Aku, Kamu, Kita dan Semangkok Indomie #CeritadanRasaIndomie

0
0
Deskripsi

Di siang hari yang panas, Lina berwisata kenangan ditemani sebungkus Indomie.

Siang hari ini udara memang lebih panas dari pada hari-hari sebelumnya. Kendati musim panas, sepertinya hari ini adalah puncaknya. Aku berkali-kali mengeluhkan rambut yang mulai panjang dan bikin gerah, sungguh mengganggu konsentrasi ketika bekerja. Terutama di flat sempit yang kami tinggali bersama.

Hari minggu seperti ini memang enaknya malas-malasan di kamar sambil nonton drama ditemani semangkuk Indomie. Namun sayang seribu sayang, aku punya deadline pekerjaan yang harus segera diselesaikan, kalau tidak ingin kelaparan sebulan ke depan. 

Masih ada sekitar 7 jam sebelum aku harus mengirim file ke atasan dan sebenarnya aku bisa saja mengerjakannya sekarang, tapi seperti yang kukatakan sebelumnya, rasa magerku sedang di puncak-puncaknya, jadi kuputuskan untuk memasak semangkuk Indomie rasa soto kesukaanku.

Ngomong-ngomong tentang Indomie, aku punya kebiasaan memasak campur-campur. Ketika memasak, aku suka mencampurkan macam-macam bahan sehingga rasanya jadi lebih kaya. Seperti mencampurkan potongan ayam atau daging, telur, jamur, sayuran, dan rempah-rempah. Ajaibnya, rasa masakanku tak pernah gagal!

Mungkin karena itu pulalah teman-teman serumahku paling senang kalau aku memasak. Hmm, tapi hari ini aku tidak punya stok bahan makanan di kulkas, terutama karena ini akhir bulan dan aku belum gajian. 

Jadi satu-satunya yang terpikirkan adalah memasak Indomie seperti resep ibu kantin di sekolah dulu, mie diseduh air panas dengan potongan bawang merah dan cabai rawit ditambah perasan jeruk nipis, sungguh perpaduan yang paripurna!

Kuah panas pedasnya bikin ketagihan. Aku ingat kalau dulu nyaris tiap hari jajan Indomie rebus. Kalau diingat-ingat lagi, aku punya banyak kenangan dengan teman-teman bahkan keluarga, bersama Indomie.

Oh, aku juga punya kenangan makan Pop Mie dengan orang-orang asing!

Selesai menyeduh Indomie dan menambahkan bawang dan cabai rawit, aku segera kembali ke kamar dan duduk di atas kursi depan meja belajar. Menyalakan laptop untuk memutar drama, aku malah makan sambil membiarkan ingatanku melayang. 

Kalau sedang jalan-jalan sekeluarga, sering kali ketika berhenti sebentar di jalanan yang tinggi, pasti ada saja warung yang menyediakan menu Indomie, entah kenapa sensasi rasanya selalu berbeda. Lebih nikmat! Terutama ketika makannya bareng keluarga, sambil beristirahat perjalanan, dengan pemandangan indah di depannya. Warung-warung itu berada di gunung, dengan pemandangan laut di bawahnya!

Kalau diingat-ingat kembali, perasaan damai yang menghampiri pada saat itu seolah bisa kurasakan saat ini.

Atau ketika hujan deras turun membasahi seantero kota, ibu tiba-tiba memberi ide untuk memasak Indomie, lalu aku dengan semangat keluar hujan-hujanan membeli dua bungkus Indomie dari kios sebelah. Kenangan saat aku dan ibu menyendok mangkuk kami hari itu, tak akan pernah terlupakan.

Tentu saja itu termasuk salah satu kenangan bersama ibu yang akan selalu kukenang. Dari waktu ke waktu.

Kemudian ketika aku memasak lima bungkus Indomie goreng untuk dimakan bersama teman-teman satu flat, ah betapa senangnya aku ketika teman-temanku berteriak kesenangan dan berlarian ke ruang tengah tempat kami biasa makan bersama.

Wah, mengingat saat itu semua makan berebutan dan Indomie yang kumasak ludes dengan cepat, rasa hangat memenuhi hatiku.

“Eciee, senyum-senyum sendiri” celetukan Andini yang diiringi colekan di pinggangku menarikku kembali dari gelembung-gelembung kenangan.

Aku balas tersenyum kemudian menyendok suapan terakhir dari kuah Indomieku. Memang kalau makan sambil berkhayal atau nonton, aku sering kali tidak sadar sudah menghabiskan makananku. 

Hati ini jadi seperti hari Indomie sedunia karena aku nostalgia momen-momen berharga dalam hidupku yang ditemani Indomie. 

Ohya, kan jadi tiba-tiba ingat, dulu saat masih kecil, keluargaku agak kesulitan secara ekonomi, jadi ketika kami sekeluarga jalan-jalan naik kapal ferry, aku teringat Pop Mie jadi makanan yang sangat mewah bagi kami, harga normalnya saat itu tiga ribu rupiah satu cup, tapi karena dijual di dalam kapal, harganya jadi lima ribu rupiah, yang mana terbilang mahal sekali bagi kami. Aku yang masih kecil dan tidak tahu diri saat itu merengek-rengek meminta ayah membelikanku Pop Mie yang diseduh air panas. Saat itu rasanya jadi berkali-kali lipat lebih enak.

Mungkin karena momen itu berharga dan tidak akan terulang kembali. Bertahun-tahun kemudian Pop Mie seduh jadi menu kesukaanku kalau sedang naik kapal ferry.

Kalau diingat-ingat, aku memang punya banyak momen dan kenangan berharga yang terjadi bersama Indomie, haha. 

Baiklah, setelah berwisata kenangan di dalam kepala ditemani semangkuk Indomie aku jadi lebih semangat mengerjakan deadline kerjaan.

Hayo, Lina, semangat!

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya bagian satu
0
0
…Aduh, bikin betah saja. Mana kalau dilihat-lihat, this guy beside me must be a hottie.What a blessed dream. Otakku keren sekali bisa memvisualisasi momen seperti ini. Dengan ruangan sekeren dan sedetail ini.Aku memberanikan diri menyentuh kulit kecoklatan di sampingku. Oh my, it's so real, I almost choked myself from shock. Lalu lanjut menyentuh rambut hitam ikalnya. Aku masih tidak bisa melihat wajahnya karena dia berbaring telungkup.Tapi sosok itu sepertinya mulai terganggu oleh sentuhan usilku. Karena kini aku bisa melihat wajahnya berputar ke arahku. Dengan mata menyipit kemudian perlahan mengerjap.Aku bisa melihat matanya yang agak belekan. Such a detailed-oriented brain, You, Mina? Di mimpi pun serealistis dan semanusiawi ini dalam membuat karakter, hm?I am so weirrdd, aight? Aku tersenyum-senyum sendiri. Aku lucu sekali-Who are you?…
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan