
OH, MY MAN!
BAB 179: Harapan Badai dan Padma untuk Anak-Anak Mereka
"Segini aja kamu udah bingung kan,” celetuk Padma tiba-tiba. “Coba, gimana kalau papamu tahu soal kejadian waktu itu yang di rumah?”
“Hah?” Ilana menegakkan tubuhnya. “Papa beneran belum tahu, Ma?”
“Ya, belum. Buktinya Ray belum digantung di tiang bendera kan?” tanya Padma retorik. “Mama belum mau nganter papamu ke rumah sakit kalau tiba-tiba dia pingsan karena tahu apa yang kalian lakuin di rumah waktu itu.”
Ilana meringis.
“Atau mau...
Oh, My Man!
3.1k
932
73
Berlanjut
[TANAKA #2] Oh, My Man!“Mau sampai kapan kamu main-main dengan banyak lelaki, Ilana? Emangnya kamu nggak kepikiran buat menetap dengan satu lelaki yang pasti?”Ilana Liora Kamandaru atau yang biasa dipanggil Ilana, bukan hanya berniat main-main dengan para lelaki. Ia sedang mencari sosok yang tepat—walau sebenarnya ia masih bingung sendiri dengan definisi sosok yang tepat itu seperti apa.Salahkah jika Ilana terus mencari sosok sebaik Papa Badai dan Papa Catra-nya? Kalau bisa mendapat yang terbaik, kenapa harus bertahan dengan yang banyak kurangnya?“Kamu mau Mama jodohin juga kayak abangmu?”“Boleh deh, kalau aku udah desperate, Ma. Tapi cariin yang mendekati perfect ya, Ma, kayak gimana Bang Asa ketemu Mbak Atha gitu. Kalau belum ada yang almost perfect, mari tunggu lelakiku muncul sendiri di depan pintu.”Dan begitulah… sebelum sang ibu bisa menyodorkan kandidat terbaik untuk Ilana, seorang lelaki yang nyaris sempurna pada suatu hari muncul di depan pintu ruang kerjanya. Kekurangan lelaki itu hanya satu.Dia adalah musuh Ilana.
3,107 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Oh My Man
Selanjutnya
[BACA DULUAN] Kalu dan Rona (Bab 135-136)
20
2
KALU & RONA BAB 135: Concert Date “Mas muji aku pinter kayak muji anak kecil, tahu nggak?”“Masa, sih?” Pertanyaan Kalu lebih seperti ledekan dan memancing keisengan Rona untuk mencubit pelan pinggang lelaki yang berdiri di sebelahnya—mumpung antrean di booth minuman itu tidak ramai.Kalu mendesis pelan. “Duh, pedes banget cubitannya.”“Aku nggak percaya Mas beneran kesakitan cuma karena aku cubit begitu.”“Gemesin banget, sih, kamu. Kalau nggak inget ini di mana, udah aku cium kamu sampai sesak napas.”Dilarang menyalin, memperbanyak, dan menyebarkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penulis.***DISCLAIMER:Bab ini belum ada di sebelah ya. Di sebelah baru sampai bab 130.Kalau lupa jalan ceritanya, silakan baca ulang dulu sebelum baca bab ini.Dan kalau bisa, nggak usah ngomong di mana pun dan sama siapa pun soal bab yang muncul di sini. (yang tau-tau ajalah ya kenapa alesannya)Bab [Baca Duluan] di sini bisa aja hilang kapan pun. Jadi siapkan keikhlasan hati kalian.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan