
Elisa akhirnya berkesempatan hangout dengan bocah manis bernama Kim Sunoo.
CW: Slight BxB | 1,9k+ words โ๐ป
ย
Lee Heeseung tengah bersandar di pembatas tangga. Ransel bertengger di bahu kiri dan matanya menatap ponsel yang memutar panggilan.
Terlepas amarahnya mereda, dia masih tak terima Jake memperlakukannya seenak jidat kemarin malam. Jadi sesuai ucapan, Dia menanti kehadiran lelaki yang dikenal paling dekat dengan Elisa itu.
Sementara lelaki yang ditunggu Heeseung masih di ambang pintu kelas, mengumpulkan mental sembari memikirkan rangkaian kalimat yang mudah diterima oleh si marga Lee.
Sesekali dia menoleh kebelakang, memperhatikan Park bersaudara yang tak kunjung pulang. Sunghoon asik menonton final NBA di ponsel dan kakaknya terlelap di kursi. Aneh saja kalau mereka bertahan meski jelas-jelas jam terakhir diliburkan.
Itu membuat Jake cemas salah satu dari mereka melihat dirinya menemui Heeseung. Mungkin lebih baik dia mengobrol dengan senior terhormat itu di lantai berbeda dan di tempat yang tertutup.
ย
โ๏ฝกห โ๏ธ ห๏ฝกโ๏ฝก
ย
ย
Heeseung sembarang melempar kunci motor dan ranselnya di meja ruang Osis.
Setelah mendengar request dari Jake, dia memutuskan bahwa ini tempat yang cocok untuk bicara private karena ruangannya kedap dari luar. Selain karena dia selalu memegang kunci cadangan.
Yang muda mencoba duduk senyamannya. Sedikit lebih jauh dari sang senior. Sementara lelaki yang lebih tua menyeringai menotis tangan kiri Jake yang tenggelam di dalam saku jasnya.
"Udah taruh aja senjata lo. Gue orangnya anti main tangan duluan." Sindir lelaki Lee.
Jake berdecak malu karena ketahuan. Heeseung ada benarnya, Jake sendirilah yang kerap trust issue dengan lelaki yang punya tubuh lebih besar darinya.
Sekedar info, Jake selalu mengantongi safety tools sejak tinggal terpisah dari orangtua. Jarang sekali lelaki itu benar-benar menggunakannya, paling-paling cuma dibuat mengintimidasi.
"Ok. Gue disini cuma mau ngasih tau beberapa fakta. Pertama Park Sunghoon. Gue seratus persen yakin dia punya rasa sama kakaknya, jadi-"
"Gue udah tau, Jake. Bahkan jauh sebelum lo tau. Lo lupa gue ini teman pertamanya Sunghoon?" Heeseung memotong dengan nada meremehkan.
Tahu apa Jake yang cuma teman SMP Park bersaudara? Heeseung telah menotis kecemburuan tak normal dari Sunghoon ke Elisa sejak SD. Dia sampai berpikir semua orang tutup mata dan pura-pura bodoh akan hal itu.
Jake mengangguk sambil mengetuk-ngetuk permukaan meja. Tak mau terlalu tersinggung karena dia masih punya titah yang perlu disampaikan.
"Ok, selanjutnya. Gue sebagai sahabat si Elisa nggak terima lo tiba-tiba cium dia di kafe-"
Heeseung berdecih. "Penguntit ya lo."
Kalimat Jake yang barusan benar-benar langsung memicu sisi tersembunyi dalam dirinya. Dia benci saat ada yang ikut campur dalam urusan pribadinya.
"Gak usah banyak bacot. Gue tau betul malam itu lo niat bawa sahabat gue kemana." Ujar Jake, begitu geram sampai rahangnya mengeras.
Yang lebih tua menyilangkan tangan, tidak merasa takut. Baginya Jake cuma bocah ingusan yang sejak awal dikenal tak sopan ke senior-seniornya.
Entah karena Jake siswa prestigius atau memang minim respect imbas dari kultur negara asal. Tetap saja sikapnya tak etis buat sebagian orang di sini.
"Gue emang nggak dipuja-puja dan dihormati seperti lo, Heeseung. Tapi jangan sampe lo mikir lo berhak buat bodohin cewek sepolos Elisa. Dia adalah perempuan yang dijaga banyak orang dan gak pantes disandingin sama orang gak bener." Jake menimpali.
Heeseung memutar bola matanya malas. "Silahkan ngomong apa aja. Gue dengerin sampe mulut lo berbusa."
Perbincangan ini akhirnya berat sebelah karena Heeseung cuma bisa mengelak dari tindakan buruknya. Jake pun berdiri sampai kursinya berdecit.
"Bener dugaan gue. Lo itu munafik dan sulit ngakuin kesalahan!" Katanya, menggertak.
ย
โ๏ฝกห โ๏ธ ห๏ฝกโ๏ฝก
ย
16:00 โ
"Kim Sunoo?"
Elisa akhirnya menyadari sosok yang tiba-tiba merangkul lengannya di lorong lantai dasar. Dia sampai terpisah jauh dari Sunghoon di depan sana.
"Hai!" Bocah itu tersenyum seperti ada perlu dengannya.
Diam-diam Elisa terpesona karena look Sunoo yang kadang sangat cantik, kadang juga manly dan tampan. Nampaknya visual lelaki ini terlalu mahal sampai mudah memikat siapa saja.
"Aku ngikutin kakak dari pas turun tangga." Katanya.
"Emang kamu dari mana?" Tanya gadis itu, spontan mengikuti cara berbicara si junior yang antusias seperti anak kecil.
"Aku barusan ada urusan di lantai tiga. Oh ya, kakak keburu langsung pulang? Maaf tadi aku nggak sempat kasih susu stroberi. Kalau boleh, aku mau traktir pake cara lain." Ujar si marga Kim.
Si gadis melongo. Padahal memberi susu stroberi sama sekali bukan kewajiban, tapi kenapa bocah tampan ini begitu bersikeras?
"Sunoo, kamu apa-apaan deh? Biar kakak aja yang traktir. Kamu tuh udah abis banyak!" Pekik Elisa.
Sunoo tersenyum dan menggeleng. Sebetulnya, dia sama sekali tak menghabiskan sepeserpun uang. Dia punya total 2 box dan sekarang di kamarnya tersisa 2-3 kotak.
Box susu itu dia dapatkan dari orang lain sebagai bentuk permintaan maaf. Tapi Kim Sunoo tidak bisa mengonsumsinya karena beberapa alasan.
"Gapapa, kak. Biar sekalian kita jalan-jalan!" Bocah itu mengguncang lengan kakak kelasnya.
Lagi-lagi hati Elisa dibuat berdebar karena bibir pouty di dekatnya. Ya sudahlah, sulit juga menolak kalau orang lain sudah bilang kata traktir.
"Boleh deh. Aku nyamperin adikku dulu yah." Elisa mulai tak sabar bersenang-senang dengan bocah manis ini.
ย
โ๏ฝกห โ๏ธ ห๏ฝกโ๏ฝก
ย
ย
Mereka mengunjungi sebuah kedai yang tersembunyi di gang belakang sekolah.
Banyak teman yang berlalu lalang. Tapi sedikit yang tahu kalau ada kedai dessert yang estetik. Elisa kenal tempat ini dari Gabbie. Terimakasih pada sahabatnya yang update soal kafe cantik.
Elisa dan adik kelasnya duduk bersebelahan di meja bundar antik yang disediakan. Dia berdebar melihat pantulan mereka di salah satu cermin.
Sungguh, Kim Sunoo terkesan sangat cocok bersahabat dengannya. Elisa seperti melihat diri sendiri. Mungkin sejatinya vibes mereka kompatibel.
Foxy eyes milik Sunoo berbinar-binar menatap sekeliling. Kafe ini punya tone warna lembut. Ini adalah penjelajahan pertama buatnya, soalnya dia baru beberapa bulan di sekolah.
Si senior menyentuh bahu Kim Sunoo pelan. "Kamu mau es krim rasa apa, dek? Coba lihat di display."
Bocah itu tersenyum. Dia mengeluarkan dompet warna cokelat lalu meletakkannya di tangan Elisa. "Terserah kakak. Pokoknya aku yang traktir."
Elisa bersikap ragu-ragu menerima benda itu. Lagak lelaki si Sunoo benar-benar seperti mengijinkannya menghabiskan seluruh uangnya.
"Oh? Ada fotomu sama mantan ketos disini?" Elisa pura-pura tak antusias. Padahal aslinya dia terkejut bukan main melihat wajah Heeseung disana.
Sunoo sebetulnya juga panik. Dia lupa melepas foto kecil yang ada di dalam sana. Namun dia tiba-tiba merasa ini waktu yang tepat untuk mengungkap sesuatu.
"Bukan sembarang mantan ketos, sih." Sunoo mulai menarik pelan lengan Elisa dan membisikkan rahasia kecil di telinga gadis itu. "Tapi mantan aku juga."
Elisa menarik diri. Apa iya indera pendengarannya keliru? Akhir-akhir ini dia sering memastikan lagi apa yang baru saja dia lihat dan dengar.
"Dek, kamu lagi ngibulin aku apa gimana?" Tanyanya.
Sunoo berdecak. "Tuh, kan. Gak ada yang percaya."
"Serius? Bentar dulu. Aku syok banget!"
Bahkan Heeseung saja tak memberitahu Elisa soal ini. Memang sih, Heeseung memang bukan tipe orang yang menceritakan semua sejarah hidupnya. Tapi setidaknya, dia tak perlu bungkam atas hubungan personalnya.
"Serius, kak. Demi tuhan." Ucap Sunoo lalu mengingat-ngingat lagi seperti apa gaya pacarannya dulu dengan Lee Heeseung.
"Mungkin buat kak Elisa ini gak masuk akal. Tapi kukasih tau, interaksi kami tuh kayak pasangan normal. Pegangan, pelukan, ciuman-"
"Ciuman?!" Mata si gadis terbelalak.
Selama ini gadis itu belum pernah lihat sesama adam melakukan itu. Bahkan Papanya pun jarang bercipika-cipiki dengan Sunghoon. Culture shock mungkin, ya?
"Eh! Yang terakhir aku keceplosan, hehe. Yah, seingatku sih kak Heeseung memang pernah cium pipiku pas masih bulet-buletnya."
What... the...
Elisa seperti menerima seluruh informasi yang tak pernah bisa ia duga, jadi dia cuma bisa melongo.
Kim Sunoo pun begitu, masih saja meneruskan bercerita kenangan manis yang dia ingat. Padahal telinga gadis di depannya sudah samar-samar mendengar.
Saat ini, pikiran si gadis terjebak di kata pelukan dan ciuman. Sebuah kegiatan yang baru-baru ini ia lakukan dengan Heeseung.
Jadi lelaki itu melakukan segalanya dengan Sunoo sebelum dengannya? Woah.
"Terus kak-" Sunoo melanjutkan lagi.
"Hm? Iya apa?" Elisa berusaha tersenyum dan mengurungkan niat untuk pesan es krim.
"Kakak mungkin heran selama ini aku diam-diam naruh susu di loker kakak. Sebenarnya aku inisiatif aja karena dulu sebelum putus, aku dikasih tau kak Heeseung kalau kakak cinta pertamanya." Katanya, sambil memilin dan menguntai kedua telunjuk.
Itu benar. Sunoo sangat menghormati Heeseung dan apapun masa lalunya. Dia bahkan tak ragu berbagi semua susu kotak pemberian Heeseung pada si gadis karena inisiatif. Selain karena Sunoo mencoba melupakan dan mengikhlaskan seniornya.
"Dan aku minta maaf kalau sekiranya ceritaku bikin kak Elisa cemburu. Semoga kakak bisa lihat aku sebagai teman dan junior yang baik, bukan yang lain. Lagi, hubunganku dengan kak Heeseung sudah selesai."
Mata Elisa bergetar dan dia mulai mengusap bahu lebar sang junior yang duduk di depannya.
"Dek, kakak nggak cemburu kok. Kakak juga nggak ada planning deketin Heeseung. Kamu jangan kuatir. Kita bisa temenan baik. Itu pasti." Katanya, berbohong dengan perasaan sendiri.
Cemburu itu pasti ada, tapi kalau yang dicemburui adalah lelaki sebaik dan semanis Kim Sunoo, sepertinya Elisa lah yang perlu sadar diri.
ย
โ๏ฝกห โ๏ธ ห๏ฝกโ๏ฝก
ย
ย
Pagi itu Elisa sarapan roti sambil menangis. Dia ogah mau berangkat sekolah namun wanita yang membiayainya lebih galak dari gadis itu sendiri.
"Kunyah sampe habis, El. Jangan buang-buang sarapan." Kata Mamanya yang kewalahan sebab anak gadisnya tantrum di usia segini.
Dari kantung mata, hidung pilek dan suara serak, orang bakal tahu kalau gadis ini kurang tidur.
Semua gara-gara Sunghoon semalam kabur ke kamarnya saat mati lampu. Badan si gadis jadi sasaran himpitan sebab bocah itu tak mau melepas pelukan eratnya. Sunghoon juga menindih sebagian tubuh Elisa dengan kakinya, sepanjang malam.
Si anak perempuan pertama takkan bisa terlelap di posisi tak nyaman. Beda dengan adiknya yang tak mempedulikan apapun di dekatnya. Semalaman penuh Sunghoon mendengkur halus. Lengan dan kaki jenjangnya mengunci pergerakan sang kakak.
Elisa sudah merengek sepanjang malam. Tapi legenda bilang, mau ada kebakaran dan gempa bumi si Sunghoon takkan bangun. Mana sekarang bocah itu menyeruput susu dengan muka tengil di seberang.
"Emang kenapa kalo kurang tidur? Orang aku biasa gak tidur sampe pagi." Ucapnya, songong.
"Iya kamu! Kalo aku pusing!" Sentak sang kakak.
Bukan cuma pusing, Elisa merasa roti madu yang ada di perutnya seperti mau keluar lagi.
Sekarang bisa dipastikan dia tak bisa aktif mengikuti KBM. Belum sampai tengah hari dia mungkin tidur dalam posisi duduk. Pokoknya gadis itu bakal merutuki Sunghoon seandainya dia ditimpa kesialan.
"Udah ayo berangkat. Nanti tukeran tempat biar kamu bisa tidur di belakang." Ujar sang adik, mencoba mencuri ransel sang kakak untuk dibawanya.
Tapi Elisa menepis tangan Sunghoon dengan kasar. "Gak usah pegang-pegang!" Pekiknya.
Sunghoon menggertak dengan pura-pura mencekiknya, Elisa sampai berteriak takut.
"MAMA, SUNGHOON MA!"
Sang Mama sama sekali tidak menghiraukan tingkah anak-anaknya. Malah beranjak ke dapur.
Setelah berhasil lepas, gadis itu cepat kabur ke luar. Meski rasanya percuma, Sunghoon tetap mengusili sang kakak sepanjang perjalanan.
ย
โ๏ฝกห โ๏ธ ห๏ฝกโ๏ฝก
ย
"Jake! Jake!" Elisa memanggil dengan nada merengek macam balita.
Gadis itu hendak mengadu atas kelakuan kejam sang adik, tapi nahas kursi Jake kosong. Sungguh janggal melihat bangku penuh buku milik sahabatnya bersih.
"Lah, dia nggak sekolah?" Tanya si gadis pada Jay yang duduknya di belakang bangku Jake.
Jay mengeluarkan sesuatu di loker dan menyodorkannya pada Elisa. Itu sebuah amplop.
"Tadi pagi ada yang nganter surat ke rumah." Kata Jay.
"Dia sakit? Tumben gak ngabarin duluan?" Tanya Elisa, setelah membaca surat cuti itu.
________________
To Be Continued.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
