1. My First Kiss

4
1
Deskripsi

Selamat datang di dunia Nick, selamat terhanyut geng ๐Ÿ˜Š

"Hei! Minggir!"

Sayup-sayup suara berat itu menyadarkan Lyn. Kepalanya terasa berputar, tenggorokannya begitu kering. Sedikit demi sedikit, ia berusaha bangkit. Tidak seperti ketika bangun dari tidur panjang, Lyn tak merasakan kantuk lagi di matanya. Dihirupnya udara begitu dalam untuk menyiapkan raganya bergerak seharian.

"Minggir kubilang!"

Suara itu kembali terngiang, lebih keras dan terdengar sangat dekat. Lyn masih memegangi kepalanya yang terasa pusing hingga sesuatu menabraknya dan membuat tubuhnya terpelanting terjatuh.

"Argh," Lyn mengerang lirih. Siku dan lututnya terasa panas, ia terjatuh menabrak tanah kering ternyata.

"Sudah kubilang minggirlah!"

Lyn memejamkan matanya untuk mencari fokus. Suara sialan yang bikin gue jatoh. "Sakit tauk!" sungutnya seraya berdiri tertatih. "Kalau bawa motor di dalam gang itu ati-ati dong. Banyak anak kecil! Misal mau ngebut ke jalan aspal aja sana lo!" cercanya masih setengah sadar.

"Kamu yang menghalangi jalanku!"

"Jalan lo?" mata Lyn yang semula terfokus pada sikunya membulat. Ia akhirnya mendongak dan menatap penabraknya seketika, "lo pikir jalanan ini punya bokap lo a-"

Lyn membisu tiba-tiba. Ia tertegun tak menyangka dan tak percaya terhadap apa yang dilihatnya. Bukan stasiun megah atau gang depan rumahnya yang kini terlihat. Namun sebuah jalan teduh ditaburi guguran bunga yang indah. Tak ada gedung modern yang dibangun, bising suara kereta dan pengumumam bersahutan khas stasiun pemberhentian yang ada di benaknya. Kini, di pandangannya hanya ada pohon-pohon rindang dengan daun keringnya yang berjatuhan. Di depannya, sosok lelaki tampan bermata biru berpakaian aneh tengah tajam memandangnya. Tatapan itu bermuatan curiga, sangat menusuk.

"Bukan!" lelaki itu berkata seraya menyarungkan pedangnya, "aku bukan hantu seperti yang ada di dalam pikiranmu!" lanjutnya.

Lyn tercekat. Dia bahkan hanya memikirkan itu dan belum sempat terucap, bagaimana lelaki ini tahu?

"Lo lagi maen film?" tanya Lyn sangat polos.

"Kamu Butcher? Slave? Archery?" si Tampan balas bertanya seraya menyembunyikan pedang di tangannya.

"Cerilyn, bukan Archery," sangkal Lyn.

"Aku tau kamu bukan Ronin. Tidak ada Ronin sebodoh kamu!"

"Lyn! Nama gue Lyn, bukan Ronin!"

"Dengan mulut seperti itu aku yakin kamu pasti Slave!"

"Kebanyakan maen drama kerajaan ni orang. Ni drama apaan sih sebenernya? Manusia berkepala naga? Angling Dharma, at-"

Lyn nyerocos dalam kebingungannya. Namun, kalimatnya tak selesai karena ia dipaksa bergerak spontan. Lelaki tampan yang berdiri di depannya semula, menarik lengannya tanpa ijin. Tergesa-gesa dan terseok, Lyn berusaha mengimbangi langkah lebarnya. Meski sudah berusaha meronta, Lyn tetap tak berhasil melepas cengkeraman lelaki itu.

"Lepasin gue ya!!" teriak Lyn kesal. Ia berhenti hingga memaksa lelaki di sampingnya untuk ikut berhenti, "calo tiket ya lo?" tuduhnya.

"Kamu ingin mati?" tanya si Tampan geram.

"Lo yang mau mati ya? Gue lapor polisi nih!" ancam Lyn.

"Ssttt! Suaramu memancingnya mendekat!"

Lyn menjauhkan wajahnya. Mau tidak mau, ia menurut saja. Orang asing ini tentu lebih mengenal daerah itu daripada dirinya. Setidaknya semua terasa baik-baik saja baginya. Diamatinya tubuhnya sendiri yang mengenakan gaun panjang tradisional menutup seluruh badan. Sejak kapan ia ikut syuting sinetron kolosal? Bukankah ia tadi masih ada di dalam kereta menuju Jogja?

"Lo mau nyulik gue ya??" suara Lyn melengking tinggi. Ia membuat lelaki yang melindungi di depannya itu berdesis kesal bukan main.

"Tutup mulutmu, Slave!" gertak si Tampan.

Bersamaan dengan itu, suara lain bermunculan. Gemeresak dedaunan yang dilewati sesuatu yang besar terdengar semakin mendekat. Jantung Lyn berdebar karena suasana mencekam itu. Secara tanpa sadar, diremasnya baju si Tampan kuat-kuat.

"Merepotkan!" sungut si Tampan kesal. Ia mengusap tengkuknya dan menggerak-gerakkan tangan kirinya entah seperti membaca mantra. "Lari!!" perintahnya tiba-tiba tanpa memberi kesempatan Lyn untuk sekadar mempersiapkan dirinya.

Bingung, Lyn yang ditinggalkan hanya mampu menempel pada sebuah pohon besar nan rindang. Logikanya masih belum bisa memahami hal konyol apa yang sedang ia lakukan. Di alam bawah sadarnya, ia masih merasa ada di salam kereta dan tertidur nyaman sebelum kereta itu melewati terowongan. Baru setelah suara itu benar-benar dekat dan menampakkan wujudnya, Lyn menjerit sekuat tenaga.

Sesosok makhluk serupa naga bersisik dan berkaki empat dengan tinggi 48 kaki berdiri tepat di hadapannya. Dengusan dari hidungnya mengeluarkan asap, berwarna abu pekat. Hewan aneh itu melirik tubuh mungil Lyn yang sudah terduduk di tanah, siap memangsa.

"Ini mimpi kah?" gumam Lyn masih tak ingin percaya. Dirasanya embusan nafas hewan aneh itu tepat di tengkuknya. "Ini nyata Lyn! Kalo mimpi bener-bener nggak mungkin. Mana bisa gue berkhayal tentang makhluk serem kayak begini," ucapnya menguasai keadaan.

Semakin dekat kepala hewan aneh itu pada Lyn, semakin terasa nyata keberadaannya. Gemetar di tubuh Lyn benar-benar bisa ia rasa dan nyata adanya. Sekuat tenaga ia mencoba untuk bangun tapi dalam kenyataannya memang ia tidak sedang bermimpi.

"Mama!!!" pekik Lyn di akhir perjuangannya saat hewan aneh di depannya siap melahap tubuhnya yang wangi. Ia sudah berpasrah, biarlah ia terbangun dari mimpi dengan cara seperti ini.

Namun sedetik berikutnya, Lyn bagai dibawa melayang ke udara, embusan angin panas yang satu detik lalu meniup tengkuknya berganti dengan sejuk angin sepoi menenangkan. Mata Lyn yang terpejam erat perlahan membuka. Horizon langit senja di kejauhan sana menyambutnya. Baru setelah menguasai keadaan, ia menemukan tubuhnya dibawa terbang seekor burung raksasa yang menakjubkan, dan bibirnya bertemu dengan bibir seseorang. Suasana membius itu berlangsung sepersekian detik, kaku, membatu. Hingga saat satu sama lain menyadari, mereka buru-buru memalingkan pandangan.

"Mama!!" teriak Lyn lebih histeris, tersadar ia berada jauh tinggi dari permukaan tanah. "Mama, Lyn dibawa ke surga Mama. Tolongin Lyn Ma!!" pekiknya panik, ia tarik kepalanya cepat-cepat, membalik tubuhnya menutupi malu. First kiss gue!

"Bisa kamu sedikit tenang dan jangan menakuti Crawn seperti itu?" ucap si Tampan sok tenang, menutupi semburat merah di wajahnya yang dipantul cahaya matahari pagi.

"Hah?" Lyn melongo, kagok.

"Kamu ini bodoh atau apa? Bukankah sudah kuminta lari? Kenapa kamu justru duduk sambil berdoa di bawah pohon Ek yang jelas tidak ditinggali Dewa?" omel si Tampan sambil mengelus tubuh burung raksasa yang mereka tunggangi agar sedikit demi sedikit menurunkan ketinggian.

"Masnya guru bahasa Indonesia ya?" tebak Lyn merubah topik, konyol.

"Slave memang ras terbodoh!"

"Gue Lyn! Bukan Slave!"

"Turunlah!"

Lyn berdecak sambil bersusah-payah turun dari atas burung raksasa yang membawanya tanpa bantuan si Tampan. Ia masih berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia sedang bermimpi dan ciuman tak sengaja tadi tidak terjadi secara nyata. Mana ada di dunia ini makhluk aneh bersayap dan berkaki empat tapi berkepala burung yang membawanya terbang dan menyelamatkannya.

"Berterima kasihlah pada Crawn!" ucap si Tampan yang melihat Lyn tengah mengagumi hewan miliknya.

"Buat apa? Nanti juga kalo gue bangun udah ilang aja ni mimpi!" balas Lyn.

"Dasar tidak tau terima kasih!"

"Terima kasih sama mimpi? Nggak akan!"

"Rasakan luka di pergelangan tanganmu itu dan katakan padaku jika itu juga bagian dari mimpimu!" cerca si Tampan menunjuk tangan Lyn yang ternyata berdarah.

"Darah?!" pekik Lyn kaget. Diamatinya pergelangan tangannya yang robek. Kepalanya semakin terasa berputar. Ia tak ingin percaya tapi bagaimana ia bisa terbangun di dunia antah berantah dan bertemu makhluk-makhluk aneh menyeramkan seperti tadi?

###

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Kategori
Dandelion
Selanjutnya 2. Seorang Archery?
2
0
Masih gratis ya geng, ikut penasaran belom? 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan