
"Aku bersumpah, kalau yang menolongku seorang wanita akan aku jadikan istri, kalau laki-laki aku jadikan saudara," ucap Pierre Hibban, korban perampokan sadis yang membuatnya hampir mati ditengah jalan raya yang sepi, saking putus asanya tidak ada yang menolongnya.
Apa yang terjadi ketika yang menolong Pierre itu seorang gadis buta yang bekerja di panti pijat?
Apakah Pierre yang seorang pengusaha muda kaya raya akan menepati janjinya menikahi gadis buta itu?
Ikuti kelanjutannya.
Follow ig@rr_maesa
Bab 1. Gadis Buta Di Panti Pijat
“Pijatanmu sangat luar biasa. Kalau kesini lagi, kau saja yang memijatku,” puji seorang pria yang sedang dipijat seorang gadis tuna Netra, disebuah tempat panti pijat.
“Berbalik, Tuan.” Tangan gadis itu perpindah memijat tangan pria itu, dengan pandangan lurus ke depan, pandangan yang selalu gelap.
Dulu waktu kecil dia pernah melihat indahnya apa saja yang dia lihat didunia ini, sebelum kemudian terjadi kebakaran hebat di rumahnya.
Api melalap habis rumahnya termasuk kedua orangtuanya, dia yang waktu itu berumur 7 tahun selamat tapi kemudian mengalami kebutaan.
“Sakura! Lari!” teriak ibunya waktu itu yang tertimpa reruntuhan bangunan rumah dan perbotan yang terlalap api. Dia yang memiliki tubuh kecil bisa keluar dari celah reruntuhan itu tapi tidak dengan ibunya.
Itulah terakhir kalinya dia melihat ibunya, kemudian ayahnya berusaha menolong ibunya.
“Sakura! Cepat keluar, Nak!” teriak ayahnya, sambil mencoba menolong ibunya tapi sayangnya nasib ayahnya tidak beda jauh dengan ibunya tidak bisa diselamatkan.
Sakura yang sedang memegang boneka beruang itu, mencoba berlari keluar rumah tapi api yang membakar habis rumahnya membuat bangunan itu roboh, membuat Sakura kecil tertimbun puing-puing.
“Namamu siapa?” tanya pria yang dipijat itu, membuyarkan lamunannya Sakura.
“Sakura.”
“Nama yang cantik.”
Sakura masih memijat tangan pria itu dengan telaten, dia begitu ahli mengetahui bagian mana saja yang perlu dipijatnya, menyusuri tangan itu dengan jari-jari yang seperti memiliki mata dan magnet untuk mengetahui bagian detil tubuh yang tegang.
“Kau sangat berbakat memijat.”
Sakura tidak menjawab. Saat Sakura berpindah memijat bahunya, kepala pria itu mendongak. Glek, pikiran mesumnya muncul, melihat dada membusung itu. Dilihatnya pandangan Sakura selalu kedepan, pandangan yang sekarang selalu gelap.
Terakhir bisa melihat hanya kobaran api yang membumbung tinggi yang membuat orangtuanya meninggal.
“Buka matamu!” terdengar suara pria yang tidak dikenal, setelah beberapa hari sejak kejadian itu.
“Buka matamu, sayang!” terdengar lagi suara wanita yang tiada lain neneknya.
Dokter membuka perbannya dan itulah awal dia tidak bisa melihat, pandangannya gelap bahkan tidak bisa melihat sinar sedikitpun. Seketika dia menjerit histeris ketakutan dengan kegelapannya. Hanya peluk neneknya yang terus memberinya semangat.
Sejak divonis kebutaan, Sakura kecil dibawa neneknya meninggalkan Tokyo. Tinggal bersama neneknya sampai dia gadis hingga sebuah cita-cita muncul dalam dirinya, menemukan donor mata dan tentunya dengan persiapan biaya yang tidak sedikit.
Akhirnya seijin neneknya, pergi ke kota tinggal bersama salah satu kerabat neneknya dan bekerja sebagai pemijat disebuat panti pijat.
Tangan pria itu mengulur kearah dadanya Sakura, akan berbuat mesum, tapi baru juga bergerak, dia berteriak karena tangannya terkena lelehan lilin aromateraphy.
“Aw! Apa yang kau lakukan” teriak pria itu dengan marah lalu bangun sambil memegang tangannya.
Sakura masih dengan berdiri dan tatapan ke depan.
Pria itu melihat tangannya yang melepuh kena lilin panas.
“Kau sangat kurang ajar!”
“Maaf, Tuan. Saya salah mengambil lilinnya!”
“Katakan saja kau sengaja!”
“Saya tidak bisa melihat, Tuan. Tidak mungkin saya sengaja.”
Pria itu diam, benar juga, gadis ini tidak bisa melihat, pasti salah ambil ramuan, malah mengambil tempat lilin.
“Dipijatnya sudah saja, jadi malas, sangat mengecewakan!” keluh pria itu, turun dari tempat berbaring itu.
Dilihatnya tangan Sakura menggapai-gapai lap tangannya, membuatnya tersenyum senang, kembali melihat dada gadis itu, pikiran mesum kembali muncul.
Pria itu menghampiri Sakura sambil melambaikan tangannya di depan wajah gadis itu. Ternyata Sakura diam saja tetap melihat lurus kedepan. Lagi-lagi pria itu tersenyum senang, gadis itu benar-benar tidak bisa melihat, pikirnya.
Lagi-lagi pria itu menelan ludah, melihat wajah Sakura yang cantik, lalu melihat tubuhnya dari atas sampai bawah. Lumayan, batinnya. Niat busuk langsung muncul, kedua tangannya akan memeluk Sakura dan lagi-lagi dia berteriak, karena sebuah tongkat hitam memukul tangannya dengan kuat.
“Aw! Kau kurang ajar!”
“Maaf, Tuan, saya tidak sengaja. Apa Tuan akan dipijat lagi?”
“Aku ingin dipijat yang lain! Bukan dipukul pukul begini!”
“Kalau begitu berbaring lagi, Tuan. Memang dipijatnya belum selesai, Tuan jangan kemana-mana.”
Pria itu memegang tangannya yang terkena pukulan tongkat yang sekarang sedang dipegang gadis itu.
Sambil meringis, pria itu kembali menatap Sakura. Diperhatikannya wajah cantik gadis itu. Meskipun tidak bisa melihat gadis itu memiliki kulit halus dan wajah yang cantik, bahkan tanpa make uppun kulit wajahnya begitu mulus. Matanya juga cantik bulat sempurna hanya sayang tidak bisa melihat.
“Bagaimana kalau kita lanjutkan memijat yang lain, aku tidak sabar.”
“Maksud Tuan apa?”
“Aku ingin tahu rasanya diservice gadis tuna netra.”
“Saya hanya memijat saja, Tuan, bukan memberi service yang lain.”
“Apa? Haha…yang benar saja. Sudah jelas tertera pijat plus plus, tidak memberi service yang lain. Aku hanya kaget saja ternyata disini ada yang tuna netra. Ayolah, aku sudah tidak kuat nih. Ingin dipijat yang lain.”
Tangan pria itu akan mencolek dagunya Sakura, tapi gadis itu seperti tahu saja, malah menggerakkan kepalanya menghindari colekannya pria itu.
Tentu saja pria itu merasa kesal juga heran karena Sakura seperti tahu kalau dia akan mencolek dagunya.
“Tuan, kalau tidak ingin dipijat lagi, silahkan keluar.”
“Kau mengusirku? Jual mahal!” umpatnya.
Bukannya keluar dari ruangan itu, pria itu malah akan memeluk gadis itu, tapi lagi-lagi pria itu menjerit keras, mengaduh karena ada pukulan ditangannya, bukan sekali tapi dua kali setiap tangannya mengarah pada gadis itu.
“Aw, aduh! Kurang ajar kau memukulku!”
“Sudah aku katakan, silahkan keluar, Tuan!”
“Kau benar-benar kurang ajar! Mami Ren! Mami Ren!” Pria itu berlari keluar dari ruangan itu.
Sakura membereskan bekas alat-alat memijat tadi tanpa masalah. Gadis itu sudah tahu benar barang apa saja yang ada di ruangan itu.
Tidak berapa lama ada yang masuk ke ruangan itu.
“Lagi-lagi kau membuat pelangganku kabur!”
“Maaf Mami, pria itu kurang ajar.”
“Memangnya kau tidak butuh uang tambahan? Sebenarnya kau cantik, banyak pelangganku yang menyukaimu.”
“Aku hanya memijat saja, Mami.”
“Ya sudah, ambil gajimu di bagian keuangan.”
“Baik, Mami.”
Mami Ren pun keluar dari ruangan itu.
**
**
**
Setelah mengambil uang gajinya, Sakura pulang dengan naik ojeg online. Sebenarnya lokasi yang dilewatinya lumayan rawan, tapi karena untuk membayar taxi lumayan mahal sedangkan dia harus menabung demi mendapatkan donor mata, Sakura memilih naik ojeg online.
Angin malam berhembus sangat dingin malam itu. Saat melewati jalanan yang sepi, tukang ojol itu tiba-tiba mengerem. Telinganya Sakurapun langsung menajam. Didengarnya suara motor-motor melaju kencang dengan gas yang dimainkan, sangat memekakkan telinga. Ditambah teriakan-teriakan ramai laki-laki.
“Ada apa? Kenapa seperti banyak motor? Apa kawanan geng motor?” tanya Sakura, menajamkan pendengarannya, di dengarnya suara motor-motor itu menjauh.
“Iya Nona. Kita putar balik saja, Nona pakai taxi saja. Saya takut kalau jalan terus nanti bertemu geng motor itu!” Tukang Ojeg memutar motornya.
Dibekali ketajaman pendengaran yang lebih dari orang biasa pada umumnya, Sakura mendengar suara pria yang kesakitan.
“Tunggu! Ada yang terluka!”
“Entahlah Nona, tapi memang ada mobil disana. Soal korban saya tidak tahu. Kita putar balik saja. Saya tidak berani melanjutkan perjalanan.”
Telinga Sakura semakin menajam, dia mendengar suara pria kesakitan itu semakin lemah.
“Tunggu! Pria itu hampir mati! Kita harus menolongnya.”
“Lebih baik Nona mencari keselamatan Nona saja. Kita cari taxi!”
“Aku turun disini saja. Korban itu harus segera ditolong.”
“Jangan Nona, berbahaya. Kita tidak tahu korban itu ada dimana? Bagaimana kalau kawanan geng motor itu masih ada? Kita lapor polisi saja.”
“Kawanan geng motor itu sudah menjauh,” kata Sakura dengan pasti.
Tukang ojeg itu menghela nafas. “Ya, sudah kalau mau turun disini. Saya cari taxi dulu.”
Akhirnya Sakura turun. Pendengarannya semakin dipertajam karena suara korban itu semakin lemah.
****
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
