1 | Satu Langkah, Salah Tingkah

0
0
Deskripsi

Dengan segala keberanian yang Venya miliki, ia pun memutuskan untuk menghubungi Dylan.

Dylan : hati-hati Ven

Venya : hati-hati kenapa?

Dylan : soalnya yang enjoy selalu bikin nyaman wkwkwk

 

 

 

———

 

Bab 1 | Satu Langkah, Salah Tingkah

———

“Salken, aku Venya.”

“Nancy, kak. Salken ya!"

“Iyaaa." Venya menyabet salam adik kelasnya dengan senyum hangat. Adek ini cantik banget?! Kagumnya sebelum mendadak kaku saat Dylan, si ketua panitia, buru-buru masuk ke ruang rapat.

“Maaf Pak, telat. Habis beli batagor." Izin cowok itu seraya membungkuk kecil. Di belakangnya, seorang cowok—yang diketahui anak OSIS juga—ditunjuk tiba-tiba. “Sekalian nungguin Ezra selesai boker, Pak. Lama banget.”

“Kok gue?!"

Semua orang langsung terbahak-bahak. Pertengkaran kecil Dylan dan Ezra selalu menghibur untuk ditonton. 

“Ya lagian kenapa kamu gabut banget nungguin Ezra boker?" tanya Pak Yono.

“Dipaksa, Pak."

"Nggak ada ya, anj—”

“Ezra, language.” Pak Yono, pembina OSIS merek hanya bisa tersenyum geli. Ada-ada saja murid-muridnya ini. “Udah. Ezra, kamu duduk. Kamu Dylan, kamu ketua panitianya sekarang. Belajar disiplin waktu dan kasih contoh baik untuk teman-temanmu.”

"Siap, Pak!” sahut keduanya lantang. 

Ezra segera duduk bersama Henry, si sekretaris inti, yang sudah tidak kuat menahan tawa. Henry yakin sekali, Ezra pasti dendam karena tidak terima aibnya tersebar luas. 

Di sisi lain, Dylan dengan santai meletakkan batagornya di meja yang Venya tempati. “Nitip ya, Ven.” Kemudian bergerak mengambil spidol bersiap presentasi.

“Cieee," goda Amel bisik-bisik.

Venya mengulum bibir. Setelah pengumuman itu tersebar, Venya pun mengetuk nomor Dylan untuk menanyakan tentang slot relawan yang tersisa.

Tuhan bersamaku, karena dia lah orang pertama yang menghubungi Dylan siang itu. Tiba-tiba Amel dan Gita bersorak saat notifikasi ‘Dylan menambahkan Anda’ muncul di beranda Whatsapp. 

 

 Dylan : hai Venya, temannya Amel kan?

 Dylan : sorry ya gue langsung masukin lo ke grup, gue rasa lo mau jadi panitia makanya basa-basi nanyain slot hehe

 Dylan : kalau lo mau undur diri boleh kok, ntar gue keluarin pakai alasan salah masukin nomor 

 

Sejauh ini Venya bisa menilai kalau Dylan adalah tipikal orang sat-set-sat-set, alias tidak mau ribet.

Tapi nggak begini juga kali, lan! Dari sekian banyak hal ajaib yang cowok itu lakukan, kenapa harus tiba-tiba mengundangnya ke grup?! 'Kan Venya kaget. 

Jantungku deg-degan gegara akhirnya nge-chat kamu, eh hampir copot perkara mau jadi panitia!

 

 Venya : iya lan, emang niatnya mau jadi panitia kok, thanks yaa

 Dylan : syukurlah, welcome Venya! Semoga enjoy ya

 Venya : siaapp udah mulai enjoy kayaknya ^^

 Dylan : oh hati-hati Ven

 Venya : hati-hati kenapa?

 Dylan : soalnya yang enjoy selalu bikin nyaman wkwkw

 

Buseettt. Venya tidak sadar terkikik geli sampai Gita dan Amel menggodanya. “Ceilaahh, baru nge-chat udah digas aja."

Awalnya mereka ikut senang melihat kemajuan kisah percintaan Venya. Tapi… lama-lama kok kesal ya ngelihat cewek itu seceria ini?

Tidak, bukan karena Amel dan Gita iri. Tapi karena Venya tidak berhenti salah tingkah sampai bel pulang berbunyi.

Rumah sakit jiwa! Help!

Malam harinya diberitahukan bahwa besok, sepulang sekolah, seluruh panitia akan melaksanakan rapat untuk membahas kegiatan event Maret. 

Saking tidak sabarnya menunggu, Venya mengajak Amel untuk cepat-cepat pergi ke ruang rapat.

“Santai aja, Ven. Mereka bakalan ngaret, percaya sama gue.” Ucap Amel dengan wajah kusut.

Beginilah akibat fisika di siang bolong. Kalau otak sudah panas, mood pun jadi malas.

Namun tidak berlaku jika sudah jatuh cinta, seperti Venya. 

“Gue baru pertama kali kepanitiaan, mel. Yuk-yuk? First impression gue harus baik-baik!"

“Halah. Paling mau ketemu Dylan.” Nyinyir Gita yang sudah setengah lelah. Pokoknya sampai rumah nanti, dia harus tidur senyenyak-nyenyaknya. “Gue duluan, ya. Byeee sayang-sayangku, semangat rapatnya!"

Amel pun mengalah. Oke, biarkan saja Venya berkehendak. Toh, ini kali pertamanya ikut organisasi.

Begitu sampai di ruang rapat, tidak satupun orang ada di ruangan ini. Begitu kosong melompong, hanya mereka berdua di sana.

“Apa gue bilang? Temen lo bendahara OSIS inti nggak lo percaya." Amel memasuki ruangan diekori temannya. “Yang penting letakin tas dulu. Sini, say.”

Venya cengengesan saja. Oke, mungkin sebentar lagi orang-orang akan datang. Perutnya sudah keroncongan, tapi harus ditahan. Semangat! 

15 menit, 20 menit, dan 30 menit pun masih belum ada yang datang.

Astaga, Venya lapar sekali! Apa dia jajan duku saja ya? Tapi… gimana kalau dia telat? Bisa-bisa Venya diblacklist dari kepanitiaan. Kan nggak lucu. Masa baru datang udah dikeluarin aja?

Amel sedang tertidur pulas di samping. Tidak mungkin Venya membangunkan demi memintanya menemani jajan. Venya tidak suka merepotkan orang lain.

Tahan… tahan sebentar lagi.

Satu jam berlalu, akhirnya rapat dimulai. 

Sengaret ini karena ketua panitianya yang paling telat datang. 

Ah, peduli setan sama perut! Sebab dengan melihat mas crush pun semua penderitaannya mendadak hilang.

Buset.

Kembali ke rapat OSIS.

Dylan menulis ‘White Day’ besar-besar di papan tulis sebelum berbalik menghadap teman-temannya.

"Venya, tolong catat. Nancy, dokumentasi." Nama-nama yang disuruh buru-buru melakukan tugas.

"Selamat siang teman-teman OSIS Inti, panitia, dan Pak Yono, terima kasih sudah bersedia menyempatkan waktu untuk datang.”

“To the point, bang!” Ezra menyahut di belakang.

Dylan pura-pura tidak dengar saja. “Kita berkumpul di sini untuk membahas program kerja bulan Maret, yaitu White Day. Nah, kegiatan yang baru terpikirkan so far meliputi lomba Band dan satu lomba yang belum terpikirkan. Kira-kira ada yang punya ide ?"

“Lomba tangkap lele, bang!” Ezra menyahut lagi.

"Bukan tujuh belasan, bang!"

“Kalem dong.” Ezra malah kompor. Kalau Henry tidak menepuk bahu cowok itu, mungkin Pak Yono yang bergerak menegurnya.

Luna, adik kelas 10 mengangkat tangan. “Kak, kalau lomba model berpasangan, gimana?” 

“Hmm… nice idea, sih.” Amel berpendapat. “Cuman, kalau lomba model berpasangan jatuhnya kurang lebih kayak Valentine kemarin—Lomba fotografi pasangan. Memang beda sih, tapi kesannya mirip.”

“Iya, bapak juga mikir begitu.” Pak Yono berpendapat. “Usahakan lomba satunya tidak plek-ketiplek dengan lomba-lomba di event sebelumnya.”

“Ada ide lain?” Dylan bertanya lagi.

Johan, anggota Seksi Bidangnya mengangkat tangan. “Bang, kalau lomba Mading oke, nggak? Sejauh ini belum ada lomba mading sih.”

Jari Venya menjentik. "Boleh tuh, dari tahun lalu pas angkatan kami juga nggak ada lomba Mading.”

“Gimana, Pak?" tanya Dylan meminta konfirmasi. 

“Gas."

“Gaaassss!” seru sepuluh orang di ruangan tersebut. 

Dylan mengangguk mantap. “Oke, sekarang lanjut ke bagi kelompok. Bu ketos? Pak waketos?” 

Setelah sibuk berdiskusi, Jia, sang ketua OSIS, berdiri dengan kertas di tangan. “Oke, panitia mading, untuk SC-nya gue dan Henry. Ketua, Dylan. Anggota; Venya, Luna, sama Johan.”

Amel mengetuk sepatu Venya di bawah.

“Next, panitia lomba band,  SC-nya Damian dan Amel. Ketua, Ezra. Anggota; Nancy, Yoga, Rafael. Silahkan lanjut, Dylan."

“Thanks, Jia. Selanjutnya, tugas-tugas yang harus kita laksanakan, antara lain bikin formulir pendaftaran peserta, pendataan nama, bikin rundown kegiatan, ngehubungin juri-juri yang diputuskan, bikin grup Whatsapp peserta, dan grup juri. 

Beberapa orang akan bantu gue beli-beli bahan untuk bikin panggung dan papan kecil. Setelah itu minta izin buat speaker, microphone, dan alat-alat musik yang dibutuhkan."

Dylan mengambil napas. 

“Luna-Nancy? Kalian berdua tim dokumentasi. Johan-Rafael, gue percayakan kalian untuk bikin formulir pendaftaran sekaligus pengumuman. Deadline besok. Venya-Yoga, kalian berdua bikin pendataan nama peserta dan bahan-bahan apa aja yang nantinya dibeli. So far itu doang sih tugas kita. Ada yang mau ditanyakan?”

Rafael mengangkat tangan. “Lan, alur event White Day udah ditetapin, belum? Soalnya kita butuh tanggal-tanggalnya buat bikin pengumuman.”

"Alur event-nya udah kita tetapin, ya. Habis rapat bakal gue share ke grup panitia. Ada pertanyaan lagi?"

Semua orang tidak bersuara. 

 “Oke, gue rasa nggak ada pertanyaan lagi. Untuk info lebih lanjut, akan gue atau Ezra beritahukan di grup. Kalau ada keraguan dan lain-lain, boleh chat, ya!”

“Okeee!” seru semuanya.

“Jangan lupa pantau WA kalian terus karena bisa jadi ada hal-hal dadakan yang harus diselesaikan. Oke, segini aja. Sekarang gue akhirin pertemuan kita hari ini, terima kasih dan selamat siang!” 

Dylan kembali mengambil batagornya dari meja Venya dengan senyum makasih-udah-jagain-hehehe. Cowok itu keluar bersama teman-temannya sambil membercandai satu sama lain.

Dylan sangat mengagumkan. Sisi kekanak-kanakannya berubah menjadi orang paling berkarisma saat menjadi ketua panitia. Lagi-lagi Venya terkesan dan semakin menyukai sosoknya. 

Santai, ini baru awalan. 

Karena kita masih belum tahu, apakah Venya masih menyukai sosok Dylan yang lainnya?

 

 

 

 

 

 

To be continue . . .

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
White Day
Selanjutnya 2 | Kemarahan Dylan
0
0
Baru juga masuk kepanitiaan, Venya sudah melakukan kesalahan fatal sampai mengundang amarah sang ketua panitia.Kalau nggak becus menuhin tanggung jawab mending keluar sekalian! Nggak usah jadi beban!Apa yang harus Venya lakukan?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan