5 TANDA PENULIS AMATIR? BENER GAK SIH?

2
1
Deskripsi

Kali ini, Stereospace bakal bahas satu stereotype mengenai writers yang cukup berat nih.

Di dunia tulis menulis, ada stereotype yang mengatakan kalau penulis itu dibagi 2; penulis amatir, dan profesional. Banyak orang berlomba-lomba menulis artikel yang membahas apa perbedaan di antara keduanya. Artikelnya biasa berjudul:

  •     10 Kesalahan Umum Penulis Amatir
  •     Tanda Kalau Kamu Penulis Amatir
  •     Kesalahan Penulis Amatir
  •     Dan...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya HARUS PUNYA PLOT TWIST
1
3
‘Seorang wanita berkelana bersama anak bayinya, pergi menuju tempat-tempat tersembunyi di kota besar untuk menghindari satu bahaya tunggal: suaminya yang abusive. Sang anak terjepit di antara perebutan hak asuh, dan sang wanita tidak rela melepas anaknya untuk diurus suaminya, karena dia tahu hal buruk akan terjadi pada anaknya. Konflik terjadi. Suaminya menemukan tempat persembunyiannya. Lalu….Sang wanita menyadari kalau keberadaan anaknya hanya delusi semata.Anaknya sudah meninggal sejak lama.Dan karena dia tidak bisa menerimanya, dia menempatkan sang suami sebagai ‘orang jahat’.Lalu lari bersama delusinya sendiri.’Siapa yang familiar dengan teknik naratif yang digunakan di premis singkat ini? BETUL! Jawabannya adalah: PLOT TWIST. Ada banyak hal yang bisa bikin sebuah cerita jadi menarik. Salah satunya adalah the element of surprise, yang biasa kita kenal dengan plot twist. Konsep dari plot twist adalah membuat satu turning point di mana ceritanya ga bisa diprediksi oleh siapapun kecuali si penulis. Seperti seorang pesulap dengan topi bundar hitam di tangan, semua orang yang duduk di bangku penonton merasa tahu apa yang bakal terjadi kalau si pesulap memasukkan tangan ke dalam topi dan melakukan gerakan menarik. Seekor kelinci atau seikat bunga akan keluar dari sana, betul? YES. Tapi, si pesulap menarik tangannya dan VOILA! Dia mengeluarkan pistol M&P dan mengarahkannya ke salah seorang penonton yang sedang terkesima. Menarik pelatuknya. Darah muncrat ke mana-mana. Polisi datang. Si pesulap ditangkap. Setelah investigasi diadakan, ternyata si korban adalah selingkuhan istri sang pesulap. Ini dia yang namanya plot twist. Dalam konsep crafting plot twist, kita adalah si pesulapnya. Apa yang terjadi di sepanjang cerita adalah topi dan gesturnya. Kita menaruh basis yang kuat bagi pembaca untuk percaya bahwa mereka tahu apa yang akan terjadi (yaitu si kelinci atau seikat bunga akan muncul dari dalam topi). Tapi kemudian, barulah pistol ditarik. Situasi berubah.  Harus punya plot twist? Pertanyaan itu pasti pernah terngiang-ngiang di benak kita sebagai writer, bukan? Sebelum kita membahas jawaban dari pertanyaan itu, kita harus tahu dulu nih, apa sih plot twist, dan bagaimana perannya. Let’s get into it! Kalau kita baca buku berjudul Mastering Plot Twists: How to Use Suspense, Targeted Storytelling Strategies and Structure to Captivated Your Readers, Jane Cleland membagi plot twist jadi 3 jenis, yang disingkat sebagai TRD: TwistsSebuah insiden mengantar cerita ke arah yang baru. Tipe yang ini mungkin gak terlalu kuat di element of surprise. Contohnya dalam buku The Hunger Games, kita ga terlalu terkejut ketika adiknya Katniss terpilih untuk ikut Hunger Games, sehingga membuat Katniss harus mengajukan diri menggantikan adiknya. ReversalsSebuah kebenaran yang secara khusus disembunyikan, dengan tujuan memainkan ekspektasi kita yang akhirnya mengejutkan kita. Ini adalah tipikal plot twist yang biasa dikejar oleh banyak orang. Contohnya dalam buku Shutter Island. Di awal cerita, diperkenalkan sosok Teddy, seorang investigator dari kota besar yang pergi ke pulau terisolasi untuk menyelidiki kasus orang hilang di rumah sakit jiwa terkenal. Kita dibuat berasumsi kalau si pihak rumah sakit jiwa ingin men-cap Teddy sebagai orang gila dan menahan dia di sana karena Teddy udah tahu terlalu banyak soal ‘rahasia gelap’ rumah sakit tersebut. Tapi, di akhir cerita, kita dikejutkan dengan fakta bahwa ternyata, Teddy adalah salah satu pasien paling berbahaya di rumah sakit itu, dan ‘investigasi’ yang dilakukannya hanyalah sebuah drama yang dimainkan pihak rumah sakit dengan harapan Teddy akan sembuh dari delusi akut yang dideritanya. Heingtened DangerMomen yang dibangun dalam cerita, di mana bahaya fisik, emosional, atau spiritual meningkat secara signifikan. Teknik ini banyak digunakan di buku-buku bergenre thriller dan action. Contohnya adalah salah satu buku serial Jack Reacher: The Enemy. Jack Reacher, polisi militer dalam kesatuan Unit Khusus Amerika Serikat, menyelidiki pembunuhan yang terjadi bersamaan dengan kematian salah seorang jenderal di malam tahun baru. Konflik terjadi. Kemudian ia menyadari kalau kasus itu tidak hanya berhubungan dengan si jenderal yang mati, tapi juga pemberontakan yang terjadi dalam dunia militer AS. Dan bukan hanya kariernya yang terancam, tapi juga nyawanya. Untuk menghasilkan plot twist yang baik, kita bisa menggunakan variasi dari ketiga sub jenis di atas. Dengan begitu, cerita pun akan lebih menarik. But, crafting plot twist is tricky. Plot twist memang memberikan makna yang lebih pada cerita. Tapi, kalau dasarnya ga kuat, maka pembaca ga punya alasan untuk membangun ekspektasi. Gada ekspektasi maka ga ada plot twist. Atau lebih parah lagi; pembaca sudah bisa menebak apa yang kira-kira bakal terjadi. Dan kalau kekuatan terbesar dari cerita yang kita buat ada di plot twist (yang kita harap pembaca ga akan duga di awal), maka itu bakal jadi bencana.  Okay, we are done talking about this theory. You’ve got it, right? Sekarang, pertanyaan terbesarnya adalah: Apakah plot twist adalah standar untuk bilang bahwa sebuah cerita itu bagus? Penasaran?  Next bahasan: ‘HARUS PUNYA PLOT TWIST (2)?’ [Gak setuju dengan opini di atas? Punya pertanyaan? Coba deh tulis argumen atau pertanyaan kamu di kolom komentar! Jangan lupa follow IG Stereospace di @stereospace_ ya!]
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan