20 - Jogging

2
0
Deskripsi

โš ๏ธ๐–๐€๐‘๐๐ˆ๐๐†ย 
[18+]๐™ƒ๐™–๐™ง๐™จ๐™ ๐™ฌ๐™ค๐™ง๐™™๐™จ, ๐™ฅ๐™๐™ฎ๐™จ๐™ž๐™˜๐™–๐™ก ๐™–๐™—๐™ช๐™จ๐™š, ๐™ฉ๐™ค๐™ญ๐™ž๐™˜ ๐™ง๐™š๐™ก๐™–๐™ฉ๐™ž๐™ค๐™ฃ๐™จ๐™๐™ž๐™ฅ, ๐™‹๐™ค๐™จ๐™จ๐™š๐™จ๐™จ๐™ž๐™ซ๐™š, ๐™Š๐™—๐™จ๐™š๐™จ๐™จ๐™ž๐™ค๐™ฃ, ๐™ข๐™š๐™ฃ๐™ฉ๐™–๐™ก ๐™๐™š๐™–๐™ก๐™ฉ๐™ ๐™ž๐™จ๐™จ๐™ช๐™š๐™จ, ๐™š๐™ฉ๐™˜.
ย 

Cassean Davion Mahatma dikenal sebagai sosok tampan tanpa cela dan memiliki track record siswa paling 'mulus' di SMA Mahatma.

Julukan good boy juga prince charming banyak disematkan pada sosok Sean yang selalu tampil di muka umum dengan otak brilian dan senyuman malaikatnya.

Sayangnya, pemegang sabuk...



"Memilikimu dengan cinta sepihakku adalah pilihan rasa sakit yang akan selalu ku nikmati tanpa berbagi lukanya padamu."
ย 

***

Sean menolak pulang diantar Oliver yang masih waras diantara mereka yang mabuk, cowok itu lebih memilih menghubungi Roby untuk menjemputnya di tempat karaoke dan membawanya pulang menuju apartemen.

Biasanya Kalaya yang akan bertugas menjemput Sean dikala cowok itu mabuk, namun gadis itu tidak mengangkat teleponnya, tapi Sean bersyukur Kalaya tidak mengangkatnya karena ia baru mengingat jika tadi ia memberitahu Kalaya lembur di kedai padahal ia bersenang-senang di tempat karaoke yang Raya sewaโ€”ah tidak, lebih tepatnya Sean hanya menemani bersenang-senang.

Meskipun raganya berada di tempat penuh maksiat itu, Pikiran Sean malah melanglangbuana pada gadisnya yang mungkin tengah tertidur lelap di jam satu pagi ini.

Sial. Setelah hubungannya berjalan normal dengan Kalaya, Sean merasa pergi bersenang-senang dengan Raya lalu membohongi gadis itu adalah hal yang salah. Biasanya Sean akan jujur dan terang-terangan meskipun itu akan menyakiti Kalaya, kenapa sekarang Sean tidak bisa melakukannya?

Sean tidak tenang, ada perasaan bersalah yang tiba-tiba bersarang di dadanya, padahal selama melakukan affair terang-terangan di depan Kalaya, Sean tidak pernah merasakan ini. Sepertinya memang ada yang salah dengan dirinya.

Setelah sampai di apartemen, Roby segera membantu Sean untuk turun dari mobil dan memapah pemuda itu hingga sampai di unit apartemennya.

"Bos, minggu depan Tuan Sagra pulang."

Sean hanya membalasnya dengan gumaman, cowok itu sudah merebahkan tubuhnya di atas sofa dengan kening yang ditutupi oleh lengan kanannya.

"Hari ini lo pantau GPS Scarletta, 'kan?" Tanya Sean.

"Iya, Bos. Aman, dia ada di rumah malam ini."

"Bagus."

"Apa saya perlu menjemput Nona Kalaya untuk datang ke sini?"

Sean terdiam sebentar, diambang batas kesadarannya ia berontak ingin mengiyakan, namun mulutnya mampu tetap waras dan menolak.

"Nggak perlu, lo keluar aja, gue mau istirahat."

"Baik, Bos."

Setelah mendengar pintu tertutup, Sean langsung membuka matanya, dan tangannya meraih ponsel di saku celana jeansnya lalu mencari dan menekan room chat teratas di aplikasi WhatsApp nya.

Cassean D. Mahatma:
Hei, kamu udah tidur?

Cassean D. Mahatma:
Sayang

Cassean D. Mahatma:
Aku baru selesai lembur, capek banget

Cassean D. Mahatma:
Besok jam 7 jogging yuk? Mumpung libur, kita jogging di taman kompleks rumah kamu aja. Besok aku jemput ya

Cassean D. Mahatma
Good night, Scarlettaโค๏ธ

Oke, sepertinya Sean benar-benar sudah mabuk. Karena setelah mengirimkan pesan terakhir pada Kalaya, tangan cowok itu terkulai lemas bersamaan dengan ponselnya yang jatuh di atas karpet bulu dan matanya terpejam dengan seulas senyum yang tiba-tiba terbit di kedua ujung bibirnya.

***

Sudah 10 menit berlalu Kalaya membaca ulang pesan yang Sean kirimkan malam tadi di pagi hari ini, tampak tak percaya dan cukup terperangah dengan isi pesannya.

Bukan saja karena Sean berbohong mengatakan pulang lembur padahal pulang berpesta, Kalaya sudah kebal meskipun kali ini Sean berbohong. Tapi, dia merasa tak mengerti, apa Sean mengajaknya jogging dalam keadaan sadar? Atau dalam pengaruh minuman beralkohol?

Kalaya masih belum membalas karena bingung, gadis itu mendesah pelan karena baru pertama kalinya mereka menjalani hubungan yang normal, dan Kalaya bingung harus menyikapi Sean versi seperti ini.

Tok Tok Tok!

"Non Letta sudah bangun?"

Suara ketukan pintu yang disusul suara Bi Surti dari luar pintu membuat Kalaya langsung tersadar.

"Iya, Bi. Kala udah bangun!"

"Oh iya, di bawah ada Den Sean, Non. Bibi suruh ke atas atau Non Letta yang mau ke bawah?"

Mata Kalaya melebar ketika mendengarnya, ia langsung terlonjak berdiri sambil meremas ujung baju piyamanya gusar.

"Non?"

Suara Bi Surti tiba-tiba tidak dapat tercerna oleh Kalaya, gadis itu malah semakin panik dan bolak-balik di dekat ranjang dengan pikiran kalut sampai akhirnya pintu kamar terbuka dan menampilkan sosok Sean yang sudah lengkap dengan setelan olahraganyaโ€”kaos oblong berwarna abu-abu tanpa lengan, celana pendek hitam, serta sepatu sport adidas abu-abunya. Kini Sean berjalan mendekat sambil memandang Kalaya dengan kening berkerut.

"Loh, belum siap?"

"S-Sean? Sean ngapain di sini?" Cicit Kalaya mendadak gugup.

"Kamu udah baca chat aku, 'kan?" Sean berjalan mendekat pada Kalaya namun gadis itu malah memundurkan langkah hingga membuat dahi Sean semakin berkerut.

"Kamu kenapa sih? Kok malah jalan mundur gitu?"

Kalaya yang tersadar akan tingkah impulsifnya langsung berdiri tegak dan diam, gadis itu tampak mengedarkan pandangannya acak sebelum akhirnya ia tersentak saat Sean sudah menggapai pipinya dan mengusapnya lembut.

"Kamu kenapa? Kok kayak kaget banget liat aku?"

Kalaya diam, tidak tahu mau menjawab apa. Ia malah tidak fokus karena Sean terus mengusap pipinya yang kini mendadak panas.

"Kenapa chat aku nggak dibales? Cuma dibaca doang."

"S-Sean serius ngajak Kala jogging?"

"Seriuslah, buktinya sekarang aku di sini."

Kalaya mendadak mengalihkan pandangan hingga matanya menatap jam dinding yang terpasang di atas pintu kamarnya.

"T-tapi ini masih jam enam pagi," cicit Kalaya sedikit meringis. "Bukannya Sean bilang jam tujuh?"

Sean langsung berdeham pelan sambil menjauhkan tubuhnya dari Kalaya lalu berjalan menuju sofa di depan ranjang, Kalaya yang kebingungan langsung mendekat dan berdiri tak jauh dari Sean.

"Sean kepagian ya datengnya?"

"N-nggak kok, aku bosen aja di apartemen karena bangun kepagian jadi inisiatif aja dateng ke sini langsung, kirain kamu udah siap-siap, ternyata belum," decak Sean yang membuat Kalaya langsung merasa bersalah.

"Y-ya udah, kalau gitu Kala ganti baju dulu."

"Kamu ganti baju di sini, 'kan?" Sean keburu menahan Kalaya yang hendak melangkah menuju lemari pakaiannya.

"Maksud aku, di kamar ini."

Kalaya diam, mendadak pias mendengar ucapan dan tatapan mata Sean.

"K-Kala ganti baju di kamar mandi, Sean," cicit Kalaya dengan suara yang mulai bergetar.

Sean masih menahan lengan Kalaya, sengaja menatapnya begitu lekat sembari menaikkan satu alisnya.

"Kenapa gak di sini aja?"

"Sโ€”Sean-,"

"Santai aja, aku 'kan udah pernah lihat semuanya."

Hening.

Wajah Kalaya semakin memucat dan Sean merasakan keringat dingin di telapak tangan gadis itu. Pemandangan ini, sedikit banyak dirindukan oleh Sean. Tatapan tak berdaya dan rasa takut gadis itu membuat Sean betah memandanginya lama-lama.

"Bercanda, Scarletta. Sana ganti baju di kamar mandi, aku tunggu di bawah," kekeh Sean sambil melepaskan tangan Kalaya.

Cowok itu melihat Kalaya menghirup napas begitu dalam dan menghembuskannya dengan lega. Ia beranjak dari duduknya hendak keluar dari kamar Kalaya namun lengan Kalaya tiba-tiba menahannya.

"Sโ€”Sean, Sean bisa nggak hapus foto itu dari handphone Sean?"

Pertanyaan tak terduga dari Kalaya membuat Sean langsung terdiam dengan manik mata yang menatap lurus Kalaya. Keduanya saling bertatapan dengan arti pandangan yang berbeda-beda.

Namun, hingga di menit ketiga mereka saling bertatapan, Kalaya tidak mendengar ucapan yang keluar dari bibir Sean sebagai jawaban selain hal yang dilakukan cowok itu sebelum pergi dari kamar Kalaya, yaituโ€”menariknya mendekat dan mencium kening Kalaya lama.

***

"Ngapain si Rion ada di sini?"

Gumaman Sean ketika keduanya tengah jogging di taman kompleks membuat Kalaya langsung menoleh dengan napas yang terengah-engah.

Langkah kaki Sean langsung memelan yang diikuti Kalaya hingga akhirnya mereka yang sudah jogging selama tiga puluh menit itu berjalan biasa.

Sean masih mengamati sosok cowok dengan celana pendek hitam selututnya lalu kaos hitam tanpa lengan yang menampilkan otot lengannya. Cowok yang Sean amati itu dengan santai melewati keduanya sambil berlari pelan.

"Kamu sering liat si Rion jogging di sini?" Tanya Sean pada Kalaya.

Kalaya dengan cepat menggeleng. "Kala bahkan baru pertama kali jogging sama Sean di sini," ucapnya dengan mata yang mengerjap lugu.

"Kamu nggak pernah berhubungan lagi sama Rion, 'kan?"

"N-nggak, Sean," jawab Kalaya dengan jantung yang mulai berdebar. Lambat laun Kalaya sudah mulai belajar berbohong pada Sean.

"Baguslah, meskipun aku berhubungan sama pacarnya, bukan berarti kalian bisa saling kenal. Kamu harus hati-hati, Rion itu nggak sebaik yang kamu kira," ucap Sean sambil menarik lengan Kalaya untuk duduk di kursi taman.

Kalaya hanya diam dan menurut, setelah duduk di taman Sean kembali pamit untuk membeli minum karena mereka memang tidak membawanya dari rumah.

Setelah itu, Sean meninggalkan Kalaya dan berjalan ke arah pedagang kaki lima yang berjejer di pinggir jalan taman kompleks.

"Bu, air mineralnya dua ya."

Sean memberikan uang merah satu lembar ketika menerima dua botol air mineral, dan langsung pergi setelah mengatakan kembaliannya disimpan saja oleh wanita paruh baya berjilbab yang menjual aneka minuman itu.

Saat sedang berjalan, Sean tidak langsung kembali ke area taman kompleks tapi ia menghampiri dua orang pemuda yang terlihat tengah makan bubur di salah satu warung gerobak bubur ayam yang memang sudah Sean lihat ketika tengah membeli minum.

"Ngapain lo berdua di sini?"

Kedua pemuda itu langsung mendongak dan salah satunya terkejut melihat kedatangan Sean.

"Lah, lo ngapain di sini?!"

Sean berdecak malas. "Kenapa malah balik nanya? Lo berdua ngapain di sini?"

"Nggak liat kita lagi makan bubur?" Balas Oliver yang diangguki oleh Reka. Dua cowok itu masih terlihat memakai pakaian rumah, wajah Reka bahkan masih terluhat seperti orang teler, hanya Oliver yang terlihat segar dan rapi, bahkan rambutnya basah seperti baru keramas di Minggu pagi ini.

"Gue nggak buta, tapi kenapa harus jauh-jauh ke sini?"

Reka menyugar rambut mangkoknya ke belakang sambil menatap Sean jengah. "Kenapa sih? Emangnya ini kompleks perumahan lo? Lagian di sini bubur ayamnya enak, gue ke sini karena diajakin Oliver, lumayan di traktir meskipun gue masih pengen molor."

"Pian mana?" Tanya Sean mengalihkan pembicaraan. Karena setaunya semalam teman-temannya menginap di rumah Oliver.

"Udah balik dari subuh, lo tumben udah bangun? Nggak hangover lo tadi pagi?"

Sean menggeleng sebagai jawaban. Dia memang mengantuk dan ingin tidur lebih lama, tapi entah kenapa tiba-tiba saja ia bangun pagi dan mengingat mengajak Kalaya untuk jogging.

"Ya udah, gue balik dulu."

"Lo sendirian di sini?" Tanya Oliver ketika Sean hendak berbalik.

Sean terdiam sejenak sebelum akhirnya menggeleng. "Nggak, sama cewek gue."

Oliver dan Reka saling berpandangan melihat Sean berjalan menjauh dari keduanya, setelahnya decakan pelan keluar dari bivir Oliver.

"Enak banget, malemnya abis seneng-seneng sama Raya, paginya gantian sama Kalaya."

Reka yang mendengar itu langsung menoleh cepat. "Emang iya Sean sama Kalaya sekarang? Siapa tau ada lagi ceweknya selain Raya sama Kalaya."

Oliver tidak menjawab, cowok berwajah sangar itu segera meneguk teh tawar hangatnya tak mempedulikan Reka yang merasa nyawanya belum terkumpul karena tadi pagi dipaksa bangun oleh Oliver.

***

Bukh!

"Siapa yang ngizinin lo duduk di samping cewek gue?!"

Kalaya dan Rion kompak menoleh ke belakang saat mendapati Sean datang dan berujar dengan nada tidak sukanya sambil melempar dua botol air mineral ke punggung Rion.

Gadis itu langsung berdiri dan mendekat pada Sean sedangkan Rion dengan santai duduk sambil menyimpan kaki kanannya di atas kaki kiri.

"Ini fasilitas umum, dan gue cuma nyapa orang yang gue kenal," jawab Rion santai.

"Nggak usah deketin cewek gue lagi, gak cukup gue blokir akses komunikasi lo sama Scarletta?"

Rion berdecak tak percaya. "Lo aja bisa sedeket itu sama cewek gue, kenapa gue nggak bisa deket sama cewek lo? Oh, Sean, gimana kalau kita tukeran pasangan? Lo sama Raya dan gue sama Kalayaโ€”,"

"Anjing!"

Sean melayangkan tinjuannya ke rahang kiri Rion cukup keras hingga cowok itu jatuh tersungkur dan mengundang pekikan Kalaya yang terkejut atas aksi Sean barusan.

"Rion!" Kalaya terkejut dan hendak membantu Rion berdiri, namun Sean mencekal lengannya dengan erat dan menatap Kalaya dengan tajam.

"Jangan berani-berani bantu dia, Scarletta," desis Sean penuh ancaman.

Kalaya langsung menciut ketika melihat tatapan tajam Sean, gadis itu menundukkan kepalanya karena takut sekaligus malu karena mereka mulai menjadi pusat perhatian meskipun kebanyakan dari mereka berusaha untuk tidak ikut campur.

"Jaga jarak lo sama Scarletta atau lo akan tau apa yang bakal terjadi sama Raya," ujar Sean menatap Rion yang tengah mengusap sudut bibirnya yang berdarah.

"Lo nggak akan bisa ngancam gue dengan bawa-bawa Raya," kekeh Rion sembari meludah ke samping.

"Gue bisa!"

"Lo nggak akan bisa nyakitin Raya."

Bukannya menjawab Sean malah tersenyum miring pada Rion.

"Ya, lo benar, gue memang gak bisa nyakitin Raya karena dia cewek yang gue cintai, tapi gue bisa bikin Raya nahan lo buat nggak ganggu cewek gue. Lo sadar 'kan, Raya se-obsess apa sama cowok banci dan tolol kayak lo?"

Rion terdiam dengan kedua tangan terkepal, begitupula Kalaya yang mendadak kehilangan napas sejenak.

Kalaya menggigit bibir bawahnya sembari meremat ujung kaosnya untuk melampiaskan rasa sesak setelah mendengar ucapan Sean bahwa dia mencintai Raya, bahkan Sean sama sekali tidak perlu berpikir dua kali untuk mengatakan hal itu meskipun dia menyakiti Kalaya yang tengah berdiri di sampingnya dengan tangan yang Sean genggam erat.

Kalaya kira, itu genggaman rasa takut Sean akan kehilangan, tetapi ternyata Kalaya terlalu banyak berharap. Bahkan sekarang, rasa sakit cengkraman Sean tidak berarti apa-apa dengan rasa sakit dan nyeri di hatinya.

Organ tubuhnya seakan bekerja sama dengan kompak untuk memberi reaksi yang membuat Kalaya tidak berdaya melawan rasa sakitnya, dan semua pergerakan Kalaya tak luput pandangannya dari Rion.

"Gue bakal lepasin Raya buat lo, asal lo lepasin Kalaya."

Kalaya langsung menatap Rion terkejut, sedangkan Sean tergelak mendengar ucapan Rion, lelaki itu merangkul pundak Kalaya dan berjalan mendekat pada Rion yang terus menatap Kalaya dalam.

"Gue sangat tersanjung sama tawaran lo setelah bertahun-tahun lo bertahan sama hubungan lo, tapi sayangnya, masalahnya bukan ada di gue, tapi Raya, apa dia mau ngelepasin lo gitu aja?" Sean tersenyum miring, berusaha tenang meskipun kini rahangnya sudah mengeras.

"Dan tadi kalau gue gak salah denger ... lo nyuruh gue ngelepasin Scarletta?" Sean terkekeh sumbang. Tangan kanannya terulur untuk menepuk-nepuk pipi Rion yang langsung ditepis kasar oleh cowok itu.

"Bangun, Bro. Mimpi lo ketinggian."

"Sean, udah, kita udah diliatin banyak orang," cicit Kalaya sambil menarik ujung kaos Sean.

Sean menoleh dan menatap lama raut wajah Kalaya yang sudah memerah seperti menahan tangis sebelum akhirnya kembali menatap Rion yang masih bergeming di tempat.

"Scarletta, aku nggak suka kamu berhubungan sama Rion, Mama kamu juga punya pendapat yang sama, 'kan? Seharusnya kamu sadar, kalau Rion punya niat jahat buat deket sama kamu, jadi kamu harus hati-hati," ucap Sean melempar seringaian pada Rion sebelum akhirnya berlalu meninggalkan taman.

***
TBC
ย 

WAH ... MAKIN PANAS AJA NIH๐Ÿ”ฅ


ย 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya 21 - Sagra Mahatma
1
0
โš ๏ธ๐–๐€๐‘๐๐ˆ๐๐†ย  [18+]๐™ƒ๐™–๐™ง๐™จ๐™ ๐™ฌ๐™ค๐™ง๐™™๐™จ, ๐™ฅ๐™๐™ฎ๐™จ๐™ž๐™˜๐™–๐™ก ๐™–๐™—๐™ช๐™จ๐™š, ๐™ฉ๐™ค๐™ญ๐™ž๐™˜ ๐™ง๐™š๐™ก๐™–๐™ฉ๐™ž๐™ค๐™ฃ๐™จ๐™๐™ž๐™ฅ, ๐™‹๐™ค๐™จ๐™จ๐™š๐™จ๐™จ๐™ž๐™ซ๐™š, ๐™Š๐™—๐™จ๐™š๐™จ๐™จ๐™ž๐™ค๐™ฃ, ๐™ข๐™š๐™ฃ๐™ฉ๐™–๐™ก ๐™๐™š๐™–๐™ก๐™ฉ๐™ ๐™ž๐™จ๐™จ๐™ช๐™š๐™จ, ๐™š๐™ฉ๐™˜. ย Cassean Davion Mahatma dikenal sebagai sosok tampan tanpa cela dan memiliki track record siswa paling 'mulus' di SMA Mahatma.Julukan good boy juga prince charming banyak disematkan pada sosok Sean yang selalu tampil di muka umum dengan otak brilian dan senyuman malaikatnya.Sayangnya, pemegang sabuk hitam bela diri Taekwondo itu sempat mematahkan hati para pemujanya ketika ia menggaet sosok gadis cantik berprestasi yang lugu dan kesayangan para guru sebagai kekasih pertamanya di awal tahun kedua ia bersekolah di SMA Mahatma.Kalaya Scarletta Druscille, namanya.Gadis bertubuh mungil yang menyukai bunga dan senang mengenakan dress itu resmi menjadi milik Sean.Titel sebagai sosok 'bintang' di sekolahnya itu membuat mereka berdua dijuluki sebagai pasangan goals yang begitu manis di setiap waktu.Namun, kenyataannya pandangan mereka semua keliru.Apa yang mereka lihat, tidak seindah dengan apa yang Kalaya rasakan.Karena yang Kalaya sadari, jatuh cinta pada Sean adalah pilihan karena kekeliruannya, dan pergi dari hidup Sean adalah mimpi buruknya.Bahagia yang Kalaya bayangkan berubah seperti neraka yang tidak ada ujungnya, dan Kalaya menyadari, bersama Sean sama saja dengan membunuhnya secara perlahan.Mampukah Kalaya pergi dari hidup Sean ketika takdir kembali mempertemukan mereka dengan cara yang paling tak pernah Kalaya duga, dan pada akhirnya Kalaya kembali bertemu dengan versi Sean yang jauh lebih berbahaya.Dan saat itu, Kalaya menyadari, mati adalah jalan terakhir dan satu-satunya untuk tidak bertemu dengan Sean lagi.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan