Bab 5

Setelah cukup lama berenang, Zavier pun naik ke atas dan tubuh machonya cukup menggoda mata Alea yang memang penggemar pria tampan dan hot seperti Zavier.

"Kau tak pernah melihat pria tampan?" tanya Zavier melihat ke arah Alea.

"Mantan pacarku semua tampan, tapi belum ada setampan dirimu," jawab Alea jujur tanpa malu sedikit pun.

"Kau sangat jujur sekali. Ya, aku memang tampan. Keturunan keluargaku semuanya tampan," ucap Zavier narsis, tapi tanpa senyum.

Alea mencebikkan bibir mendengar ke narsisan seorang Zavier.

Lalu Zavier duduk di kursi santai di sebelah Alea, dan meminum jus jeruk milik Alea.

"Itu minumanku, Zav," kata Alea.

"Ada masalah? Ini gelasku dan isinya juga milikku. Kau hanya membuatnya saja, kan?"

Alea berdecak. "Ya Tuhan, aku benar-benar ingin mencium bibirmu yang pedas itu."

Zavier menarik tangan Alea hingga kini tubuhnya berada pas di atas Zavier yang basah. Hal itu membuat bajunya pun ikut basah.

"Zav!!! What are you doing?" pekik Alea kaget dengan apa yang di lakukan Zavier.

"Coba cium aku jika begitu. Kebetulan bibirku sudah lama menganggur," ucap Zavier tepat di depan wajah Alea.

"Kau gila ya?"

"Kau tertarik padaku, kan?" tanya Zavier dengan senyumnya.

"Aku?? Tertarik denganmu?"

Zavier mengangguk dengan percaya dirinya.

"Ya, tapi mengapa aku sangat murahan? Oh No..." Alea segera melepaskan tangan Zavier yang melingkar di punggungnya.

Tapi Zavier tak melepaskannya.

"Lepaskan aku, Zav," perintah Alea.

"Nope," sahut Zavier sambil menggeleng dan masih dengan senyumnya.

"Kita baru berkenalan, dan kau sudah tak sopan padaku!"

"Mommyku menyuruhku bersenang-senang selama seminggu. Jadi aku akan benar-benar memanfaatkannya dengan baik. Dan ada wanita cantik yang tertarik padaku. Mengapa aku tak manfaatkannya saja?" ucap Zavier.

"Kau pria brengsek, Zav?"

"Tidak, aku pria baik-baik yang hanya ingin bersenang-senang," jawab Zavier dengan santainya.

"Kau punya ke pribadian ganda? Kemarin kau sangat dingin. Mengapa sekarang kau sangat panas?" tanya Alea yang membuat Zavier tertawa.

"Ayo kita bermain selama kita berada di sini."

Mata tajam Alea menatap Zavier. "Kau pikir aku wanita murahan? Tak ada keuntungan untukku bermain denganmu."

"Zav, lepaskan aku dulu. Airnya sudah menembus di dadaku," lanjut Alea.

"Woow, kubantu mengeringkannya, ya?" tanya Zavier dengan senyum mesumnya.

"Fix, ternyata di balik wajah dinginmu itu kau ternyata seorang pria mesum!" Alea kemudian menggigit bahu Zavier.

"Akhhh," teriak Zavier pelan.

Zavier melepaskan tubuh Alea secara mendadak hingga tubuh Alea terjatuh ke atas lantai.

"Akhhh," teriak Alea dan memegang bokongnya.

"Satu sama," ejek Zavier dan memakai kaca mata hitamnya lalu berjemur santai di kursi itu.

"Iiiisshhh..." geram Alea.

"Masaklah karena aku sudah sedikit lapar," suruh Zavier tanpa melihat Alea.

"Lepas dari kandang buaya aku masuk kandang Harimau ternyata," sahut Alea yang kemudian berdiri.

Alea masuk ke dalam Villa dan memasak masakan yang sederhana saja.

Setengah jam berlalu dan Alea masih memasak, sedangkan Zavier masih berjemur di luar. Lalu terdengar dering ponsel dari ruang tengah.

Alea melihat nama 'Ayana' di layar ponsel itu.

Senyum licik Alea mengembang. Dan Alea segera mengangkat sambungan telepon itu.

"Halo, ini siapa?" tanya Alea sembari berjalan ke arah dapur agar Zavier tak melihatnya.

"Kau siapa?" tanya Ayana.

"Kau yang siapa?? Kau yang menelepon, bukan?" bentak Alea dengan menjulurkan lidahnya.

"Di mana Zavi?"

'Zavi?? Ah, jadi hanya dia yang boleh memanggilnya Zavi? Berarti wanita ini teman dekatnya,' batin Alea tersenyum jahat.

"Zav sedang mandi karena semalam kami bergadang di ranjang," jawab Alea menahan tawa.

"Apa maksudmu? Kau wanita panggilan?!" tanya Ayana dengan nada marah.

"What??? Jaga mulutmu, Nona. Dengarkan aku baik-baik. Dia kekasihku. KEKASIHKU. Kau siapa? Berani sekali mengatakan aku wanita panggilan?" sahut Alea pura-pura marah.

"Aku kekasihnya dan kami hanya break sementara. Jadi dia masih pacarku!"

Alea tertawa pelan. "Aku sudah mengikatnya karena mungkin setelah ini aku akan hamil anaknya," sahut Alea yang ucapannya semakin random dan tak jelas.

"Aku tak percaya hal itu. Zavi bukan pria seperti itu," jawab Ayana yang masih terbawa emosi di sebrang sana.

"Terserah jika kau tak percaya. Kami sedang berlibur di Villa berdua saja dan tak ingin di ganggu, bye..." Alea segera menutup sambungan teleponnya lalu mengembangkan senyumnya dengan senang.

"Aku sudah membalasmu, Pria mesum yang dingin," gumam Alea tertawa pelan dan kembali menuju ruang tengah untuk menaruh kembali ponsel Zavier.

Alea berbalik kembali ke dapur untuk menyelesaikan kegiatan masaknya.

*

*

Ayana membanting ponselnya ke ranjang ketika berbicara dengan wanita asing di ponsel milik Zavier.

"Siapa dia? Tidak, tak mungkin Zavier semudah itu berhubungan dengan wanita lain setelah break denganku," gumam Ayana kesal.

Lalu Ayana mengambil lagi ponselnya dan menghubungi Sofia, mommy Zavier.

"Halo, Aunty apa kabar?" sapa Ayana.

"Halo, Ay. Aunty baik-baik saja. Ada apa, Sayang?"

"Apakah aunty bersama Zavier? Karena aku tak bisa meneleponnya," ucap Ayana sambil menggigit kukunya, gelisah.

"Zavier sedang berlibur di Villa. Dia tak memberitahumu?" sahut Sofia yang berbalik bertanya pada Ayana.

"Di Villa? Dia tak memberitahuku. Dia berangkat dengan siapa? Apakah dengan Julian?" tanya Ayana semakin gelisah.

"Tidak, Sayang. Dia ke sana sendirian."

Deg.

"Ah begitu ya. Baiklah, aunty. Terimakasih, bye," ucap Ayana dan menutup sambungan telepon.

Tangannya menggengam serat ponselnya.

"Siapa wanita itu? Tak mungkin Zavi membawanya ke ranjang karena selama berpacaran denganku, dia tak pernah membawaku ke ranjang. Apakah itu wanita panggilan? Mungkin saja karena Zavi kesal denganku dan berusaha memanasiku dengan hal itu," gumam Ayana mencoba tidak percaya dengan perkataan wanita asing di ponsel milik Zavier.

*

*

"Kau sudah selesai memasak?" tanya Zavier yang baru saja keluar dari kamar setelah menyelesaikan ritual mandinya.

"Sudah, Tuaann..." jawab Alea dengan nada mendayu.

"Bersikaplah normal," ucap Zavier.

"Aku sangat normal, Tuaann," Alea memasang mimik wajah yang centil.

"Disgusting," sahut Zavier. Dia pun menuju meja makan dan duduk bersama Alea.

"Enak?" tanya Alea.

"Hm," jawab Zavier sambil mengunyah.

"Aku pernah mengikuti kursus memasak bersama Chef ternama," ucap Alea dengan bangga.

"Aku tak bertanya."

Alea melihat Zavier yang sepertinya mood-nya kembali berubah dingin.

"Kau aneh dan membingungkan, Zav," ucap Alea.

"Aku tak butuh pendapatmu," sahut Zavier cuek dan tetap makan.

"Pasti pacarmu tak tahan dengan sikapmu."

Zavier menoleh ke arah Alea dan menatapnya tajam. "Karena yang nantinya bersamaku bukanlah wanita sembarangan."

Bab 6

Setelah makan siang, Zavier hanya berada di ruangan dekat beranda belakang dan membuka pintu kaca besar yang menyambung dengan area kolam renang dan taman. Zavier menaruh laptopnya di meja dan memeriksa pekerjaannya karena tak suka menganggur.

"Bukankah kau ke sini untuk berlibur, Zav? Mengapa kau masih sibuk bekerja?" tanya Alea sambil mengunyah buah apel merah yang ada di tangannya.

"Aku tak suka menganggur."

"Aku suka menganggur," ucap Alea tersenyum lebar ketika mata Zavier meliriknya.

"Sudah terlihat dari kelakuanmu," celetuk Zavier sinis.

"Aku suka bersenang-senang, Zav. Hidup hanya sekali dan aku menikmatinya dengan bahagia," ucap Alea sambil tertawa.

"Kau tak berpikir bagaimana orang tuamu saat ini? Kau hanya memikirkan dirimu sendiri ketika memilih kabur dari pertunanganmu. Kau bersikap kekanak-kanakan," kata Zavier.

"I don't care," sahut Alea santai duduk bersandar di sebelah Zavier.

Zavier hanya melihatnya sekilas dan kembali fokus ke laptopnya.

"Tadi ada telepon dari wanita bernama Ayana dan aku mengangkatnya," ucap Alea sambil mengunyah.

Zavier menatap Alea dengan mata tajamnya. "Apa yang kau katakan padanya?"

"Tebaklah," ucap Alea.

"Aku tak suka tebak-tebakan. Katakan apa yang kau katakan padanya?"

Alea tersenyum usil pada Zavier. "Dia pacarmu?"

"Bukan urusanmu," desis Zavier kesal.

"Kalau begitu aku tak akan menjawab pertanyaanmu," Alea kembali menggigit apelnya dengan santai.

Zavier menarik kaki Alea hingga tubuh Alea tertarik ke arah Zavier. Hal itu membuat apel Alea terjatuh ke lantai.

Zavier mendekatkan wajahanya pada Alea. "Apa yang kau katakan padanya?" tanyanya sekali lagi.

Alea mengunyah cepat apelnya dan menelannya. "Aku hanya bilang hal biasa saja. Dan aku hanya bermain-main saja, Zav."

"Katakan."

Alea masih terdiam sebentar.

"Aku mengatakan bahwa kita berlibur bersama dan kita tidur bersama di ranjang," ucap Alea tersenyum usil.

"What???" pekik Zavier mengerutkan kening.

"Ya, dia bilang kalian sedang break. Siapa tahu dengan begitu dia akan memohon untuk kembali padamu. Ya, kan? Aku menolongmu, Zav," ucap Alea tanpa merasa bersalah.

"Kau benar-benar lancang. Kau tahu itu?!" bentak Zavier.

"Kau masih menyukainya? Baiklah, aku akan menjelaskannya nanti jika kau tak suka. Nanti aku akan mengatakan padanya bahwa aku sedang melakukan prank padanya. Beres, kan?" ucap Alea dengan entengnya.

Zavier tak menjawab dan masih menatap Alea dengan tajam. Lalu dia mengangkat tubuh Alea dan membawanya ke kamar.

"ZAV!! Apa yang kau lakukan?!" teriak Alea.

"Melakukan apa yang tadi kamu bilang padanya."

"What??!!"

Kemudian Zavier melemparkan tubuh Alea ke atas ranjangnya dan membuka kaosnya sendiri.

"Zav, tunggu... Kita bisa bicarakan ini baik-baik, oke?"

"Kau menginginkan hal ini, bukan?" tanya Zavier dan naik ke atas tubuh Alea lalu mengangkat tangan wanita cantik itu.

"Zav!!" teriak Alea ketika Zavier mencium lehernya.

Zavier menggigit leher Alea dan menyesapnya dalam.

Lalu Zavier mencium bibir Alea dan melumatnya dengan gerakan cepat. Ciuman itu semakin lama semakin panas dan membuat Alea ikut membalasnya. Deru napas dan debaran jantung Alea membuat dadanya naik turun.

Alea tak mengelak bahwa dia cukup menikmati ciuman bersama Zavier meskipun ini sebenarnya hal yang cukup gila.

Zavier awalnya hanya ingin memberi pelajaran pada Alea, tetapi sepertinya dia terjebak dengan permainannya sendiri. Pria tampan itu belum ingin menghentikan ciuman ini dan justru menikmatinya. Zavier sudah cukup lama tak berciuman semenjak putus dengan Ayana. Ciuman Alea berbeda dengan ciuman Ayana yang lembut dan pelan.

Alea lebih terkesan sangat mahir melakukan hal ini dan dia yakin bahwa jam terbang Alea berciuman dengan seseorang pria pasti cukup tinggi. Tangan kanan Zavier kini merayap masuk kedalam kemeja yang dipakai Alea. Tangannya meremas dada Alea yang ternyata tak memakai bra.

"Hmmpphh," Alea mendesah dalam ciumannya.

Zavier yang mendengar hal itu semakin tak terkendali dan menginginkan hal lebih.. Dia menyingkap ke atas kemeja Alea dan melumat puncak dadanya.

Alea mendesah semakin keras dan Zavier masih melajutkan petualangannya di tubuh Alea.

'Zav... Sadarlah... Dia adalah wanita asing yang baru kau kenal 2 hari,' batin Zavier mengingatkan.

'Ale, siapa dia? Pacarmu? Calon suamimu?' bisik batin Alea yang juga mengingatkan.

Tapi mereka sama-sama mengabaikan peringatan itu dan tetap melakukan adegan pemanasan ini.

"Hentikan aku," ucap Zavier meminta bantuan pada Alea untuk menghentikan kegilaannya pada tubuh Alea.

"No, I can't," bisik Alea seakan otak dan perbuatannya tidak sinkron.

Zavier mengumpat pelan dan tiba-tiba bangkit dari atas tubuh Alea lalu berbalik pergi dari kamarnya.

BRAK !!

Zavier menutup pintu itu dengan cukup keras hingga Alea kaget dan seketika tersadar dengan apa yang mereka lakukan berusan.

Alea menutup kembali dadanya dengan menurunkan kemejanya.

"Apa yang sudah kulakukan?" bisiknya dan meringkuk di atas ranjang besar itu. "Mengapa aku begitu menginginkan sentuhannya tadi."

*

*

Zavier keluar dari kamar dan menuju ke kamar tamu yang ada di dekat ruang tamu.

"Shit!" umpatnya keras dan duduk di tepi ranjang.

"Apa yang sudah kulakukan?" tanya Zavier pada dirinya sendiri. "Gadis itu benar-benar membuatku gila," ucapnya lagi.

Lalu Zavier kembali mencerna apa yang barusan di lakukannya bersama Alea.

Dan menurutnya itu adalah emosi dan gairah sesaat saja karena dia terhanyut dengan balasan ciuman dari Alea.

Zavier memegang kepalanya yang tak pusing dan akhirnya beranjak keluar kembali. Dia kembali duduk di depan laptopnya dan berusaha fokus dalam menyelesaikan pekerjaannya.

...

Alea mengerjapkan matanya ketika dirinya bangun dari tidurnya yang cukup nyenyak di siang hari.

"Aku tidur? Jam berapa sekarang?" gumam Alea sambil beranjak duduk.

Alea mengedarkan pandangannya dan baru sadar bahwa dirinya tidur di kamar Zavier. Lalu Alea mengingat-ingat lagi apa yang di lakukannya bersma Zavier tadi sebelum dirinya tidur.

"Oh my God.... Bisa-bisanya aku tidur setelah melakukan hal itu dengannya," gumam Alea memegang pipinya yang memerah karena mengingat ciuman brutal Zavier pada bibir, leher dan dadanya itu.

Alea akhirnya turun dari ranjang dan menuju pintu. Dia memegang gagang pintu dan membuka pintunya dengan sangat pelan.

"Semoga dia tak berpapasan denganku," gumam Alea berbisik.

Alea melangkahkan kakinya perlahan dan sama sekali tak bersuara. Dia melihat ke arah kanan kiri dan depan belakang. Alea mengendap-endap dan menuju ke kamarnya.

"Kau mau kemana?" tanya Zavier hingga membuat Alea kaget bukan main.

"Zav!!! Kau hampir saja membuat jantungku berpisah dari tempatnya," pekik Alea kesal sambil memegang dadanya dan menoleh ke arah Zavier.

Bab 7

"Ada apa? Kau malu bertemu denganku setelah aku mencium dadamu tadi?" tanga Zavier frontal.

"Iissshhh... Jangan mengingatkan aku dengan hal itu," sahut Alea dan berbalik menjauhi Zavier berjalan ke dapur.

TING NONG ... TING NONG ...

Alea dan Zavier mendengar suara bel yang berada dari gerbang depan Villa. Mereka sama-sama saling melihat. Alea kemudian langsung lari menuju ruang tamu lalu membuka sedikit gorden jendela raksasa itu.

"Zav... Itu orang suruhan ayahku," ucap Alea bergumam.

Zavier yang berada di belakang Alea juga melihat ke arah gerbang depannya. Dan berkata, "Mereka tampak mencarimu. Aku akan mempersilahkannya masuk."

Alea menahan tangan Zavier.

"No! Jangan menemui mereka, Zav," gumam Alea berbisik.

"Why? Dia anak buah ayahmu dan kau hanya perlu bilang pada ayahmu tentang alasanmu membatalkan pertunanganmu," sahut Zavier.

"Kau pikir sesederhana itu? Ayahku akan tetap menyuruhku bertunangan dengan pria brengsek itu sampai tender bisnisnya deal."

"Ayahmu menjualmu?" tanya Zavier mengertukan keningnya.

"Ayahku hanya ingin aku bertunangan dengan pria itu sampai kesepakatan selesai. Setelah itu, aku boleh memutuskan pertunanganku. Dan aku menolak hal itu karena aku sudah sangat jijik melihatnya," sahut Alea.

Zavier berkata dengan santai, "Itu bukan urusanku."

"Zav, tolong aku kali ini saja. Bukankah kau mengizinkan aku berada di sini selama seminggu??" Alea semakin memegang erat tangan Zavier.

Zavier melihat Alea yang wajahnya nampak serius memohon. Lalu dia melepaskan tangan Alea dan berjalan menuju pintu.

"Zav..." panggil Alea tapi Zavier tak menggubrisnya dan membuka pintu depan.

Alea mengintip ke arah gerbang melalui jendela kaca itu. Dia melihat Zavier mengobrol dengan anak buah ayahnya dan tak lama kemudian, dua pria berbadan besar itu pun pergi dari sana. Wanita itu tampak bernapas lega sambil memegang dadanya.

Tak lama kemudian, Zavier masuk kembali ke dalam rumah dan Alea masih menunggunya di tempatnya tadi.

"Terimakasih," ucap Alea tersenyum.

Zavier melewatinya dan tak mengatakan apa pun.

Alea mengikuti Zavier dari belakang yang berjalan menuju ruang tengah.

"Apa yang kau katakan pada mereka?" tanya Alea penasaran.

Zavier melirik Alea dan berkata, "Kau tak perlu tahu. Bukahkah yang terpenting kau bisa tinggal di sini?"

"Oke, thanks," ucap Alea yang tak bertanya lagi.

Alea kembali ke dapur, dan Zavier kembali dengan pekerjaannya.

Mereka seakan tak ingin membahas tentang ciuman tadi yang membuat mereka hampir hilang kendali.

"Zav! Kau ingin aku buatkan jus?" tanya Alea setengah berteriak.

"Ya," sahut Zavier.

Lalu Alea membuatkan jus sayur yang sangat di sukai Alea.

Beberapa menit kemudian, Alea pun langsung memberikan jus yang sudah dibuatnya ke atas meja ruang tengah.

"Ini menumlah," ucap Alea.

Mata Zavier melihat ke gelas yang berisi cairan hijau. "Jus apa ini?" tanyanya.

"Jus sayur dan sedikit buah. Ini sangat segar, Zav. Dan ini juga sangat sehat. Try it."

"Tidak, dari bau nya saja sudah sangat tak enak," sahut Zavier sambil menjauhkan gelas itu.

Alea menggelengkan kepala lalu berkata, "Kau ini seperti anak kecil saja."

Zavier tak menanggapi ucapan Alea. Dan Alea melihat ke arah jus yang sama sekali tak di minum oleh Zavier.

"Kau akan awet muda jika meminum ini, Zav. Lihatlah aku... Kulitku kencang dan mulus, tubuhku langsing dan tanpa lemak," ucap Alea yang justru membuatnya narsis.

"Jangan lupakan dadamu," sahut Zavier tanpa dosa dengan mata yang masih fokus pada laptop.

Wajah Alea tiba-tiba memerah karena ucapan gamblang dari Zavier itu.

"Jangan membahas hal itu," kata Alea dan beranjak dari sana menuju ke area taman.

Senyum Zavier tersungging tipis.

Alea memandang ke arah taman dan duduk di kursi yang berada di dekat kolam renang.

Dia memutuskan untuk tak pulang kembali ke apartemen lamanya. Karena dia tahu bahwa Zean pasti akan mendatanginya ke sana.

Zean adalah pria yang sangat keras kepala dan suka memaksakan kehendaknya pada sang putri. Sejak kematian istri pertamanya, Zean menumpahkan kegelisahannya pada pekerjaannya. Dia terlalu cinta pada ibu Alea dan tak bisa melupakannya hingga saat ini.

Zean menikah kembali pun karena paksaan dari sang ibu yang tak lain adalah nenek Alea yang masih suka mengatur hidup Zean.

Hidup Alea bergelimang harta sejak dan tak kurang satu apa pun. Bahkan Zean membebaskan Alea melakukan apa pun yang di inginkannya.

Tetapi Zean juga tetap ingin di turuti kemauannya jika dia menginginkan sesuatu dari Alea. Alea tak boleh membantahnya karena emosi Zean akan meledeak jika Alea sampai membantahnya.

Seperti saat ini, Alea bisa membayangkan bagaimana kemarahan Zean dan karena itu lah Alea memutuskan untuk pergi.

Setelah menghabiskan jusnya. Alea kembali kedalam dan duduk di sebelah Zavier lagi.

"Zav, apakah kau tak membuka lowongan pekerjaan di perusahaanmu?" tanya Alea tiba-tiba.

"Cleaning service," jawab Zavier seadanya.

Alea berdecak mendengar jawaban lempeng dari Zavier yang selalu membuatnya kesal.

"Aku serius, Zav. Aku cukup bisa di andalkan dalam pekerjaan," ucap Alea.

"Aku tak suka memasukkan orang ke dalam perusahaanku karena jalur orang dalam."

Alea hanya diam dan tak berbicara lagi karena dia tahu bahwa Zavier sepertinya memiliki karakter yang cukup keras dan tak bisa di bantah.

"Kau benar-benar bukan tipeku," gumam Alea dan beranjak dari sana.

"Itu bagus," gumam Zavier pelan.

Alea melirik tajam ke arah Zavier dan mencebikkan bibirnya kesal. Dia berjalan ke arah dapur untuk mencuci gelas yang sudah kosong itu.

Alea merasa sangat kebosanan dan tak tahu apa yang harus di lakukannya lagi.

Setelah berjalan kelinging Villa, Alea kembali ke ruang tengah di mana Zavier masih sibuk di sana. Hari sudah menjelang malam tapi Zavier sangat betah berada di depan laptopnya.

Alea merebahkan tubuhnya di sofa lebar dan empuk itu lalu melihat ke arah Zavier.

"Zav... Kau tak bosan?" tanya Alea.

"Aku sibuk."

"Ck," Alea berdecak dan mengambil remote televisi.

Alea menyalakan televisi dan melihat film romantis yang kebetulan tayang di channel pertama ketika dia menyalakan televisi itu.

Cukup lama dia menonton film hingga akhirnya adegan romantis dan sedikit vulgar terpampang di layar televisi.

Alea menggigit bibirnya dan tiba-tiba dia teringat dengan adegan panas bersama Zavier tadi siang.

Dan kebetulan Zavier menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa untuk meluruskan tubuhnya yang pegal karena terlalu lama duduk.

"Kau pernah melakukan seks, Alea?" tanya Zavier dengan gamblangnya.

"Kau tak banyak bicara, tapi sekali bicara langsung membuat gempar," sahut Alea.

"Aku masih perawan. Apa kau mau membeli keperawananku?" tanya Alea dengan entengnya.

Tentu Zavier tercengang.

Tbc.

#untuk para readersku like and komennya juseyo 🥹🙏

ZAVALE (Bab 5-7)