citanya? Fobia apa yang dia miliki? Apakah ada trauma? Kenapa? Apa kelemahan dan kekuatannya?
Contoh alur pemikiran:
Apa yang paling penting bagi si tokoh utama?
(Ketika kamu udah tahu jawabannya, maka kamu bisa lanjut mempertanyakan:)
Bagaimana reaksinya ketika hal yang paling penting itu hilang?
Apa yang dilakukan si tokoh utama untuk mendapatkannya kembali?
(nah, di titik ini, kamu bisa tahu konflik yang dihadapi si tokoh utama bakal kayak gimana)
Apakah dia berhasil?
Apa yang dia pelajari setelah dia berhasil/gagal?
(Di sini, barulah sampai pada moral of the story)
Setelah itu, maka premis kita akan seperti ini:
Si tokoh utama kehilangan….. dan mencoba untuk mendapatkan….. yang pada akhirnya….. dan dia menyadari bahwa…..
Nah, ini 2 kondisi yang paling banyak jadi dilema dalam dunia tulis menulis. Kalau kamu punya dilema di luar dua ini, boleh tulis di kolom komentar ya, biar nanti kita bahas bareng-bareng! Sekali lagi, ini bukan teori, melainkan hanya sudut pandang lain dalam menemukan premis. Kalau cocok untuk kamu, boleh deh diikutin. Tapi, bukan berarti harus karena ini yang paling benar loh!
Semoga kamu bisa dapat sudut pandang baru yang mencerahkan yaa!
Next bahasan:
‘KUNCINYA BIKIN PREMIS YANG POWERFULL.’
[Gak setuju dengan opini di atas? Coba deh kasih argumen kamu di kolom komen!]
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
