
1 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
ONESHOOT-VIP FANS
4
1
Mi, aku nonton konser lagi ya? Plis banget ini mah, hari ini Lian manggung di alun-alun kota.Begitulah Salsadhiya Miranti Kesuma(19) pada ibunya, Salsa ia biasa di panggil oleh orang-orang yang mengenalnya. Namun ibunya Deswita selalu memanggilnya dengan Caca, karena saat kecil Salsa tak bisa mengucapkan namanya sendiri dengan baik.Gadis itu tengah menggandrungi idola baru yang tengah naik daun. Namanya Revalian Narthadya Akyaz, atau yang lebih Salsa kenal dengan nama panggungnya Lian Narthadya. Lagu-lagunya selalu Salsa putar di media pemutar musik di handphonenya. Bahkan itu menjadi playlist wajib untuk menemani kesehariannya.Bilang papi lah. Mami gak mau berantem lagi sama papi gara-gara ngasih izin kamu sembarangan. Jawab Deswita membuat Salsa nampak melenguh kecewa.Ayolah mi. Deket ini. Protes Salsa masih saja merengek pada Deswita.Engga ya Ca. Terakhir kali waktu kita liburan sesuai dengan kemauan kamu dan ternyata malah kamu nyelintis datengin konser Lian Lian itu, papimu aja marahin mami gak selesai-selesai. Liburan keluarga kok malah asik sendiri. Mami gak mau. Pokoknya kalau mau izin sesuatu langsung ke papi.Salsa nampak menghela nafas sebal. Bibirnya sudah mencebik. Namun tak menggoyahkan keputusan Deswita. Bukan sekali dua kali Salsa izin menonton konser idolanya itu, yang berujung petaka bagi Deswita karena pasti selalu kena omel Danis suaminya.Janji deh, kali ini selesai acara langsung pulang. Gak ikut fanmeet kayak biasanya. Rayu Salsa lagi, masih tak gentar untuk merobohkan pertahanan Deswita.Kayaknya mami gak asing deh sama kalimat barusan, pernah denger gitu dari siapa. Ujar Deswita, dengan mimik seolah tengah mengingat-ingat sesuatu.Oh, mami inget. Bulan lalu ada anak orang juga bilang gitu, ujungnya ngabarin tengah malem gak pulang malah nginep di hotel. Dan yang kena? Maminya lagi. Sindir Deswita membuat Salsa langsung mengatupkan bibirnya rapat.Benar, bulan lalu kalimat yang sama Salsa lontarkan saat hampir saja ia tak mendapatkan izin dari Deswita. Namun Salsa tetaplah Salsa penggemar nomor satu Lian Narthadya, ia bahkan selalu mencari cara agar bisa ikut fanmeet setelah konser Lian untuk mendapatkan tanda tangan ekslusif dari Lian.Jadi harus bilang papi nih? Cicit Salsa pada Deswita.Yes! Selamat berjuang ya baby girl. Semoga gak ada masalah kantor yang bikin papi kesel dan akhirnya bikin kamu gak jadi nonton konser. Ujar Deswita membuat Salsa sedikit takut.Tapi jatah dari mami lancar kan semalam? Tanya Salsa membuat Deswita membulatkan matanya seketika.Caca!Oh oke. Kalau lancar aman. Karena kalau sudah lancar urusan sama mami, papi pasti bahagia dan akan dengan senang hati ngijinin Caca nonton konser. Bye mami, Caca ke ruangan papi dulu. Muach! Ucap Salsa meninggalkan Deswita begitu saja setelah memberikan kecupan singkat pada pipi ibunya. Lalu berlari menuju ruang kerja tempat Danis berada.Jujur saja, Salsa masih gugup. Ia tentu tahu mengajukan izin pada Danis akan lebih rumit daripada dengan Deswita. Akan ada sederet pertanyaan yang harus ia jawab, dan tentunya ada janji yang harus ia buat dan seribu persen harus ia tepati.Perlahan pintu ruangan Danis terbuka pelan. Salsa menampakkan kepalanya dari balik pintu itu, membuat Danis meliriknya sekilas, lalu mempersilahkan gadis itu untuk masuk.Ada apa Ca? Tanya Danis to the point, Salsa hanya dapat membalasnya dengan cengiran.Papi lagi apa? Tanya Salsa basa basi membuat Danis tersenyum penuh arti, ia tahu anak gadisnya itu ingin menyampaikan sesuatu padanya.Nonton konser lagi? Tebak Danis pada Caca.Gotcha! Papi selalu tahu apa maunya Caca. Jawab Caca penuh semangat, seolah ia sudah mendapatkan izin dari Danis.Danis terkekeh pelan. Lalu memanggil Salsa untuk mendekat ke arahnya. Boleh. Kalau kamu bisa nemuin satu kesalahan di laporan yang baru papi terima dari sekretaris papi.Salsa dibuat melongo. Menatap layar komputer milik sang ayah. Dengan deretan tulisan huruf dan angka di sana yang membuat pandangannya langsung buyar begitu saja.Pi, ayolah konsernya nanti malam. Kalau Caca mantengin ini dulu, mana keburu. Protes Salsa dengan nada begitu frustasi.Gak akan nyampai satu jam kalau kamu pakai otak kamu yang jenius itu sayang. Masak SMP-SMA akselerasi dan jadi mahasiswa termuda di jurusan bisnis gak bisa bikin kamu mecahin masalah kecil gini. Papi kasih penawaran lebih dari konser deh. Kali ini Salsa langsung menatap Danis dengan dahi yang sedikit berkerut. Pasti tawaran yang akan pria itu berikan tak main-main.Apa? Balas Salsa singkat.Harus deal dulu, baru papi kasih tahu penawarannya.Jangan jebak aku untuk urusin pekerjaan papi ya. Aku kuliah bisnis bukan karena mau melanjutkan bisnis papi. Sebutkan dulu penawarannya, baru Salsa kasih jawaban. Tegas Salsa yang membuat Danis terkekeh. Gadis itu memang sangat sulit untuk dirayu, namun ratunya jika urusan merayu orang lain.Oke oke. Kalau kamu bisa nemuin tugas yang papi kasih tadi dalam waktu kurang dari satu jam. Papi izinkan kamu nonton konser Lian seumur hidup tanpa harus minta izin ke papi dan mami, dimanapun. Papi fasilitasi transport dan akomodasinya. Dan....Dan apa? Kalau gitu mah Caca juga punya uang buat transport dan akomodasi doang mah. Jawab Salsa padahal Danis belum selesai mengucapkan penawaran terkahir yang akan ia berikan pada Salsa.Dan papi pastikan kamu bisa jadi VIP Fans nya Lian. Ucap Danis penuh penekanan pada Salsa, dengan senyum bangga seolah Salsa langsung menerima penawaran tersebut.VIP Fans? Tanya Salsa bingung.Yash! Kamu bisa dapat akses belakang panggung kepanpun kamu mau. Ketemu Lian. Foto sama Lian. Minta tanda tangan Lian. Dan apapun yang kamu mau. Jawab Danis dengan penuh keyakinan.Kalau jadi istrinya Lian?Tidur dulu deh, siapa tahu habis itu jadi istrinya Lian. Balas Danis kesal.Mimpi dong?Ya itu tahu. Kalau semua yang tadi papi sebutkan masih bisa papi usahakan. Tapi soal hati, mana bisa pakai uang?Salsa mendengus. Tak terima namun yang terucap dari Danis benar adanya. Dan tentu saja ia menjabat tangan Danis, tanda sepakat tentang penawaran yang pria itu berikan. Dan tanpa berbasa basi lagi Salsa mengambil alih laptop Danis dan mulai melakukan tugasnya dari sang ayah.***Paul? Tanya Salsa bingung, karena setelah hampir satu jam berkutat dengan ayahnya di dalam ruang kerja Danis ia baru keluar dari dalam sana dan langsung melihat Paul yang sudah duduk di ruang tamu rumahnya.Tumben penyanyi terkenal ini dateng kesini. Gak manggung lo? Tanya Salsa membuat Paul hanya terkekeh.Pria itu menepuk space kosong di sofa yang ia duduki. Lalu meminta Salsa untuk duduk di sana.Papi lo telfon tadi, katanya gue suruh kesini dulu. Padahal ada acara gue nanti malem. Jawab Paul santai.Papi? Tanya Salsa memastikan, karena jarang sekali sepupunya itu berhubungan dengan Danis. Mengingat Paul lebih memilih jalan seni, ketimbang melanjutkan bisnis keluarganya.Tak lama Danis keluar. Dengan senyum begitu sumringah, seolah tak ada beban lagi yang ia pikirkan dalam hidupnya. Kesalahan yang dibuat oleh sekretarisnnya langsung bisa Salsa koreksi, dan itu yang membuat Danis sebahagia ini rupanya.Eh udah dateng mas? Ucap Danis pada Paul.Papa mama sehat? Tanya Danis lagi yang diangguki oleh Paul.Ganteng gini, sayang banget gak mau lanjutin bisnis malah milih nyanyi. Tapi gapapa deng, sama sama jadi orang kaya juga. Canda Danis pada Paul, namun tak membuat Salsa ataupun Paul yang mendengarnya ikut tertawa.Otak aku gak akan nyampe ngurusin bisnis om. Apalagi, pabrik kecap kakek yang ah om tahu sendiri ngurusinnya susah. Harus hafalin resep ini itu, harus QC ke tiap tiap bagian produksi. Gak deh, itu biar jadi makanan Salsa aja nantinya.Salsa yang mendengarnya mendengus sebal. Ia selalu saja jadi kambing hitam mengingat Paul lebih tua usianya dari Salsa, yang memungkinkan pria itu melimpahkan apa yang seharusnya ia lakukan pada gadis itu.Haha. Gapapa gapapa, om tahu masa muda emang harus nurutin mau dulu. Nanti kalau udah tahu gimana susahnya cari uang, baru deh balik lagi minta saham pabrik. Tapi bukan itu yang mau om bahas. Paul terkekeh, sungguh candaan Danis memang terlihat sedikit sarkas namun Paul tahu itu hanya sebuah candaan belaka. Yang membuatnya bingung, kalau hujan soal pabrik lalu untuk apa pria itu memanggilnya kemari.Oh bukan soal pabrik om? Tanya Paul bingung.Danis menggeleng. Lalu ia lebih dulu mengambil posisi duduk di sofa yang berseberangan dari sofa yang diduduki oleh Paul dan Salsa.Kamu satu label sama Lian kan? Tanya Danis tiba-tiba.Lian? Tanya Paul bingung. Sedangkan Salsa kini mulai paham. Ah rasanya ia dibodohi oleh Danis. Namun setelah ia pikir-pikir ini memang kebodohannya, ia lupa jika sepupunya pasti kenal Lian dan tentu dekat dengan pria itu. Nyatanya beberapa kali Paul sering satu panggung dengan Lian, dan Salsa tahu itu. Dan bisa-bisanya ia tak kepikiran tentang Paul dan Lian yang saling mengenal.Lian Narthadya. Jawab Danis, yang langsung diangguki oleh Paul.Sahabat saya kebetulan om. Kenapa ya? Orangtuanya ada urusan bisnis sama om?Lagi-lagi Danis menggeleng. Ia kemudian melirik Salsa dan tersenyum melihat gadis itu nampak sedikit kesal.Sering manggung bareng kan? Paul mengangguk, membuat Danis semakin tersenyum.Salsa kan sering nonton konsernya Lian tuh. Sering ikut fanmeet nya juga sesekali konser. Nah bisa gak kamu ajak dia nonton kalian dari posisi yang lebih deket? Atau paling gak ajak Salsa gabung sama kamu kalau udah turun panggung di backstage? Ajak Salsa masuk di tim kamu juga gapapa. Jadiin apa gitu kek.Kali ini Paul melirik ke arah Salsa. Melihat wajah gadis itu yang nampak ingin melayangkan protes pada Danis. Setelahnya ia kembali menatap Danis untuk memberi jawaban.Boleh aja sih. Jawab Paul ragu.Tapi Lian itu introvert banget. Jadi kadang setelah manggung dia milih sendiri, dan jarang banget berinteraksi sama orang lain. Jadi kalau pun Caca ikut, ya paling bisa foto bareng gak akan bisa ngobrol terlalu jauh sama Lian. Jelas Paul lagi yang diangguki oleh Danis.Gapapa. Yang penting Salsa bisa foto sama dia dan dapat tanda tangan dia tanpa harus berebut sama yang lain. Ngerti kan Ul?Paul mengangguk. Lalu memilih pamit setelahnya, karena waktu sudah hampir melewati waktu ashar. Dan Paul, pria itu sudah harus berada di venue untuk melakukan GR.***Mati si Lian hari ini bawa gandengan. Apa gak sakit hati nanti si Salsa lihat Lian ditempelin cewek modelan Irish begitu? Gumam Paul pada dirinya sendiri saat dari kejauhan ia melihat Lian datang bersama Irish, kekasih Lian yang kini bergelayut mesra pada lengan pria itu.Lian nampak tersenyum ke arah Paul. Lalu berjalan semakin mendekat ke arahnya. Dan tentu saja menyapanya dengan tos yang biasa keduanya lakukan.Sehat bro? Tanya Lian pada Paul.Monyet lo! Baru juga ketemu kemarin. Balas Paul membuat Lian terkekeh. Keduanya memang baru bertemu kemarin, saat ada acara ulang tahun salah satu rekan mereka yang lain, Nabila.Tumben bawa gandengan? Tanya Paul lagi setengah menyindir Irish.Biar gak kelihatan jomblo aja. Jawab Lian sambil bercanda pada Paul. Kebetulan pacar gue ini gak ada kuliah jadi gue bawa aja sekalian.Paul mengangguk. Sejujurnya ia agak sedikit risih dengan adanya Irish. Tak hanya sikap wanita itu yang terus menempel pada Lian, namun juga penampilannya yang selalu saja menggunakan baju kurang bahan. Kalau atasannya panjang maka bagian bawahnya yang pasti tak menutupi pahanya, kalau ia pakai celana panjang sudah pasti atasan yang ia kenakan yang tak beres. Ah sudahlah tak penting juga untuk membahas gadis itu.Eh si anjing. Lo habis ngamar ya? Tanya Paul setengah berbisik ke arah Lian. Bagaimana tidak salah fokus, setelah Paul lihat lagi ada banyak tanda merah yang tersisa tak hanya di leher Lian namun juga pada leher dan bagian di dekat dada Irish yang memang sedikit terbuka.Lian menggaruk tengkuknya pelan. Lalu berpindah menggaruk hidungnya. Ganti oli bro! Kayak lu gak pernah aja. Jawab pria itu santai.Setan! Inget karir, jangan tiba-tiba mandek gara-gara kecebong lo berkembang. Sindir Paul lagi-lagi mengundang tawa Lian.Aman bro! Selagi minimarket buka dan jual kondom trabas aja gak sih?Sinting!Udah ah ayo Li, kaki aku pegel. Rengek Irish yang sepertinya juga tahu kalau Paul tak terlalu suka dengannya.Iya sayangku. Sebentar ya. Ujar Lian pada Irish.Duluan ya Ul. Nanti kita ngobrol lagi. Paul mengangguk, seiring dengan tubuh Lian yang langsung ditarik oleh Irish menjauh darinya.Sungguh rasanya Paul ingin menjauhkan wanita itu dari Lian. Jujur saja sejak tahu Lian berpacaran dengan Irish hati Paul selalu menolak hubungan keduanya namun tak bisa ia sampaikan untuk menjaga perasaan Lian.Ini gimana nasib sepupu gue? Apa gue bilang aja jangan dateng hari ini? Masak ketemu eksklusif di belakang panggung gue kasih lihat boroknya si Lian.Paul bolak balik melihat ponselnya. Membuka room chatnya denag Salsa, lalu mengeluarkannya lagi. Ia tahu Salsa hanya sekedar penggemar, namun ia juga tak sampai hati jika Salsa harus melihat Lian dalam kondisi ah yang dia sendiri juga tak suka.Lagian si Lian, betah banget pacaran sama perempuan modelan uler begitu. Heran gue. Ganteng doang, otak di dengkul. Gerutu Paul, masih saja kesal membayangkan bagaimana kedekatan Lian dan juga Irish.Kenapa kak? Tanya seseorang tiba-tiba membuat Paul sedikit terkejut.Paul langsung mengatupkan bibirnya rapat. Barulah ia menoleh ke arah sumber suara. Semoga saja bukan seseorang yang mengenal Lian dan Irish.Eh si cantik Nabila. Ujar Paul, ternyata ada Nabila yang hari ini turut tampil bersamanya dan juga Lian.Siapa yang otaknya di dengkul? Tanya Nabila lagi masih membahas kalimat yang tadi tanpa sengaja ia dengar keluar dari mulut Paul.Hah? Bukan apa-apa Nab. Jawab Paul sedikit gugup. Namun sepertinya Nabila tahu kenapa sejak tadi Paul menggerutu.Kak Lian ya? Emang agak aneh sih setelah jadian sama Irish. Ungkap Nabila dan tentu saja Paul mengangguk setuju. Apa jangan-jangan kena guna guna Irish ya kak?Kali ini Paul menatap heran ke arah Nabila. Ia bahkan belum pernah terpikirkan apa yang baru saja Nabila ucapkan. Tapi sudahlah dia juga tak ingin ikut campur urusan Lian dan Irish. Yang kini sedang ia pikirkan adalah bagaimana nanti jika Salsa bertemu dengan sahabatnya itu.To : CacaCa
Ketemu Lian nya minggu depan aja ya pas ada acara di BandungKenapa??
Lian cancel ya?Engga sih.Ya udah tetep mau ketemu Lian nya aku.Dih
Kata gue mah sadar diri
Nanti lihat Lian sama pacarnya nangessssEmang Lian punya pacar?
Bukannya pacarnya Lian aku ya?Sinting.
Pokoknya jangan berekspektasi apapun kalau ketemu Lian. Oke?Ya ya ya. Santai aja.
Gue cukup sadar diri kok.Bukan begitu Ca.
Lian gak sebaik yang lo kira
Jadi jangan naruh harapan apapun ke dia.OkeSibuk banget? Pacarnya ya? Tanya Nabila pada Paul.Pacar? Calon pacar aku kan di sini. Jawab Paul membuat Nabila tersipu.Bisa aja buaya. Jawab Nabila lalu keduanya tertawa bersama.***Penampilan Lian telah usai. Ia nampak sudah turun dari panggung dan mulai berjalan kembali ke ruangan yang memang disediakan untuknya, Paul dan Nabila.Dan di sanalah Salsa berada. Gadis itu sejak siang telah menyiapkan dirinya, bahkan ia menyempatkan diri untuk ke salon agar penampilannya paripurna. Ia telah siap untuk bersalaman langsung dengan idolanya secara privat. Meski degup jantungnya sejak tadi sudah tak karuan ia tetap mencoba menahan dirinya agar tak terlalu over di depan Lian.Pacar baru? Tanya Lian pada Paul saat melihat Salsa berdiri di sampingnya.Udah berhenti jadi cogilnya Nabila? Imbuhnya lagi membuat Paul ingin menutup rapat mulut Lian. Tak ada yang tahu jika Paul benar-benar menaruh hati pada Nabila, orang-orang hanya tahu itu sebatas candaan semata.Sepupu gue. Namanya Salsa. Katanya sih ngefans sama lo. Gue juga bingung orang kayak lo yang disukain apanya. Ujar Paul menyuruh Salsa untuk berkenalan dengan Lian.Sa, seperti yang lo lihat. Ini Lian. Yang gak perlu gue jelasin pasti lo udah tahu semuanya tentang dia.Kedua orang itu kini saling menjabat. Tak lupa dengan senyum yang terlempar untuk satu sama lain. Hanya sebuah salaman kilat, karena Lian langsung melepaskan jemari Salsa pun hal yang sama juga Salsa lakukan.Salsa kak. Ucap Salsa dengan sedikit salah tingkah pada Lian.Gue Lian. Eh udah tahu kan ya? Balas Lian yang diangguki oleh Salsa.Ya udah bilang gih lo mau minta apa Sa dari Lian jelek ini. Celetuk Paul ditengah-tengah Salsa dan Lian yang malah sibuk dengan diam.Oh, aku boleh minta foto gak kak? Tapi pakai kamera polaroid, biar langsung jadi hasilnya. Aku sekalian mau minta TTD. Ucap Salsa panjang lebar yang hanya dibalas anggukan oleh Lian.Salsa berjalan mendekat ke arah Lian. Berdiri tepat di samping pria itu. Namun ia sedikit menghindar saat Lian nampak ingin merangkul pundaknya.Bukan muhrim coy! Seru Paul yang membuat Lian terkekeh.Cuma rangkul elah. Balas Lian tak terima.Ya lo lihat, tuh anak orang gak nyaman. Lagian gak buta kan lo? Salsa pakai kerudung jangan asal rangkul anak orang setan.Lian nampak hanya mengangguk. Lalu menaruh kedua tangannya di depan badannya. Beberapa foto Salsa ambil, sembari menunggu foto itu tercetak pada kertasnya ia memilih memberi jarak dirinya dari Lian.Salsa sedikit tersentak, saat ada seorang perempuan datang ke arahnya dan Lian. Wanita tersebut langsung memeluk Lian dari belakang, yang membuat hati Salsa sedikit panas. Belum lagi, Lian yang membalas pelukan Irish dengan mengusap lengan Irish yang melingkar pada perutnya.Sialan nih ada uler keket.Sayang kok lama. Aku nungguin daritadi. Ujar Irish dengan nada dibuat mendayu dayu.Eh ini ada sepupunya Paul mau minta foto dulu sama tanda tangan. Sebentar ya?Irish nampak mencebikkan bibirnya. Lalu mengeratkan pelukannya pada Lian, dan membenamkan wajahnya pada punggung Lian yang masih basah dengan keringat.Gak usah dilihatin Sa. Emang Lian kalau punya pacaran suka bego dan lupa diri. Ucap Paul mengingatkan Salsa.Pacarnya Lian? Begini modelnya? Yang bener aja dong.Temen kamu rese banget sih yang. Protes Irish pada Lian.Bacot emang si Paul. Gak usah di dengerin ya sayang. Irish memandang Paul penuh kemenangan.Najis banget nih cewek. Lo gak mau sama gue aja apa Li.Sa. Salsa? Panggil Lian pada Salsa yang nampak melamun.Huh? Iya sayang?--eh astaghfirullah. Maaf maaf. Iya kak, maksud aku. Salsa nampak gugup. Bisa-bisanya ia membawa khayalan di lamunannya ke alam nyata. Lebih lagi kini Irish menatap penuh tak suka ke arahnya.Apaan sih kampungan banget. Cibir Irish pada Salsa.Paul hendak membela Salsa. Bahkan secara kelas sosial jelas Salsa lebih tinggi dibanding gadis itu. Namun Salsa langsung mencegah Paul, membiarkan wanita itu melakukan apa yang ia mau.Udah kan fotonya? Ayo Li, jauh jauh dari dua orang ngeselin ini. Ajak Irish pada Lian. Gadis itu sudah berpindah posisi menjadi di samping Lian, dan menarik lengan Lian agar tubuhnya berada pada rangkulan pria yang menjadi kekasihnya itu.Bentar ya Rish. Ini Salsa mau minta tanda tangan di foto kita tadi. Ujar Lian masih menunggu gambar pada kertas polaroid Salsa tercetak sempurna.Tak terlalu lama. Karena kertas-kertas foto itu kini sudah berada di tangan Lian, dan pria itu menandatanganinya satu persatu membuat Salsa tersenyum dan bersorak dalam hatinya.Gak usah banyak banyak Li. Nanti dijual loh tanda tangan kamu sama dia. Ujar Irish lagi menghina Salsa membuat Paul sebenernya geram.Makasih ya Li. Ini hadiah kecil buat kamu. Salsa menyodorkan sebuah paper bag bertuliskan sebuah logo barang branded di sana. Membuat Irish menatap gadis itu tak percaya. Seolah ia termakan oleh ucapannya sendiri.Sa? Gak usah repot-repot. Ucap Lian menolak sebuah parfume yang Salsa tahu betul sering Lian bawa kemana-mana.Halah paling KW Li. Cibir Irish dengan merebut parfume dari tangan Lian.KW? Apa dia bilang KW? Susumu yang KW mbak, isinya silikon semua!Lian yang sejak tadi nampak membela Irish sekarang nampak geram. Ia menarik parfum itu kembali dari tangan Irish dengan cukup kasar.Cukup Irish. Kalau lo gak bisa menghargai fans gue, jangan jadi pacar gue. Gue udah diem selama ini sama segala tingkah lo, dan asal lo tahu gue macarin lo karena lo dengan cuma-cuma nyodorin tubuh lo yang gak seberapa itu ke gue. Dan thanks, buat tadi malam. Walaupun lo bukan perawan tapi gue akuin skill lo diatas ranjang udah teruji. Jadi, mending kita putus deh Rish.Irish menatap Lian tak percaya. Gadis itu langsung mencengkeram lengan Lian dengan cukup kuat.Gak bisa gitu dong Li! Protesnya pada Lian.Emmm kak sorry, aku pamit dulu ya. Kayaknya udah gak enak suasananya. Ul gue cabut dulu ya? Salsa memilih pergi dari tempat itu. Daripada harus menyaksikan drama Irish dan Lian yang nampak sangat menjijikkan baginya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan