RUNTUH - Bagian 1

45
2
Deskripsi

Bagian 1

“Kayaknya dia justru keliatan lebih bersinar sekarang.”

Cakra menanggapi ucapan sahabat baiknya hanya dengan dengkusan keras. Tapi tak bisa ia pungkiri, perempuan yang sedang ia tatap intens dari jarak yang tidak terlalu jauh itu memang terlihat sangat mempesona. Dengan balutan gaun pesta yang panjangnya menjuntai hingga lantai, dan rambut panjang yang diikat ke atas, perempuan berdarah Batak tersebut bak ratu dari negeri dongeng yang indah. Terlihat sangat berbeda, dengan pasien yang ia temui satu bulan yang lalu di ruang rawat inap sebuah rumah sakit swasta. Kemana perginya riak sendu yang menyedihkan itu? Karena sekarang yang Cakra lihat hanyalah raut gembira dengan senyum yang berderai sepanjang acara.

“Gue masih nggak percaya kalo sekarang kalian cuman mantan.” Dito masih tidak mengganti objek penglihatan netranya. Masih pada segerombolan wanita yang sedang bertukar cerita dan tawa. Di samping perempuan yang sekarang berstatus mantan istri sahabatnya, berdiri dengan anggun istrinya sendiri yang sudah Dito nikahi lima tahun silam. “Emang ternyata bener ya, kalo kisah percintaan Romeo dan Juliet itu selalu berakhir tragis.”

Cakra, Rachel, Dito, dan Mawar mengambil gelar sarjana di kampus yang sama. Cakra dan Rachel yang lebih dulu menjalin kasih. Dan Dito yang memang berteman baik dengan Cakra, akhirnya dapat meluluhkan hati Mawar, sahabat Rachel satu-satunya. Lantaran terlalu seringnya mereka menghabiskan waktu bersama, benih-benih cinta pun tumbuh.

Bukan tanpa alasan Dito menyebut Cakra dan Rachel bagai Romeo dan Juliet. Hubungan keduanya yang tidak direstui oleh keluarga Rachel membuat perjalanan cinta mereka sangat terjal dan berliku. Cakra hanyalah seorang anak yatim piatu yang dibesarkan di sebuah panti asuhan. Laki-laki itu bahkan hanya bisa mengandalkan program beasiswa dari pemerintah untuk biaya pendidikannya. Sedang keluarga besar Rachel adalah keluarga terpandang. Ayah Rachel seorang diplomat, sementara Ibunya merupakan desainer yang namanya sudah mendunia. Akan tetapi karena cinta Rachel yang begitu besar, perempuan itu rela namanya dicoret dari daftar keluarga, dan meninggalkan semua kemewahan yang mengelilingi kehidupannya, demi menerima pinangan seorang Cakrabuana.

“Kalo dia nggak selingkuh, kisah kami nggak bakalan begini.” Cakra menggenggam kencang gelas kaca yang berada dalam kuasa tangan kanannya.

Bahu Dito lunglai, menyadari kemarahan yang tersirat dari ucapan Cakra pada sang mantan istri. Ia yang merupakan saksi hidup perjuangan cinta si Romeo dan Juliet, sangat menyayangkan akhir dari kisah mereka yang harus ditutup oleh palu hakim di Pengadilan Agama. “Sekarang kalian udah punya kehidupan masing-masing, ikhlasin semuanya, Sob, ilangin amarah sama dendam lo. Inget gimana pengorbanan dia dulu buat lo. Meskipun sebenernya gue tetep nggak yakin kalo Rachel selingkuh, tapi yaudahlah, lupain! Biar hidup lo lebih tenang.”

Cakra menoleh dengan tatapan tajam, menghunus tepat pada kedua bola mata sang sahabat. “Bagian mana yang bikin lo nggak yakin? Gue liat pake mata kepala gue sendiri, To! Dan perempuan itu bahkan nggak pernah nyangkal, itu artinya dengan kata lain dia mengakui kalo udah selingkuh.”

Dito melirik ke kanan dan kiri ketika menyadari suara Cakra yang meninggi. “Pelanin suara lo! Malu diliatin banyak orang.”

Dengan rahang yang masih mengeras, Cakra kembali memuntahkan kalimatnya, sama sekali tak dihiraukannya teguran dari suami Mawar. “Liat tuh, sekarang udah ganti lagi, kemarin yang ketangkep basah sama gue bukan dia,” tunjuk Cakra pada pria muda yang berdiri di belakang tubuh sang mantan istri.

Rachel datang ke pesta pernikahan salah satu teman kuliah mereka dengan seorang laki-laki yang tampak lebih muda dari perempuan itu. Bukan laki-laki yang Cakra kenali sebagai selingkuhan Rachel, bukan pula laki-laki yang dilihatnya memasuki ruang rawat Rachel setelah ia keluar dari sana. “Dia emang perempuan nggak bener,” gumamnya dengan tangan kiri yang terkepal kuat.

“Sob, jangan bilang gitu … udahlah, maafin dia.”

“Nggak akan pernah gue maafin bahkan sampe gue mati!”

Dito akhirnya hanya bisa mendesah lelah. Terlalu sulit untuk membujuk orang yang telah dilingkupi amarah. Meski ia berusaha mengingatkan tentang seberapa baiknya seorang Rachel selama ini, tapi tetap tidak bisa memadamkan dendam yang sudah terlanjur menyala.

“Ayah ….”

Suara cadel seorang gadis kecil yang menghampiri Dito membuat raut tegang di wajah Cakra sedikit mencair.

Dito mengangkat anak semata wayangnya lalu menyuruh sang putri menyapa Cakra.

“Alo, Om Cakya …,” sapa gadis cilik itu riang.

“Hai … manis ….”  Cakra mengelus pelan puncak kepala balita yang berada dalam gendongan ayahnya.

“Ayah, ayo ke Unda ….”

Dito berlalu setelah menepuk pelan bahu Cakra, membawa serta putrinya menghampiri Mawar yang sekarang sedang duduk menikmati makan malam.

Mata Cakra lantas memindai seluruh ruangan, mencari-cari sesosok perempuan yang ia gandeng untuk menemaninya ke pesta ini. Sembari berjalan, pandangan Cakra masih mengedar. Setelah tak juga ia dapati di semua sudut, kedua kaki Cakra memutuskan berjalan ke arah toilet berada, karena mungkin saja gadisnya masih di sana.

Mempercepat laju langkahnya, Cakra lekas menghampiri perempuan yang ia cari, selepas melihatnya sedang menunduk di hadapan seseorang yang sangat laki-laki itu kenali di lorong yang tak jauh dari toilet. “Kamu baik-baik aja?” tanyanya khawatir begitu sampai tepat di samping kekasihnya.

Perempuan yang Cakra tanyai segera mendongak, lalu tersenyum tipis sembari mengangguk.

“Maaf Bapak Cakra, saya tidak sengaja menumpahkan minuman di gaun kekasih Anda. Saya juga sudah menawarkan diri untuk membersihkan tetapi kekasih Anda menolaknya.”

Cakra mengalihkan pandangan, kemudian membidik tepat di kedua bola mata berwarna cokelat terang milik mantan istrinya. “Kamu sengaja, hah?!”

Sebenarnya Cakra cukup terperangah saat mendengar Rachel menyebutkan kata ‘kekasih’. Ia belum mengenalkan pasangan barunya kepada siapa pun, termasuk Dito dan Mawar, sebab gadis yang bernama April itu langsung pergi ke toilet sebelum mereka memasuki ballroom. Lalu Dari mana Rachel bisa tahu bahwa April adalah kekasihnya, sedangkan mantan istrinya itu terlihat sedang berbincang dengan beberapa teman ketika ia memasuki ballroom sendiri, tanpa April.

Rachel pura-pura terkejut karena bentakan Cakra. Ia kemudian memasang wajah sedih. “Saya benar-benar tidak sengaja, benar begitu, kan, Nona Ap-ril?”

Emosi Cakra semakin tersulut setelah menyaksikan ekspresi Rachel yang seperti sedang meledeknya. Semburan kalimat panas siap dilontarkan, tapi terhenti ketika ia merasakan usapan lembut di tangan kanannya yang terkepal kuat.

“Iya, dia nggak sengaja.”

Dapat Cakra tangkap suara April yang bergetar. Raut wajah perempuan itu juga seperti sedang ketakutan. Apa yang sudah Rachel lakukan?

“Anda dengar sendiri, kan, Bapak Cakra yang terhormat?”

Cakra kian muak kala Rachel memamerkan senyum yang sialnya bagi Cakra tampak sangat menawan.

“Sekali lagi saya minta maaf, permisi ….” Rachel mengatakannya masih dengan senyuman manis yang terukir di bibir. Perempuan itu kemudian berbalik badan dan mulai menarik jarak. Diikuti oleh pria muda yang setia mengiringi langkahnya.

Bola mata Cakra hampir keluar dari sarangnya begitu melihat pemandangan yang tersaji di depannya. Gaun lengan panjang berwarna cream yang dikenakan Rachel ternyata terbuka di bagian belakang, mempertontonkan keseluruhan punggung mulus milik perempuan itu. Dulu Rachel tak begitu, ia selalu mengenakan pakaian yang tertutup. Atau inikah wujud asli mantan istrinya yang selama berpuluh tahun disembunyikan?

Jakun Cakra bergerak naik-turun dengan cepat. Masih segar di ingatan, bagaimana rasa dari punggung itu ketika ia jelajahi. Memejamkan mata untuk membuyarkan kenangan, ia justru kembali membukanya bersamaan dengan semburan kalimat pedas. “Apa sekarang kau sudah benar-benar menjadi jalang, Rachel? Bergonta-ganti pasangan dan memamerkan lekuk tubuhmu pada semua orang?”

Ayunan kaki Rachel seketika itu juga terhenti. Ia juga sempat menahan pria di sampingnya yang sudah mengepalkan kedua tangan. Dengan gerakan lambat yang dibuat-buat, Rachel kembali menghampiri mantan suami dan kekasih pria itu. 

Dan ketika jarak Rachel darinya hanya tinggal satu langkah kaki, Cakra justru dibuat tercengang dengan senyum manis yang mantan istrinya itu lemparkan, alih-alih memberinya satu tamparan. “Ya, Anda benar Bapak Cakra yang terhormat. Saya memang jalang, tidak seperti kekasih Anda yang merupakan perempuan baik-baik. Tidak masalah bagi saya membuka paha selebar-lebarnya untuk laki-laki mana pun, termasuk jika laki-laki itu berstatus suami perempuan lain.”

“Kamu!” Cakra kehabisan kata-kata.

Rachel tersenyum miring mengamati wajah sepasang kekasih di hadapannya yang memerah. Ia lalu maju satu langkah, mendorong tubuh bagian atasnya ke depan, kemudian menempatkan kepalanya persis di samping telinga kiri Cakra untuk berbisik, “Apa kau tidak merindukan sentuhan dari perempuan jalang ini? Masih belum lupa ‘kan bagaimana permainanku di ranjang? Malam ini aku akan mencoba dengannya, kau mau ikut? Aku tidak keberatan kalau kita main bertiga.”

Cakra langsung mencengkeram kuat lengan Rachel begitu perempuan itu menyelesaikan kalimatnya. Dengan rahang yang mengetat dan sorot mata menghujam tajam, Cakra berbicara tepat di depan wajah Rachel. “Aku nyesel pernah hidup sama perempuan murahan kayak kamu!”

Secepat kilat raut wajah Rachel berubah menjadi dingin. Tak gentar dengan sosok Cakra yang terlihat sangat menakutkan, ia perlihatkan juga kilatan amarah di kedua bola matanya, lalu dengan sangat tegas ia menyahuti, “Me too!” 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya RUNTUH - Bagian 2
54
4
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan