
“Aku nggak bisa salat!” jawab Starla jujur.
“Astaghfirullah!” Syams memijit pelipisnya. “Jadi, kamu tadi nggak salat Zuhur dan Asar?”
Dengan pola Starla menggeleng. “Aku Islam, kok. Kamu tenang aja walaupun hanya di KTP.”
Jawaban Starla rasanya ingin membuat Syams pingsan. Bagaimana mungkin dia bisa menikahi gadis seperti itu?
Tubuh Syams basah kuyup akibat perbuatan istrinya. Kepalanya masuk ke dalam ember hingga membuat hidung dan telinganya kemasukan air.
“Starla! Awas kamu, ya!”
Syams sudah hendak memaki istrinya, tetapi dia malah terpaku melihat Starla yang hanya memakai handuk. Rasanya dia ingin menerkam Starla sekarang juga. Gadis itu memang polos atau sengaja memancing Syams.
“Mak! Tolongin Starla.” Starla bersembunyi di balik punggung ibu mertuanya. Dia sepertinya takut melihat wajah Syams yang memerah.
“Kamu mandi sekalian, Nanti ajak Starla jalan-jalan keliling kampung. Biar semua orang tahu kalau kamu sudah menikah. Dengan begitu, Emak tidak perlu memperingatkan mereka supaya berhenti mengejarmu lagi.”
Sesuai saran emaknya, Starla diajak jalan-jalan keliling kampung menggunakan motor matic milik Syams. Tujuan pertamanya adalah toko pakaian. Starla belum memiliki pakaian di sini. Dia mengenakan daster kelelawar milik Painem. Wajahnya yang cantik membuat semua orang terpana melihatnya.
Mereka berhenti di depan toko Mbak Mita. Starla menggandeng tangan Syams seperti apa yang Painem katakan. “Kamu harus selalu terlihat mesra dengan Syams ketika di luar rumah. Banyak sekali perempuan yang menyukainya, bahkan ada janda muda yang mau menjadi istrinya Syams.”
Mereka membuka pintu kaca di toko itu kemudian masuk. Di pasar ini, toko Mbak Mita tergolong cukup besar dan isinya juga beragam. Mulai dari pakaian bayi, anak-anak, maupun dewasa. Syams langsung mengajak Starla memilih baju yang cocok untuknya.
“Pilih yang kamu suka, tetapi jangan yang mahal!” ucap Syams.
Sembari menunggu istrinya memilih baju, Syams melihat beberapa topi untuknya dan Starla. Tiba-tiba seorang gadis datang mendekatinya.
“Mau beli apa, Mas?” tanyanya.
“Eh, Fira. Ini lagi cari topi,” jawab Syams.
“Buat siapa?”
“Istriku.” Jawaban Syams membuat Fira terkejut.
Syams ingin membelikan topi untuk Starla karena takut wajah istrinya terbakar akibat sinar matahari. Padahal sudah sore, matahari tidak sepanas saat siang hari.
“Syams, ini bagus, nggak?” Starla datang membawa dua baju yang menurut Syams cukup terbuka.
“Jangan pakai itu, nanti cupangmu kelihatan.”
Syams berdiri dan mengambil baju yang dibawa Starla. Dia mengambil baju panjang sampai mata kaki dengan lengan tiga perempat. “Yang ini aja. Bagus, menutup aurat, dan ... murce.”
Starla mendelik melihat pilihan Syams. “Tidak sekalian jilbabnya?” tanya Starla.
“Ini istrimu, Syams?” tanya Fira.
“Oh iya, kenalkan ini istriku, Starla.”
“Selamat, ya!” ujar Fira sambil mengulurkan tangan kepada Syams, tetapi Starla lekas menjabat tangan Fira.
“Makasih,” balas Starla sambil tersenyum. “Jangan lupa datang ke rumah Minggu depan. Kita mau adain acara syukuran.”
Fira hanya tersenyum kemudian lekas pergi dari hadapan pengantin baru itu. Dia yang selama ini mengagumi Syams diam-diam kalah start dengan Starla. Kini hatinya hancur berkeping-keping sebelum cintanya tersampaikan.
“Kita pulang! Beli satu aja, besok bajumu dikirim sama papamu.” Syams menarik tangan Starla dan membayar baju itu ke kasir.
“Berapa, Mbak Mita?” tanya Syams.
“Seratus ribu. Enggak sekalian sama dalemannya?” tanya Mita.
“Daleman?”
“Ah iya, aku tadi dipinjamin sama emak. Beliin lagi, ya! Aku juga mau beli sesuatu, kamu keluar aja dulu. Sini dompetnya biar nanti aku yang bayar!” Starla tanpa malu-malu meminta uang kepada Syams.
Setelah Syams keluar, Starla segera membeli kebutuhan wanita yang sangat penting. Dia tidak bisa tidur malam ini jika tidak memakainya. Dia memilah dan memilih beberapa barang pribadi wanita di toko itu kemudian segera membayarnya.
“Semuanya berapa, Mbak?” tanya Starla.
“Seratus lima puluh ribu.”
Starla memberikan dua lembar uang kertas berwarna merah dari dompet suaminya. Tenyata itu adalah lembaran terakhir yang ada di dompet Syams. Dia tidak menyangka jika suaminya benar-benar miskin. “Padahal aku mau beli hape. Aku nggak bisa hidup tanpa ponsel,” keluh Starla.
Dia segera mengambil belanjaannya kemudian keluar menghampiri Syams. Suaminya sedang mengobrol dengan seorang wanita yang menggendong anak kecil. Mereka tertawa seolah apa yang dibicarakan sangat lucu.
“Mas, ayo pulang!” Starla bergelayut manja di lengan suaminya.
“Siapa, Syams?” tanya wanita itu.
“Dia Starla, istriku.”
Mendengar jawaban Syams, wajah wanita itu mendadak berubah seketika. Dia adalah salah satu wanita yang mengagumi Syams. Starla tidak menyangka jika apa yang dikatakan mertuanya memang benar. Meski Syams tidak ganteng-ganteng banget, ternyata banyak yang menyukainya.
“Starla.” Tanpa diminta, Starla mengulurkan tangan seolah mengajak kenalan.
“Fatimah, janda kembang di Desa Telaga.” Fatimah menerima jabat tangan Starla sambil tersenyum.
“Jangan dengarkan dia, Starla. Di sini banyak janda.” Ucapan Syams bukannya menenangkan, malah membuat istrinya semakin kesal.
“Tapi aku yang paling cantik, Syams. Iya, kan?”
Syams menggaruk kepalanya kemudian mengangguk karena sungkan. Starla semakin naik pitam.
Ucapan Fatimah seolah memberikan ancaman kepada Starla akan kedudukannya sebagai janda kembang. Belum genap 24 jam, Starla sudah menemukan benih-benih pelakor di sekitarnya. Dia memang tidak menyukai Syams, tetapi dia juga tidak mau jika rumah tangganya diganggu oleh wanita lain.
Starla segera mengajak suaminya pulang karena dia merasa kesal. Sudah tiga wanita yang terang-terangan mencoba mendekati Syams.
Mereka sampai rumah tepat sebelum Maghrib. Syams mengajak istrinya untuk bersiap melaksanakan salat, tetapi Starla menolak.
“Aku nggak bisa salat!” jawab Starla jujur.
“Astaghfirullah!” Syams memijit pelipisnya. “Jadi, kamu tadi nggak salat Zuhur dan Asar?”
Dengan pola Starla menggeleng. “Aku Islam, kok. Kamu tenang aja walaupun hanya di KTP.”
Jawaban Starla rasanya ingin membuat Syams pingsan. Bagaimana mungkin dia bisa menikahi gadis seperti itu?
Starla dari kecil memang tidak pernah melaksanakan kewajibannya sebagai muslim. Apalagi kedua orang tuanya selalu sibuk. Dia menjadi anak yang sangat bandel sehingga papa dan mamanya lelah menghadapinya. Dia berbeda dengan sang kakak yang selalu taat beribadah. Kakanya lulusan pesantren, sedangkan dia baru sehari di pesantren sudah kabur.
Orang tuanya sudah sampai frustrasi memiliki anak sepertinya. Hal terakhir yang membuat orang tuanya sangat murka yaitu ketika dia kabur bersama pacarnya saat hendak dijodohkan.
“Sekarang kamu ambil wudu, aku akan ajarin kamu salat.”
“Aku nggak mau!”
“Aku akan memaksa. Kamu sudah menjadi tanggung jawabku. Kamu mau aku tinggal di neraka?”
“Jahat banget sama istrinya. Aku bilangin sama emak, nih!”
Starla sudah memasang wajah melas. Syams tidak berani memaksa gadis itu karena dia tidak tega melihat Starla menangis. “Oke, aku tidak akan memaksamu, tetapi kamu harus berubah pelan-pelan. Aku ke masjid dulu sama emak.”
“Jangan lama-lama. Aku takut sendirian di rumah.”
Syams mengabaikan Starla. Dia yakin di rumahnya aman. Tidak akan ada orang jahat yang datang ke rumahnya. Dia sangat miskin, pencuri akan berpikir seratus kali untuk maling di rumahnya.
Akhirnya Syams salat di masjid. Dia tidak lekas pulang setelah salat, tetapi menunggu waktu salat Isya sekalian. Malam ini adalah malam yang paling mendebarkan baginya. Bayangan Starla memakai baju tipis itu masih terbayang di otaknya. Baru membayangkannya saja sudah membuatnya berdebar.
Bersambung ….
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
