NOVEL Ch. 1: The BIllionaire's Replacement Wife

7
1
Deskripsi

CHAPTER 1: LELAKI YANG MENAKUTKAN

River yang bekerja di klub VVIP di tengah kota menyaksikan pertengkaran antara sepasang lelaki dan perempuan saat ia mengantarkan minuman ke dalam suite. Ia mengenali sang wanita adalah seorang supermodel yang sangat terkenal, Amelia Denzel. Siapa lelaki yang bersamanya itu?

Catatan: Ini adalah versi novel dari cerita Noah dan River. Kamu bisa baca ceritanya dengan lebih detail dan mendalam di novel ya. Tersedia di Karya Karsa dan Patreon, gratis sampai bab 10.

 

CHAPTER 1: PERTENGKARAN DI KLUB VIP

PRANG!!!

Sebuah gelas melayang karena dibanting keras ke arah dinding di samping pintu dan hampir mengenai pelayan muda yang datang membawakan minuman keras mahal yang dipesan oleh tamu VVIP. River, sang pelayan, terkesiap tetapi ia segera menutup mulutnya rapat-rapat. Gadis itu menahan napasnya sambil berdiri di balik pintu, tak yakin apa yang harus ia lakukan sekarang.

Dengan hati-hati River memegang pintu dan melirik ke dalam. Ada seorang pria sedang berdiri sambil mengepalkan tangannya, lalu tidak lama kemudian kepalannya terbuka. River tidak dapat melihat wajahnya karena pria itu berdiri memunggunginya. Dia hanya bisa melihat bahwa pria itu memiliki rambut hitam pendek, berbadan tinggi dan tegap, serta mengenakan setelan jas yang sangat mahal.

Di depan pria itu ada seorang wanita yang sedang terisak-isak.

Tunggu…sepertinya River mengenal wanita itu.

Bukankah dia sang supermodel itu? Amelia Denzel?

Tidak salah lagi. Wajahnya yang cantik bak malaikat dengan rambut pirang indah yang tergerai di bahu seperti sapuan kuas yang sempurna adalah ciri khasnya. River ingat tadi pagi ia melihat wajah cantik wanita itu menghiasai papan iklan ketika sedang dalam perjalanan menuju klub tempatnya bekerja.

“Kenapa kau menuduhku berselingkuh padahal ini adalah anakmu?! Kau pikir ini anak orang lain!?” kata Amelia di antara isak pelannya.

Pria itu menatap wajah Amelia dengan cemberut. “Pergi dari hadapanku. Kau tidak pantas berada di sini.”

Tangis Amelia pun pecah.

Jantung River berdegup sangat kencang ketika ia menatap pemandangan yang ada di depan matanya itu. Ia melangkah mundur dan mencoba menutup pintu sepelan mungkin agar tidak ada yang menyadari kehadirannya.

“Keluar kau dari sini.” Pria itu menggeram sambil menatap sang supermodel.

“INI ANAKMU!”

“Bagaimana mungkin itu anakku? Aku sudah melakukan vasektomi setahun yang lalu dan tidak mungkin bisa punya anak lagi. Dasar wanita bodoh!” ucap pria itu dengan nada yang sangat dingin.

Amelia langsung membeku. Cahaya di matanya seketika berubah ketika ia menyadari bahwa saat ini ia tidak akan bisa melanjutkan sandiwaranya lagi. Ia kemudian berteriak untuk menyembunyikan ketakutan yang ada di dalam dirinya. “Kau bohong!”

Dengan terbata-bata ia lalu melanjutkan perkataannya. “Lalu bagaimana aku bisa hamil? Pasti masih ada kemungkinan bahwa ini anakmu—”

Pria itu lalu merogoh saku yang ada di bagian dalam jasnya dan mengeluarkan beberapa lembar foto dari sana lalu melemparkannya. Foto-foto itu berterbangan sebelum akhirnya mendarat di lantai dan berserakan di mana-mana.

“Katakan lagi kalau anak itu milikku.” Nada bicara pria itu berubah semakin dingin dibanding sebelumnya. Entah bagaimana River merasa suhu di dalam ruangan itu ikut turun ketika ia mendengar pria itu berbicara dengan nada yang terdengar jijik. Sementara itu, wajah Amelia dipenuhi oleh kengerian.

Salah satu foto tergeletak di lantai di depan pintu, tepat di bawah kaki River. Ia melirik foto itu dan melihat sang supermodel sedang berciuman dengan seorang pria di dalam kamar hotel dengan penuh gairah, dan hampir tidak mengenakan pakaian.

Ketika River membungkuk dan hendak melihat foto itu lebih dekat, tiba-tiba saja setetes cairan merah jatuh dari wajahnya ke foto tersebut. Matanya terbelalak, dan ia baru sadar bahwa pipinya terluka akibat lemparan gelas ke dinding tadi.

Oh Tuhan! Oh Tuhan...!

River bergegas membungkuk dan memungut foto yang terkena darahnya. Ia menyembunyikan foto itu dengan tangannya lalu berlari menjauh dari ruang VVIP tersebut.

“Jika kau sudah selesai dengan semua kebohonganmu, pergilah. Aku tidak akan meributkan hal ini jika kau pergi sekarang dan tidak akan muncul di hadapanku lagi. Namun, jika kau melakukan sebaliknya, maka kau akan berurusan denganku,” ucap pria itu.

Bulu mata Amelia yang panjang lentik bergetar. Tubuhnya yang gemetaran membuatnya tersandung ketika ia hendak keluar dari ruangan itu sambil merapatkan mantel mahalnya.

Pria itu mengerutkan keningnya ketika ia menyadari pintu ruangannya sudah terbuka sebelum Amelia keluar. Ia lalu berjalan ke arah pintu tersebut dan melihat pecahan kaca yang berserakan di dekatnya dari gelas yang barusan ia banting. Di bawah cahaya remang ruangan VVIP, ia melihat bercak darah di salah satu pecahan kaca tersebut.

Ia mengambil pecahan kaca itu dan memeriksanya dengan seksama.

Darah?

Apakah ada yang terluka karena pecahan kaca itu? Yang pasti bukan Amelia karena wanita jahanam itu berdiri di arah sebaliknya ia membanting botol. Ia memang sangat marah saat melakukannya, tetapi tidak sangat marah hingga kehilangan kendali dan menyerang seorang wanita, apalagi wanita yang sedang hamil.

Apakah tadi ada orang lain di belakangnya? Siapa? Apakah dia terluka? Ahh… bisa jadi. Orang itu pasti salah satu pelayan yang datang hendak mengantar minuman tetapi tidak jadi masuk karena menyaksikan pertengkarannya dengan Amelia. Pelayan itu mungkin terluka akibat pecahan gelas yang tadi ia lempar saat sedang marah.

Pria itu memijat pelipisnya sambil mendesah lelah.

Ia benci sekali gosip dan kontroversi. Ia tak mau sampai masalah pribadinya keluar ke publik gara-gara pelayan yang terlalu banyak bicara. Ia akan meredam semua ini sebelum menyebar.

***

Setelah mengembalikan alkohol mahal yang ia bawa ke bar, River bergegas kembali ke dapur. Sambil memegangi pipinya yang berdarah, ia berjalan melewati semua orang dan menuju kamar mandi staff.

Di dalam, River menutup toilet dan duduk di atasnya sambil mencoba mengendalikan nafasnya. Di dalam genggaman tangannya terdapat sebuah foto dengan noda darahnya yang tidak sengaja ia ambil tadi.

Dia mengambil foto itu tanpa berpikir panjang karena tidak mau tertangkap basah sedang menguping pertengkaran yang terjadi di dalam ruang VVIP. Dia tidak bodoh. Jika melihat argument yang dilontarkan pasangan tadi, dan kekuasan yang mereka miliki, pastilah akan menimbulkan masalah jika ia tertangkap sedang menguping. Meskipun itu tidak disengaja.

River meringis sambil mengerang menyadari kesialannya hari ini, “Kau sial sekali, River.”

Ia tidak berani lagi melihat foto itu dan memasukkannya kembali ke dalam saku rompi kerjanya, berharap hal itu bisa membuatnya melupakan keberadaan benda tersebut. Setelah beberapa saat memikirkannya, River akhirnya memutuskan untuk menyingkirkan foto itu selamanya.

River berdiri dari dudukan kloset, membukanya, lalu merobek-robek foto itu dan membuangnya ke dalam kloset. Setelah itu ia menyiramnya dengan air. Hanya butuh beberapa detik sampai foto itu menghilang terbawa arus air.

Ia akhirnya menghela nafas lega. Tepat pada saat itu ia mulai merasakan pipinya yang perih.

“Aduuh…” River menyeka luka yang ada di wajahnya dengan tisu toilet.

Beruntung ada kotak P3K di dekat kamar mandi. Setelah beberapa saat, ia selesai membershikan dan membalut lukanya.

River berharap tidak akan ada yang melihat wajahnya ketika ia keluar dari kamar mandi. Ia mencoba untuk tersenyum, namun otot pipinya terasa kaku ketika ia mendengar suara yang mengganggu dari arah dapur.

“LAGI?!” teriak Pak Verne dengan marah. “Di mana gadis itu?! Kenapa dia selalu menghilang?!”

“Aku di sini.” River berlari menghampiri pria itu. “Maaf, Pak. Aku terjatuh di tangga.”

Pak Verne tertegun begitu melihat perban di wajah River. “Apa kau menjatuhkan minuman yang kau bawa?”

“Tidak, Pak. Aku tidak menjatuhkan apa pun,” jawab River.

“Baiklah kalau begitu. Kembali bekerja.” Pak Verne berdehem. Ia tahu membentak seorang gadis yang sedang terluka adalah tindakan yang berlebihan.

Sekarang River sadar bahwa ia harus kembali bekerja secepatnya. Dia khawatir pria menakutkan tadi akan menemukannya.

Anehnya, di sepanjang sisa malam, tidak ada hal apapun yang terjadi. Ketika akhirnya semua pekerjaannya selesai dan ia pergi dari bar, River akhirnya bisa bernafas lega.

“Satu hari lagi sudah aku lewati,” bisiknya sambil merengangkan tubuhnya.

River kemudian berjalan menyusuri trotoar menuju halte bus terdekat. Tubuhnya mungkin lelah, tapi semangatnya tetap tinggi. Sesampainya di halte bus, ia membuka botol minumnya dan hendak meminumnya untuk mengisi kembali cairan tubuhnya.

Namun, ia melihat tanaman yang layu dan kering di dekat halte bus. River urung meminum minumannya dan menuangkannya ke tanaman yang sekarat itu sambil bergumam, “Ahh…tanaman yang malang. Tidak ada yang merawatmu.”

Setidaknya kini tanaman itu bisa bertahan hidup seperti dirinya. Tidak lama setelah River menyiram tanaman, busnya datang. Ia segera berlari ke arah bus tersebut dan memasuki lalu duduk di kursi yang masih kosong. Ketika busnya kembali berangkat, River mengecek waktu di ponselnya. Seharusnya ia akan tiba di rumah pada pukul 19.30.

Hari itu tidak ada bedanya dengan hari yang lain. Ia melewati jalan yang sama yang selalu ia lewati untuk tiba di rumah bibinya. Dan seperti biasa…

PRANG!! KLANG!!

River membeku di depan pintu rumah bibinya. Suara orang berteriak, menangis, memaki, semuanya... hal yang biasa.

Ia memutuskan untuk membuka pintu, dan segera saja ia langsung menemukan bibinya sudah tergeletak di lantai dengan darah yang mengucur dari kepalanya. Wanita separuh baya itu sedang menangis.

Ruang tamu berantakan. Nampaknya semua perabotan sudah tidak ada di tempatnya lagi. Mereka berserakan tidak karuan, dan pecahan kaca memenuhi lantai. Jemari bibi River berlumuran darah, dan di tengah ruangan itu berdiri seorang pria yang berteriak, “Dasar jalang tidak berguna! Aku sudah memintamu untuk menyiapkan uangnya!”

Pria itu lalu mengangkat kursi dan melemparkannya. Kursi itu mendarat tepat di samping bibi River yang ketakutan. “Rentenir itu akan memotong kepalaku jika aku tidak punya uang hari ini! Apa kau mau aku mati? Apa itu yang kau inginkan? Apa kau sangat membenciku hingga kau menginginkan kematianku?” teriak pria itu.

Bibi Francine terus menangis sementara darah masih mengalir dari kepalanya.

“Tolong, hentikan!” teriak River. Sambil menangis ia lalu berlari menghampiri bibinya dan langsung memeluknya erat-erat. “Bibi, ayo bangun dan pergi bersamaku. Kita harus melaporkannya ke kantor polisi.”

Bibinya terus terisak. “Maafkan aku, aku benar-benar menyesal… Pergilah, River… Maafkan aku…”

River memeluk bibinya dengan erat dan berusaha melindunginya dari amukan pria itu.

“Kau tidak berguna! Jika kau saja tidak bisa memberiku uang, lalu untuk apa aku membiarkanmu hidup?”

“Tolong, Paman. Jangan lakukan ini!” River memohon, air mata mengalir di pipinya. Dia membenci pria yang ia sebut paman. Sangat-sangat membencinya. Sejak pria itu masuk ke kehidupan mereka, dia tidak membawa apa pun selain rasa sakit dan penderitaan.

“Diam kau, bajingan!” Pamannya berteriak marah ketika ia melihat River menerima pukulan yang seharusnya diterima oleh bibinya. Ia lalu menendang gadis malang itu hingga membuatnya pingsan.

River seperti mendengar teriakan kesakitan bibinya sesaat sebelum ia pingsan. Hal itu membuatnya sedih karena ia gagal melindungi wanita yang telah membesarkannya selama ini. Namun tidak ada yang bisa River lakukan. Kepalanya terkulai ke lantai, lalu semuanya menjadi gelap.

 

- Bersambung

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya COMIC Eps 12: The Billionaire's Replacement Wife
7
2
EPISODE 12: TAWARAN MENJADI ISTRI PENGGANTIRiver terkejut ketika bangun mendapati dirinya berada di rumah Noah. Pria itu sangat kuatir karena River tiba-tiba pingsan dan membawanya ke rumahnya, bukan ke rumah sakit, untuk menghindari gosip. Saat menyadari River sepertinya memendam perasaan kepadanya, Noah kemudian memutuskan untuk menawari gadis itu pernikahan kontrak sebagai istri pengganti.CATATAN:Episode ini panjangnya 2x episode biasa, sehingga harga buka kunci babnya menjadi 10rb rupiah kalau dibuka terpisah dan 30rb rupiah kalau dibuka dalam paket bulanan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan