KEJAHATAN TERSEMBUNYI

1
0
Deskripsi

Series cerita anak yang mengajak kalian semua untuk belajar memahami arti surat-surat dalam juz amma dengan cara yang menarik dan unik. Selamat menyelami kisah Adam dan Bunda kesayangannya!

Kita tidak pernah tahu bagaimana semesta akan bekerja

Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi setelah apa

Yang kita perlu lakukan hanyalah berbaik sangka padaNya

Percaya bahwa rencanaNya akan indah pada waktunya

***

Suara adzan subuh sudah berkumandang, namun seorang anak laki-laki masih sibuk meringkuk dibalik selimutnya. 

“Adaaam! Adaaam!” teriak sang Ibunda mengetuk pintu kamar dari luar. Setelah beberapa menit berlalu namun tidak ada pertanda sang anak akan membuka pintu, Ibunda pun memutuskan untuk membuka pintu kamar dan berjalan menuju ranjang kecil dimana anaknya masih berbaring. Sembari tersenyum melihat wajah anaknya yang masih tertidur pulas, sang bunda beranjak mendudukkan dirinya disisi ranjang.

“Adam! Anak sholeh yuk bangun yuk sholat subuh dulu…” ucap Bunda sambil mengusap rambut anaknya perlahan. Mata yang masih terpejam itu sedikit bergerak sebelum kemudian mengerjap beberapa kali.

“Jam belapa sih, Bun?” ucap Adam masih setengah sadar sambil menguap sesekali karena masih enggan beranjak dari kasur favoritnya.

“Udah jam 5 lebih yuk, bangun dulu sholat subuh habis itu siap-siap ke sekolah…” jawab Bunda lagi sambil mengamati sang anak yang masih mencoba mengumpulkan nyawanya. Walaupun Adam masih bersekolah di taman kanak-kanak tapi Bunda berusaha sedini mungkin menanamkan kepada anak jagoannya untuk menjalankan sholat lima waktu setiap harinya.

“Iyaaa bun…” jawab Adam sekenanya sambil berusaha bangkit meninggalkan singgahsana kesayangannya. Setelah memastikan sang buah hati sudah beranjak dari tidurnya, Bunda juga langsung beranjak dari posisinya dan bergegas merapikan tempat tidur anak kesayangannya.

***

Siang itu Adam terlihat memasuki rumahnya dengan wajahnya yang kusut. Dia bahkan masuk begitu saja tanpa mengucapkan salam dan langsung bergegas menuju ke kamarnya. Sang Bunda yang sedang fokus menonton tv seketika merasa aneh melihat tingkah anak laki-lakinya itu. Dia pun memutuskan beranjak menuju kamar sang anak.

Tok tok tok

Bunyi ketukan pintu berhasil mengusik Adam yang sedang termenung sambil bersandar dikepala ranjangnya. Wajahnya masih tampak tak bersahabat dan baju seragamnya masih setia dia kenakan. Walaupun dengan ogah-ogahan Adam akhirnya beranjak dan membukakan pintu kamarnya.

“Kenapa Bun?” tanya Adam ketika melihat Bundanya yang berdiri dibalik pintunya.

“Harusnya Bunda yang tanya ke Adam! Jagoan Bunda kenapa? Kok masuk rumah ngga salam, ngga salim dulu sama Bundanya juga, terus langsung lari ke kamar, kan Bunda jadi bingung…” jawab sang Bunda sambil memposisikan tubuhnya sejajar dengan tinggi sang anak.

“Adam kesel Bun sama Bima, tadi di sekolah Bima nyalahin Adam soal bukunya yang ketumpahan ail minumnya!” curhat Adam ke Bundanya.

“Kok bisa Bima nyalahin Adam tiba-tiba?”

“Soalnya Adam tadi paling duluan masuk kelas, tapi pas di kelas Adam aja ngga nyenggol tempat minumnya Bima, Bun. Waktu Adam masuk, bukunya Bima udah ada diatas meja duluan bukan Adam yang numpahin.”

“Jadi gitu, tapi Adam udah coba jelasin ke Bima kejadian sebenernya?” tanya Bundanya lagi masih menyimak cerita sang anak.

“Adam udah ngotot kalau bukan Adam yang salah, tapi Bima masih ngga pelcaya sama Adam” ucap Adam lagi tidak mencoba menutupi kekesalannya.

Sang Bunda masih menyimak setiap cerita buah hatinya sebelum kemudian tersenyum kecil sambil menghela nafas ringan. Adam masih mengamati pergerakan sang Bunda yang masih terdiam sesaat setelah dia menyelesaikan ceritanya.

“Kok Bunda diam aja?” ucap Adam seolah tidak terima karena ceritanya yang menggebu-gebu tidak mendapat jawaban dari sang Bunda.

“Adam mau ndengerin Bunda?” tanya Bunda sambil bangkit berdiri sembari menarik sang anak untuk masuk ke kamarnya lagi. Walaupun masih terlihat bingung dengaan jawaban sang Bunda namun Adam memutuskan untuk menganggukkan kepalanya seolah memberi jawaban.

“Adam ganti bajunya dulu, terus abang ambil wudhu, kita sholat Dzuhur dulu udah adzan!” ucap sang Bunda sembari mengambilkan baju ganti untuk anak laki-lakinya dan menyerahkannya sambil mendorong pelan sang anak untuk segera menuju kamar mandi dan membersihkan diri.

***

Setelah menyelesaikan sholat berjamaah Adam masih terduduk dibelakang Bundanya sambil memandangi sang Bunda yang masih terlihat khusyuk berdo’a. Beberapa menit berlalu setelah Bunda selesai berdo’a, Adam pun memutuskan untuk mendekat ke arah sang Bunda.

“Bunda? Adam masih nungguin jawaban Bunda soal cerita Adam tadi…” Adam memulai membuka percakapan ketika Bunda sudah menatap kearahnya.

“Adam udah tenang kan? Ngga marah-marah lagi?” tanya Bunda sambil memposisikan duduknya supaya berhadapan dengan Adam.

“Kita sambil baca surat Al-Falaq yuk! Adam udah hafal belum surat Al-Falaq?” ucapan Bunda lagi dan lagi membuat Adam mengerutkan keningnya.

“Kok jadi baca surat Al-Falaq sih, Bun. Ihhh Bunda bikin bingung…” gerutu Adam

“Sini makanya dengerin Bunda dulu, sambil kita hafalan surat Al-Falaq” ajak sang Bunda lagi.

Adam pun akhirnya menuruti permintaan Bundanya. Dia duduk memposisikan diri di samping sang Bunda yang sudah memegang Qur’an dipangkuannya.

“Dimulai dari bacaan ta’awudz dan basmallah yaaa!” 

 “A’udzu billahi minasy syaithonir rojiim. Bismi-llāhi ar-raḥmāni ar-raḥīmi. Qul a'ụżu birabbil-falaq (1). Min syarri mā khalaq (2). Wa min syarri gāsiqin iżā waqab (3). Wa min syarrin-naffāṡāti fil-'uqad (4). Wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad (5).”

“Alhamdulillah, udah hafal ya Dam? Kita lanjutin baca artinya yaaa?” tanya Bunda yang dijawab anggukan ringan oleh sang buah hati.

“Al-Falaq sendiri artinya waktu subuh, tapi makna surat ini adalah meminta kita untuk selalu meminta perlindungan kepada Allah yang menguasai waktu subuh, agar terpelihara dari segala macam kejahatan, kejahatan malam, kejahatan sihir, kejahatan dengki dan segala kejahatan yang tersembunyi.” ucap Bunda perlahan mencoba memberi penjelasan ringan ke Adam.

“Kejahatan telsembunyi itu apa bu maksudnya?” tanya Adam penasaran.

“Kejahatan tersembunyi itu kayak cerita Adam tadi, jadi Adam disini ngga bersalah tapi jadi salah hanya karena kondisi Adam yang masuk kelas duluan. Sekarang coba Bunda tanya ke Adam, tadi waktu Bima nyalahin Adam, Adam gimana reaksinya?”

“Adame nggak telimalah, Bun. Adam langsung gantian malah ke Bima, kok seenaknya Bima nyalahin Adam” jawab Adam yang terlihat mulai menampakkan kekesalannya lagi.

“Adam gantian marah ke Bima? Terus Bima gimana habis itu?” tanya Bunda lagi

“Bima kayaknya kesel kalna Adam ngomong kenceng ke Bima tapi Bima ngga ada ngomong apa-apa lagi soalnya bel udah bunyi, jadi yaudah dia langsung pergi” jawab Adam melanjutkan ceritanya tadi.

Bunda hanya tersenyum sembari mengusap perlahan wajah Adam.

“Lain kali jangan suka marah-marah dulu yaaa! Adam tahu nggak kenapa Bunda ajak Adam sholat dulu baru ngomongin ini lagi?” tanya Bunda ke Adam yang disambut dengan gelengan kepala dari sang buah hati.

“Supaya Adam jadi lebih tenang dulu, jadi Bunda bisa lebih gampang ngasih taunya, kalau Bunda tadi langsung bilangin A, B, C belum tentu Adam langsung ndengerin”

“Habisnya Adam kesel Bun kok Bima langsung nyalahin Adam…”

“Iya tapi kan Adam bisa ngomong pelan-pelan ke Bima, bilang aja gini misalnya “Bukan aku Bim, tadi sewaktu aku datang bukumu udah basah duluan diatas meja” jadi Bima juga ngga semakin kesel sama Adam” ucap sang Bunda sembari menasehati bagaimana seharusnya sang anak bersikap.

“Kok Bunda jadi nyalahin Adam? Kan Adam nggasalah, Bun!” ucap Adam lagi-lagi menggerutu.

“Bunda ngga nyalahin Adam sayang! Bunda cuma ngingetin Adam supaya bisa lebih sabar, Bunda tahu disini Adam nggasalah tapi kalau Adam langsung marah-marah Adam juga jadi ngga ada kesempatan untuk cerita kejadian sebenernya ke Bima, iya ngga?”

“Emmm… iya juga sih, Bun. Terus Adam harus gimana?”

“Nanti habis ini kita telpon mamanya Bima yaaa, nanti Adam minta maaf duluan ke Bima, terus cerita kalau bukan Adam yang numpahin air ke bukunya dia” jawab sang Bunda memberi solusi.

“Kenapa Adam harus minta maaf duluan, Bun?” tanya Adam sedikit tidak menyetujui ide Bundanya.

“Kan Adam udah marah-marah ke Bima, lagian minta maaf duluan bukan berarti Adam salah” ucap Bunda meyakinkan.

“Daripada Adam ngga mulai dulu terus Bima jadi makin salah paham sama Adam gimana?” Bunda menambahkan lagi, mencoba membujuk Adam agar mau minta maaf duluan.

“Kejahatan tersembunyi itu serem loh, soalnya kita nggatau dia ada dideket kita atau dia jauh dari kita, kita nggatau kenapa orang yang beneran numpahin air minumnya Bima, malah ngga mau ngaku. Alhasil, Bima jadi salah sangka sama Adam, terus Adam juga jadi marah-marah ke Bima. Lalu, hasilnya apa? Pertemanan kalian yang awalnya baik-baik aja bisa jadi rusak kan? Padahal hanya karna hal sekecil ini.”

“Kenapa jadi gini ya, Bun?”

“Makanya, Adam dengerin saran Bunda. Kejadian ini jadi pelajaran juga buat Adam, supaya ngga mudah marah ke orang, apalagi sampai nyalahin orang lain tanpa tahu kejadian yang asli. Kalau sampai Adam sama Bima jadi musuh-musuhan, siapa yang bakal seneng? Setan-setan pasti senang, karena berhasil merusak pertemanan kalian. Dengerin, Bunda yaaa! Orang yang mau mengakui kesalahannya itu hebat hloo, jempol dua deh buat mereka!”

“Hmmm… oke deh, Bun!” sembari menghela nafas, akhirnya Adam menyetujui permintaan Bundanya.

***

“Halo? Assalammualaikum? Ini Bima?” kata Adam membuka percakapan ketika Bunda memberikan handphonenya. Bebebapa menit lalu Bunda sudah menghubungi mama Bima dan meminta tolong pada beliau untuk memberikan ponselnya pada Bima karena aku ingin menghubunginya.

“Iya. Walaikumsalam. Ini Adam ya?” tanya suara diseberang sana.

“Bim aku minta maaf yaaa! Maaf karena tadi udah marah-marah ke kamu!” ucap Adam tulus

“Iya, Dam. Maafin Bima juga ya udah nyalahin Adam. Tadi waktu jalan dari kelas ke gerbang sekolah, Bima ketemu Chiko, terus dia udah bilang minta maaf karena ngga sengaja nyenggol botol minumku sampai airnya tumpah ke buku. Dia bilang dia tadi buru-buru karena kebelet ke toilet. Maaf ya, Dam sekali lagi. Semoga Adam ngga marah sama Bima” ucap Bima menjelaskan kejadian sebenernya.

“Iya, Bim. Adam maafin kok, lain kali tapi jangan langsung nyalahin Adam yaaa!” ucap Adam lagi mengingatkan

“Iya, dam. Janji deh!” balas Bima diseberang sambil mengangkat kedua jarinya.

Sang Bunda yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan keduanya pun tersenyum senang. Senang karena keduanya bisa berbaikan dan senang karena jagoan kecilnya sudah tumbuh menjadi anak yang luar biasa membanggakan.

***

“Dalam ayat-ayat berikut ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad dan seluruh kaum Muslimin supaya selalu berlindung kepada Tuhan Pencipta semua makhluk agar terpelihara dari segala macam kejahatan atau akibat kejahatan yang ditimbulkan oleh makhluk-makhluk yang telah diciptakan-Nya.”-(QS. An-Falaq 113 : 01)

(Source : Tafsir Kemenag https://quran.kemenag.go.id/sura/113)

***

Tugas manusia berbaik sangka, berusaha, dan berdo’a

Melewati setiap cobaan seikhlas-ikhlasnya

Menjalani roda kehidupan sebaik-baiknya

Meyakini bahwa Allah akan selalu ada untuk mereka yang percaya

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya RASA ISTIMEWA
0
0
Series cerita anak yang mengajak kalian semua untuk belajar memahami arti surat-surat dalam juz amma dengan cara yang menarik dan unik. Selamat menyelami kisah Adam dan Bunda kesayangannya!
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan