
Manusia yang masih terjaga di malam hari, mengutarakan segala kegelisahan, kekecewaan, ungkapan penyesalan, dan pencarian ketenangan di tengah riuhnya pikiran. Kumpulan tulisan ini ditulis atas dasar kegelisahan yang selalu terjadi di setiap malam, lalu dikembangkan menjadi sebuah karya kumpulan prosa berjudul “Manusia Malam”.
Manusia Malam, tergambarkan dengan sisi gelap manusia yang terluka, mencari penghiburan sementara di tengah gelapnya malam. Seperti yang ada di judul; ‘Hujan dan Penawarnya’,...
Manusia Malam
8
1
35
Selesai
"Setiap tetes menjadi penawar yang kami butuhkan, tidak hanya bagi tubuh, tetapi juga bagi jiwa yang hampir runtuh. Tidakkah di antara mereka merasakan sedih? Tentu saja. Kesedihan adalah bayangan yang selalu mengintai, tak pernah benar-benar pergi meski kadang tersembunyi di balik senyuman atau percakapan ringan."Manusia yang masih terjaga di malam hari, mengutarakan segala kegelisahan, kekecewaan, ungkapan penyesalan, dan pencarian ketenangan di tengah riuhnya pikiran. Kumpulan tulisan ini ditulis atas dasar kegelisahan yang selalu terjadi di setiap malam, lalu dikembangkan menjadi sebuah karya kumpulan prosa berjudul “Manusia Malam”."Setiap hari bom waktu ini terus berdetak, detikannya semakin cepat, semakin mendekati ledakan. Terlalu sering menceritakan kisah-kisah orang lain, menanggung beban kesalahan sendiri dalam gulungan rasa bersalah. Kini aku terhimpit di antara kewarasan dan kegilaan."Manusia Malam, tergambarkan dengan sisi gelap manusia yang terluka, mencari penghiburan sementara di tengah gelapnya malam. Seperti yang ada di judul; ‘Hujan dan Penawarnya’, ‘Merayakan Tenggelamnya Sang Mentari’, dan ‘Aku Hanya Butuh Ketenangan’."Kami berbicara tentang cinta yang tak terbalas, tentang harapan yang selalu menggantung. Barangkali kami bisa menunda terbitnya sang mentari. Kami masih ingin menari, menyulam luka hati."Mengungkap lapisan rasa dari jiwa-jiwa yang hidup di bawah naungan malam. Menyelami keresahaan, merayakan kesedihan, melingkupi rindu akan ketenangan di tengah ramainya kota. Malam, menjadi media mengekspresikan kegelisahan. Malam, menjadi ruang pelarian dari sinar sang mentari yang menyengat. "Aku tak mau membebani hatimu dengan rusuhnya ruangan ini, aku juga tak ingin kau melihat betapa rapuhnya aku yang hanya mampu bertahan di dalam gelap. Aku takut tak bisa memberikan sesuatu yang istimewa untukmu, selain penyesalan."
840 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Maafkan Semua Ini Salahku
0
0
Manusia yang masih terjaga di malam hari, mengutarakan segala kegelisahan, kekecewaan, ungkapan penyesalan, dan pencarian ketenangan di tengah riuhnya pikiran. Kumpulan tulisan ini ditulis atas dasar kegelisahan yang selalu terjadi di setiap malam, lalu dikembangkan menjadi sebuah karya kumpulan prosa berjudul “Manusia Malam”.Manusia Malam, tergambarkan dengan sisi gelap manusia yang terluka, mencari penghiburan sementara di tengah gelapnya malam. Seperti yang ada di judul; ‘Hujan dan Penawarnya’, ‘Merayakan Tenggelamnya Sang Mentari’, dan ‘Aku Hanya Butuh Ketenangan’.Mengungkap lapisan rasa dari jiwa-jiwa yang hidup di bawah naungan malam. Menyelami keresahaan, merayakan kesedihan, melingkupi rindu akan ketenangan di tengah ramainya kota. Malam, menjadi media mengekspresikan kegelisahan. Malam, menjadi ruang pelarian dari sinar sang mentari yang menyengat.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan