
“Nona Lewis, bagaimana denganku? Apakah aku tidak cukup bagimu?” Ucapnya dengan sedikit menyesap wine yang ada di gelasnya saat ini.
“I didn't say you are not enough for me or you are not my type, but I just want to find somebody that I can kiss and miss him everyday. I'm not looking for somebody with some superhuman gifts…” Jawabku jujur.
“You're so funny, ini dunia nyata babe bukan dunia superhero. Kalau kau mencari yang seperti itu, tentu aku termasuk. Kau bisa menciumku setiap hari seperti yang...
Lagu “Senorita” terus mengalun di telingaku, lagu yang selalu menjadi favoritku.
Menikmati lagu ini memang hal yang paling tepat kulakukan saat ini.
Namun, ini sudah yang ketiga kalinya lagu itu berulang. Sudah saatnya untukku menghentikannya dan mengangkat panggilan yang akan mengganggu moodku ini.
“Halo.. Catherine's speaking.." Ucapku singkat.
Dan seseorang di seberang sana, seperti sudah akan siap mencecarku dengan ocehannya.
“Astagaaaaaaaaaaa, Catheriiiiinnnneeeee. Ku kira kau mati tau nggak!!! Gila, sudah berapa kali aku menelpon tapi tak ada sahutan sama sekali. Kau tidur atau mati suri, hah? Ganti sana nada deringnya. Pasti kau sengaja membiarkan panggilannya terus berdering, supaya kau bisa dengarkan lagu itu sampai habis. Benerkan?” Tanyanya kena banget, seakan tau semuanya tentangku.
“Hehehe, kau memang managerku yang paling hebat. Tau semua gelagat artisnya..” Jawabku dengan tertawa lucu mendengar ocehannya.
“Iss, kebiasaan banget ya. Segera ganti nada deringnya. Ingat kamu itu artis sayang, panggilan itu adalah hal yang paling penting. Dengan adanya panggilan, berarti kamu masih punya job. Ingat itu, dan satu hal lagi kalau seandainya orang lain gituin kamu, padahal kamu lagi kondisi urgent atau genting, bisa metong kan kau…” Nasihatnya.
~ metong : mati
“Hemm.. yaudah buruan. Kenapa kau menelpon di pagi buta begini?” Tanyaku lelah mendengar ocehannya.
“Dasar anak gadis, jam 10.00 dibilang pagi buta. Ckckck.. Ingat ini hari apa, neng?" Tanyanya.
“Hari Selasa, terus?” Jawabku.
“Memang dasar kau ya, bener ini hari Selasa. Tapi hari ini kamu ada jadwal pemotretan iklan Jewelry tau nggak. Buruan sekarang mandi, siap-siap. 10 menit lagi aku sampai.. Segera.. GPL (Gak Pakai Leye-leye)…" Perintahnya.
“Anjay, Nggak Pake Lama begooo.. Oke.. Oke.. aku akan mandi.. byeeeee…” Jawabku cepat dan segera bergegas ke toilet dan bersiap.
***
Ruangan studio sudah ramai dipenuhi dengan orang-orang pro yang siap dengan kamera, pencahayaan, background, dll.
“Hai, Nona Lewis. Gimana kabarnya?” Sapa seorang wanita anggun yang memiliki perusahaan Jewelry ini.
“Baik bu Sonya, terima kasih atas projeknya bu..” Jawabku tulus.
“Sama-sama, saya juga senang bisa bekerja sama dengan artis muda, cantik dan populer seperti kamu sayang. Oke, sekarang kamu bisa lihat-lihat dulu perhiasan mana yang akan kamu pakai, dan tentunya ini semua adalah brand terbaru yang akan kita luncurkan bulan Februari ini. Tunjukkan pose terbaikmu. Jadilah cantik secantik berlian ini..” Ungkapnya dengan senyuman manis yang selalu menghiasi wajahnya.
Aku pun melihat-lihat sekeliling dan menjatuhkan pilihanku pada 2 kalung, 2 anting-anting, 3 cincin dan 2 gelang yang indah menurutku.
Tentunya managerku pun sudah bersiap dengan photografer, dan membantu mereka dalam sesi pemotretan ini.
Aku pun mulai beraksi dengan gaya anggun dan memukau yang aku bisa.


***
“Cath, tadi papamu menelponku. Katanya dia perlu bicara dengan kamu..” Ucap managerku sambil membantuku melepaskan semua atribut pemotretan yang ku pakai tadi.
“Memangnya mau bicara apa, Bim?” Tanyaku.
