
Deskripsi
Jika mengenang peristiwa proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia nama Rengasdengklok selalu terkenang dalam guratan sejarah.. Di pesisir yang terletak di kabupaten Karawang utara itu menyimpan banyak kenangan menjelang detik detik Proklamasi.
Didasari oleh aksi para pemuda dalam melihat gelagat bahwa kaum tua bersikap ragu ragu dalam melaksanakan proklamasi kemerdekaan dengan stigma bahwa Jepang masih mempunyai kedudukan yang masih kuat maka segala langkah harus mengikutsertakan badan...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya
TINJAUAN SINGKAT ARTI PENJAJAHAN BANGSA JEPANG DI SURABAYA
3
0
Di satu sisi, “Zaman Jepang adalah zaman penderitaan bagi rakyat kita baik secara lahiriah dan batiniah. Lahiriah karena adanya paksaan di bidang kerja paksa (romusha) hingga pencakupan di bidang pertanian. Batiniah karena adanya tekanan tekanan oleh barisan propaganda Jepang dan sebagainya. Terlebih lagi militerisme Jepang mempunyai Kempetai yaitu Polisi Militer dan intelnya. Kempetai inilah yang menangkap dan menyiksa tokoh tokoh Indonesia yang dicurigai. Markas Kempetai Jepang dahulu berdiri di sebuah Gedung yang kini sudah hancur yang kini menjadi sebuah monumen Tugu Pahlawan dan Museum 10 November 1945 Surabaya. Tokoh tokoh perjuangan nasional seperti Pamudji, A. Rachim, Sukajat dan lainya telah lebih dahulu meninggal karena siksaan; Pak Doel Arnowo selama setahun lebih dijebloskan ke dalam sel gelap; Ir. Darmawan Mangunkusumo selam beberapa minggu ditahan. Situasi di markas Kempetai setiap malam terdengar anjing anjing galak menggongong dan menyerang para tahanan; diselingi dengan teriakan dan rintihan mereka yang disiksa. Di tempat lain sudut kota Surabaya setiap hari terlihat ratusan rakyat yang menjadi gembel di mana berebutan makanan di tempat sampah restoran sedangkan hampir setiap hari di pinggir jalan terdapat mayat rakyat yang mati kelaparan. Penderitaan penderitaan lahir bathin seperti itulah yang justru menimbulkan suatu jiwa patriotisme, nasionalisme dan kerakyatan yang mendalam sekali di kalangan pemuda. Dipengaruhi oleh berita berita tentang pemberontakan PETA (Pembela Tanah Air) di Blitar pada bulan Februari 1945 dan pemberontakan lainya maka meletuslah semangat pemuda pemuda pelajar Surabaya. Sebagai contoh pada 1 Juli 1945, militer Jepang di Surabaya ingin mendapat kesanggupan dari pemuda pemuda Indonesia untuk membantu mereka mati matian, kalau sampai tentara Sekutu mendarat di Jawa. Rapat pemuda yang diadakan pada hari itu di Gedung Radio Simpang terbakar oleh tuntutan tuntutan pemuda dari Angkatan Muda Surabaya seperti Kustur, Subiantoro dan tokoh pemuda lainya; Bahwa pemuda hanya mau memanggul senjata melawan pihak Sekutu kalau Indonesia Merdeka sekarang juga yang diakui oleh pihak Jepang. ‘Kita bersedia mati nanti sore, kalau pagi ini kita merdeka!’ Suasana lalu berubah memanas sehingga pihak Kempetai harus membubarkan rapat pemuda tersebut, dengan membunyikan tanda sirene seakan akan ada serangan udara dan sampai mendatangkan tank tank ke Gedung Radio. Demikianlah sedikit percikan suasana kota Surabaya pada pertengahan tahun 1945. Menjelang Agustus 1945 dahulu, setiap malam kota Surabaya berada dalam ‘alam gelap’, karena hampir setiap malam ada serangan serangan udara dari pihak Sekutu terhadap pertahanan pertahanan tentara Jepang, baik di darat maupun di sekitar Kawasan laut di Ujung hingga di daerah industri daerah Ngagel kala itu. Bahaya kebakaran kota karena serangan serangan udara itu selalu ada; Kejadian kejadian itulah yang membuat rakyat Surabaya menjadi tabah dan kuat menghadapi dan mengatasi semua ‘latihan’ yang pelik itu. Di sisi lain, secara positif salah satunya terlihat dalam latihan latihan kemiliteran yang secara terpaksa harus diberikan Jepang kepada kita seperti di asrama asrama PETA, Heiho, Keibodan, Seinendan, Gakukotai dan sebagainya di mana membuat kita pandai dalam menggunakan senjata api, selain bamboo runcing hingga pelatihan tentang baris berbaris. Prinsipnya pada waktu itu berpadu baur di kota Surabaya kepedihan penderitaan lahir bathin dengan kemantapan dan ketetapan dalam untuk memanfaatkan sebanyak mungkin kecakapan dan ketrampilan militer Jepang untuk pada saatnya bangkit Kembali melawan penjajahan Jepang yang di akhir penjajahanya sedang mengalami kesulitan dan ketidakberdayaan dan juga guna melawan penjajahan tentara Belanda yang akan Kembali lagi. Dengan didukung oleh perjuangan ‘mental’ yang teguh dan kuat bahwa arek arek Suroboyo terkenal sebagai rakyat yang berjiwa “Sura Hing Baya”. Berani dalam bahaya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan