Karena yang Digabung atau Dipisah Punya Arti Berbeda

0
0
Deskripsi

Seperti kita, kata juga punya jodohnya masing-masing. Ada yang tercipta untuk bersama, ada yang ditakdirkan untuk berpisah. Sudah takdirnya, masing-masing kata punya arti tersendiri. Gunakanlah sesuai kodratnya, sesuai penggunaannya. Karena kalau salah, nanti artinya jadi beda. 

Sebut saja "di", dia adalah kata yang sering diletakkan di tempat yang salah. Manusia suka maksa menjodohkan dia dengan kata yang bukan jodohnya, atau sebaliknya, memisahkan dia dengan kata yang ditakdirkan jadi jodohnya....

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi πŸ₯°

Kategori
Nonfiksi
Selanjutnya Rumah Tua di Pinggir Hutan
0
0
Banyak yang mengatakan bahwa arwah penghuni rumah masih berada di tempat itu, menjaga hartanya yang terkubur di bawah tanah agar tidak dicuri orang. Rumah itu pun menjadi legenda daerah setempat: jika kau melewatinya, kau akan berputar-putar di sekitar situ sampai mati kelelahan. Jika kau beruntung, kau bisa tetap hidup untuk pulang ke rumahmu tapi otakmu gila. Dirga nekat mengambil jalan pintas lewat pinggir hutan tempat rumah tua itu berada, hanya karena ia ingin cepat sampai ke rumahnya. Berhasilkah dia sampai ke rumah? Atau dia mengalami sesuatu? Baca cerita lengkapnya, ya... Gratis, kok. Komentar, kritik, dan saran saya terima, apalagi kalau ada tipnya. Lumayan buat nambah-nambah uang belanja. Saya ucapkan terima kasih banyak buat kamu yang sudah baca karya saya dan mengapresiasinya ^^ ------------------------------------------------------------------------------------------  Rumah Tua di Pinggir HutanIta Nr. Dirga hampir tersungkur karena kakinya sudah amat lelah. Entah sudah berapa lama ia berjalan, tapi jalan setapak ini seperti tak ada ujungnya. Sekelilingnya sudah gelap gulita. Ia berhenti sebentar untuk istirahat dan mengambil napas. Matanya melirik ke kanan, ke arah sebuah rumah yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Rumah berlantai dua itu dinding dan pilarnya rusak dan menghitam seperti bekas terbakar. Bangunannya terlihat miring ke salah satu sisi, atap dan balkonnya sudah tidak berbentuk lagi. Semua pintu dan jendela dalam keadaan menganga, memperlihatkan kegelapan di dalamnya.  Bulu tengkuk Dirga meremang. Ia yakin sudah melewati rumah itu sebelumnya, mungkin tiga kali atau bahkan tujuh kali, saat hari masih cukup terang. Dalam hati ia merutuk, menyesali dirinya kenapa nekat lewat jalan ini padahal teman-temannya tidak ada yang berani.Tadi sore Dirga dan dua orang temannya baru pulang sehabis menonton pertandingan bola di desa sebelah. Namun rupanya pertandingannya mundur hingga mereka terpaksa pulang menjelang magrib. Karena ingin cepat sampai rumah agar tidak dimarahi ibunya, Dirga mengajak teman-temannya mengambil jalan pintas lewat pinggir hutan. Namun tidak ada yang mau ikut dengannya, mereka lebih memilih lewat jalan utama yang agak jauh tetapi menurut mereka lebih aman.Mereka percaya dengan cerita turun temurun di daerah itu. Cerita tentang sebuah rumah tua di pinggir hutan dan keluarga yang menempatinya dulu. Rumah yang dikatakan pembawa sial dan menyimpan kutukan. Konon dahulu pemilik rumah melakukan pesugihan agar bisa memiliki kekayaan yang melimpah dan juga kekuasaan. Atas perbuatannya itu ia harus mengorbankan keluarganya menjadi tumbal. Satu per satu anak-anaknya meninggal tanpa sebab. Dan suatu malam rumah itu kebakaran, seluruh penghuninya tidak ada yang selamat. Beberapa kali rumah itu hendak dijual atau dirobohkan, tapi upaya itu selalu gagal. Tidak ada yang mau membeli rumah itu meski harganya dibanting sangat rendah. Tidak juga ada yang berani merobohkannya. Setiap kali rumah itu akan dibongkar, ada saja kejadian aneh yang dialami oleh para pekerja, mulai dari buldoser yang terbalik tanpa sebab, tembok yang tidak bisa dihancurkan, hingga pekerja yang kesurupan. Banyak yang mengatakan bahwa arwah penghuni rumah masih berada di tempat itu, menjaga hartanya yang terkubur di bawah tanah agar tidak dicuri orang. Rumah itu pun menjadi legenda daerah setempat: jika kau melewatinya, kau akan berputar-putar di sekitar situ sampai mati kelelahan. Jika kau beruntung, kau bisa tetap hidup untuk pulang ke rumahmu tapi otakmu gila. Dirga pernah mendengar cerita itu ketika ia masih SD. Ia pikir cerita itu hanya dikarang ibunya agar ia tidak bermain ke pinggir hutan. Namun ia tak menyangka kalau sekarang ia benar-benar mengalaminya. Ia telah berputar-putar di tempat itu sejak langit masih terang hingga gelap datang.Kakinya sudah amat lelah dan bajunya sudah basah oleh keringat. Napasnya memburu, jantungnya berdegup cepat. Ia hampir kehabisan tenaga, tetapi ia tak juga menemukan jalan keluar menuju desa. Beberapa lama kemudian, ia melihat rumah itu lagi di sebelah kanannya. Ia menelan ludahnya yang kering sambil terus berjalan. Di sisa-sisa tenaganya, ia kembali melihat rumah itu lagi. Dirga melenguh. Ia sudah terlalu lelah dan napasnya sesak. Ia berusaha untuk tidak melirik ke arah rumah itu, tapi matanya menangkap sesuatu di sana. Ada cahaya terpancar dari salah satu jendela di lantai dua. Terdengar suara-suara anak kecil dari dalam rumah, berteriak dan tertawa seakan mereka sedang bercanda. Dan, rumah itu tak lagi dalam keadaan porak poranda seperti tadi ia melihatnya. Rumah itu kini dalam keadaan utuh, bersih, dan terlihat mewah pada zamannya.β€œGak mungkin!” bulu kuduknya berdiri. Ia segera berlari tetapi kakinya tersandung akar pohon hingga ia jatuh. Dirga segera bangun dan menggerakkan kakinya untuk meninggalkan tempat itu. Namun kakinya terasa berat, seperti ada sesuatu yang menahan langkahnya. β€œS-sial!!”Tiba-tiba hidungnya mencium bau menyengat. Telinganya mendengar suara gelegak api dari dalam rumah dan teriakan minta tolong. Dirga terpaku di tempatnya berdiri. Ia semakin kesulitan bernapas.Sesuatu bergerak persis di depan rumah itu. Beberapa orang muncul di hadapannya, dua di antaranya terlihat masih bocah. Kulit wajah mereka meleleh, sekujur badan mereka penuh luka bakar. Bau anyir yang keluar dari tubuh mereka membuat Dirga mual dan pusing. Ia limbung. Kemudian semua menjadi gelap.*** 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan