
[Genre: suggestive, romance, 17+] Masalah ekonomi seringkali menjadi penyebab utama hubungan merenggang. Masalahnya, Sunoo salah mengartikan. Dikiranya kau pergi karena merasa lelah dengannya, tetapi kau justru mencari bantuan dengan caramu sendiri. Suatu malam, dia mendapatimu pergi ke Night Club bersama Lee Heeseung, sahabat lama kalian.
"Aku sudah jadi orang baik selama hidupku. Tapi kenapa hidup tidak memperlakukanku dengan cara yang sama?"
Kim Sunoo duduk di tangga yang mengitari bagian samping sebuah rumah susun. Tidak terasa sudah rumah ke rumah, lantai demi lantai dia mencari-cari pacarnya sampai napas berhamburan.
Rooftop adalah tempat dimana Sunoo 3 kali menemukanmu menangis, sebelum akhirnya dia menukar hatinya dengan hati rapuhmu.
Sunoo pernah menemanimu menginap dari warnet ke warnet, midnight library, sampai pertokoan yang bagian entrance-nya tak dikunci.
Kau sudah tak punya tempat tinggal sejak dibuang oleh orangtuamu yang pemabuk. Syukur tiada tara saat Kim Sunoo berhasil menyewa kamar bulanan untuk kalian.
Bicara tentang alasan kau menghilang, Sunoo pikir ini karena dirinya sudah minggu ketiga pontang-panting mencari uang. Hidup sendirian mungkin tak masalah, tapi berdua denganmu Sunoo harus mengerahkan otot.
Ditambah baru-baru ini almarhum ayahnya tidak meninggalkan sepeserpun melainkan hutang, jadi tabungan yang akan Sunoo gunakan untuk hidup bersamamu raib begitu saja.
Ironisnya dia tidak bilang apapun padamu tentang ini, malah berusaha terlihat baik-baik saja dan kuat menyimpan.
Menjadi model, pengantar paket, resepsionis hotel; ketiganya telah dia coba namun posisi remeh dan temporary selalu digantikan oleh orang lain. Itu sangat membuatnya frustasi.
Srek!
Sebuah lipatan dikeluarkan dari saku jeans.
Aku cuma butuh pelukanmu.
Secarik kertas dengan tulisan tersebut ia temukan di atas ranjang 24 jam yang lalu. Ranjang yang masih hangat dengan basah di sarung bantalnya, membuat Sunoo semakin dihantui penyesalan karena telah membuat kekasih kecilnya menangis.
"Kamu dimana, sayang?"
Dia merasa tidak berhak kembali ke kamar kontrakan ketika y/n-nya masih di luar sana.
Dari ketinggian ini, dia melihat night-club dua lantai. Suara hatinya berkata jika kamu berada disana.
Sunoo mendesah, "Tapi mana mungkin."
Kau tipikal gadis yang meminta Sunoo menemanimu jika ingin pergi ke market. Kau juga tidak cukup bernyali bicara dengan orang asing dan meminum alkohol. Kau cuma mau bicara dengan orang yang kau kenal.
Deg!
"Mobil lelaki itu," mata rubah memicing melihat ferrari yang sangat mencolok, terlihat jelas meski dari jarak pandang yang sangat jauh.
Nampak sebuah garis punggung yang biasa dia polosi setiap malam, tengah dituntun lembut oleh kulit tangan dengan warna sedikit kontras.
Sekarang Sunoo percaya bahwa hatinya tak pernah salah menuntun.
***
Langkah Sunoo yang sudah pasti, harus tertunda ketika melihat para pengunjung masuk menunjukkan kartu khusus. Mereka tak banyak, satu sampai tiga orang datang dan pergi setiap lima belas menitnya.
"Sial, kenapa aku lupa kalau ini private club."
Menuju ke pintu belakang, ada seorang pelayan yang hendak membuang sampah.
Sebuah ide kontroversial muncul di fikiran Sunoo. Begitu gila tapi inilah yang ia ingat ketika tak sengaja baca komik-komik dewasa.
***
"Ahhsss, udah, stop! Kasih tau gue, apa mau lo?"
Pelayan bertag dada Park Sunghoon merosot ke lantai semen. Dia tidak yakin akan kembali ke dalam setelah melihat merah di ceruk lehernya. Belum lagi bibirnya berubah pucat kebas, tak semenarik kala dia memakai perona merah crimson.
Betul, dia lelaki sejati yang suka pakai perona bibir untuk menyempurnakan penampilan.
Saat ini dia mengutuk lelaki yang sudah menemukan kelemahannya. Dicium di segala area yang berbahaya.
Sedikit lagi,
Sedikit lagi mungkin Sunghoon sudah menarik lelaki ini ke love-tel terdekat, tapi sepertinya bukan itu yang orang di hadapannya mau.
"Lo bisa percaya sama gue, Park. Gue bakal kembali kesini dalam waktu dekat." Kata Sunoo.
"Iya! Sudah basa-basinya. Langsung aja ke inti, biar gue bisa segera pulang tanpa dimarahi bos."
"Oke," Sunoo tersenyum senang kala seduksinya berlaku mulus. "Lepas pakaian lo. Semuanya kecuali sepatu."
"Serius? Disini?"
***
Si pelayan tadi melihat punggung lebar Sunoo yang menggeret tong sampah kosong ke dalam.
Dia lalu menggaruk tengkuknya.
"Gue kira dia butuh sesuatu yang lain. Kalau cuma seragam, harusnya dia bisa bilang baik-baik tanpa perlu nyudutin gue seperti tadi." Gumamnya, meskipun rona telinga dan pipi tidak bisa bohong.
"Such a possessive man and good kisser. Gue iri sama cewek yang ia cari-cari." Celetuknya lagi.
Dia mengantongi nomor ponsel Sunoo di saku jeans yang ditukar dan dipinjamkan padanya lalu pergi ke tongkrongan terdekat. Bibirnya terus tersenyum atas situasi yang bukan pertama kali pernah dilakukan.
Sunghoon merasa seperti pemeran utama cerita sekarang.
Ting!
Sebuah pop up pesan membuat dia tersenyum bak orang idiot. Ada foto ranjang dengan dua gepok uang dan pernak pernik kinky di atasnya.
Pas sekali, Sunghoon sedang banyak hutang. Dia juga ingin sekali meniduri seseorang hari ini.
***
Sunoo pun mencari dunianya di dalam ruang raksasa dengan cahaya muram dan musik teredam. Dia berusaha menjauhi sekumpulan pegawai dan fokus untuk mengelilingi setiap sudut.
Terkadang ada wanita-wanita yang memintanya menuangkan minuman di gelas, ia turuti dengan sopan. Meskipun sesekali Sunoo diejek tidak tahu cara membuka botol wine, tapi ia terselamatkan berkat paras tampannya.
Sudah enam kartu nama ia kantongi dari orang asing, baik lelaki maupun perempuan. Dia hendak pergi ke area musik, tapi akhirnya, dia menemukan dirimu di seberangnya. Duduk tidak nyaman dengan si tajir.
Si tajir itu dulunya satu sirkel sahabat baik denganmu dan Sunoo, sampai akhirnya kau memilih Sunoo untuk jadi pasangan selamanya.
"Aku tau kamu akhirnya menemui Lee Heeseung." Sunoo menunduk sambil mengepalkan tangan.
Si kaya raya selalu menang, tapi si penuh tekad akan datang dengan epic comeback.
Mata rubahnya dengan cepat melirik seseorang yang mengantarkan red wine. Tak peduli dengan keterkejutan dari pihak lain, Sunoo langsung menginterupsi dan meminta supaya dia yang membawanya.
"Oke oke, meja dua belas ya." Kata wanita berlesung pipi tadi, syukurlah dia terlihat sibuk mau berpindah ke pekerjaan lainnya.
Sunoo mengangguk dan membawa nampan dengan cara yang tidak biasa. Pelayan lain akan mengangkat nampan ke udara dengan satu tangan. Tapi Kim Sunoo akan memegang kedua sisi, dekat dengan perutnya. Tak apa, daripada riweuh kalau gelas-gelas berjatuhan.
Namun, sesempurna apapun sebuah rencana, pelayan tadi menyadari lelaki yang berpapasan dengannya sedang memakai name-tag rekan tampannya.
Seorang penyusup.
***
Sunoo melirik cuek ke meja dua belas. Pengunjung disana celingak-celinguk tapi Sunoo akan mengantar nampan ini ke meja nomor tujuh, dimana Heeseung dan dirimu berada.
Dia menurunkan poni guna menutupi matanya yang identik. Lalu saat berada sangat dekat di mejamu, Sunoo berlutut di lantai untuk menata botol wine dan gelas.
"Maaf, kami tidak pesan ini." Ucap Heeseung yang terkejut dengan minuman ekstra.
"Ini treat gratis untuk pelanggan. Tolong diterima, tuan." Ucap Sunoo, mencoba mengubah tone.
Tapi dirimu yang ada tepat disampingnya sudah merinding. Bagaimanapun kau melihat dan mendengar figur serta suara lelaKimu.
"Bibirnya-" lirihmu.
Sunoo menaikkan wajahnya sedikit, berpandangan dengan paras cantik yang tersaji di atasnya. Wajah yang membuatnya hampir putus asa, wajah yang juga membuat api di hatinya membara. Kau adalah alasan mengapa Kim Sunoo melakukan sesuatu sejauh ini.
Kau sendiri ketakutan karena kelakuanmu ketahuan oleh kekasih sendiri. Kau tidak mau Sunoo tahu kalau kau meminta bantuan kepada Heeseung tentang keuangan.
Kau sadar betul semenjak menu makanan kalian terus berubah menjadi lebih sederhana. Dari steak ke mie instan, dari mie instan ke makanan yang dikukus bekas kemarin. Ditambah Sunoo juga sering minta maaf tak jelas tiap kalian selesai makan.
Tidak. Kau bukan kekasih yang buruk, justru kau mencoba membantu Sunoo dengan caramu sendiri.
"Kutunggu di luar." Itulah yang Sunoo titahkan dari bibir lembutnya.
Kau menggenggam erat leher gelas di pangkuan, menduga-duga seperti apa sikap kekasihmu nanti.
Apa dia akan memaki?
Ataukah, dia akan melepaskanmu?
***
"Kim Sunoo!" Panggilmu ketika berhasil keluar, kau mencari-cari keberadaan lelaki itu di pintu depan.
Kau menoleh ke sekitar, menemukan Sunoo berada di balik tembok yang jauh dan menatap ke arah lain.
Langkah sepatumu tergesa-gesa sampai Sunoo menyadari gerakanmu. Ia segera menarikmu ke dalam pelukannya.
"Y/n, kamu bikin aku khawatir!" Bisik kekasihmu sambil mengecup pipimu dalam-dalam.
"Bakal aku jelasin semuanya. Tolong dengerin aku."
Punggung tereksposmu ditutupnya menggunakan bekas apron segiempat. Sunoo memasang talinya dari tiap ujung bahumu.
"Ssh, iya tenang. Aku selalu mendengarkan."
Sunoo menengadahkan dagumu dan menyandarkan punggungmu ke dinding bata. Memuja dari mata ke mata, lalu bertukar rindu dari hati ke hati.
"Jadi, sejak kemarin aku menemui Lee Heeseung sunbae untuk meminta tolong-"
"No-" Ucap Sunoo tegas. "Jangan pernah berpikir untuk melibatkan orang ketiga dalam hubungan kita."
Kekasihmu mendenguskan napas di hidung lalu menempelkan dahi kalian, tidak sanggup lagi untuk memandang binar penuh cemas milikmu.
"Kamu begitu peduli dengan kondisiku, aku tahu. Itulah yang bikin aku kuat kapanpun aku terpisah denganmu. Tapi aku sadar, tindakanku salah. Dulu, kita biasa saling sapa tiap bangun dan pergi tidur. Sudah sebulan kita nggak melakukan itu dan kamu pasti kesepian, y/n. Aku juga sadar, kepergianmu bikin aku sulit bernapas. Kembalilah ke kamar kita, sayang. Aku janji bakal dapat pekerjaan dengan gaji yang layak."
Rasa kesepian yang ada di binarmu sudah menjelaskan segalanya pada Kim Sunoo.
"Jangan bilang begitu. Justru aku yang salah karena sikapku kenakak-kanakan." Jawabmu, mengisyaratkan sikap yang tak tahan ditinggal sendirian di kamar kontrakan kalian.
"Aku ngerti, y/n. Seharusnya sebelum berangkat kerja paling tidak aku menghadiahi sebuah pelukan padamu. Tapi aku tidak tega karena kamu paling cantik saat masih tidur."
Hatimu mendadak ngilu. Bagi orang lain, sebuah pelukan mungkin hal yang remeh dan kekanak-kanakan. Tapi tidak dengan Sunoo yang mengerti maksudmu, sebuah pelukan bagimu seperti alat bantu pernapasan.
Ini tahun pertama kalian tinggal bersama. Kau masih belum terbiasa atas ketiadaan kekasihmu yang tak pamit memeluknya sehingga kau suka menangis ketika bangun seorang diri di ranjang.
Kau menjadi rakus kasih sayang semenjak menerima perlindungan dari Kim Sunoo.
"Terimakasih sudah mengerti, juga untuk mencintaiku." Ucapmu penuh syukur.
"Simpan itu, sayang. Sekarang kita harus pulang. Aku punya rencana melibatkanmu di pekerjaan baru kita nantinya."
"Hm! Aku siap bantu kamu, sayang!" Anggukmu seperti kucing yang lucu.
Terdengar suara langkah-langkah sepatu dari arah klub malam yang kalian masuki tadi.
"Itu dia, pak! Dia menyusup menggunakan seragam staff kami!" Teriak wanita rambut panjang yang tadi Sunoo ajak bicara. "Dia pasti melakukan sesuatu pada Park Sunghoon!" Ucapnya lagi pada rekan wanitanya yang lain.
Kalian pun berlari melewati khayalak ramai sampai akhirnya bisa bersembunyi di ruang tempat kalian tinggal. Kalian menertawakan muka panik dan cara berlari satu sama lain.
***
"Dari mana kamu dapat baju seperti ini, hm?" Sunoo mengusap punggung polosmu.
Kau malu-malu mengakuinya, "Ini dress yang kamu belikan waktu first date. Aku cuma gunting bagian punggungnya dan rapihkan sedikit."
Kekasihmu memutar tubuhmu sebentar, ternyata benar. Dia hampir saja kegocek kalau pakaianmu dibelikan oleh Heeseung. Kalau benar, Sunoo mungkin cemburu dan galau tak karuan.
"Nakal." Bisik lelaki yang lebih tinggi dan besar darimu.
Sedari tadi kalian sama sekali tidak melangkah ke bagian dalam apartenen low-class yang kalian sewa.
"Maaf, aku janji nggak akan ngulangin lagi."
Sunoo mengangguk, percaya betul.
Dia suka ketika kamu mulai memeluk dan mengusap seluruh tubuhnya dengan lembut, merasakan kulit dan pahatan sehat yang dimiliki kekasihmu.
Sensasi darah yang berdesir cepat menyebar dan membuat lelaki itu memejam mata. Pipinya menggembung karena merasa malu, sisi perutmu pasti merasakan tonjolan yang membengkak di bawah sana.
Kekasihmu ini memang manis, menggemaskan dan penuh kasih. Tapi perbedaan fisik terkadang membuat Sunoo merasa lebih dominan, tenang dan protektif denganmu.
Malam ini dia ingin melakukan sesuatu yang berbeda. Yang biasanya dia membiarkanmu menaikinya, maka sekarang dia ingin kau terjebak di bawah tubuhnya, tanpa melupakan hobinya mengusap punggung polosmu.
"Kita lakukan itu sampai pagi, bagaimana?" Tawar Sunoo.
"Memangnya kamu sanggup?" Tanyamu meledek.
"Jangan menantang. Aku ini pekerja keras. Aku yang bakal menjamin kehidupan kita berdua."
Kau mengangguk, mungkin tak banyak yang tahu kalau lelaki di hadapanmu benar-benar seorang penyelamat. Dia bukan cuma mengangkatmu dari jurang gelap satu kali, tapi berkali-kali dan kini kamu sudah bebas dari semua kecemasanmu.
Kamu akan menjadi gadis manis dan penurut yang diimpi-impikan Kim Sunoo.
Kaki-kaki telanjangmu berlari ke bagian dalam apartemen yang kondisinya belum berubah sejak kemarin sore. Kau menggigit telunjukmu sambil menarik tali apron yang melapisi punggungmu.
Berlanjut dengan melucuti dressmu yang membuat Sunoo berkacak pinggang lalu menutup wajahnya malu-malu. Dia sudah sering melihatmu bertelanjang, tapi kali ini rasanya berbeda. Dia seperti menyimpan gadis nakal di dalam apartemennya.
"Kamu mau aku merangkak kesitu?" tanyamu dengan nada bercanda, tapi sebetulnya tindakan bakal diseriusi kalau Sunoo memberi ijin.
"Nope." Kekasihmu menggeleng dengan wajah menggemaskan.
Dia mulai melucuti seragam pelayan Night-club yang jelas bukan miliknya, tapi kau takkan membahas itu sekarang. Yang kau pedulikan adalah memadu cinta dengan kekasih manismu sampai pagi.
"Woah." Dirimu terpana melihat bentukan tubuh yang besar dan bidang, pipi Sunoo di sisi lain ikutan merona.
"Kenapa? Kayak nggak pernah lihat aja." Cibirnya.
"Aku? Punya bentukan pacar kayak gitu? Mimpi apa." Kau menunjuk-nunjuk pacarmu yang mulai mendekat.
Sunoo menyeringai. Dipikir-pikir, meski dia lelaki yang manis dan penyayang, diam-diam pacarmu itu memiliki size kink. Jadi melihatmu lebih mungil darinya, sepertinya akan menggemaskan kalau Sunoo membuatmu menggendong keturunannya.
Apa dia harus mulai merencanakannya?
ย
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
