Awal Pembentukan Tentara KNIL (Koninklijk Nederlandsche Indische Leger)

3
2
Deskripsi

Pada 4 Desember 1930, Gubernur Jendral Hindia Belanda, Van Den Bosch merancang pendirian suatu pasukan Hindia Belanda (Indonesia). Atas dasar ketakutanya terhadap perlawanan orang orang pribumi yang lazim terjadidi negeri jajahan, Hindia Belanda, membuat Van Den Bosch berpikir bahwa sebaiknya dia membentuk suatu pasukan khusus, yang terdiri dari orang orang pribumi dengan fungsi sebagai penjaga keamanan, ketertiban dan menegakkan kekuasaan kolonial. 

Nama pasukan yang diprakarsai Van Den Bosch...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Peristiwa Rengasdengklok: Refleksi munculnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
8
2
Jika mengenang peristiwa proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia nama Rengasdengklok selalu terkenang dalam guratan sejarah.. Di pesisir yang terletak di kabupaten Karawang utara itu menyimpan banyak kenangan menjelang detik detik Proklamasi. Didasari oleh aksi para pemuda dalam melihat gelagat bahwa kaum tua bersikap ragu ragu dalam melaksanakan proklamasi kemerdekaan dengan stigma bahwa Jepang masih mempunyai kedudukan yang masih kuat maka segala langkah harus mengikutsertakan badan yang dibentuk resmi oleh pihak Jepang yakni Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), padahal dapat dikatakan secara mental psikologis kekuasaan mereka sudah corrupt dengan ditandai menyerahnya Jepang kepada pihak Sekutu pada 15 Agustus 1945 setelah jatuhnya bom Atom AS di Horoshima dan Nagasaki pada 6 Agustus dan 9 Agustus 1945. Di benak para pemuda, momentum itulah yang telah lama dinantikan untuk merebut kemerdekaan. Sidik Kertapati (2000: 77) menyatakan bahwa pada 15 dan 16 Agustus 1945 merupakan saat saat penuh kegiatan dan kesibukan revolusioner yang akan menentukan jalanya sejarah perjuangan bangsa Indonesia di kemudian hari. Pada 15 Agustus 1945 malam hari diadakan pertemuan rahasia kalangan pemuda sebagai kelanjutan pertemuan sebelumnya di kebon Jarak, Institut Bakterologi, Pegangsaan Jakarta. Hadir beberapa tokoh seperti Chaerul Saleh, Wikana, Djohar Nur, Subadio, Suroto Kunto dll. Setelah membahas situasi revolusioner tersebut, maka mereka berkesimpulan bulat bahwa proklamasi kemerdekaan harus segera dikumandangkan . Keputusan tersebut langsung disampaikan kepada bung Karno di Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta. Maka dikirimlah utusan para pemuda yang dipimpin oleh Sukarni dan Chaerul Saleh. Tapi ternyata Bung Karno dan Bung Hatta serta kaum tua tidak dapat mereka yakinkan. Bung Karno menginginkan agar masalah Proklamasi kemerdekaan ini dibahas di rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada kedatangan tersebut, para pemuda agak sedikit memaksa serta ‘mengancam’ Bung Karno untuk segera memproklamirkan kemerdekaan. Tetapi Bung Karno tetap tidak bersedia. Keributan kecil pun terjadi. Para pemuda tetap bersikeras meminta Bung Karno untuk membacakan Proklamasi. Bung Karno pun naik pitam hingga menghardik “Silahkan bawa saya ke pojok dan gorok leher saya, kalau kalian ingin merdeka silahkan proklamasikan sendiri!” kira-kira seperti itu hardik Bung Karno kepada pemuda, dikutip dari buku Penyambung Lidah Rakyat.Wikana seketika setelah kejadian itu menyampaikan laporanya kepada pertemuan pemuda dan pelajar di Cikini 71 Jakarta yang dihadiri juga oleh dokter Muwardi, Sukami, Jusuf Kunto, Shodanco Singgih dari Daidan Jakarta. Pertemuan tersebut mengambil keputusan untuk segera mengungsikan Bung Karno dan Bung Hatta dari Jakarta ke tempat aman sebagai basis pergerakan anti fasis dan menghindari kedua pemimpin ini dari pengaruh Jepang yakni di daerah Rengasdengklok. Dipilihnya daerah ini karena dianggap aman dari Jepang dan dekat dengan markas Pembela Tanah Air (PETA) selain itu letaknya juga sangat kondusif untuk merumuskan konsep revolusi karena terleta tidak jauh dari Jakarta. Bung Karno meminta agar Bung Hatta juga disertakan dalam pengasingan ini. Bung Hatta pun langsung dijemput oleh para pemuda untuk dibawa bersama Bung Karno. ‘Tawanan’ para pemuda ini berjumlah 4 orang yakni Bung Karno, Bung Hatta, Fatmawati (istri Bung Karno) dan Guntur Soekarnoputra yang waktu itu baru berusia 1 tahun. Mereka dibawa dengan menggunakan mobil milik anggota PETA. Di sana para pemuda yang tergabung dalam PETA dan laskar-laskar perjuangan lainnya sudah menunggu kedua pemimpin ini. Awalnya, para tawanan ini ditempatkan di sebuah gubuk tua, dekat sawah yang tak layak kondisinya.Akan tetapi atas desakan pejuang dari Klender, H.Darip agar kedua pemimpin ini ditempatkan di tempat yang layak, maka dipilih lah rumah saudagar Tionghoa Djiauw Kie Siong. Hingga sore, kedua pemimpin itu menunggu kepastian dari para pemuda yang tengah mengutus utusannya ke Jakarta untuk memantau kondisi.Selanjutnya para pemuda melakukan berbagai persiapan konsolidasi ke seluruh penjuru Jakarta, menggalang kekuatan menyambut proklamasi kemerdekaan. Ketika itu sejumlah komandan PETA dan Camat Rengasdengklok serta komandan PETA Purwakarta mempunyai hubungan erat dengan pergerakan kaum pemuda.Sedangkan di sisi lain pada 16 Agustus 1945 di Jakarta, kondisi semakin genting melihat Bung Karno dan Bung Hatta tidak ada di kota tersebut. Sebagai pimpinan PPKI, seharusnya kedua tokoh tersebut membuka dan memimpin rapat di waktu yang telah dijadwalkan. Salah satu anggota PPKI, Achmad Subardjo berinisiatif untuk mencari Bung Karno dan Bung Hatta. Setelah bertemu dengan Wikana dan Jusuf Kunto, akhirnya Achmad Subardjo bergegas untuk segera diantar ke Rengasdengklok.Berangkatlah mereka menuju pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta di lembah Sungai Citarum itu. Sesampainya di sana, Achmad Subardjo langsung meminta kepada para pemuda untuk memohon membawa kedua pemimpin tersebut Kembali ke Jakarta karena anggota PPKI lainnya juga telah menunggu di rumah Laksamana Maeda. Sesampainya di Jakarta, teks Proklamasi Kemerdekaan langsung disusun. Hingga pukul 04.00 pagi tanggal 17 Agustus 1945, saat waktu sahur karena saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, rapat tersebut berakhir. Dan tidak berselang lama, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan pukul 10.00 WIB pagi di rumah kediaman Bung Karno sebagai puncak perjuangan seluruh rakyat. Refleksi peristiwa Rengasdengklok merupakan manifestasi Gerakan pemuda sebagai bagian dari revolusi Agustus 1945 di mana merupakan peristiwa revolusioner Gerakan pemuda yang menjadi bagian Gerakan rakyat. Makna gerakan ini sesungguhnya bukanlah sesuatu yang bernilai murni Negatif bahwa para pemuda ‘menculik’ pemimpinya yang hendak memaksakan kehendak untuk melakukan proklamasi. Gerakan ini sebagai bagian dari kehendak rakyat untuk melakukan proklamasi kemerdekaan. Andaikata kemerdekaan ini dihadiahkan oleh Jepang atau siapapun kaum penjajah, maka kemerdekaan itu bersifat kemerdekaan kolonial. Gerakan rakyat kita yang dipelopori oleh para pemuda tidak sudi jika kemerdekaan yang didapat bersifat ‘hadiah’ itu. Suatu Gerakan yang sebelumnya tidak dapat dibendung . musti segera adanya proklamasi, ini merupakan kehendak murni rakyat untuk MERDEKA!!! (Satrio)
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan