
Pertemuan antara Athena dan Zeus (づ ^ ᵕ ^)づ♡
‼️ RULES ‼️
1.Jangan terburu-buru menilai cerita ini.
2.Sabar.
3.Dibaca pelan-pelan.
4.Vote dan komen. WAJIB! Demi kelangsungan cerita ini.
Terima kasih.
Selamat membaca kisah menakjubkan anak-anak!
❦ ════ •⊰🅐-🅒-🅐-🅓-🅔-🅜-🅨⊱• ════ ❦
♡
.
♡
.
♡
.
"Aku tidak akan tinggal diam kalau ada yang mengganggu saudara-saudaraku."
— Sereïa Aequaluna Meiseus —
● Part 16 : Akhirnya kita bertemu
"Apa saya boleh meminta keringanan waktu untuk mengurus dokumen Athena? Sejak Athena lahir, kedua orang tuanya tidak mengurus akta kelahiran dan juga nama Athena tidak ada di kartu keluarga mereka."
Zen menatap orang-orang baik yang berniat untuk menyekolahkan Athena. Ia terpaksa berbohong karena Zen takut makhluk seperti Athena tidak dapat diterima oleh mereka. Zen juga tiba-tiba risau untuk melepas Athena di dunia luar tanpa pengawasannya, fisik yang Athena miliki jauh berbeda dengan kebanyakan manusia. Orang-orang pasti akan mencurigai Athena. Zen tidak bisa membayangkan Athena akan diambil dan disembunyikan oleh pemerintah atau bahkan negara.
Fira semakin hanyut dengan rasa kasihannya, ia berdiri, berjalan mendekati Athena, menggenggam kedua tangan Athena. "Kenapa mereka nggak mengurus kamu ya, Sayang?"
"Athena mengalami cacat sejak lahir, kondisi fisiknya berbeda." Setidaknya Zen bisa memakai cerita hidup Athena untuk membuat Fira mempercayai ucapannya. Dengan hati-hati, Zen membuka tudung jaket Athena dan melepas masker.
Keterkejutan melanda Pangeran, Reiyyan, Saga dan Fira saat melihat paras Athena serta menilik fisiknya yang benar-benar berbeda dari manusia kebanyakan. Telinga lancipnya menjadi ciri khas utama yang mereka perhatikan, lalu rambut serta kulit putih pucat Athena.
Fira tersenyum dengan mata berkaca-kaca. "Cacat? Menurut saya Athena sangat indah."
Tubuh mungil Athena, Fira peluk lembut dan hangat. "Kamu indah, Athena. Jangan berpikir dirimu cacat, mengerti?"
Perasaan asing yang mengharukan menyeruak masuk ke relung hati Athena, seumur hidupnya baru ada dua orang yang mengakui betapa indah dirinya. Pertama ibunya, kedua seseorang yang sedang memeluknya saat ini. Athena menangis dalam diamnya, air matanya mengalir di pipi putih pucat itu. Perlahan, Athena membalas pelukan Fira, ini adalah pelukan pertama yang dia dapatkan dengan tulus setelah pelukan ibunya.
"Terima kasih." Athena berbisik parau.
"Athena seperti peri." Pangeran mengimbuhkan, ia turut berlutut di samping Athena. "Akhirnya saya bisa melihat peri di dunia nyata. Anak-anak saya sangat menyukai peri, saya yakin ketika mereka melihat kamu, mereka akan berpikir yang sama dengan saya."
Saga tersenyum. "Zen, semua dokumen penting Athena biar saya yang urus."
Zen tidak tau harus berterima kasih seperti apa lagi, terlalu banyak hal baik yang dia dapatkan hari ini. Ia berdiri dan membungkuk sebagai tanda penghormatan pada Saga dan anggota keluarganya. "Terima kasih, Tuan. Terima kasih."
"Sama-sama." Reiyyan beranjak, ia menepuk bahu Zen. "Pesan saya, jaga dan sayangi Athena dengan baik. Sering-sering ajak dia ke tempat ini."
"Baik, Tuan. Dengan senang hati." Zen tersenyum lega. Setelah sekian lama, akhirnya ia mendapatkan pekerjaan untuk menghidupi dirinya dan Athena.
"Mari saya ajak keliling Den Coral Palace dan ke taman belakang," ajak Fira menggandeng tangan Athena.
Athena mengangguk, ia memakai tudung dan maskernya kembali setelah itu mengikuti Fira berjalan. Zen menyusul di belakang bersama Saga.
Pangeran dan Reiyyan masih di ruangan tersebut, sepertinya ada sedikit hal yang ingin mereka bahas.
"Pertama liat Athena, gue mikir dia bukan manusia. Cakep banget padahal masih kecil, nggak kebayang gedenya secakep apa." Pangeran geleng-geleng kagum seraya berkacak pinggang. "Bisa nih gue jodohin sama Bintang atau Langit."
"Alah, alah! Anak-anak masih kecil, Pang, jodoh-jodohan lo." Reiyyan menampar pantat Pangeran.
Pangeran tergelak. "Tapi, bisa jadi sih Athena bakal jadi jodoh Zeus di masa depan."
"Ngawur-ngawur!" Reiyyan misuh-misuh.
"Lah, emang nggak mau punya mantu secakep itu?" tanya Pangeran.
"Ya mau, tapi gue nggak mau mikir ke sana dulu, gue mau menikmati masa-masa anak gue masih kecil, Pang. Kesempatan nggak dateng dua kali, kalau anak-anak udah gede pasti mereka bakal fokus sama kehidupan pribadi mereka kaya pacaran, pendidikan, rumah tangga." Reiyyan tiba-tiba sesak sendiri membayangkan Zeus dengan cepat beranjak dewasa. "Sedih gue."
"Hahahaha." Pangeran merangkul Reiyyan. "Bener sih apa kata lo, gue juga lagi menikmati Bintang sama Langit nakal-nakalnya, Britney bisa gue gendong-gendong terus setiap mau bobo."
"Nah, makanya jangan bayangin hal yang bikin nyesek," tutur Reiyyan. "Udah ah, yok, gue masih pengen gamparin Nevis."
"Lo yang gue gampar balik ntar!"
"Hahahahaha!"
────୨ৎ────
Britney bersenandung melangkah ke kelas Sereia, ia membawa beberapa buku tulis untuk ia berikan pada adik sepupu perempuannya. Britney tidak sabar melihat reaksi Sereia menerima buku pemberiannya, bisa dibayangkan senyuman Sereia membuat Britney juga tak berhenti mengulas senyum.
Sesampainya di depan kelas Sereia, Britney mengintip, guru yang mengajar di kelas itu belum keluar ruangan. Britney menunggu kurang lebih lima menit sampai guru tersebut keluar, lalu ia masuk dan menyapa Sereia ceria. "Hai, Eia!"
Sereia menoleh, ia tersenyum lebar. "Hai, Kakak!" balasnya.
Britney meletakkan buku yang dia bawa di meja Sereia. "Eia, semalam aku membeli buku ini bersama daddy, aku juga membelikan untukmu. Kita punya buku yang sama. Kamu suka?"
"Suka!" Sereia mengangguk, ia memeluk buku pemberian Britney erat-erat lalu ia pandangi buku bergambar barbie tersebut. "Buku yang sangat cantik seperti kita berdua. Eia akan menjaga buku ini dengan baik."
Britney benar-benar bahagia. Ia menggandeng tangan Sereia. "Ayo, kita makan siang di kantin."
"Ayo." Sereia mengangguk.
Kedua gadis perempuan itu berjalan beriringan menelusuri koridor, banyak murid-murid yang lari-larian, Britney menjaga Sereia agar tidak tertabrak. Kedekatan mereka berdua benar-benar menjadi sorotan, baik Britney mau pun Sereia memiliki wajah yang cantik seperti boneka Barbie. Jika diibaratkan, Britney adalah barbie Annalise dan Sereia adalah barbie Erika di animasi Barbie as The Princess and the Pauper.
Suasana kantin yang ramai tak membuat Britney dan Sereia kesusahan menemukan tempat duduk, di sana juga sudah ada Bintang dan Langit. Zeus dan Kai ada di belakang Britney dan Sereia sejak tadi, tapi kedua gadis kecil itu tidak menyadarinya.
Langit membuka tutup kotak makannya. Aroma semerbak karipap membuat perut Langit keroncongan sampai air liurnya berkumpul di mulut. "Wanginya karipap buatan mommy."
Langit melahap satu karipapnya, mengunyah dengan nikmat.
Bintang tertawa, ia juga membawa karipap yang sama dengan Langit. Namun, Bintang lebih di dominasi nasi, ayam goreng, serta buah-buahan, sementara Langit lebih banyak karipap dari pada nasi serta lauk pauknya.
"Langit, nasinya dimakan ya, jangan sampai ada yang sisa." Britney memperingati.
"Oke, Kakak!" Langit mengiakan, masih menikmati karipap kesukaannya.
"Gigi Langit belum lepas ya?" tanya Britney.
Langit menunjukkan giginya yang goyang. "Belum, Langit nggak mau dilepas giginya, nanti diejek seperti kakek-kakek."
"Siapa yang ngejek? Bilang Eia." Sereia menyahut.
"Bintang," tuduh Langit.
Bintang melotot. "Mana ada aku ngejek kamu? Menuduh tanpa bukti itu fitnah."
"Kalau Bintang ngejek Langit, Eia pukul pakai sendok. Seperti ini!" Sereia menggertak, mengangkat sendoknya ke arah Bintang.
Bintang berseru panik. "Aku enggak pernah ngejek Langit!" Berdebar sekali, takut betulan dipukul Sereia.
Sereia kembali duduk, ia menyantap makan siangnya dengan tenang.
"Tadi, aku liat Aunty-mommy waktu berangkat sekolah, Aunty-mommy menunggu di dekat ruang guru. Kenapa ya?" Zeus membuka percakapan setelah menelan makanannya.
Britney mengurungkan niatnya menggigit ayam. Ia memandang Zeus linglung. "Benarkah? Aku nggak tau kalau mommy di sini, aku pikir hanya daddy karena daddy yang mengantarku ke kelas."
"Hayo, Bintang dan Langit melakukan kesalahan apa sampai mommy dan daddy dipanggil?" Kai menakut-nakuti.
Bintang berpikir keras. "Seingatku aku dan Langit nggak melakukan kesalahan apa-apa selain ...,"
Langit buru-buru menutup mulut kembarannya. "Jangan bilang-bilang, nanti Eia mengamuk," bisiknya.
Sereia dengan tatapan tajamnya yang menyorot Bintang dan Langit, mendengar bisikan itu. "Kenapa? Apa yang kalian sembunyikan?"
"JAWAB!" bentak Sereia.
"Kami meletakkan telur katak di tempat makan kamu yang warna pink itu!" jawab Langit cepat.
"Tempat makan pink, bergambar barbie, yang kalian bilang hilang itu?" tanya Sereia.
Bintang dan Langit tersenyum manis dan mengangguk.
Sereia geram, pantas saja aneh rasanya saat Sereia menitipkan tempat makan itu pada Bintang dan Langit, dan mereka mengatakan tempat makannya hilang tanpa kejelasan apa pun. Sereia sempat sedih berhari-hari karena kotak makan itu adalah kotak makan yang ia beli bersama Britney saat main ke mall bersama ayah mereka.
"Sekarang mana tempat makanku?" Sereia menyodorkan tangannya pada Bintang dan Langit.
Langit mendorong Bintang agar mengatakannya yang sejujurnya pada Sereia. Dengan perasaan takut-takut, Bintang pun berjalan mendekati Sereia, ia letakkan dagunya di telapak tangan Sereia. "Udah pecah, hehe. Nggak sengaja terinjak waktu selesai melepas telur katak di kolam ikan sekolah."
"HAH?!" Sereia mencengkram erat rahang Bintang. "Udah pecah?!"
Langit panik, ia turun dari bangkunya untuk menyelamatkan hidup Bintang sebelum berakhir di tangan Sereia. "Sabar, Eia, sabar. Nanti kita ganti kotak makan Eia dengan kotak makan yang lebih cantik."
"Kami akan bilang daddy dan mengakui kesalahan kami, Eia, kami berjanji," tambah Bintang.
Sereia melepaskan cengkramannya di rahang Bintang. "Kalau sampai nggak kalian ganti, aku enggak mau berteman lagi sama kalian! Paham?!"
"Paham, paham!" Bintang dan Langit kembali ke tempat duduk mereka.
Kai memandang adiknya lelah. "Tempat makan, kan, bisa minta ke Appa, Eia. Nggak perlu marah-marah."
"Abang, kotak makan yang Bintang dan Langit hilangkan itu limited edition. Eia dan kak Britney membelinya karena saat itu sisa satu di rak, dan katanya enggak akan diproduksi lagi," jelas Sereia. "Abang, mana paham, Abang, kan, nggak pernah punya barang yang sama dengan Eia. Jadi, nggak tau rasanya kalau barang itu hilang."
"Eh, abang punya." Kai memperlihatkan gelang coklat yang melingkar di pergelangan tangannya. "Gelang yang sama seperti punya Eia, Eia punya warna ungu, Abang punya warna coklat. Amma yang kasih."
"Gelang aja?" Sereia mengembuskan napas malas.
"Eia." Zeus menegur disertai gelengan kepala.
Sereia melirik Kai. "Iya, ini gelang couple kita, jangan sampai hilang ya, Abang. Dijaga dengan baik," pesannya.
"Oke, Adik!" Kai tersenyum lebar mengacungkan jempolnya pada Sereia.
"Jadi, kenapa mommy ke sekolah? Nggak mungkin, kan, kalau hanya karena Bintang dan Langit membuang telur katak di kolam ikan sekolah?" tanya Britney. "Bintang, Langit, lain kali jangan begitu. Kalian tau? Telur katak yang kalian buang ke kolam ikan, malah menjadi makanan ikan itu."
"HAH? JADI MAKANAN IKAN?!" Bintang dan Langit shock berat. Mereka langsung berlari menuju kolam yang letakny tak jauh dari kantin sekolah.
Beberapa detik kemudian, teriakan penyesalan Bintang dan Langit terdengar sebab apa yang Britney katakan benar. Telur katak mereka sudah menjadi makanan ikan-ikan di kolam.
"TIDAAAAAAAK!"
────୨ৎ────
Athena dikerubungi oleh ibu-ibu muda yang cantik-cantik, mereka menatap Athena dengan pandangan kagum serta debaran yang tak biasa. Kecantikan yang Athena miliki sanggup menarik perhatian Princess, Mimi, dan juga Ratu. Tiba-tiba dalam hati mereka timbul rasa sayang yang sulit dijelaskan untuk Athena, di sisi lain mereka juga iba bahwa anak seusia Athena sudah diasingkan oleh kedua orang tua kandungnya.
Princess menyuapi Athena strawberry. "Kamu suka buah ini, kan?"
"Saya belum pernah memakan buah ini seumur hidup saya, Nyonya. Ini kali pertama saya mencoba buah strawberry," jawab Athena lugu.
"Lucunya." Mimi gemas. "Tapi, jangan panggil Nyonya, panggil aja Aunty-Amma, Aunty-Mommy, Aunty-Mama."
Ratu dan Princess mengangguk setuju.
"Kalau begitu makan yang banyak, nanti saya kasih kamu buah strawberry lagi untuk dimakan di rumah," kata Princess.
"Athena suka dimsum? Mau saya buatkan dimsum?" Ratu menyeloroh.
"Apa itu dimsum?" tanya Athena.
"Makanan lezat. Sebentar, saya ada stok dimsum di kulkas, saya buatkan," ujar Ratu, dengan semangat yang membara, Ratu melangkah menuju kulkas dan akan mengukus dimsumnya.
"Saya nggak pinter masak yang enak-enak, tapi saya akan belikan kamu peralatan sekolah," ucap Mimi dengan senyuman hangat.
"Terima kasih, Aunty-mama" Athena tidak berhenti terharu, ia begitu diperhatikan di sini, semua makanan yang Athena makan lezat-lezat.
Athena juga mendapatkan beberapa barang yang masih baru dari para ibu cantik ini berupa gaun, boneka, dan juga sepatu yang langsung dibeli begitu mendengar Athena akan menjadi bagian dari teman putra-putri mereka.
Kehidupan di bumi ternyata tidak semengerikan itu meski memang ada manusia yang baik hati dan bisa menerimanya dengan tulus.
Ratu selesai mengukus dimsum, ia tak lupa menyiapkan saus cocolnya yang tidak pedas sama sekali, setelah itu Ratu menghidangkan dimsum di meja. "Masih panas, makan dengan hati-hati ya, Athena."
"Terima kasih, Aunty-mommy." Athena berterima kasih untuk yang kesekian kalinya. Ia mengambil garpu, menusukkannya pada dimsum yang masih panas, meniupnya seperti yang pernah Zen ajarkan apabila sedang menikmati makanan panas, lalu Athena memakan dimsum tersebut.
Rasanya benar-benar lezat, Athena bahagia sekali bisa merasakan makanan manusia beraneka macam, yang tak pernah ia nikmati di kutub utara.
Ratu, Princess, dan Mimi terus menatap Athena yang sedang makan.
"Sebentar lagi jam pulang sekolah anak-anak, Reiyyan yang jemput mereka." Mimi menyeletuk. "Aku udah bilang Rei supaya anak-anak diantar ke sini untuk diperkenalkan ke Athena."
"Aku harap mereka bisa berteman baik, Kak," ucap Ratu.
"Kakak harap juga begitu, kasihan Athena kalau sendirian," timpal Princess. "Athena akan menduduki kelas satu sama seperti Kai, Eia, Bintang, Langit, dan Zeus atau Britney ya?"
Tunggu...
Siapa?
Zeus?
Athena memelankan kunyahan mendengar nama Zeus disebut, meski pandangannya fokus pada makanan, tapi telinga Athena terpasang dengan benar mendengarkan obrolan para ibu. Zeus siapa yang dimaksud para ibu ini? Apakah Zeus yang Athena pernah temui dan ia cari selama ini atau mungkin Zeus yang lain?
Athena sangat penasaran.
Di perjalanan pulang, telinga Reiyyan tidak berhenti berdenging mendengar suara tangisan Bintang dan Langit yang kencang sekali. Si kembar menangisi telur katak mereka yang telah disantap oleh ikan di kolam sekolah.
Reiyyan sudah berusaha membujuk Bintang dan Langit dengan berbagai cara tapi Bintang dan Langit justru akan semakin kencang menangis.
"BERISIK KALIAN!" Sereia berteriak.
"Telur katak Bintang!" Air mata Bintang seolah tak ada habisnya mengalir sampai membuat seragam sekolahnya basah.
"Ikan adalah makhluk yang sangat kejam dan tidak berperikekatakan!" Langit menambahi.
"Mulai hari ini, aku benci sekali dengan ikan, aku nggak akan pernah mau makan ikan lagi!" seru Bintang.
"Benar, mereka memakan telur katak, pasti ibu katak mencari anak-anaknya," ucap Langit terisak-isak.
"Udah tau, kan, ibu katak pasti bakal mencari anak-anaknya, kenapa kalian tangkap telur-telur itu?" tanya Reiyyan.
"Kami mau merawatnya sampai menjadi katak, setelah itu kami akan memberi kejutan untuk ibu katak saat telur-telur itu sudah menetas dan menjadi bayi katak, Uncle-ayah," jawab Bintang.
"Mommy nggak mengizinkan telur itu dibawa pulang, ya sudah kami membawanya ke sekolah, kami meletakkan telur-telur itu di kolam ikan, kami akan merawat telur-telur itu di kolam ikan saja, tapi ternyata ...,"
"HUWAAAAA!"
Reiyyan memutar malas matanya, ia melirik putranya yang cekikikan di samping. "Jagoan, agak-agak ya saudara kamu."
"Mereka memang ajaib, Ayah, ada saja tingkah mereka setiap hari," kata Zeus.
"Tempat makan Eia juga dirusak setelah dibuat tempat tinggal telur katak," sahut Sereia.
"Loh, iya?" Reiyyan melotot, ia menatap Sereia sekilas lewat spion depan. "Wuiss, bahaya, bahaya."
"Apa bahayanya, Uncle-Ayah?" tanya Kai.
"Bahaya Eia ngamuk!" Reiyyan dan Zeus menjawab serempak lalu tertawa. Anak dan bapak itu melakukan tos.
Sereia menggembuskan pipinya kesal.
Britney bingung harus menyikapi situasi ini bagaimana, menenangkan adik-adiknya yang menangis, atau menenangkan amarah Sereia perihal kotak makan yang dirusak adik-adiknya yang nakal itu.
Tak ada pilihan, Britney menutup wajahnya menggunakan jaket. "Bangunkan aku kalau sudah sampai." Ia memilih tidur dari pada pusing.
Kai merangkul Langit, dan mengusap tangan Bintang. "Kasian."
Tangisan Bintang dan Langit terus terdengar sampai mobil Reiyyan tiba di Den Coral Palace. Reiyyan keluar lebih dahulu, lalu berlari memutar membukakan pintu anak serta keponakan-keponakannya.
Bintang dan Langit berlari menaiki tangga, menangis kencang, memanggil-manggil ayah dan ibunya.
Para pekerja di Den Coral terheran-heran melihat kedatangan dua bocah kembar dengan tangisan yang menyedihkan.
Pangeran dan Nevis baru saja keluar dari kantin, mereka terkejut melihat Bintang dan Langit datang sudah banjir air mata. Ratu, Mimi, Princess pun keluar dari dapur bersih.
"Kalian kenapa?" Pangeran merendahkan tubuhnya, memeluk Bintang dan Langit.
"Telur ... ikan ... musnah." Bintang sesenggukan sehingga cara bicaranya tidak dapat dimengerti oleh Pangeran.
"Coba berhenti dulu nangisnya, bicara baik-baik sama daddy," ujar Pangeran cemas.
"Telur katak mereka dimakan ikan waktu mereka lepas di kolam ikan sekolah," sambar Reiyyan yang baru saja datang bersama Zeus digendongannya. Kai, Britney, dan Sereia mengikuti di belakang.
"Amma!" Kai langsung memeluk Princess dan meminta gendong.
"Hah? Telur katak yang mommy suruh buang itu?" Ratu tersenyum menahan tawanya.
"Iyalah, yang mana lagi? Ini semua gara-gara Mommy yang nggak mengizinkan kami memelihara telur katak," marah Langit.
Tawa Ratu meledak seketika, ia terpingkal sampai perutnya kram dan air mata keluar dari sudut matanya. "Biarlah telur itu dimakan ikan, lagi pula kalian juga jahat, mengambil telur katak dari ibu katak."
Bintang dan Langit merengek, tidak terima diledek oleh ibu mereka. "Daddy, liat Mommy! Menyebalkan sekali," tunjuk Bintang pada Ratu yang masih sibuk tertawa.
"Sudah, sudah." Pangeran mengelap air mata anak-anaknya. "Bintang dan Langit paham ini, kita nggak boleh mengambil sesuatu dari tempatnya secara sembarangan. Telur katak itu, kan, punya ibu katak, biarlah mereka hidup di tempatnya."
"Jangan mengusik hewan dari tempat asalnya. Ibu katak sendiri yang akan memantau perkembangan telur-telurnya, sampai telur-telur itu menjadi bayi katak dan tumbuh sebagai katak dewasa," nasehat Pangeran penuh kelembutan.
"Tapi, kami hanya ingin memberi kejutan, Daddy, supaya ibu katak senang melihat anak-anaknya tumbuh." Bintang menyela.
"Ingatan katak dan manusia itu memiliki beberapa perbedaan, kalau kalian mengambil telur dan memisahkan mereka dari ibunya, belum tentu ibunya mengingat kalau telur-telur itu adalah anak-anaknya," papar Pangeran. "Dan belum tentu telur-telur itu juga bisa tetap hidup karena perubahan suhu, dan masih banyak lagi."
"Merawat telur katak bukan hal yang mudah, anak-anak. Biarkan anak-anak hewan liar menjadi tanggung jawab ibu mereka selagi ibu mereka masih hidup, kecuali hewan-hewan yang sudah sejak kecil kita pelihara dan menghasilkan anak, contohnya kucing, anjing, kelinci, nah anak-anak mereka baru menjadi tanggung jawab kita untuk dirawat."
"Jadi, apa yang kami lakukan salah ya, Daddy?" tanya Langit.
"Salahlah, pake tanya lagi!" Ratu menyentak.
Bintang dan Langit menatap sinis ibu mereka. "Nanti, Bintang dan Langit bakal tangkap katak yang banyak, terus kami lempar ke kamar Mommy. Biar kamar Mommy penuh katak!" cetus Bintang.
Ratu menggeram marah, wajahnya memerah, asap keluar dari atas kepala serta telinganya. "Berani kalian?!"
"Tutut!" Pangeran menggerakkan jarinya ke kanan dan ke kiri, menahan istrinya agar tidak menjewer Bintang dan Langit.
Ratu melipat kedua tangannya di depan dada sambil cemberut.
"Mommy Tut," ejek Bintang. Setelah itu si kembar tertawa kencang, dan berlari ke dapur bersih.
Tak sampai dua detik, mereka keluar dengan raut kikuk.
"Daddy, Mommy, dia siapa?" tanya Bintang menunjuk area dapur.
"Dia?" Britney dan Sereia saling pandang.
"Ah, sini, ada yang mau daddy kenalkan ke kalian." Pangeran menuntun anak-anak serta keponakannya ke dapur bersih.
Reiyyan menurunkan Zeus dari gendongan.
"Ada siapa, Ayah?" tanya Zeus menggandeng tangan Reiyyan.
"Ayah enggak yakin sih, tapi siapa tau dia adalah orang yang Zeus cari. Coba cek." Reiyyan dan Zeus sama-sama berjalan ke dapur bersih.
Tiba-tiba saja ledakan gemuruh di langit terdengar diiringi angin lembut yang menerpa wajah Zeus saat Zeus masuk ke dapur bersih. Zeus melihat seorang anak perempuan, rambutnya berwarna silver, berkulit putih pucat, serta yang menarik perhatian Zeus adalah telinga anak perempuan itu yang tampak runcing, bukan seperti telinga manusia.
Ketika anak perempuan itu berbalik, Zeus terpaku, mereka saling bertatapan cukup lama.
"Zeus ..."
Suara Athena kembali terdengar di dalam kepala Zeus.
Kedua mata Zeus menyipit samar.
Athena? pikir Zeus.
"Iya, Zeus, ini aku Athena, yang selama ini menghubungimu lewat telepati."
"Akhirnya ... kamu menjawab telepatiku."
────୨ৎ────
GIMANA PART INI?
Tinggalkan komentar kalian di bawah!
Jangan lupa like cerita ini ya 🤍
Sampai jumpa di part selanjutnya 👋🏻
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