“Katanya, usia kamu kan sudah menginjak usia pernikahan, jadi sepertinya kamu perlu mencari pasangan sekarang. Beliau takut tidak bisa menyaksikan kamu menikah karena usianya yang semakin renta…” Jawab Bima, managerku.
“Renta? Yakin? Ku lihat papa masih sering posting foto-fotonya sedang main golf dengan caddy-caddy cantiknya itu..” Ucapku senewen kalau mengingat ulah papaku, yang semakin tua malah semakin menjadi.
“Iss, kau ini ya. Ada aja jawabannya kalau dibilangin orang tua. Papa kamu itu masa puber kedua sayang, maklumlah beliau sudah lama menduda sejak kehilangan Nyonya Arina 10 tahun yang lalu..” Ucapnya yang mengingatkanku akan mama yang telah wafat karena sakit kankernya.
‘Memang benar apa yang diucapkan Bima, tapi entah kenapa hatiku sakit kalau mengingat mama yang sudah tiada, dan sekarang papa seakan lupa dengan kenangan mama, dan lebih memilih berfoto mesra dengan wanita-wanita yang dia temui. Kalau ingat itu aku jadi benci, inilah yang buat aku nggak pernah mau angkat telpon beliau lagi…’ Batinku.
“Hei, diajak ngobrol kok malah melamun. Anak gadis.. anak gadis..” Ucap Bima menyadarkanku dari lamunanku.
“Hemm, terus apa lagi kata papa, Bim?” Tanyaku.
“Beliau bilang, kalau kamu perlu menemui klien papamu di Grand Hill Restaurant besok jam 7 malam, klien papamu ini yang pernah membantu papamu menyelamatkan perusahaannya 10 tahun yang lalu. Anak muda yang ganteng, dan berkepribadian baik. Papamu pikir pasti akan cocok dengan kamu, Cath…” Jawabnya menjelaskan apa yang diceritakan papaku padanya.
“Selalu begitu, papa mah nggak pernah ngertiin anaknya. Aku tuh nggak mau dijodohin, Bima. Aku sudah dewasa dan bisa menentukan pilihanku sendiri..” Bantahku.
“Ya, kamu memang benar. Tapi, buktinya apa? Sampai sekarang kamu masih single kan. Kamu masih berharap dengan tentara yang sudah nolak kamu ratusan kali itu, hah?” Cecar Bima kepadaku.
“89 kali, belum sampai ratusan. Dicatat tuh..” Jelasku.
“Iya.. Iya.. Coba kamu pikir-pikir lagi deh sayang, nggak perlu nungguin dia. Dia juga nggak pernah notice kamu kan? Walaupun kamu sudah jadi bintang besar seperti sekarang ini, tapi apa pernah dia menghubungi kamu atau setidaknya mencari keberadaan kamu? Nggak kan..” Tegasnya.
“Justru itu masalahnya, semakin aku terkenal, semakin sulit baginya untuk menggapaiku..” Jawabku membela apa yang selama ini aku yakini tentangnya.
“Halah bohong, kalau lelaki gentle itu ya. Nggak peduli dengan status wanitanya. Kalau memang dasarnya cinta ya tetap cinta. Sudahlah, Cath. Apa salahnya kamu mencoba dulu. Hitung-hitung mencari suasana baru, siapa tau cocok. Inikan permintaan orangtua. Nggak baik loh kalau dibantah, mau jadi anak durhaka? Nggak kan.. Lagian ini ya, pilihan orangtua itu pasti yang terbaik untuk anak-anaknya. Yakin deh sama aku.. Ya? Mau ya? Kali ini saja…” Pintanya tulus padaku.
Aku tau Bima orang yang seperti apa, disamping tingkahnya yang seperti banci, dan mulutnya yang ember banget, tapi sebenarnya dia sayang banget sama aku. Dia adalah manager dan sahabatku sejak kecil.
“Baiklah, tapi kali ini saja ya. Kalau menurutku tuh orang nggak baik, aku langsung cabut.. dan stop jodohin aku dengan orang lain. Ingat aku tuh cantik dan seksi, mudah bagiku untuk mencari gandengan kalau aku mau, aku bukan nggak laku ya sayang.. Bilang noh sama papa..” Jawabku dengan tersenyum kepadanya.
“Iyalah neng, artis cantik seluruh dunia.. Iiihhh gemesin deh..” Ucapnya dan kami pun saling berpelukan dan tertawa bersama.
***
Grand Hill Restaurant

“Permisi mbak, mau nanya reservasi atas nama Mr. Samuel Jonathan, dimana ya mbak?” Tanyaku pada salah satu pramusaji yang ada disana.
“Oh mbak, pasti nona Lewis. Beliau sudah menunggu di sana mbak, mari saya antar..” Jawabnya ramah dan kami pun berjalan beriringan menuju tempat yang dimaksud.
“Permisi, tuan. Nona Lewis sudah datang..” Sapanya kepada pria yang tengah menatap pemandangan malam yang ada di hadapannya saat ini.
“Baik, terima kasih Gina.” Ucapnya ramah.
‘Not bad. Tapi kok aneh ya, restoran sebesar ini kenapa cuma ada kami berdua? Bukannya ini hanya pertemuan biasa..’ Pikirku dalam hati.
“Halo, nona Lewis.. silahkan duduk..” Sapanya padaku.
“Oh, terima kasih. Ngomong-ngomong, mengapa hanya ada kita berdua disini?” Tanyaku penasaran.
“Anda memang wanita yang jeli, sesuai dugaanku. Saya pemilik restoran ini, dan saya yakin Anda pasti tidak nyaman jika banyak orang yang hadir, karena Anda adalah bintang terkenal. Tentunya Anda tidak mau kan, jika pertemuan kita ini jadi bahan perbincangan masyarakat dan dunia maya? Benar kan?” Tanyanya padaku.
“Yah, tidak sepenuhnya benar. Kalaupun ada gosip tentang kita, aku kan bisa mengklarifikasi bahwa ini hanya pertemuan biasa. Jangan terlalu percaya diri, Mr. Sam..” Jawabku sedikit menunjukkan arogansiku.
‘Jujur, pernyataannya mengenai restoran ini miliknya, sedikit menggangguku.’ Pikirku.
“Menarik, Anda wanita yang menarik. Bolehkah saya berbicara santai dengan Anda?” Tanyanya sopan padaku.
“Sure, saya tidak pernah memaksa Anda untuk bicara formal dengan saya bukan?” Jawabku.
“Hahaha, nona Lewis. Sungguh, baru kali ini saya menemui wanita seperti kamu..” Ucapnya mulai merasa nyaman dengan pembicaraan kami.
“Rupanya wanita seperti apa yang kau temui selama ini?” Tanyaku mencoba ramah dengannya.
“Wanita yang selalu bersedia memberikan selangkangannya padaku, sejak awal kami bertemu…” Ucapnya sambil menunjukkan tatapan mesumnya.
“Astaga, kau sungguh cabul Mr. Sam. Kau tau, tindakanmu ini sangat kurang sopan bagi saya yang baru kau temui untuk pertama kalinya..” Jawabku.
“Aku hanya berbicara fakta, bukankah kau suka dengan pria yang jujur?” Tanyanya padaku.
“Aku suka, tapi nggak sefrontal kamu begini.. Sebaiknya aku pulang saja..” Jawabku dan mulai bangkit dari kursiku.
“Hei, aku hanya bercanda nona Lewis, aku hanya tidak ingin menjadi orang lain di sisimu. Apakah kau ingat dulu kita pernah jumpa sebelumnya di rumah kamu?” Tanyanya padaku.
Aku pun kembali duduk, dan mulai mengapresiasi maksud dan tujuannya berbicara seperti itu padaku.
“Aku tidak ingat, wajah kamu tidak tegambar sama sekali dalam ingatanku..” Ucapku jujur.
“Wajar saja, usia kamu waktu itu masih 10 tahun, tentu kau tidak ingat. Tapi nggak papa, mari kita berkenalan selayaknya teman yang sesungguhnya…" Jawabnya.
“Hai, namaku Samuel Jonathan. Aku adalah klien sekaligus teman papamu, walau usiaku masih muda tapi keluargaku sangat dekat dengan keluarga Lewis. Tapi, mungkin kamu nggak pernah tau. Karena selama ini kami tinggal di Denmark, dan baru kembali sekitar 3 bulan yang lalu. Walaupun 10 tahun yang lalu kami pernah ke Indonesia untuk mengunjungi keluargamu..” Jelasnya padaku.
“Baiklah, aku sudah tau nama kamu. Aku kira kamu juga sudah tau siapa aku, Catherine Lewis seorang artis terkenal dengan segudang prestasinya. Wajahku cantik dan tubuhku seksi..” Jelasku ringkas dengan gaya sombongku.
“Hahaha, ternyata kamu narsis juga ya. Tapi aku suka dengan sikapmu ini..” Jawabnya dengan tersenyum menambah kadar ketampanannya.
“Kamu juga narsis tau, by the way kapan nih kita makannya? Aku lapar tau..” Ucapku jujur.
“Hahaha, tuh kan sampai lupa. Oke, kamu mau makan apa?” Tanyanya padaku dan memanggil salah satu pramusaji yang sudah standby di sekitar kami.
Kami pun memesan makanan pilihan kami dan dalam 15 menit pesanan kami sudah datang dan mulai fokus menikmati hidangan tersebut.
“Gimana, apakah hidangan ini sesuai dengan selera kamu?” Tanyanya padaku.
“Not bad, semuanya enak dan sesuai banget dengan lidahku. Pasti banyak ya orang yang datang kemari? Makanannya enak begini.." Ucapku jujur.
“Wah, terima kasih atas reviewnya nona. Aku senang mendengarnya. Yah, biasanya restoran ini selalu ramai dengan pengunjung, tapi khusus untuk malam ini hanya untuk kamu sayang..” Katanya padaku dan menyesap wine yang ada di gelasnya.
“Rugi dong kamu kalau gitu? Sayang banget..” Ucapku pura-pura merasa bersalah.
“Nggak lah, kan nggak setiap hari. Kalau setiap hari bisa bangkrut aku. Hehehe..” Candanya.
‘Entah kenapa, awalnya aku tidak nyaman dengannya. Tapi semakin kami berbicara, kenyamanan itu mulai terasa..’ Batinku.
“Dasar. Pebisnis, tetap pebisnis ya…” Jawabku.
Kami pun mulai berbincang satu sama lain menceritakan pengalaman-pengalaman kami yang menyenangkan. Dan ternyata kami nyambung dan satu frekuensi.
Hingga tanpa sadar malam semakin larut, dan diapun mulai menanyakan hal yang menjadi maksud pertemuan kami ini.
“Nona Lewis, bagaimana denganku? Apakah aku tidak cukup bagimu?” Ucapnya dengan sedikit menyesap wine yang ada di gelasnya saat ini.
“I didn't say you are not enough for me or you are not my type, but I just want to find somebody that I can kiss and miss him everyday. I'm not looking for somebody with some superhuman gifts…” Jawabku jujur.
“You're so funny, ini dunia nyata babe bukan dunia superhero. Kalau kau mencari yang seperti itu, tentu aku termasuk. Kau bisa menciumku setiap hari seperti yang kau mau..” Ucapnya dengan senyum smirknya. 😏
“Yah, untuk hal itu kau memang benar. Tapi bagaimana dengan rindu? Bisakah kau menjadi orang yang akan ku rindukan?” Tanyaku.
“Tergantung. Rindu yang bagaimana nona? Aku bisa membuatmu merindukan tubuhku jika kau menginginkannya…" Balasnya.
“Mr. Sam, kau dan pikiranmu memang selalu kotor. Sepertinya kau perlu mencucinya…" Ucapku sarkas.
“Hahaha… Kau benar-benar lucu sayang, inilah yang membuatku semakin tertarik denganmu…” Tawanya.
“Bagaimana kalau aku menawarkan sesuatu untukmu?” Tanyanya lagi padaku.
“Hemm, sepertinya tidak perlu. Tawaranku sudah terlalu banyak. Ingat, aku ini artis terkenal..” Jawabku bercanda padanya.
“Hahaha, ya.. ya.. akan ku catat itu. Gimana kalau kita pindah lokasi? Hmm, maksudku malam masih panjang, apakah kamu mau bernyanyi bersamaku?” Tanyanya.
“Maksudnya? Kau mau kita ke karaoke atau gimana?” Tanyaku bingung.
“Yap, kamu mau bernyanyi di tempat karaoke sekitar sini? Tiba-tiba bertemu denganmu membuatku ingin bernyanyi. Yuk..” Ucapnya.
“Hah, aku belum mengiyakan loh ya.." Jawabku.
“Hahaha, aku jamin kau pasti suka. Yuk. Kita nyanyi bersama..” Ajaknya lagi.
Akhirnya aku menyerah dan memilih mengikutinya untuk pergi ke tempat karaoke yang dimaksud.
***
Hemm, yakin hanya karaokean saja bang bukan yang lain?
Semakin penasaran dengan kisahnya?
Yuk, ikutin terus kisahnya dan ingat untuk selalu follow ✔ vote ♥️ dan comment 💭
Best regard,
E. Sasaki 💚
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
