PLOTTER VS PANTSER? KAMU YANG MANA?

8
0
Deskripsi

Kamu Plotter, atau Pantser

Berdasarkan proses menulis, writer bisa dikategorikan dalam dua kubu besar: Plotter dan Pantser. Kategori ini sendiri diperlukan supaya kita bisa tahu apa aja strength point kita saat menulis plot, dan cara apa yang paling efektif untuk proses menulisnya masing-masing dari kita.

 

Lalu, apa perbedaan di antara keduanya?

 

Kalau kamu tipikal penulis yang mengetahui semua detail dan garis besar cerita dari awal sampai akhir sebelum kamu nulis cerita, maka...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya 5 TANDA PENULIS AMATIR? BENER GAK SIH?
2
1
Kali ini, Stereospace bakal bahas satu stereotype mengenai writers yang cukup berat nih.Di dunia tulis menulis, ada stereotype yang mengatakan kalau penulis itu dibagi 2; penulis amatir, dan profesional. Banyak orang berlomba-lomba menulis artikel yang membahas apa perbedaan di antara keduanya. Artikelnya biasa berjudul:    10 Kesalahan Umum Penulis Amatir    Tanda Kalau Kamu Penulis Amatir    Kesalahan Penulis Amatir    Dan sebagainya.Akibatnya, writers yang baca artikel mengenai ini akan mulai membanding-bandingkan diri dengan teknik yang disebut termasuk 'amatir'. Dari situ, muncul deh stereotype bahwa ada yang namanya ‘teknik amatir’, yang harus dihindari. Padahal, itu semua hanya soal perspektif belaka loh.Nah, sebelum masuk lebih jauh, penasaran gak sih kira-kira poin apa aja yang katanya termasuk teknik ‘Penulis Amatir'? Sejauh ini, ada 5 poin yang Stereospace temukan paling banyak dipermasalahkan. Benar gak sih kalau semuanya itu termasuk ‘amatir’? 1. Kebanyakan pakai tanda bacaStatement ini mengacu pada kebiasaan menambahkan lebih dari satu tanda baca di belakang kalimat, untuk memberi penekanan. Contohnya:‘“Dia ada di sana??!!!!” Teriak Jade.’‘Aku tidak percaya ini!! Bisa-bisanya dia pergi ke sana tanpa bilang dulu padaku?!’Kalau kita memakai tanda baca berulang dan banyak seperti contoh di atas hanya supaya memberi penekanan lebih pada dialog atau deskripsi tertentu, itu mungkin akan jadi penggunaan kelebihan tanda baca yang ga tepat dan cukup lebay. Jadi, apa kalau kita pake tanda baca yang terlalu banyak itu selalu termasuk teknik ‘amatir’?Gak juga.Siapa di sini yang pernah dengar nama Meg Cabot? Kalau kalian pernah dengar, pasti familiar dengan salah satu seri yang berjudul The Princess Diaries, bukan? Di dalam seri itu, Meg Cabot menggunakan banyak banget tanda baca loh! BANYAK BANGET. Karena seri itu ditulis dari sudut pandang orang pertama, penggunaan banyak tanda baca itu sangat berguna untuk membangun karakter Mia Thermopolis sebagai pelajar SMU sekaligus putri Genovia yang punya karakter ekspresif, antusias dan ceria. Gak hanya itu, Meg Cabot juga menggunakan banyak deskripsi yang dibuat seluruhnya dengan huruf kapital. The Princess Diaries berakhir jadi film dan laku keras di pasaran loh! Kalau kamu tertarik untuk menggunakan teknik ini, boleh-boleh tuh jadiin buku-buku kayak The Princess Diaries, Diary Of A Wimpy Kid, atau Diary Cewek Cupu! 2. Nambahin informasi yang ga perluIni mengacu pada informasi-informasi yang kita pikir perlu untuk ditambahkan sebagai deskripsi. Tapi, balik lagi, siapa sih yang menentukan apakah sebuah informasi perlu atau enggak perlu ada di dalam cerita? Kalau memang penjelasan itu penting untuk ditulis karena ada kaitannya sama plot selanjutnya, maka itu harus ditulis. Kalau merasa penjelasan itu ada atau gak ada pun gak akan mengubah jalan cerita atau mengurangi makna adegan tertentu, yah berarti gak perlu ditulis.Lagian, siapa yang mau nambahin informasi ke dalam cerita kalau merasa itu ga perlu ditambahin? 3. Aksi-reaksi karakter yang ga nyambung/ga realistisMaksudnya gak realistis adalah ketika reaksi karakter gak sesuai dengan situasi yang dijabarkan sebelumnya. Misalkan, seorang wanita terlempar ke laut. Di awal cerita dijelaskan kalau si wanita gak bisa berenang, tapi ketika tercebur ke laut, dia tiba-tiba bisa berenang karena ‘terpaksa’. Atau, misalkan seorang gadis dikejar pembunuh berantai, dan dia udah gak sanggup berlari, tapi kemudian tiba-tiba menemukan ‘kekuatan baru’ untuk berlari sekuat tenaga demi hidupnya.Kalau kita biarkan aksi-reaksi yang gak nyambung hanya supaya agar ceritanya tetap berjalan, maka itu memang kurang tepat. Tapi, apa aksi-reaksi yang ga realistis selalu termasuk tanda-tanda bahwa kamu adalah penulis ‘amatir’?Di pemakaman, seorang karakter sedang menangis, kemudian dia tertawa. Itu akan jadi contoh perubahan tindakan karakter yang ga realistis. Tapi, kalau itu ditulis untuk memberi petunjuk pada pembaca bahwa si karakter tersebut menderita kepribadian ganda, maka itu bakal jadi sesuatu yang keren bukan? 3. ‘Head-Hopping’ Antar KarakterHead-hopping adalah istilah yang dipakai ketika narasi berganti dari benak satu karakter ke yang lainnya dengan terlalu cepat. Biasanya, ini terjadi ketika penulis berniat menjelaskan pemikiran setiap tokoh yang sedang terlibat konflik, dalam satu adegan. Dengan head-hopping, pembaca jadi tahu apa yang sedang dipikirkan oleh masing-masing karakter dalam satu momen. Contohnya gini:‘Ross dan Gennie berdiri berhadapan. Ada vas bunga retak di tengah ruangan, dan menurut guru seni mereka, mereka tidak boleh pulang sebelum membetulkan benda itu. Ross tidak tahu bagaimana caranya membuat guru itu senang lagi; retakan di vas bunga itu tidak mungkin mendadak hilang. Gennie sendiri bahkan tidak menaruh perhatian pada vas di depannya. Dia berpikir soal adiknya yang ditinggal di rumah. Pengasuh harian sudah pulang sejak tadi, dan dia khawatir. ‘Head-hopping biasanya dianggap hal yang tabu dan tidak dianjurkan untuk dilakukan. Menurut teori yang ada, head-hopping membuat reader jadi ga merasa punya ‘relasi’ dengan karakter utama, karena terlalu banyak pemikiran karakter lain yang diperkenalkan. Tapi, pada praktiknya, kalau kita lagi nulis cerita dengan sudut pandang orang ketiga, head-hopping adalah sesuatu yang pasti ada. Dengan penulis sebagai narator dalam cerita, maka head-hopping adalah salah satu teknik yang malah bisa digunakan loh! Tapii, ingat, harus ada konsistensi dalam penggunaannya ya! Karena, memang, kalo berlebihan, head-hopping malah akan menghancurkan usaha kita untuk membangun karakter dalam cerita.Ada tips? Ada dong!Minggu depan yaa! Hehehehe :) 4. Menggunakan adegan yang terlalu umum/kliseSiapa di sini yang pernah membuka suatu bab dengan karakter utamanya baru bangun tidur? Kebanyakan dari kita pasti pernah mengalami fase-fase ini :). Adegan yang umum itu maksudnya kayak hari pemakaman selalu hujan dan suram, pernikahan selalu disinari matahari pagi. Si tokoh utama menghadapi musuh terbesar saat hujan, dan saat menang, cuaca kembali cerah.Katanya, menggunakan adegan yang terlalu bisa ditebak dan sudah umum untuk membuka cerita itu termasuk ‘amatir’! Tapi, apa benar?Enggak juga kok. Balik lagi sih, tergantung penggunaannya. Memang cliche banget kalau menulis pemakaman yang diliputi hujan gerimis di dalam cerita. Tapi, apa masih cliche kalau ternyata seisi cerita, si karakter utama harus membuat setiap pemakaman selalu suram, untuk (misalnya) mencegah para mayat di bawah tanah bangun dari kubur?  Intinya, apa yang jadi perbedaan antara amatir dan profesional bukan bergantung pada apakah kamu melakukan hal-hal di atas ato engga. Bukan juga pada berapa lama kamu bergulat di dunia tulis menulis. Dalam teknik menulis, memang ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari. Tapi, dalam teknik menulis, gak ada yang namanya kata 'salah' teknik, selama kita memilihnya dengan tujuan yang jelas. Itulah yang membuat kita jadi penulis yang thoughtful dan profesional :)  Next bahasan: ‘HARUS PUNYA PLOT TWIST?’ [Gak setuju dengan opini di atas? Punya pertanyaan? Coba deh tulis argumen atau pertanyaan kamu di kolom komentar! Jangan lupa follow IG Stereospace di @stereospace_ ya!]
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan