Dilamar Mantan Suami Bab 8- 12

2
0
Terkunci
Deskripsi

 

Indar melihat mantan suaminya bersama perempuan muda hamil 

 

Bab.8 Bayiku Muntah Muntah

Sejak masih dipimpin Ibu Prameswari Pt. Anugerah Kencana memang terkait dengan kantor pusat. Itu cukup dimaklumi mengingat armada laut milik kami ada tujuh dan menerima pula order dari pihak luar. Maka Pt Anugerah Kencana yang saat ini aku pimpin memang masih dibawah kendali dan pengawasan Kantor Pusat.

        Duh bagaimana ini, sebagai bawahan urusan kerja, pastilah tak terhindarkan pertemuan  dengannya. Padahal...

Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Karya
1 konten
Akses seumur hidup
80
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya Suamiku Tertipu Model Cantik (Jangan Membuat Lara Wanita)
8
2
Kecantikan model top Purnama telah membuat Hanjaya tergoda, dan  mencampakkan istrinya. Sang model ternyata punya suami. Novel perselingkuhan 47 bab  tamat ya.    1 Daftar Isi  Bagian Satu   Foto Mesra  Suami Dan Model Top Bagian Dua   Mengendalikĺan Cemburu Bagian Tiga   Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama  Bagian Empat Berbohong Demi Bulan Madu  Bagian Lima      Melihat Perselingkuhan. Suami  Bagian Enam     Menahan Cemburu  Bagian Tujuh      Telepon Mesra Di Ponsel Suami  Bagian Delapan  Emosi Dan Anarah  Bagian Sembilan Purnama Dan Rahasianya 1  Bagian Sepuluh  Purnama Dan Rahasianya 2  Bagian Sebelas  Ambisi Liar Purnama Bagian 12 Mulai Menjadi Detektif Bagian 13 Banyak Carah Meraih Rejeki Bagian  14 Penyelidikan Kartu No Limit. Bagian 15 Mulai Terungkap Bagian 16 Rencana Ke Jakarta Bagian 17 Pertemuan Gayatri Dan Purnama Bagian 18 Kenyataan Di Luar Dugaan Bagian  19 Dikejar Ambisi Liar Bagian  20 Pengakuan Mengejutkan Bagian  21 Harus Ada Tindakan Bagian 22 Terlanjur Berbohong Bagian 23 Serangan  Gayatri Bagian 24  Sandi Tak Sadarkan Diri Bagian 25 Ketakutan Purnama Bagian 26 Purnama Cemas Bagian 27  Pengorbanan Dan Kekecewaan  Bagian 28 Tercampak Dari Cinta Suami Bagian 29 Membela Harga Diri  Bagian 30 Suami Membela Istri Muda Bagian 31 Upaya Memindahkan Sandi Bagian 32 Lelaki Yang Tak Pantas Dipertankan Bagian 33 Keputusan Mengakhiri Pernikahan Bagian 34, Upaya Menjauhkan Gayatri Dari Sandi Bagian 35 Merasa Ada Yang Janggal Bagian 36 Pura Pura Ngefans  Bagian 37 Aksi Gadis Putri Hanjaya Bagian  38 Hanjaya Marah Bagian  39 Sandi Diantara Gayatri Dan Hanjaya Bagian 40  Gadis Menghilang Bagian 41  Diceraikan Suami Bagian  42 Tunggulah Balasanku Bagian  43  Terlanjur Cinta Terlanjur Dusta  Bagian  44  Pembalasan Mulai Datang Bagian 45  Purnama Ditangkap Bagian 46  Demi Anak Anak Bagian 47  Pengakuan Sandi Bagian 48 Pada Akhirnya    Jangan Membuat Lara Wanita Bab. 1. Foto Mesra Suami Dengan Model Top.Gayatri menemukan foto mesra  suaminya dengan wanita lain  di saku baju kotor milik lelaki yang telah memberinya dua anak itu. Hanjaya baru pulang dari Jepang. Lima hari dihabiskan dalam  tangka tugas kantor begitu saat ia pamit. Tapi kenapa justru pulang membawa foto berdua model itu? Tentu saja sebagai wanita normal, dan seorang istri, marah melihat suaminya berfoto  mesra dengan perempuan lain. Cemburu jelas  menatap foto sang suami yang memeluk mesra gadis model yang namanya tak asing lagi di Jakarta. Model cantik itu bernama Purnama. Umur dua puluh lima tahun. Jelas sangat muda jika dibandingkan dengan umur Gayatri yang sudah tiga puluh lima tahun. Juga dengan Hanjaya yang sudah berumur empat puluh satu tahun. Foto mesra Hanjaya dan Purnama sangat membuatnya tak tenang. Hanjaya merangkul pinggang Purnama dari belakang gadis itu berdiri. Sedangkan Purnama membalasnya dengan mesra. Mengangkat lengan kanan,  meraih leher Hanjaya dan menengadahkan wajah segarnya ke wajah Hanjaya. Merek saling  menatap. Mata mereka menyiratkan  suatu kedekatan yang sangat membakar hati Gayatri. Ohk! Berdegup jantung Gayatri melihat kemesraan yang mereka perlihatian di foto. Mam! Gadis memanggil sambil bergegas mendekat. Rupanya Gadis  sudah pulang dari sekolah. Seperti kebiasaan sehari hari. Pulang dan pergi sekolah putrinya cium tangan dan cium pipi mama dan papa. Karena saat ini hanya ada Gayatri, ya, hanya cium pipi mama dan cium tangan mama. Segera Gayatri menyembunyikan foto mesra suaminya dengan model terkenal itu ke balik punggungnya, supaya tak terlihat oleh putrinya. Hem putri Mama ini semakin pintar dan cantik saja, Gadis tersenyum, Ya iyalah, Ma, kan Gadis ini perempuan ya cantik, kalau ganteng tuh,, si Jaka kan cowok,  Heh sudah pintar membuat kalimat panjang, ya? Gayatri tersenyum, Hai mana Jaka adikmu? Di depan tadi tali sepatunya copot, mungkin lagi dibenerin,, sahut Gadis tentang adik lelakinya yang bersekolah di satu sekolah dengan dirinya di sebuah sekolah  SD Swasta  yang cukup punya nama di Jakarta. Ya sudah sana ganti bajunya dulu sayang,  Oke Mam! Gadis berlari ke depan. Tapi kembali lagi. Ada apa sayang? Gayatri menatap putrinya yang berumur sembilan tahun dan sudah duduk di bangku kelas tiga. Ma besok ambil raport, ya, usul Gadis dengan menggelayut manja di lengan Gayatri yang sedang menyembunyikan Poto Hanjaya dengan Purnama. Oh ya, oke deh, angguk Gayatri yang memang bertugas mengurus anak anak sekolah serta keperluan mereka, selain mengurus keperluan Hanjaya tentu saja. Mama lagi ngapain, sih kok berdiri kayak gitu?! Gadis menatap Gayatri dengan alis mata mengernyit. Oh lagi beresin baju papa yang dibawa pulang dari Jepang, Oh Papa udah pulang, Ma? Wajah gadis sangat sumringah, Pasti ada oleh oleh untuk Gadis dan Jaka, dong,  Gayatri tersenyum menatap putrinya. Setiap bepergian ke luar negeri dalam rangka urusan perusahaan atau bisnis, selalu saja suaminya itu membawa oleh oleh untuk dirinya dan kedua anak mereka. Tapi kali ini tidak. Alasannya tidak sempat dan terlalu padat urusan bisnisnya.  Maafkan papa ya sayang, kata Papa nanti kalau ke luar negeri lagi. Soalnya sibuk banget, sebenarnya Gayatri juga heran. Lima hari di Jepang masa iya tak sempat meluangkan waktu barang satu jam untuk membeli kado buat Gadis sebagai oleh oleh. Juga buat Jaka. Yaaa ...! Gadis bersungut kecewa. Nggak boleh gitu dong, ujar Gayatri mengingatkan, Nanti saja kalau rapot Gadis bagus minta hadiah sama Papa, kan sama saja, Gadis langsung tersenyum, Oh ya, ujarnya mengangguk. Yuk kita ke depan lihat Jaka, ajak Gayatri. Gadis berlari ke kamarnya, dan dari ruang tamu berlari Jaka mengenakan seragam sekolah yang semotif dan sewarna dengan yang dikenakan Gadis Mama...! Jaka menghambur ke pelukan Gayatri. Aduh jagoan Mama besok pembagian raport, ya? Gayatri merangkul putranya dan diciumnya kedua pipi pemuda kecil yang berkulit bersih sama dengan kakaknya itu. Salim dulu, dong, tangan Jaka terulur meraih tangan Gayatri. Hem pintar anak Mama, hebat semoga besok rapotnya nilainya baaaagus, goda Gayatri. InsyaAllah bagus gitu, Ma, kan anak Mama Gayatri dan Papa Hanjaya, gitu, lho, senyum lebar Jaka terlihat lucu. Perjaka kecil  yang berumur tujuh tahun itu beberapa giginya copot. Gayatri memeluk buah hatinya. Lupa sejenak pada foto mesra sang suami dengan gadis model bernama Purnama itu. Sama seperti Gadis, saat mendengar kabar dari kakaknya tentang papa mereka yang sudah kembali dari Jepang, langsung saja bersorak kegirangan. Hore Papa sudah datang, nanti Jaka dapat oleh oleh, Maafkan papa sayang karena terburu buru belum sempat beli oleh oleh. Tuh kan kok bisa nggak sempat kan cuma sebentar saja kalau ke toko mainan, Mama! Jaka protes, dia sewaktu papanya pamit ada kerjaan di Jepang sudah pesan mainan robot yang bisa dipasang sebagai mobil, atau pesawat dalam ukuran besar, hingga bisa dinaikinya. 'Dek nanti saja kalau nilai kita bagus pasti Papa kasih kita hadiah, rupanya Gadis tak sampai hati melihat adiknya meringis sedih. Makanya langsung saja ia menghiburnya. Mendadak raut muka Jaka yang semula tampak kecewa, langsung tersenyum penuh harapan. Ya, Mam? Jaka menatap Gayatri untuk memastikan. Ya sayang, nanti sore Papa pulang kita bilang, ya? Tadi sewaktu anak anak sekolah Hanjaya datang, setelah meletakkan tas pakaiannya , segera salin baju dan langsung ke kantor. Hore! Jaka bersorak lagi Nah ganti baju terus makan dulu, oke? Setelah menunggui anak anaknya makan, dan menemaninya bermain sebentar, kini Gayatri meneruskan untuk memeriksa  semua baju kotor suaminya. Tak ada lagi benda yang ditemukan, selain foto mesranya dengan Purnama. Tapi tunggu dulu ada yang tertinggal di ruang dalam tas pakaian suaminya. Gayatri mengambilnya. Syal, diperhatikannya sebuah syal terbuat dari sutra halus dan motif bunga berwarna coklat semburat merah. Ada mereknya. Dan keluaran sebuah rumah mode ternama Gayatri mencium syal di tangannya, Sepertinya masih baru, tapi  sudah pernah dipakai, karena ada wangi parfum.  Dipandangnya beberapa detik syal di tangannya. Lalu dikeluarkan foto suaminya dengan Purnama yang tadi disembunyikannya dari Gadis putrinya. Dug! Jantungnya berdetak lebih cepat lagi. Purnama mengenakan syal yang sama dengan syal yang kini dipegangnya.  Tak salah lagi gadis itu mengenakan syal yang berada di tas pakaian Sanjaya. Apa maksudnya? Foto dan syal.  Dua benda yang saling berkaitan.  Tiba tiba saja sepasang mata Gayatri nanar. Cemas Gusar dan gelisah Ia merasa  cemas dan khawatir suaminya ada perhatian pada perempuan lain. Apakah ... Apakah mereka pergi bersama ke Jepang?! Dadanya semakin berdebar membayangkan Hanjaya dan Purnama bersama selama lima hari di Jepang. Tercekat dada Gayatri. Rasa takut dan sedih menguasai hatinya. Benarkah Sanjaya ke Jepang mengajak Purnama? Lalu untuk keperluan apa?! Pemotretan?! Uhk dadanya sesak memikirkan yang bukan bukan.Bab.2 Mengendalikan Cemburu Ya Allah jauhkan hamba dari prasangka yang tidak tidak tentang kesetiaan suami hamba. Tapi foto mesra dan syal ini untuk apa? Pertanda apa?!Gayatri berkeringat dingin seluruh tubuhnya. Dadanya berdebar lebih cepat lagi.Apa yang harus kulakukan?Meraba raba apa yang harus dilakukannya untuk mencegah suaminya tergoda wanita lain.  Aku harus tenang, aku bicara dengan Mas Jaya jangan sampai terlambat, batinnya sudah mempersiapkan untuk bertanya langsung saja pada suaminya yang sehari hari sibuk mengurus perusahaannya itu.Hanjaya dan dirinya memang bukan pasangan yang saling mencinta pada mulanya. Mereka dijodohkan oleh orang tua masing  masing.Baik Gayatri mau pun Hanjaya tak menolak. Sebelum menikah mereka hanya punya waktu satu bulan untuk saling dekat karena Hananja harus berangkat ke Amerika dalam rangka tugas belajar dari  kantor milik orang tuanya.Dengan demikian maka sebelum berangkat mereka diharapkan sudah menikah. Dan Gayatri diharapkan menemani suaminya.“Dimana suami berada disanalah sebaiknya istri berada.” Begitu yang diinginkan orang tua Hanjaya.Sebagai anak tunggal hanya pada hanjaya harapan orang tuanya untuk melanjutkan usaha mereka.Hanjaya pun mengerti kalau dirinya adalah harapan orang tuanya.Pertemuan demi pertemuan dijalani Gayatri. Hingga antara dirinya dengan Hanjaya cukup mengenal satu dan lainnya.Saat itu Gayatri berumur dua puluh lima tahun dan bekerja di sebuah perusahaan swasta. Sarjana menegemen yang baru tiga tahun berkarier.Hanjaya seorang Master di bidang bisnis. Umurnya saat itu tiga puluh tahun.Menikah tanpa cinta tak masalah bagi Gayatri dan Hanjaya yang sudah mulai dekat, dan sama-sama meraih bahagia dakam rumah tangga.Mereka memupuk cinta setelah menikah. Hidup harmonis dan saling menyayangi. Tak ada hari yang tak mereka isi dengan kebahagiaan.Hanjaya yang tak pernah pacaran serius, selain hanya teman jalan dan setelah itu renggang, karena terlalu sibuk dengan kuliah dan tugas kantor. Ternyata seorang Gayatri  dapat membuatnya  nyaman. Hingga ia cukup perhatian pada Gayatri.Walau tak dilumuri pujian atau ungkapan cinta layaknya pasangan yang saling mencintai, Gayatri cukup bahagia.Hanjaya bukan type lelaki perayu. Tapi lelaku jujur dan penyayang.Apa kamu bahagia menikah denganku , sayang? Pada malam pertama pernikahan mereka Hanjaya bertanya dengan mata lekat ke wajah istrinya.Bahagia, angguk Gayatri dengan wajah memerah karena malu.Karena merasa malu Gayatri menyembunyikan wajah di dada suami yang telah diyakininya akan memberikan rasa bahagia di sepanjang hidupnya, dan dirinya pun akan mempersembahkan cinta tulus dan suci selagi napas masih dikandung badan.Kuharap kita mengadakan pendekatan hati atau pacaran istilah kerennya, setelah jadi suami istri. Kan lebih leluasa karena sudah halal, ujar Hanjaya meraih tangan GayatriYa, angguk Gayatri yang memang bertekat untuk memberikan seluruh hatinya pada suami yang lambat laum dicintainya. Apalagi dengan hadirnya dua anak.Ah ternyata cinta itu bisa datang sambil jalan, ujar Hanjaya merangkul pinggang Gayatri, Apalagi di sini kita jauh dari saudara dan teman teman, jadi bawaannya pengin cepat pulang bertemu kamu, rupanya Hanjaya mulai belajar merayu.Gombal! Seru Gayatri malu malu. Saat itu mereka menjalani kebersamaan sebagai suami istri pada bulan ketiga dan Gayatri sudah mulai terlambat bulannya datang.Betul sumpah! Hanjaya mencium rambut Gayatri.Seiring waktu Gayatri wanita yang nurut apa kata suaminya itu memang jatuh cinta  pada Sanjaya.Aku mencintaimu, lalu kamu apa sudah mencintaiku? Hanjaya mengerling mata Gayatri.Apa menunggu anak kita lahiir baru mencintaiku?Justru aku sudah jatuh cinta padamu jelasnya entah kapan, tapi yang jelas setelah kita bersama jadi suami istri,Oh curang ya nggak mau ngasih kabar kalau kamu jatuh cinta padaku, dan tanpa ampun Hanjaya menghujani istrinya ciuman bertubi tubi dan mereka pun saling mengukuhkan cinta suci mereka.Dan saat ini hati Gayatri  terbakar oleh cemburu. Wanita cantik nan lembut serta ramah,  dan menjadi kesayangan mertuanya itu, memastikan untuk bertanya pada Hanjaya tentang foto dan Syal itu.Segera Gayatri menyiapkan makan siang untuk Gadis dan Jaka. Bagaimana pun panas hatinya, tapi keperluan kedua buah hati dan buah cintanya itu tak boleh dikesampingkan.Kok Mama diam ajah sih? Gadis menatap mamanya yang duduk diantara dirinya dan Jaka di ruang makan. Gayatri  tampak melamun.Ya Mama juga nggak dioleh olehin sama Papa, Ya, jadinya kesal, ya? Jaka bertanya dengan polosnya.Gayatri segera tersenyum. Ia terkejut dengan sikapnya yang terbawa oleh rasa cemburu dan gelisah hatinya karena menemukan foto mesra sang suami. Sabar ya, Ma, ujar Jaka ingin menghibur mamanya. Gayatri tersenyum menatap perjaka kecilnya. Lalu meraih tangan kiri anaknya dan mengecupnya.Mama nggak marah dan nggak apa apa kalau Papa sibuk nggak sempat beli oleh oleh. Ayo makannya nambah sayang, sebisa mungkin Gayatri tak ingin menunjukkan resah hatinya di depan anak anaknya, Ayo Gadis tambah ikannya, nih ikan bakar kembung banyak vitaminnya,' diletakkan potongan kembung yang sudah dibuang bagian kepalanya.Aku juga, Mam mau ikan kembung, ujar Jaka menyodorkan piringnya pada mamanya.Pintar anak Mama, segera Gayatri mengambil sepotong kembung bakar lalu diletakkan di piring  Hem ayo dimakan sayang,Gayatri menatap kedua anaknya yang menyukai ikan laut itu.Ya Mama, dengan lahap Jaka meneruskan makannya.Begitu pun dengan Gadis. Hingga Gayatri perlu untuk menambah nasi ke piring anak sulungnya yang mulai tinggal sedikit itu. Lalu menambahkan pula lauknya.Setelah kedua anaknya meninggalkannya sendiri di ruang makan, karena mereka sudah menyelesaikan makan siangnya, kembali Gayatri memikirkan foto mesra Hanjaya dengan Purnama, serta syal milik Purnama yang tertinggal.Benarkah mereka ke Jepang bersama sama? Berkecamuk tanda tanya yang mengarah pada perselingkuhan suaminya mendengung dengung di kepalanya.Gayatri mencoba mengusir rasa cemas dan cemburu itu dari kepalanya. Tapi lagi lagi ia memandang foto mesra Model Purnama yang saling menatap dengan suaminya.Mendidih hatinya karena dihantam rasa cemburu. Berkobar api panas di dadanya karena amarah yang tertahan.Sabar sabar Gayatri. Tanya dulu pada suamimu jangan keburu murka hatimu! Sebuah suara bergema dalam sanubarinya.Ya aku harus tenang dulu suami jangan disambut dengan kemarahan, sebisa mungkin Gayatri berusaha berdamai dengan rasa cemburunya. Dan berbisik pada dirinya sendiri bahwa foto itu adalah keperluan untuk kerjaKerja apa kok foto mesra dengan perempuan lain?!Sebuah tanya menggelitik hatinya. Tak urung ia kembali meradang karena marah dan cemburu.Sabar tenang! Bisik suara yang lain.Astagfirullah kenapa aku jadi seperti orang edan begini?! Gayatri mencoba menghela napas panjang dan menghembuskan secara  perlahan.Suaminya baru pulang tugas, tak boleh terlalu gegabah bertanya, apalagi menuduh. Harus sabar menghadapi Hanjaya, jangan sampai justru dirinya sebagai istri terlalu cemburuan. Gayatri memutuskan untuk memendam cemburu dan prasangkanya. Harus dengan  Ikhlas mengenyahkan cemburu buta di dadanya, kan belum tentu terjadi suaminya berselingkuh. Begitulah Gayatri . Seorang istri serta seorang ibu yang harus hati hati tak boleh gegabah asal menuduh.Bab.3 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama Pertemuan itu terjadi sebulan yang Lalu. Dan Hanjaya tak bisa memungkirinya jika dirinya jatuh hati pada model cantik itu saat pandangan pertama.Jika dengan Gayatri ia jatuh cinta setelah menjadi suami istri. Rasanya lain saat ia jatuh cinta pada  model top Purnama  berumur dua puluh lima tahun itu. Saat itu dii panggung gemerlap sedang berlangsung acara peragaan busana yang melibatkan model muda berbakat  Purnama. Perempuan langsing ala model dengan tubuh indahnya melenggok dengan senyum manisnya pada semua yang hadir. Memperagakan busana panjang, namun memperlihatkan lekuk indah dan ramping tubuhnya. Purnama maju ke kursi dimana Hanjaya duduk terpanah atas dirinya di atas panggung  tadi.  Memeluk bunga yang segera ia ulurkan pada lelaki itu  dengan sedikit merendahkan  bahunya. Tentu saja senyum tak pernah lepas dari bibir bagusnya yang dipoles lipstik warna lebih cerah dari warna bibirnya. Hanjaya langsung berdiri untuk menerima bunga yang diulurkan perempuan yang telah membuatnya terkesima oleh sosok semampai dan senyum manisnya. Terima kasih, ujar Hanjaya dengan tersenyum menyalami tangan lembut sang model. Sama sama, Pak, lembut suara Purnama dengan ramah. Dan rupanya Hanjaya tak bisa tenang jika tak mengundang sang model untuk minum kopi bersama. Hanjaya adalah pemilik dari gedung dimana acara pegelaran berlangsung. Bahkan juga  sebagai pemilik dari perusahaan penghasil bahan yang dipergunakan Charly si perancang yang sedang mengadakan pagelaran.  Purnama  adalah model andalannya. Purnama menerima undangan Hanjaya untuk duduk berdua di Cafe untuk minum kopi. Terima kasih atas kesediaan Anda menerima undangan minum kopi, sambut Hanjaya sambil menarik kursi untuk Purnama.  Bagi saya sebuah kehormatan bisa duduk berdua dengan Pak Hanjaya, wah Purnama sudah menyanjung lelaki yang jantungnya langsung  berdebar.  Hanjaya menatapnya lekat. Purnama jadi sedikit kikuk.  Tentulah Purnama tahu siapa Hanjaya. Lelaki itu kerap muncul di media sebagai Nara sumber perusahaannya. Salah satu lelaki terkaya di Jakarta. Hanjaya tersenyum.Kalau mau jujur akulah yang begitu tersanjung menerima kenyataan Anda menerima undanganku,  Purnama tersipu. Tak lupa memperlihatkan senyumnya. Dua bibir yang merekah menawan, serta memperlihatkan deretan giginya bagian depan yang rapih. Anda suka kopi? Banget, langsung menjawab Purnama. Latte, capucino? Flat coffee kalau lagi suntuk kerja begini,  Oh ya? Hanjaya menatap lekat Purnama yang telah berganti baju, tidak lagi mengenakan busana yang diperagakan tadi. Namun kini mengenakan setelan celana panjang warna khaki. Tanpa ornamen apa pun di tubuhnya. Juga tanpa perhiasan, sehingga wajah cantiknya tampil tanpa ada pemanis asessoris emas atau beling bling berlian. Ya, angguk perempuan yang memang kerap tampil polos jika sedang tidak  bekerja. Beda jika ada acara, pastilah ia tampil mewah dan elegan. Kalau begitu kita punya selera sama, tertawa kecil Hanjaya. Mereka menikmati pesanan yang sama. Bincang bincang sekedar mengakrabkan diri. Tinggal sendiri di Jakarta? Hanjaya mulai mengorek. Pemberani, canda Purnama. Oh good! Sanjaya mengangkat jempol kanannya. Harus mandiri, ujar Purnama. Asal? 'Jauh,' Jauhnya dimana? Jawa Timur, Oh sepandangan mata, tertawa kecil Hanjaya. Maaf are you single? Perlukah? Purnama balik bertanya dengan nada sedikit merajuk. “Oh no ...” Untuk diperjelas saya hidup sendiri, bebas dari kungkungan siapa pun, yang penting takut dengan orang tua, Itu bagus salut padamu, Dik .. Panggil Purnama saja, atau apalah, nggak usah terlalu resmi, ujar Purnama yang termasuk supel dalam bergaul. Sudah lama di Jakarta dan jadi model? Aduh si Bapak rupanya orang terlalu sibuk dan penting, hingga nggak tahu berapa lama saya jadi model di Jakarta! Protes Purnama tapi dengan senyum manisnya. Anda model terkenal  I know dong, tapi kan aku belum menyusuri riwayatmu meniti karier di Jakarta ini.Rupanya Hanjaya tak bisa untuk mengekang inginnya hatinya untuk bertemu Purnana kembali. Pertemuan kedua terjadi lagi. Bukan sekedar ngopi tapi makan siang diselingi obrolan yang semakin akrab. Dan pertemuan ketiga meningkat ke makam malam lalu lanjut menikmati tontonan film. Saat itulah Hanjaya mulai merasa jika dirinya tak bisa jauh dari Purnama. Bersama perempuan  itu memberikan sensasi luar biasa pada dirinya. Purnama telah menyuntikkan vitamin cinta pada hati Hanjaya. Tak pernah lelaki itu  merasa jatuh cinta semenggebu gebu seperti saat jatuh cinta pada Purnama. Siang malam wajah  Purnama   di pelupuk matanya. Hingga pertemuan keempat terjadi di Bali. Mereka tak janjian. Tapi Purnama sedang Show di Pulau Dewata itu. Tentu saja Hanjaya terbang untuk menuntaskan kerinduannya pada sang pujaan hati. Di bawah sinar bulan Purnama. Di Pesisir Pantai nan elok, bak perjaka jatuh cinta pada perawan pujaannya, mulailah Hanjaya menumpahkan isi hatinya. Hanjaya meraih tangan Purnama, Menikalah denganku.“What??!!” Purnama terkejut dengan permintaan Hanjaya. Aku jatuh cinta padamu saat pandangan pertama bulan lalu. Sekarang aku melamarmu. Aku tak bisa hidup tanpamu, lengkap ungkapan cinta dari mulut lelaki yang sebelumnya tak pernah menggebu seperti saat ini dalam mencintai wanita.Bahkan Hanjaya kekuar dari kursinya dan berlutut di hadapan Purnama yang tergugu menatapnya.“aku bisa mati kalau kamu menolak cintaku, Purnama, terimakah perasaan dan hatiku yang kupersembahkan untuk dirimu …” diraihnya kedua tabgan Purnama, digenggamnya.Purnama pun turun dari tempat duduknya berlutut di hadapan Hanjaya.Mereka sana-sama berlutut. Saling menggenggam tangan, dan saling menatap dengan mesra dalam naungan bulan purnama, belai angin malam yang syahdu.“Aku Melamarmu, Purnama. Menikalah denganku. Percayalah aku akan memberikan cinta dan perlindungan sepanjang hidupku,”  bagai meteor yang meluncur ucapan Hanjaya berlabuh mukus di dada Purnana. Mengoyaknya dan menancap dalam ulu hati wanita yang merasa sangat tersanjung dengan caranya merayu.Purnama mengangguk samar karena kepalanya nyaris tak bergerak. Tapi Hanjaya yang sudah dimabuk cinta tak meragukan pandangan matanya.Dengan rasa bahagia yang membludak dikecupnya punggung tangan Purnama, laku dia mengeluarkan satu kotak kecil dari saku bajunya.Gemerlap berluan berkilau dari isi kotak yang tak lain sebuah cinta dan kalung.Tanpa bersuara Hanjaya memasukkan cincjn ke jari manis janan purnama, juga mengakungkan kalung bertahtah berlian ke leher jenjang Purnama.kilau berluan di leher wanita cantik itu bagai sinar dalam suasana malam di tepi pantai “Terima kasih sayang,”  hajaya mencium kening dan kedua pipi Purnama penuh mesra.Purnama membalas dengan memeluk Ha njaya. Mereka saling berpwlujan dusajsikan deru ombak serta sepoi angin dan sinar bulan purnama.lalu mereka saling tatap beberapa detik lamanya. Tapi Mas Han kan sudah beristri? Purnama membiarkan tangannya dalam genggam lelaki yang tergila gila pada dirinya  Minta rumah yang mewah,mobil atau salah satu perusahaanku, tapi jangan minta aku akan menceraikan Gayatri, suara Hanjaya menghibah. Tapi itu namanya egois Mas kau tak adil! Purnama juga mengakui jika ia merasa nyaman bersama Hanjaya. Bahkan kerap merasa rindu jika tak bertemu. Please Purnama sayang, kita menikah secara agama dulu. Nanti setelah aku ada kesempatan untuk berterus terang pada Gayatri barulah kita akan proklamirkan cinta dan pernikahan kita, Lalu anak Mas? Kurasa jika Gayatri sudah bisa setuju anak anak bisa ia tangani. Mereka sangat menurut pada mamanya, Oh my God,  lemah menyerah  Purnama. Sabarlah sayang, yang penting kita selalu bahagia. Kamu minta keliling dunia, Ayo Aku lakukan. Apa pun aku tak akan pernah menolak, yang penting kamu bahagia. Sayang percayalah kau segalanya bagiku. Denganmu aku menemukan gairah hidup yang begitu dahsyat. Bersamanya aku sangat melambung tinggi ... Hanjaya mengecup mesra Purnama. Benarkah?' Rajuk Purnama. Pastinya, angguk Hanjaya  mencium Purnama lagi dan lagi. Hasratnya tak pernah padam bersama model jelita itu. Aku pegang janjimu, Mas, rajuk Purnama melinggkarkan kedua lengan di leher lelaki yang tengah jatuh cinta dan lupa istri sahnya itu. Aku bersumpah, Hanjaya mengangkat sebelahnya tangannya. Aku percaya, Purnama membalas ciuman Hanjaya dengan mesra, membuat lelaki itu sangat merasa tersanjung dan betul betul berada dalam bahagia tiada terkira. Aku bahagia sayang, bisik Hanjaya. Aku percaya padamu, Mas, balas Purnama. Terima kasih ya sayang, Hanjaya lagi mengecup Purnama tak bosan bosannya. Melakukan kemesraan berulang ulang seakan baru sekarang ia mengenal perempuan. Lupa sudah pada masa bahagia bersama istrinya yang setia. Purnama telah berhasil membuat Hanjaya melupakan Gayatri.Bab 4 Berbohong Demi Melanjutkan Bulan Madu. Namun  tiga hari kemudian mereka melangsungkan  pernikahan secara agama. Hanya ada desainer langganan Purnama yang tahu dan jadi saksi berikut sopir Hanjaya, serta asisten Purnama. Tak terkecuali sang desainer, sopir serta asisten Purnama mendapat limpahan hadiah dari Hanjaya. Untuk Purnama sendiri memilih membeli sebuah apartemen daripada rumah. Maka Hanjaya membelikan istri barunya itu sebuah apartemen mewah yang berharga tiga miliyar, serta mobil seharga hampir dua miliyar.  Perhiasan berlian dan baju serta tas branded. Semua itu sebagai hadiah perkawinan untuk istri yang begitu ia cintai.  Belum lengkap jika tidak berbulan madu ke Jepang. Maka berangkatlah ia dan Purnama berbulan madu ke Jepang, dengan dalih ada urusan bisnis pada Gayatri. Nah saat ini Hanjaya belum masuk ke kantor. Semua rapat ia tunda esok hari. Dan urusan perusahaan bisa ia handle dari luar kantor. Hanjaya   bersama Purnama di apartemen mereka yang baru. Seperti tak puas puasnya berbulan madu lagi dan lagi. Baginya inilah cinta yang sesungguhnya. Dengan Purnamalah bahagia yang begitu indah. Di Jepang lima hari serasa masih kurang bagi Hanjaya yang merasakan dahsyatnya jatuh cinta pada perempuan pilihan hatinya. Gayatri mengirimi pesan supaya Hanjaya tak terlalu malam pulangnya. (Anak anak minta makan malam dengan Papanya) Mungkin istrimu rindu ingin bersamamu, Mas, kan sudah lima hari Mas bersamaku, usul Purnama yang sengaja cuti satu bulan dari jadwal manggungnya. Itu permintaan suami sirinya. Berat hati Purnama melepas Hanjaya pulang. Terlebih Hanjaya sangat tak ingin meninggalkan perempuan yang telah meruntuhkan kesetiaan pernikahannya dengan Gayatri. Aku menengok anak anak dulu ya, sayang, pamit Hanjaya menatap mesra pujaan hatinya. Dikecupnya bibir Purnama tanpa merasa puas. Purnama rupanya tahu dan pandai mengambil hati Hanjaya. Disambutnya ciuman suaminya dengan penuh semangat dan  melenakan Hanjaya, sehingga lelaki itu merasa enggan melepaskan pelukannya. Sudah Mas, besok lagi, ya, bisik Purnama di telinga Hanjaya yang sudah mulai tak terkendali dirasuk gairah untuk melanjutkan lebih lagi. Sebentar saja sayang, balas Hanjaya berbisik, Denganmu tak ada kesudahannya. Denganmu mau dan mau lagi, sambil terus berbisik Hanjaya membopong tubuh ramping Purnama ke tempat tidur mereka yang sejam yang lalu menjadi saksi bisu cinta menggebu sang lelaki yang dirasuk pesona sang model. Manamungkin Purnama menolak. Bukankah dengan begitu Hanjaya akan semakin menyayanginya,? Dan lagi mereka memadu cinta. Menyatukan hati dan raga yang tak ada puas puasnya. Setelah itu mereka tersenyum dan saling berpelukan. I love you, bisik Hanjaya tiba tiba menjadi jago merayu, Bersamamu sangat membuatku begitu berarti, sayang, dan lagi dikecupnya bibir istrinya. Barulah Hanjaya meninggalkan apartemen Purnama untuk pulang ke rumah istri dan anak anaknya. Papa ... Gadis menghambur ke pelukan Hanjaya. Papa ... Jaka tak mau kalah langsung menggelendot manja di lengan papanya. Uh anak cantik Papa dan anak gantengnya Papa ... Hanjaya mencium pipi Gadis dan Jaka bergantian. Gayatri memandang kemesraan suami dan anak anaknya itu dengan hati berbunga. Bagi dirinya tak ada yang melebihi apa pun selain melihat kedua anaknya bahagia. Segera Gayatri membuat secangkir teh madu untuk Hanjaya. Terima kasih, Ma, tersenyum Hanjaya bagai tanpa rasa bersalah pada Gayatri yang duduk di sampingnya. Papa minta maaf tak sempat beli oleh oleh untuk kalian, tapi, Papa akan memberi hadiah untuk kalian. Hanjaya menatap Gadis dan Jaka. Hore ... Gadis dan Jaka bersorak riang. Kita akan  makan malam di sebuah restaurant , ajak Hanjaya menatap Gadis dan Jaka. Mereka menikmati makan malam bersama dengan akrab seperti biasa. Sehingga Gayatri menepis perasaan curiga di hatinya tentang hubungan suaminya dengan model Purnama. Sungguh ia sangat menikmati acara makan keluarga yang sengaja diciptakan begitu Harmonis oleh Hanjaya. Setelah dari restaurant Hanjaya mengajak anak anak mampir ke toko yang menyediakan berbagai jenis maninan. Hanjaya ingin menebus rasa bersalah pada kedua anaknya yang tak sempat dibelikan oleh-oleh dari Jepang. Bagaimanamungkin dia bisa ke toko mainan, seluruh waktunya hanya dihabiskan bersama Purnama. Bermesra dan memanjajan istri sirinya . Aku ingin mobil-mobilan yang besar, Pa, ujar Jaka menunjuk sebuah mobil mobilan menggunakan daya listrik pada Hanjaya. Oke siapa yang berani nolak permintaan jagoan Papa ini, dan Hanjaya membayar harga mobil mobilan ukuran cukup untuk dinaiki dua orang, untuk putra bungsunya. Jika Jaka minta mobil mobilan besar, lain dengan Gadis. Ia minta dibelikan sepeda listrik pada Hanjaya. Aku ingin sepeda listrik, Pa, usul Gadis. Boleh, senyum Hanjaya terkembang untuk gadis kecilnya. Kedua anak kesayangan Hanjaya itu memuaskan diri dengan hadiah dari papa mereka. Selain sepeda listrik dan mobil mobilan, masing masing mendapatkan tas baru dan seperangkat alat tulis serta sepatu baru. Papa bangga pada  kalian . Anak anak Papa selalu membuat Papa sangat bahagia. Terima kasih ya sayang,, ujar Hanjaya merangkul Jaka dan Gadis yang langsung bergelayut di masing masing lengannya. Melihat kebahagiaan anaknya adalah yang utama bagi Gayatri. Ah, rasanya tak mungkin Mas Han selingkuh, batinnya lebih tenang. Pulang ke rumah dengan hati berbunga bunga kedua remaja kecil itu, lalu sibuk dengan hadiah baru dari papanya. Maka kesempatan itu dibuat Gayatri untuk menanyakan foto dan syal milik Purnama. Mereka berdua di kamar. Seperti biasa Gayatri membuatkan teh manis panas untuk suaminya. Saat sang istri di dapur segera Han mengirim pesan mesra pada Purnama  (Sayang ragaku di sisi istriku, tapi jiwaku berada di sisimu, peluk cium dariku suami yang begitu bahagia mendapatkanmu ,lalu gambar hati berjejer) Purnama senyum senyum menerima pengakuan yang luar biasa dari Hanjaya. Dia tak membalas dengan kata kata. Tapi dengan gambar sepasang bibir merah. Justru balasan dari Purnama membuat Hanjaya mabuk kepayang lagi pada perempuan  yang baru seminggu dinikahinya, dan memberikan sensasi cinta yang begitu menghipnotisnya. Gayatri masuk ke kamar membawa secangkir teh manis panas  Hanjaya mematikan ponselnya. Ini Pa,  Terima kasih, Ma, ujar Hanjaya. Menunggu suaminya menghabiskan teh baru ia akan bertanya tentang foto dan syal itu. Bagaimana pun cemburunya Gayatri masih memiliki adab pada suaminya. Teh di cangkir sudah habis. Segera Gayatri meletakkan foto dan Syal di atas meja. Mulanya Hanjaya terkejut. Tapi sedetik kemudian ia tersenyum. Oh itu model yang disewa perusahaan untuk mempromosikan bahan baru keluaran bulan depan. Ya itu Syal hadiah dariku karena pengambilan iklannya bagus. Lalu foto itu sengaja dibuat untuk sebuah dami saja. Hanya contoh saja untuk pengambilan gambar Purnama bersama pasangan model aslinya. Yakin, Pa? Rajuk  Gayatri menatap mata Hanjaya. Yakin, lalu Hanjaya mencium kening Gayatri, Jangan suka menuduh dan cemburu sama suami yang berusaha untuk membahagiakan keluarga kita, ujar Hanjaya meyakinkan Gayatri, hingga wanita itu kini merasa tenang hatinya. Kamu nggak akan mengkhianati pernikahan kita kan Pa? Gayatri ingin lebih meyakinkan dirinya. 'Oh tentu,itu kan udah komitmenku dulu, Ma berusaha meyakinkan istrinya, Hanya mencium kedua pipi Gayatri. Setelah itu  ia menguap. Lelah dan kantuk menyerangnya. Ia tahu lelah tubuhnya adalah karena terus menerus bercinta dengan Purnama. Kantuk yang menyerang akibat kurang tidur selama bersama sang model pujaan itu. Ngantuk Pa? Gayatri menatap suaminya. Ya, Ma, angguk Hanjaya Maaf ya sayang aku udah capek banget setelah lima hari kerja nggak kenal waktu di Jepang, Sebelum Gayatri merespon tahu tahu sepasang mata Hanjaya sudah terkatup rapat. Sebenarnya Gayatri kecewa. Hampir enam hari ditinggal ke Jepang, malah ditinggal tidur oleh suaminya. Tapi Gayatri tak mempermasalahkan toh masih ada hari besok bersama suaminya. Tapi ternyata Gayatri harus kecewa untuk melepas rindu dengan suaminya tak mungkin terlaksana. Karena jelang berangkat ke kantor Hanjaya mengatakan ada meeting dadakan dengan partner kerja di Surabaya, sekaligus akan meninjau proyeknya. Nggak apa, kan sayang, paling tiga hari aku di sana, kan demi masa depan kamu dan anak anak, Sebelum Gayatri membuka suara Hanjaya langsung mencium kedua pipi istrinya. Mau tak mau Gayatri mengangguk. Dan melepas suaminya yang sesungguhnya akan meneruskan bulan madunya dengan Purnama.                                 *Gayatri harus bersabar menghadapi pertanyaan gadis dan Jaka tentang ayah mereka yang  meninggalkan mereka lagi selama tiga hari. Papa kok pergi lagi sih, Ma? Tanya Jaka  Ya Ma? Sambung gadis. Ada Proyek baru dan Papa kan pemiliknya ia harus Papa dong yang meninjaunya.Udah sana berangkat ke sekolah nanti Mama menyusul untuk ambil raport kalian, ujar Gayatri  Bukan hanya harus pandai pandai menjawab setiap pertanyaan dua permata  hatinya. Tapi juga harus berdamai dengan hatinya sendiri.Sesungguhnya Ada perasaan yang tak enak pada Gayatri akan kepergian Hanjaya kali ini. Entah mengapa ia merasa ada yang ditutup tutupi oleh suaminya itu. Tapi apa? Ah aku tak boleh curiga pada suami sendiri, bisik hatinya mencoba untuk membuang Rasa gundahnya  Bab 5 Melihat Perselingkuhan.Tak ada yang tak bahagia bagi seorang ibu jika melihat hasil kerja keras anak anak di sekolah bagus. Raport Gadis dan Jaka membuat Gayatri begitu bangga sebagai seorang ibu. Raport gadis bagus, begitu pun dengan Jaka. Kedua  anaknya meraih rangking satu di kelas masing masing. Terima kasih ya sayang Gadis raportmu bagus dan rangking satu, dengan sepenuh sayang Gayatri memeluk dan mencium anak perempuannya. Jaka, Ma? Rupanya Jaka tak sabar menunggu giliran mendapat pujian dari ibunya. Jaka juga sangat bagus raportnya. Jagoan Mama ini rangking satu artinya juara kelas ... Gayatri mencium kedua pipi jagoan kecilnya. Bertiga mereka saling berpelukan. Menumpangkan kebahagiaan dan kasih sayang tulus. Jalan jalannya tunggu Papa pulang ya anak anakku sayang ,  Ya Mama biar tambah seru, ujar Jaka. Oke deh kalau begitu, sekarang kita pulang, ajak Gayatri menuntun kedua buah hatinya menuju ke mobil.                                      * Jika Gayatri sangat bahagia bersama anak anaknya. Lain lagi dengan Hanjaya. Suaminya itu tengah berada di apartemen yang dibelikannya untuk istri sirinya. Tiga hari waktu yang dikatakan pada Gayatri mengurus proyek baru di Surabaya itu, cukup leluasa ia pergunakan untuk bersenang senang dengan Purnama. Ke kantor siang hari sudah pulang. Rindu tak tertahankan pada pujaan hatinya. Aku selalu ingin menghabiskan waktu denganmu sebanyak mungkin, ujar Hanjaya tak habis habisnya mabuk cinta pada Purnama . Siang malam Hanjaya menumpahkan kasih sayangnya pada purnama. Dan Purnama pun tak menyia nyiakan kesempatan untuk mengambil hati suaminya. Berusaha membuat lelaki itu berada di atas awan. Berayun bahagia, hingga Hanjaya lupa pada anak istrinya.  Dengan istri Mas apa nggak pernah merasakan jatuh cinta? Rajuk Purnama. Terus terang ini yang kurasakan cinta yang sesungguhnya! Hanjaya berusaha meyakinkan Purnama. Yakin?  Purnama mengerling lelaki yang bertekuk lutut di hadapannya itu. Sangat yakin! Hanjaya menegaskan soal perasaan hatinya. Aku dengan istriku dijodohkan, lanjutnya melemah. Lalu? Purnana ingin tahu kelanjutannya. Kami pendekatan sebulan. Gayatri pemalu dan sangat lembut. Dan kami menikah lalu berangkat ke Amerika. Cinta tumbuh saat sudah jadi suami istri. Tapi kepadamu aku cinta saat pandangan pertama. Nyatanya aku memang sangat mencintaimu. Tergila gila padamu, menggebu suara Hanjaya dan sesekali ia mengecup bibir istri simpanannya itu. Purnama tersenyum bahagia. Mas bahagia dengan istri Mas? Pancing Purnama. Rumah tanggaku adem ayem. Gayatri type wanita penurut. Ia sangat mengerti posisinya sebagai istri dan  ibu dari dua anak. Tapi begitu bertemu  denganmu, kita menikah barulah aku sadar jika aku menginginkan wanita sepertimu, ujar Hanjaya yang sudah dimabuk asmara dengan Purnama.Tapi aku tak mungkin meninggalkan Gayatri, dia kesayangan orang tuaku almarhum dan almarhumah, dia pun telah memberiku dua anak yang cantik dan tampan. Oh ya? Purnama menatap Hanjaya. Gayatri istri yang baik ibu yang baik. Lalu Gadis dan Jaka tak boleh terluka hatinya karena ada yang menyakiti hati ibunya. Wanita itu lembut. Aku jujur begitu menyayanginya,  juga mencintainya  walau tak pernah bisa mencintai seperti aku mencintaimu, Jadi bagaimana?! Purnama keluar dari pelukan Hanjaya. Dadanya rasanya sesak. Tak terbayangkan jika permenikahannya hanya jadi selingan kebahagiaan Hanjaya dalam memburu kenikmatan cinta sesaat. Gayatri cantik dan elegan. Kuakui dia lebih cantik darimu. Tapi kamu lebih menggairahkan bagiku, Purnama bagai api tersiram air, kini melempem dalam rangkulan penuh cinta dari Hanjaya, Dasar Hanjaya lupa diri karena cinta. Tiga hari janjinya pada Gayatri untuk mengurus proyek lalu pulang. Tapi sampai hari ke empat belum juga pulang. Maka pada hari keempat Gayatri mendatangi kantor suaminya.Karena sejak tiga hari ponsel  Hanjaya sulit dihubungi. Setelah mengantarkan anak anak ke sekolah, rupanya Gayatri langsung ke kantor suaminya. Selamat pagi Pak Hanjaya ada? Ramah Gayatri berbicara pada bagian Reseptionis. Ada, Bu, manamungkin gadis itu akan menghalangi kedatangan ibu bos pemilik perusahaan. Terima kasih, Sama sama, Ibu, Gayatri berjalan ke arah ruangan suaminya yang berada di lantai dua. Keluar lift ia berjalan dengan tenang dan memberikan senyumnya pada setiap yang ditemuinya. Pagi Ibu, Pagi, Pagi Ibu, Beberapa karyawan tampak terlihat cemas. Tapi Gayatri tetap melangkah menuju satu pintu yang tertutup. Ruangan Sanjaya sudah terlihat pintunya. Gayatri tenang melangkah menuju ke ruangan kerja Hanjaya  Tiba tiba pintu itu terbuka dan Purnama keluar dari ruangan. Rupanya Purnama diikuti Hanjaya. Gayatri menghentikan langkahnya memperhatikan sosok Purnama. Oh dia kan model itu?  Karena beberapa kali memperhatikan foto mesra perempuan itu  dengan suaminya, serta sengaja mengikuti  Intasgram Purnama, maka Gayatri tak asing lagi dengan sosok yang sempat membuatnya cemburu karena foto mesra dengan suaminya. Purnama menghentikan langkahnya saat sudah di ambang pintu ruang kerja Hanjaya. Berbalik menatap manja pada Hanjaya.  Tanpa ragu Purnama merangkul lengan Sanjaya  Jantung Gayatri berdetak saat melihat  perempuan  itu begitu manja pada Hanjaya. Begitu pun dengan Hanjaya.  Tangan lelaki itu memegang dagu Purnama. Dada Gayatri berdebar tak beraturan. Pemandangan antara Hanjaya dan Purnama yang tak tahu malu saling pandang mesra telah menghujam jantungnya. Gayatri mundur dan berlindung di balik sebuah bangunan pilar tinggi. Tapi tetap mencuri curi pandang dengan dada bergemuruh oleh cemburu dan amarah.  Bahkan ia mengambil ponselnya dan langsung merekam adegan Hanjaya dan Purnama. Da sayang, manja suara Purnama. Hati hati, suara Hanjaya tampak cemas. Gayatri menahan debar jantungnya yang berdetak berkali lipat cepatnya dari biasanya. Lalu mencoba tenang dan keluar dari tempat persembunyiannya. Langkahnya kini sudah tepat di depan Purnama. Gayatri spontan menghentikan langkahnya untuk meyakinkan benarkah wanita ini orang yang sama dengan yang ada di foto? Oh benar dialah Purnama si model ngetop itu.Bayangan kemesraan wanita di hadapannya barusan dengan suaminya telah membakar dadanya. Namun Gayatri berusaha untuk menahan cemburu dan amarah dalam suasana tenang. Tak boLeh ada amarah apalagi keributan di kantor suaminya. Dirinya sebagai istri bos harus menjaga nama baik suaminya. Purnama menatap Gayatri dan tersenyum. Ia  tak menyadari kalau perempuan Di depannya  itu adalah istri sah dari Hanjaya. Gayatri mengangguk berusaha   tersenyum tanpa mengeluarkan suaranya, dan terus melangkah tanpa menghiraukan Purnama yang menoleh kearahnya. Dan kalau tadi Gayatri yang mengintip Purnama serta Hanjaya, sekarang kebalikannya. Hanya bedanya Purnama tak bersembunyi. Tapi berdiri dengan arah pandang ke pintu ruangan Hanjaya yang saat ini sudah diketuk Gayatri. Tanpa menunggu pintu dibuka dari dalam, tangan Gayatri mendorong pintu itu hingga terbuka dan langsung menyelinap masuk. Itu perempuan siapa, ya? Purnama bertanya tanya dalam hati, dan diam diam mengakui jika tampilan Gayatri berkelas dan elegan.Purnama masih berdiri mengawasi ruang kerja Hanjaya yang kini tertutup. Siapa, sih perempuan itu, kok segitunya  masuk ke ruangan Mas Han?! Purnama menunjukkan rasa tak suka melihat Gayatri masuk ke ruangan Hanjaya. Lagi ngapain, ya, mereka, huh! Dumelnya  Menunggu dan menunggu. Tapi perempuan yang belum diketahui hubungannya dengan Hanjaya, belum juga keluar ruangan. Apa Aku masuk ajah ke sana, ya? Purnama merasa curiga. Tapi ia masih menunggu sambil mengawasi pintu ruangan Hanjaya yang tertutup rapat.Bab.6 Menahan Rasa Cemburu Seorang karyawan lelaki melintas. Segera Purnama mendekat. Mas, panggil Purnama. Si karyawan yang masih berumur dua puluh tujuh tahun langsung berhenti. Menatap pada Purnama. Kayaknya kenal, deh, ujar lelaki yang bertampang lumayan itu memperhatikan Purnama. Purnama tersenyum dan semakin mendekat  Duh cewek ini kayak ... eh iya pantas saja aku kenal, dia kan model,  si karyawan garuk garuk kepala, wah dia nyapa aku, jarang-jarang ada model negur duluan. Biasanya cuek, ditegur belagak nggak kenal, tapi ini? Tak mau kehilangan kesempatan si karyawan langsung merespon. Wah ini Mbak model itu, kan? Sapanya sok akrab  pada Purnama. Ya aku Purnama, angguk Purnama tersenyum. Oh ya aku Ilham karyawan di sini, eh ya bisa foto bersama? Ilham berharap perempuan cantik di depannya tak menolak, kan  lumayan buat status Hari ini. Kapan lagi buat status foto berdua model top  Boleh, angguk Purnama. Ilham segera merapikan rambut dan kemejanya. Mumpung ada model yang mau diajak berfoto. Kapan lagi ada kesempatan begini, pikirnya. Oh ya perempuan yang tadi masuk keruangan Pak Hanjaya siapa, ya? Oh itu Ibu Bos, jawab Ilham langsung beraksi di samping Purnama. Dan tombol kameranya berkali kali membidik mereka berdua, Terima kasih Mbak Purnama, Sama sama, Ilham segera berlalu sambil memandang fotonya berdua Purnama. Lalu langsung dibuat status hari ini. Sedangkan Purnama masih berdiri memandang pada pintu ruangan Hanjaya yang tertutup. Manamungkin ia berani untuk kembali masuk ke ruangan Hanjaya jika yang masuk itu adalah istri sah dari lelaki yang tergila gila pada dirinya. Tentu saja Hanjaya khawatir Gayatri sempat melihat dirinya dengan Purnama tadi,. Makanya   ia  bersikap manis pada Gayatri dengan merangkulnya. Ada yang Aneh dirasakan Hanjaya saat merangkul Gayatri. Ada yang kurang dalam rangkulannya pada sang istri.  Sungguh Hanjaya merasa ada yang beda saat ia merangkul Purnama, dengan memeluk Gayatri. Saat ini perasaannya tak sedeg degan jika merangkul Purnama. Artinya biasa saja. Padahal sudah satu minggu lebih tak bersama dengan istrinya. Waktunya dihabiskan dengan Purnama. Saat merangkul Purnama ada gejolak yang membara dalam dadanya. Ah Hanjaya memang sedang mabuk kepayang pada yang muda dan yang baru. Makanya tanpa disadarinya rasa rindu terhadap istri yang sudah dilalaikannya itu, tak muncul dalam hatinya, sudah tergantikan oleh pesona serta hipnotis Purnama. perempuan itu menimbulkan bara api di dadanya.  Hingga saat memeluk Gayatri biasa saja. Apakah karena pernikahannya dengan Gayatri sudah berlangsung cukup lama,sehingga tak semenggebu dengan menyentuh Purnama yang baru hitungan sepuluh hari? Aura cinta dirinya memang lebih membahana jika dengan Purnama. Sebenarnya Gayatri ingin menolak rangkulan Hanjaya. Tapi tak baik bersikap begitu pada suaminya, walau melihat kelakuan sang suami barusan dengan perempuan lain. Kok nggak bilang kalau mau datang? Hanjaya berusaha bersikap seperti biasa penuh perhatian pada istrinya. Katanya Papa keluar kota tiga hari, ini empat hari kasihan anak anak sudah sangat rindu, protes Gayatri dengan suara lunak. Tiba tiba pesan masuk ke ponsel  Hanjaya  Dari Purnama. Segera Hanjaya membuka pesannya. (Disidak Nyonya, ya, hati hati ketahuan ) (Sayang tenang saja, pulang dan istirahat, ya, karena Mas mau nengok anak anak malam ini) Hanjaya mengirim pesan pada Purnama diakhiri dengan emosi hati tiga kali. (Anak anak apa ibunya anak anak?) Purnama mengirim pesan lagi. Hanjaya menatap Gayatri yang memperhatikannya. Duduklah dulu, ada rekanan yang kirim pesan, nih, ujarnya pada Gayatri. Gayatri menurut. Ia menjatuhkan pantatnya di sofa empuk. (Sayang terus terang hanya denganmu dada ini berdebar hebat. Sentuhanmu bagai pengantar jutaan Watt listrik) Hanjaya yang telah dimabuk asmara bagai buayanya cinta. Mulai mengumbar rayuan dan pujian, yang sebelumnya tak pernah bisa ia lakukan jika berkirim pesan pada Gayatri. Selain hanya bertanya tentang anak anak yang diakhiri dengan kata Assalamu'alaikum, karena Gayatri memang type wanita sangat Soleha. (Gombal ah tapi istrimu cantik juga, ya, elegan dengan abaya dan hijabnya) (Karunia Ilahi soal kecantikan itu. Sudah ya sayangku, cintaku, besok aku pulang untukmu, cup cup cup) seperti tadi diakhiri dengan emoji hati. Hanjaya senyum senyum. Bahagia menyelimuti dirinya. Ah rasanya malam ini ingin bersama cinta membaranya itu. Tapi harus kalem, jangan sampai tercium gelagat pubernya oleh Gayatri. Gayatri sendiri tak percaya jika Hanjaya sedang membalas pesan rekanan kerjanya.Raut muka suaminya menggambarkan rasa bahagia. Senyum suaminya menyiratkan perasaan hatinya.  Maka Gayatri pun tahu jika Hanjaya sedang chating dengan Purnama, perempuan yang baru saja dibelai  dagunya, dan tangan lentik perempuan itu menyentuh dagu sang suami. Marah tentu saja. Cemburu jelas. Tapi ia tak mau menegur suaminya saat ini.Masih ada waktu lain hari. Sekarang ia ingin suaminya pulang ke rumah untuk anak anaknya yang rindu. Gadis dan Jaka sangat kangen pada sosok papa yang telah meninggalkan rumah empat hari lamanya. Sudah?  Hanjaya terkejut mendengar suara lembut Gayatri Oh ya... ya ... segera memasukkan ponsel ke saku kemejanya. Pa anak anak menanyakanmu, makanya aku kemari, Maaf, aku sibuk tapi nanti malam aku pasti pulang katakan sama mereka,ya, tersenyum tanpa merasa bersalah Hanjaya pada Gayatri. Gayatri langsung berdiri,Aku pulang, Pa, seperti tadi pertama datang Gayatri mencium tangan suaminya, memang begitulah kesehariannya.  Hanjaya mengantar istrinya sampai depan pintu ruangannya. Ia tak tahu jika Gayatri telah melihat kemesraannya dengan Purnama. Bahkan merekam kelakuannya yang tak pantas mereka lakukan di suasana lingkungan kantor. Pulang ke rumah Gayatri melempar dirinya ke tempat tidur. Bayangan kemesraan Hanjaya dan Purnama membayang di pelupuk matanya. Lalu diambilnya ponselnya, diputarnya kembali rekaman kensraan sepasang sejoli yang tampaknya dimabuk cinta itu. Tangan Purnama yang mengelus mesra pergelangan tangan Hanjaya.Laku tangan Hanjaya yang membelai dagu Purnama. Lalu seperti tak mau kalah, tangan lentik Purnama pun mengelus dagu Hanjaya. Lalu mereka saling tatap dengan mesra. Gayatri dilanda cemburu. Hati kecilnya mengatakan bahwa mereka ada hubungan khusus. KeJepang bersama apakah mereka telah... Gayatri tak mau melanjutkan dugaannya. Jika benar hatinya akan hancur. Sekarang saja hatinya sudah terluka. Ah ternyata cinta itu bisa datang sambil jalan, ujar Hanjaya  dulu saat mereka pengantin baru sambil merangkul pinggangnya, Apalagi di sini kita jauh dari saudara dan teman teman, jadi bawaannya pengin cepat pulang bertemu kamu, bayangan saat pengantin baru dengan Hanjaya muncul di memori ingatannya. Gayatri teringat rayuan perhatian Hanjaya. Lalu  berakhir dengan saling menumpahkan cinta kasih suci mereka. Begitu selama bertahun tahun. Tak ada tanda tanda Hanjaya bosan atas dirinya. Hanjaya selalu menunjukkan perhatian. Mereka melewati kebersamaan sebagai suami istri seminggu dua atau tiga kali. Bahkan Hanjaya meminta lebih. Tapi sekarang Hanjaya sudah hampir  sepuluh hari tak menyentuhnya. Hal yang tak pernah terjadi sebelumnya. Serepot repotnya sang suami, masalah kebersamaan suami istri, atau nafkah batin tak pernah terlewatkan sampai satu minggu. Tapi kini? Alasan ke Jepang Lima hari. Pulang tak menunjukkan kerinduannya. Bahkan ditambah lagi tugas kantor keluar kota selama empat hari. Sama sekali suaminya tak menunjukkan rasa ingin bersama dirinya. Jelas itu tak pernah terjadi. Sesibuk sibuknya Hanjaya, lelaki itu selalu memberinya kasih sayang, atau meminta kasih sayangnya sebagai istri. Berdasarkan hal tak biasa pada Hanjaya, lelaki dewasa yang sudah menikah, tapi tak memiliki waktu untuk bersama istrinya satu malam pun. Jelas ada yang ganjil. Hanjaya mungkin sudah melakukannya dengan yang lain. Sudah berkasih mesra dengan perempuan lain. Hasrat suaminya sudah terpenuhi dari perempuan lain, makanya Hanjaya tak berusaha untuk mencuri waktu sibuknya untuk melampiaskan hasrat suaminya sebagai lelaki   dengan dirinya. Dengan Purnama?!  Ada yang sakit di ulu hatinya jika memang ya. Tapi tingkah lalu mereka tadi di depan pintu kantor telah menunjukkan semuanya. Gestur tubuh mereka telah menceritakan kisah rahasia yang hanya mereka saja yang tahu. Apakah aku harus bertanya tentang Purnama? Gayatri mulai tak sabar. Tapi pasti Mas Hanjaya mengelak. Batinnya. Tapi kan ada rekaman mereka di ponselku? Gayatri mulai bimbang, membiarkan dulu hubungan dia sejoli yang kelihatannya dimabuk cinta itu, atau langsung saja menegur Hanjaya. Ribut pasti. Pertengkaran jelas terjadi. Atau aku langsung saja menemui Purnama dan minta supaya dia menjauhi suamiku?Rasa bimbang melanda hatinya. Sebagai istri tentu dia sangat marah dengan apa yang dilakukan Hanjaya pada Purnama, begitu pun sebaliknya, kegenitan Purnama membuatnya sangat terluka. Perempuan muda itu telah menggoda suaminya. Memberikan sentuhan yang menggoda Iman lelaki. Dipandangnya lagi video rekaman Hanjaya dan Purnama di ponselnya. Marah dan kecewa tentu saja memenuhi dadanya. Istri mana yang tak cemburu dan marah melihat kemesraan suaminya dengan perempuan lain, disaksikan langsung oleh dirinya sendiri, bahkan merekamnya pula. Inilah oleh oleh mereka dari Jepang? Atau?! Gayatri tercekat saat terlibat dalam pikirannya jika Hanjaya dan Purnama  di Jepang memang bersenang senang, bukan untuk sebuah pekerjaan.. Oh! Benarkah?. Jika  ya berarti suaminya selingkuh dengan perempuan itu! Gayatri semakin yakin. Tak bisa lagi dipungkiri. Mereka ada hubungan yang dalamBab.7 Telepon Mesra Di Ponsel SuamiGayatri tahu sebagai istri harus menjaga nama suami supaya suami tetap berwibawa.  Tapi bagaimana dengan perasaannya yang tersakiti oleh pemandangan yang menyakitkan itu? Gayatri paham usia Hanjaya memasuki masa puber kedua. Tapi haruskah mengorbankan perasaannya dengan menyesuaikan puber sang suami? Menjalani sebelas tahun  perkawinan selama rumah tangganya adem ayem. Hanjaya tak pernah mengecewakan dirinya. Walau tanpa mengumbar kata cinta berlebihan. Tapi Hanjaya tak pernah lalai sebagai suami. Kasih sayang selalu ia dapatkan dari Hanjaya. Sehingga ia hampir tak percaya jika suaminya berpaling pada. wanita lain. Masa puber kedua laki laki haruskah melampiaskan dengan perselingkuhan? Tak  semua lelaki mengisi masa puber keduanya dengan main gila bersama perempuan lain. Ia percaya dan setuju dengan artikel yang dulu pernah dibacanya. Walau ada sebagian dari mereka yang merasa tertantang dan tertarik dengan perempuan yang bukan istrinya. Begitu lanjutan artikel itu. Berarti Hanjaya termasuk lelaki yang mengisi puber keduanya dengan memenuhi tantangan yang datang dari dalam dirinya dengan perselingkuhan. Gayatri terhenyak. Benarkah suamiku selingkuh? Batinnya bertanya tanya. Kalau tak selingkuh apa artinya adegan antara purnama dan suaminya yang terekam di ponselnya? Mereka saling tatap. Saling elus dengan mesra. Dan akhir akhir ini Hanjaya seperti enggan pulang ke rumah. Aku harus tenang. Sebisa mungkin Gayatri tak boleh lemah. Ia tak boleh bertindak gegabah. Gayatri memiliki pola pikir yang cenderung mengedepankan kepentingannya anak anaknya. Harus bersabar demi anak anak.Jangan sampai ada keributan antara dirinya dan Hanjaya. Ia tak mau anak anak akan jadi korban. “Mama...” Gadis mengetuk pintu kamar. Memang begitu gadis kecil itu selalu mengetuk terlebih dulu jika ingin masuk ke kamar mamanya. Segera Gayatri menyimpan ponselnya. Dan berusaha menampilkan raut wajah seceria mungkin.Jangan ada kerut kesal diantara kedua alisnya. Dan bibir harus siap senyum jika gadis kecilnya itu menghampirinya nanti. Masuk,' bersamaan suara Gayatri berakhir, pintu didorong dari luar. Berdiri Gadis dan Jaka di ambang pintu. Kemudian mereka berebut mendekat ke mamanya yang duduk di tepi tempat tidur. Mama ... seru Gadis merangkul Gayatri dari sebelah kanan. Mama. .. Jaka tak mau ketinggalan memeluk Gayatri dari sebelah kiri. Gayatri merangkul kedua permata hatinya itu sepenuh jiwa. Jika sudah mendekap keduanya, selelah apa pun hatinya, akan berubah menjadi begitu bahagia. Sayang ... Hem anak anak kesayangan Mama, diciumnya dahi Gadis, lalu pipi Jaka, Kesayangan Mama, nggak ada tandingannya kalian di hati Mama, Mama udah bilang Papa, kan kalau Jaka pengin Papa pulang nanti?' Ya sayang Papa akan pulang sore ini, Hore, nanti Jaka mau ajak Papa renang, sorak Jaka riang. Si bungsu memang hobby berenang. Jika berenang ingin selalu ditemani papanya. Baik berenang di rumah mau pun di tempat yang berbayar. Gadis juga mau ah,' ujar si sulung tak mau kalah. Ya nanti kita renang bersama, ujar Gayatri ingin mendukung kebahagiaan kedua buah hatinya. Mama juga ikut renang juga, ya, usul Gadis. Ya aku sama Papa dan Kakak sama Mama, lalu kita balapan, ujar Jaka. Mereka memang selalu balapan sampai ke ujung kolam renang. Biasanya yang menang pasangan Jaka dan papanya. Dan Gadis akan bersungut sungut karena digoda Jaka. Sore hari Hanjaya memang betul pulang ke rumah. Tapi tampaknya kepulangannya memang khusus untuk anak anaknya. Papa pulang! Jaka berteriak senang langsung memeluk Hanjaya, dan sebaliknya Hanjaya pun langsung mengangkat anak perjakanya. Huh anak Papa yang ganteng ... diciumnya kedua pipi anak bungsunya itu. Papa ... Gadis tak  mau kalah, kakinya melangkah lebar dan menghambur ke pelukan Hanjaya. Mereka anak dan ayah terduduk di sofa dalam  pandangan Gayatri yang terharu melihat betapa kedua anaknya lebur dalam bahagia bersama papa mereka. Namun tiba tiba saja dadanya berdebar hebat. Dalam debaran itu ada rasa sakit dan sedih karena Hanjaya telah dipergokinya selingkuh dengan Purnama. Tapi sebagai istri yang baik dan menghormati suaminya, ia tak boleh menunjukkan sikap tak sopan pada suami, terlebih di hadapan anak anaknya. Aku tak boleh menuduh tanpa bukti, batinnya, tapi kemesraan di ambang pintu antara suaminya dan Purnama apa itu namanya jika buka berselingkuh? Harus sabar dan kuat. Begitu tekat Gayatri menghadapi persoalan yang tengah bergolak dalam dadanya. Perlahan ia berbalik lalu berjalan menuju ke pantry. Menyiapkan secangkir teh manis panas untuk suami yang telah memberinya dua anak cantik dan ganteng. Dengan sikap yang diusahakan seperti tak ada ganjalan di dadanya ia suguhkan teh manis itu di atas meja. Tehnya ...Pa ... rasanya kok seperti tertekan kata 'Pa' di tenggorokannya. Duduk sini, Ma, seperti tak terjadi sesuatu Hanjaya pun meminta Gayatri duduk bersama mereka. Gayatri duduk di kursi di sebelah Sofa dimana Hanjaya masih merangkul dan dirangkul kedua anaknya. Papa minum teh dulu, ya, ujar Hanjaya pada anak anaknya. Habis itu kita renang, ya, Pa? Jaka mengingatkan.Gimana kalau kita adu balap lagi, kan dulu aku sama Mama kalah, siapa tahu sekarang menang, ujar gadis menatap Jaka dan papa, lalu beralih pada Gayatri yang hanya diam tak memberi respon.Tanya Mama siap nggak melawan kita, seru Hanjaya memandang Gayatri. Sungguh  Hanjaya bersikap bak  ayah yang begitu didamba sebuah keluarga. Santai dan bersikap mesra pada anak anaknya, bahkan saat menatap Gayatri. Ah dia seperti peselingkuh ulung, gumam hati Gayatri melihat sikap suaminya tanpa canggung memandanginya. Sedangkan di hati perempuan itu sudah ada ganjalan. Ada kerikil yang dilempar Hanjaya. Dan tiba tiba lagi Gayatri teringat kemesraan Hanjaya dengan Purnama. Tapi lagi lagi ia harus menekan rasa cemburunya demi anak anaknya tercinta. Ya kita siap berjuang! Gayatri tiba tiba saja bersuara dengan bersemangat secara spontan. Mungkin terbawa emosi jiwanya yang terpaksa harus ia tekan semalam. Mungkin, hingga tak muncul kepermukaan Hore! Gadis langsung berdiri dan menghampiri Gayatri dan memeluknya. Kita harus tetap melawan mereka, Ma, ayo semangat, dong! Gadis merasa mamanya kurang bersemangat kali ini, tak seperti saat mereka dulu mau tanding renang.Oh ya semangat, angguk Gayatri. Berusaha menunjukkan bahwa hatinya sedang bahagia di hadapan anak gadisnya.Tibalah mereka kini berada di dalam kolam renang. Gadis dengan baju renang tertutup warna pink. Sedangkan Jaka mengenakan baju renang warna biru.Hanjaya menerima celana renang yang diulurkan Gayatri.Sakit Ma? Hanjaya melihat gelagat istrinya yang kurang semangat.Oh nggak aku sehat lahir dan batin spontan Gayatri membalas. Masih bisa aku bersikap seperti tak ada perempuan antara hubungan kami, jerit hatinya.Hanjaya sebenarnya melihat ada yang aneh pada sikap istrinya kali ini. Tampaknya Gayatri kurang familiar seperti biasanya. sering dilihatnya sang istri seperti terpekur. Bahkan kerap tampak menghindari tatapannya.Ayo kita mulai renang, ajak Gayatri pada kedua anaknya.  Suara Gayatri yang penuh semangat itu membuyarkan lamunan Hanjaya. Diam diam ia menatap istrinya. Kali ini ada yang memang beda. Gayatri terlampau bersemangat. Hanjaya benar Gayatri memang menutupi resah serta luka hatinya dengan sikap tak biasa. Jika keseharian, segembira apa pun dirinya, ia tetap bergembira dengan sikapnya yang lembut. Suara riangnya tetap berada pada kelembutannya. Tapi Kali ini perempuan itu lepas dari sikap aslinya. Suara riangnya terkesan menutupi rasa sakit pada ulu hatinya yang terluka oleh kelakuan suaminya.Ayo Ma! Gadis sangat bersemangat menggandeng tangan ibunya yang telah mengenakan celana panjang dan kaos khusus untuk berenang.Ayo Pa, ajak Jaka menarik Hanjaya.Semua sudah memasuki kolam renang. Kecuali Gayatri tiba tiba memasuki ruangan rumahnya karena harus mengambil topi renang untuk menutup rambutnya.Saat melewati ruang tengah ia mendengar ponsel Hanjaya berdering.Gayatri menoleh dan melihat gambar Purnama di layar ponsel suaminya.'Tersayangku' Tulisan di layar langsung membuat dada Gayatri gemuruh. Dan dengan nekat ia mengangkat ponsel. Menekan tanda gagang telepon kearah atas, lalu menempelkan ponsel ke telinganya, tanpa berniat untuk menyambut telepon itu.Halo sayang jangan kecapean dengan istrimu Lo, Mas, aku bisa ngambek kalau besok Mas nggak berbagi denganku ... Tercekat Gayatri. Hatinya mendadak kosong. Ada duri menusuk nusuk hingga membuat luka menganga di lubuk hatinya yang paling dalam. Suara manja mendayu. Mengucapkan yang seharusnya hanya boleh untuk yang sudah terikat pernikahan. Ucapan yang tak pantas dari seorang perempuan untuk suaminya. Perempuan itu pasti bukan teman biasa, tapi teman berbagi kehangatan Di ranjang. Gayatri dengan tangan gemetar mematikan ponsel. Matanya langsung perih. Dua testes air meluncur bebas dari sepasang matanya yang berkabut itu. Suaminya sudah memiliki hubungan melampaui batas dengan perempuan lain. Sebagai istri ia gagal mempertahankan kesetiaan Hanjaya.Bab.8 Emosi Dan AmarahGayatri tergugu di tempatnya berdiri. Kedua lututnya lemas. Rasanya seluruh tenaganya terbang entah kemana.  Tadi di ponsel suaminya foto Purnama muncul saat berdering. Dan tulisan Tersayang pasti ditujukan pada perempuan muda itu. Halo sayang jangan kecapean dengan istrimu Lo, Mas, aku bisa ngambek kalau besok Mas nggak berbagi denganku ... suara merdu mendayu manja terngiang di telinganya. Terus menjalar ke ulu hatinya, hingga menimbulkan lagi rasa sakit yang teramat sangat, untuk kesekian kalinya. Suara Purnamakah itu?! Batin Gayatri tercabik. Suaminya ternyata sudah jauh melangkah dengan model itu  Sekarang apa yang harus dilakukannya? Purnama, gumamnya lirih. Terbayang gestur tubuh perempuan yang jago melenggak lenggok di panggung memperagakan pakaian itu. Gayatri mengakui Purnama bukanlah tandingannya. Perempuan itu masih muda, bahkan jauh lebih muda dari dirinya.  Cantik. Terkenal pula. Jadi benarkah Purnama telah merebut hati suaminya? Apakah mereka diam diam sudah menikah? Mama! Lamat Lamat terdengar suara Gadis. Gayatri terkejut. Khawatir dipergoki telah mencuri dengar panggilan ponsel suaminya, maka segera ia bergegas ke kolam renang. Ayo, Ma! Gadis melambai. Tanpa sadar Gayatri berpaling pada Hanjaya yang sedang berenang bersama Jaka. Benarkah kamu telah berbagi hati dan berbagi badan dengan perempuan itu, Mas?! Tapi pertanyaan penuh Kekecewaan  itu hanya diucapkan dalam hati oleh Gayatri. Mama! Gadis memanggil lagi. Ayo Mama! panggil si kecil Jaka. Oh rasanya tak ada lagi tenaga untuk menerjang air dan menemani anak gadisnya berusaha memenangkan balapan renang lawan adik dan papanya. Sungguh tenaganya sudah terkuras kekuatannya.  Yang ingin dilakukannya adalah menanyakan langsung pada suaminya tentang telepon itu. Oh tapi jangan ia tak mungkin mengaku. Lalu aku harus bagaimana? Diam menunggu sampai perempuan itu membuat suamiku meninggalkanku bersama anak anak? Ma ayo! Gadis tampak tak sabar. Ma ayo keburu magrib! panggil Hanjaya yang tak tahu jika jiwa istrinya kini remuk oleh suara istri sirinya yang begitu membuatnya tergila gila itu. Ya, angguk Gayatri, Aku harus kuat demi anak anak, dan bagai kesetanan ia melangkah lebar ke kolam renang.  Gayatri langsung melompat dan berenang dengan semangat ke ujung sana. Gerakannya lincah dan cekatan serta cepat. Tak ada yang tahu jika itu dilakukannya spontan untuk melawan hatinya yang lara. Wah Mama hebat! Gadis sangat suka dengan semangat mamanya yang melakukan pemanasan berulang kali bolak balik mengitari kolam renang mereka. Wah Mama renangnya hebat, Pa, cepat tuh bolak balik, ujar Jaka senang melihat semangat mamanya, tapi cemas jika nanti ia dan papanya dikalahkan pasangan Mama dan kakaknya. Tenang saja Papa bisa menandingi Mama, nih lihat, segera Hanjaya menyusul  Gayatri. Sehingga suami istri itu bagai kejar  mengejar di dalam air.  Memang  benar Hanjaya bisa mengungguli Gayatri, kini mereka masing masing memacu kekuatannya untuk saling mendahului sampai di depan Gadis dan Jaka yang begitu antusias dan bangga terhadap kedua orang tuanya. Ayo Pa cepat dului Mama.. !! teriak Jaka memberi semangat pada Hanjaya. Ayo Ma pertahankan jangan kesusul Papa, cepat dikit lagi, Ma. Ya terus ...terus, Ma.. !! Gadis tak mau kalah berteriak mengarahkan mamanya. Gayatri tak mendengar tetiakan pemberi semangat dari Gadis. Ya hanya mengulang ulang suara Purnama di ponsel suaminya. Halo sayang jangan kecapean dengan istrimu Lo, Mas, aku bisa ngambek kalau besok Mas nggak berbagi denganku ... Setiap suara itu singgah di telinganya, maka setiap itu pula gerakan renangnya semakin kuat. Ia ingin melawan suara merdu dan mesra milik Purnama pada suaminya dengan terus berenang dan berenang. Hingga saat Hanjaya berada di sampingnya, amarah itu semakin menggebu dalam batinnya, hingga ia merasa tak lagi berada di dalam air, tapi melayang entah kemana. Mamaaaa!!! Pekik Gadis langsung melompat dan berenang menghampiri mamanya yang tenggelam ke dasar kolam renang. Mamaaa! Jaka pun langsung melompat ke kolam dan berusaha membantu Gadis untuk mengangkat mamanya. Ma?! Hanjaya yang berada jauh di depan Gayatri terkejut langsung berbalik berenang menghampiri istrinya. Gadis dan Jaka susah payah mengangkat tubuh  Gayatri yang tak bergerak di dalam air. Mama! Segera Hanjaya mengangkat dan membopongnya.Ma .. panggilnya pada istrinya yang diam terkulai. Mama .. Gadis menangis merangkul lengan Gayatri yang dibopong Hanjaya keluar dari kolam. Mama .. Jaka sudah menangis khawatir pada keadaan mamanya. Dengan sigap Hanjaya menidurkan Gayatri di bangku di pinggir kolam, lalu ia merunduk untuk membuat napas buatan untuk Gayatri. Sekali tak berhasil. Gayatri masih terkulai tak bergerak. Melihat itu Gadis dan Jaka menangis. Hanjaya melakukannya lagi untuk menolong istrinya. Dan kali ini berhasil.  Gayatri batuk batuk. Hanjaya membimbing Gayatri duduk untuk memuntahkan air dari mulutnya. melihat istrinya sangat lemah segera Hanjaya merangkulnya. Gadis ambil selimut! Ya, Pa, segera Gadis masuk ke dalam rumah, sedangkan Jaka memijit mijit bahu mamanya yang bersandar di dada Hanjaya. Gadis datang membawa selimut handuk, yang  langsung dibungkuskan ke tubuh Gayatri. Bagaimana sudah enakan? Hanjaya memandang Gayatri. Gayatri mengangguk lemah. Kita ke kamar supaya Mama nggak kedinginan dan istirahat, ya Gayatri mengangguk. Hanjaya membopong Gayatri ke dalam rumah  Nyonya kenapa? Bik Sarti cemas melihat nyonya majikannya dibopong. Mama pingsan tadi, Bik, jawab Gadis. Ya Allah , Nyonya... Bik buatkan teh manis panas, ujar Hanjaya langsung membawa istrinya ke kamar dan membaringkan di tempat tidur. Mama pusing? Gadis mendekat pada mamanya yang sudah berbaring di kasur. Gayatri hanya menggeleng. Gadis ambilkan baju ganti untuk Mama, perintah Hanjaya. Ya, Ma, angguk Gadis langsung beranjak ke lemari. Jaka ambil  minyak kayu putih,  Ya, Pa, segera pula Jaka ke tempat penyimpanan obat. Sementara kedua anaknya  menjalankan tugas masing masing, segera Hanjaya melepaskan celana renang Gayatri, kaos dan semua yang dikenakan istrinya   Ini bajunya, Pa, Gadis mengulurkan baju pada Hanjaya. Ini minyak kayu putihnya, Pa, Ya terima kasih ya anak anak, Pintuk diketuk. Bik Sarti membawa secangkir teh manis dan diletakkan di atas meja dekat tempat tidur. Sementara anak anak keluar kamar, Hanjaya membantu Gayatri mengenakan baju dan membalurkan minyak kayu putih ke bagian tubuh istrinya. Setelah itu memberikan teh manis setengah panas pada Gayatri. Bagaimana enakan? Hanjaya menatap Gayatri. Ya terima kasih, angguk Gayatri. Kok bilang terima kasih, sih? Hanjaya berusaha menghibur Gayatri, Apa kita ke dokter atau aku panggil dokter Hans? Nggak usah aku tadi hanya mendadak pusing, sekarang sudah mendingan, geleng Gayatri berusaha untuk tenang, walau tetap hati dan pikirannya pada suara Purnama yang didengarnya di ponsel Hanjaya. Karena tak bisa mengendalikan emosi dan pikiran terbelenggu bayangan kemesraan Hanjaya dan Purnama di ambang pintu ruang kerja suaminya. Maka emosi dan cemburu serta amarah yang terkumpul menjadi satu, membuatnya tadi melarikan dengan mengerahkan seluruh tenaganya berenang, hingga kehabisan tenaga dan jatuh pingsan di dalam air. Kau telah mengkhianati kesetiaanku, Mas, kau jahat! Geram hati Gayatri dengan Mata terpejam. Ma ... Panggil Hanjaya mengelus rambut basah istrinya. Tapi Gayatri enggan menyahut. Kecurangan suaminya terselubung pura pura perhatian sekarang dengan menunggunya. Tapi sebenarnya palsu belaka! Bab.9 Purnama Dan Rahasianya Part 1Ternyata  Gayatri demam tinggi, segera Hanjaya menelepon dokter Hasan untuk memeriksa istrinya. Obat  ini nanti diberikan setiap empat jam . Jika dua puluh empat jam panasnya tidak turun harus dirawat, ujar dokter Hasan memberikan obat penurun panas serta vitamin pada Hanjaya. Baik, Dok, terima kasih, Sama sama Pak Han, tolong dipantau keadaan Ibu, Baik, Dok, terima kasih, Gadis serta Jaka mendekat. Kedua kakak beradik itu menunjukkan muka penuh cemas menatap pada ibunya yang terbaring dengan mata terpejam. Tangan Gadis menyentuh dahi Gayatri, Panas, gumamnya. Lalu menatap papanya, Pa, ini gara gara Gadis minta Mama nemenin Gadis balap renang jadinya begini deh, Ya ini gara gara Jaka ngajak adu cepat renang, Pa, seru Jaka dengan raut wajah hampir menangis, Jaka yang salah, ujarnya. Lalu menyentuh lengan ibunya, Ma Jaka minta maaf gara gara Jaka Mama sakit .. dan bocah itu terisak. Hanjaya meraih tubuh putranya, Sayang ini bukan salah Jaka, tapi Mama yang kelelahan ... Papa nggak marah sama Jaka? Sepasang mata basah itu menatap Hanjaya khawatir. Hanjaya menggeleng, Sebentar lagi juga Mama sembuh, kok, kan sudah dikasih obat sama Dokter, tuh lihat sudah dikompres, Ya Mama cepat sembuh, cepat turun panasnya, rengek Jaka. Malam itu mereka berempat tidur satu kamar. Gadis dan Jaka tidur bersama mamanya di tempat tidur. Sedangkan Hanjaya mengalah rebahan di sofa sambil mengawasi keadaan istrinya. Hatinya terharu melihat kedua anaknya yang begitu perhatian pada ibu mereka. Tiba tiba ia teringat ponselnya. Langsung terlonjak untuk keluar kamar. Tapi di ambang pintu Gadis menghentikan langkahnya. Pa mau kemana? Oh mau ambil hape di luar, Oh, Hanjaya segera menuju ke meja ruang tengah dimana tadi ia meninggalkan ponselnya. Ternyata ada lima belas panggilan tak terjawab dari kesayangannya. Siapa lagi kalau bukan Purnama. Tiba tiba saja terbit rasa rindu ingin bertemu kecintaannya itu. Membayangkan tatap mata Purnama yang bulat. Senyumnya, dan terutama kemanjaannya, serta agresifnya istri sirinya itu.  Oh rupanya Purnama mengirim pesan. (Hai sayang asyik ya sama Nyonya sampai nggak bisa angkat telepon aku, katanya lebih mencintaiku. Awas besok, ya) Waduh dia marah menuduh aku asyik asyikan. (Sayangku belahan jantungku jangan marah Gayatri tadi pingsan jadi aku sibuk panggil dokter. Nggak ada yang menandingi dahsyatnya dirimu di hatiku. Sampai besok, oke, peluk ciumku, eemh ...) Pesan terkirim dengan emoji hati berderet di belakang kalimat yang ditulisnya. Menunggu balasan. Satu menit. Dua menit Dan menit ketiga Hanjaya tak tahan untuk tak menghubungi perempuan yang telah memberinya rasa cinta yang membuatnya tergila gila itu. Dering pertama terabaikan. Dering kedua tetap sunyi. Dering ketiga begitu, senyap. Hanjaya tak bosan bosannya menghubungi Purnama. Bersabar menunggu hingga perempuan itu mau mengangkat ponselnya. Tapi hingga deringan yang ketiga puluh kali pun tak ada sahutan.  Suara mendayu manja yang diharapkan untuk menyambut dengan mesra itu tak didapatnya. Hanjaya kembali ke kamar dengan gelisah. Kalau saja Gayatri tak dalam kondisi demam pastilah sekarang dirinya sudah berangkat menemui istri mudanya, merayunya dan akan memberikan hadiah asal senyum segar menawan itu terkembang lagi untuknya. Tapi apa daya keadaan Gayatri tak memungkinkan untuk ia tinggalkan, walau dirinya saat ini sedang bucin. Apaboleh buat duduk setengah tiduran memperhatikan Gayatri yang panasnya mulai menurun. Bahkan kedua anaknya tidur saling memeluk ibunya. Antara rindu pada kemanjaan Purnama, Hanjaya memantau kompres yang berada di dahi Gayatri. Dan dadanya lega saat Gayatri mendusin dan terbangun. Bagaimana enakan?Hanjaya langsung mendekat Obatnya diminum lagi, ya, dengan penuh perhatian Hanjaya membantu Gayatri menelan tablet obatnya. Gayatri mengelus rambut Gadis dan Jaka bergantian. Maafkan Mama, Nak, kalian gak jadi renang, ya ... Bisa lain kali kan, Ma, ujar Hanjaya tersenyum, Mereka sangat cemas dan merasa menyesal mengajakmu ke kolam renang, Bukan karena anak anakku! Tanpa sadar suara Gayatri terdengar agak ketus, itu karena telepon selingkuhanmu, ujarnya lagi tapi hanya dalam hati. Tapi segera Gayatri sadar bahwa ia harus tetap sabar jika ingin lebih tahu perselingkuhan antara Hanjaya dan Purnama. Tak boleh mengumbar emosi malam ini. Harus tenang dan pura pura tak tahu kelakuan suaminya. Yang penting Mama bisa sehat anak anak jadi senang kalau dia bangun nanti, kami sangat cemas melihat Mama tadi, Aku teledor ... suara Gayatri tertekan di tenggorokannya. Ini semua akibat menahan amarah dan emosi serta rasa kecewa pada Hanjaya. Ya sudah sekarang istirahat, ya, bujuk Hanjaya. Ya, segera Gayatri memiringkan badannya membelakangi Hanjaya yang masih  memandangnya. Ia merangkul pundak Gadis dan berusaha untuk tidur lagi. Hanjaya sungguh tak bisa memicingkan mata. Pikirannya tertuju pada Purnama. Perempuan terkasihnya itu tak menyambut panggilan hapenya, pun tak membalas pesannya. Sungguh sangat khawatir jika istri pujaannya itu ngambek. Duh harus mempersiapkan hadiah untuk mendapatkan senyum dan kemanjaan sang model yang telah meluruhkan seluruh pertahanan kesetiaannya terhadap Gayatri. Sekali lagi dikirimnya pesan singkat untuk jantung hatinya itu. (Sayang I love you. Mintalah apa saja padaku asal jangan membiarkanku diterjang badai gelisah takut kehilangan senyummu sayang) Seperti biasa diakhiri dengan emoji hati berderet. Rupanya Hanjaya betul betul berkelakuan bak anak muda yang mabuk cinta. Tak ada balasan. Hanjaya makin gelisah. Berbaring di atas sofa serasa dipanggang di atas bara api. Duh Purnama kekasih hatiku. Belahan jiwaku  Tempatku memadu kasih. Jangan buat aku merintih begini ... Sekarat sudah rupanya perasaan cinta Hanjaya terhadap Purnama yang sengaja membiarkan panggilan dan pesannya terabaikan. Ah seandainya saja Hanjaya tahu dan peka, bahwa hal itu sengaja dilakukan Purnama untuk lebih memikat hatinya. Sayangnya Hanjaya terlalu yakin kepolosan perempuan itu. Terlalu larut dalam pesona perempuan yang sudah memberikan permainan cinta luar biasa. Berani dan liar, tak seperti Gayatri yang malu malu serta masih menempatkan diri sebagai perempuan santun. Purnama tersenyum penuh kemenangan membaca pesan singkat Hanjaya. Lalu meletakkan ponselnya. Purnama perempuan desa yang terlanjur berangan tinggi. Lewat tontonan di YouTube dan berita selebriti yang mandi kemewahan serta sanjungan, telah membuatnya berbagai daya upaya untuk mengaduh nasib di Jakarta. Rupanya peruntungan ada pada dirinya. Tubuhnya yang cukup ideal untuk model, serta raut mukanya yang agak eksotik itu, telah menarik perhatian juru Top model Pendatang baru lima bulan lalu.  Juara satu langsung diraihnya, dan kontrak kerja pun sudah dimilikinya. Kehidupan sederhana di kampungnya lima bulan lalu kini berganti gelimang uang serta kemewahan. Impiannya menjadi orang terkenal tercapai. Dan sekarang selain honor serta royalti dari fashion dan iklan yang diperolehnya, sekarang tambang emas milik Hanjaya siap ia Raup kapan saja. Ada pesan lain masuk. Mendadak muka cantik Purnama cemberut saat membacanya.  (Sayang sudah kau raih impian menjadi bintang, tapi kenapa tak pulang kampung. Aku rindu, apalagi Bintang buah cinta kita. Pulanglah walau sehari. Melepas rindu bersama kami) Emoji memohon dan disusul foto bocah dua tahun perempuan yang cantik) (Sayang aku masih terikat kontrak satu tahun tak boleh kemana mana. Jaga Bintang. Aku cari uang untuk dia) Pesan terkirim. (Tapi aku rindu padamu sayang) Tak lupa si pengirim melampirkan fotonya saat memeluk Purnama. Purnama membaca pesan itu dengan senyum kecil. (Jangan cengeng tahan rindumu) Pesan terkirim. Sejenak Purnama menatap foto Bintang. Dikecupnya. Lalu menatap foto dirinya yang berada dalam pelukan lelaki muda ganteng. Setelah itu mematikan ponselnya. Purnama gelisah. Pesan barusan mengingatkan starusnya yang ia sembunyikan pada semua orang. Jika keberangkatannya dari kampung dulu murni untuk mengadu nasib, serta cita cintanya untuk jadi model top, lalu terkenal dan kemudian pulang melepas rindu pada Bintang serta lelaki muda yang menunggunya dengan penuh cinta. Kini berubah sudah. Pertemuannya dengan Hanjaya yang telah mandikannya dengan kemilau harta serta kemewahan, telah merubah segalanya. Bab.10 Purnama Dan Rahasianya Part2 Purnama terlahir dari keluarga sangat sederhana di sebuah dusun di pedalaman sebuah perkampungan di Jawa Timur. Bapaknya pesuruh di Kelurahan. Dengan bersepeda bapaknya Purnama  menempuh perjalanan berjarak sekitar tujuh kilometer untuk mencapai tempat kerjanya yang sudah dilakoninya sejak muda. Mboknya petani tulen. Sehari hari menggarap sawah milik seorang juragan dengan upah tergantung hasil kerjanya. Purnama terlahir dari rahim perempuan bernama Sarni, seorang pekerja keras setelah pernikahannya dengan Karim memasuki tahun ke enam belas lahir Purnama Maka itu suami istri Karim dan Sarni yang sudah jelang empat puluh tahun saat anak mereka menghirup udara dunia ini. Diberi nama Purnama. Mereka sangat memanjakan Purnama. Nama Purnama mereka ibaratkan jika putri mereka bagai purnama yang menerangi kehidupan pernikahan mereka yang selama enam belas tahun sepi dan gersang. Kebetulan pula Purnama tumbuh sehat dengan kulit bening dan wajah cantik. Bahkan para tetangga terheran heran melihat pertumbuhan Purnama yang semakin hari semakin terlihat menawan. Sarni melarang anak gadisnya itu membantu di sawah. Begitu sayangnya mereka pada anak semata wayangnya yang begitu dibanggakannya itu. Sehingga mereka memanjakannya, berusaha untuk memenuhi keinginan Purnama yang ingin mengikuti trend jaman, termasuk membelikannya android di umur Purnama tiga belas tahun dan jelang memasuki sekolah Menengah Pertama atau SMP. Maka itu Purnama memiliki pengetahuan luas tentang dunia maya. Bahkan gadis kecil itu sangat tergila gila pada selebriti yang mondar mandir mampir di layar androidnya. Hal itulah yang semakin hari semakin menggoda imajinasi Purnama untuk mengikuti jejak mereka. Ya diam diam Purnama ingin menjadi seperti model atau artis yang kerap ditontonnya di ponselnya. Namun ia sadar keadaan dirinya yang jauh  di dusun tak memungkinkan untuk mewujudkan keinginannya. Apalagi ia hanya anak orang biasa yang hidup pas Pasan. Jauh sekali angan yang singgah di benaknya dengan realita dan khayalannya. Maka itu Purnama hanya menyimpan angan di hatinya, dan cukup berkhayal bahwa kelak dirinya akan jadi bintang seperti mereka yang bergelimang kemewahan itu. Untuk mengobati keinginannya, maka Purnama seringkali hanya berlenggak lenggok di dalam kamar sempitnya yang sederhana. Menempatkan dirinya sebagai peragawati atau model top. Itulah yang dilakukannya setiap hari, selepas jam sekolah yang rutin dijalaninya setiap hari, kecuali hari sabtu dan minggu sekolah libur. Mbok aku ingin beli bedak karo lipstick, yo untuk mike upan, suatu hari ia meminta pada mboknya  Sarni tertawa kecil ia hanya menganggap anak gadisnya sudah remaja dan ingin dandan sebagaimana perempuan umumnya. Yo nanti Bapak pulang kerja mampir neng pasar, Nduk, ujar Karim yang membuat Purnama tersenyum senang. Benar Yo, Pak,  Ya benar moso untuk putriku sing ayu iki Bapak bohong? Karim tersenyum menatap Purnama yang semakin hari terlihat cantik dengan tubuh tinggi semampai. Jo lali, lho, Pak, rajuk Purnama. Yo Nduk, angguk Karim berjanji dalam hati untuk memenuhi keinginan putri tunggalnya. Wah anak Mbok ini sudah semakin besar dan cantik, kalau dandan nanti semakin jelita, awas ada anak Lanang yang suka ... goda mbok Sarni tersenyum bahagia menatap Purnama. Purnama tersipu menatap mboknya, Wong cuma mau dipakai di kamar saja, kok, Mbok, Oh gitu, mbok Sarni tersenyum legah, semula ia khawatir Purnama akan berdandan di hadapan teman temannya. Sarni pun terkadang heran pertumbuhan Purnama yang jika dibanding dengan dirinya sungguh sangat beda. Purnama berkulit bersih serta cantik, seperti anak kita, bahkan seperti artis yang sering muncul di televisi cantiknya. Sedangkan dirinya sebagai perempuan yang melahirkan Purnama, perempuan yang tidak cantik, terlihat ndeso. Ah itu sudah ojo dibanding bandingke terus menerus dengan dirimu, Mbok. Anak kita cantik wis karunia Gusti Allah, suaminya berkata begitu suatu beberapa waktu lalu saat dirinya mengutarakan keheranan dirinya yang melahirkan anak cantik potongan anak orang kaya. Yo Wis Mbok sesok aku sing tuku, ujar Karim. Dan dengan mike up seadanya yang dibelikan bapaknya di pasar, maka ekperimen Purnama menjadi model semakin menjadi jadi.  Ia berdandan mengikuti tutorial yang ada di YouTube, yang membuatnya  semakin menyempurnakan raut wajahnya, lalu diabadikan dengan kamera di ponselnya. Begitulah sehari hari kelakuan Purnama. Hingga kemudian ia lulus dari sekolah es em penya. Karim memasukkannya ke sekolah menengah atas yang berjarak tempuh sekitar empat kilometer dari tempat tinggal mereka yang berada di daerah persawahan itu. Maka dibantu Kepala Desa Karim membelikan Purnama sepeda. Dan gadis itu pun pulang dan pergi ke sekolah naik sepeda seperti kawan kawannya. Namun rupanya impiannya untuk jadi orang terkenal belum juga hilang dari benaknya. Purnama terus berlatih di depan cermin sepulang sekolah.  Bahkan terkadang di jalanan yang sepi bersama teman temannya yang bangga pada cita-citanya itu. Siang itu Purnama dan teman temannya mengadakan pagelaran di pinggir jalan sepi. Purnama berlagak sebagai model, dan teman temannya sebagai penonton. Setelah Purnama berlenggak lenggok bak model yang memperagakan pakaian di panggung, mereka bertepuk tangan. 'Pur kamu cocok jadi model, Seruni berteriak. Ya jadi foto model top juga cocok karena kamu cantik, ujar Padma. Ya Pur kamu pantasnya jadi artis, cantik dan berkelas endak ketahuan anak petani, lho kamu, sambung Nurani. Ya seperti bukan anaknya Mbok Sarni sama pak Karim, sambung Kasni tertawa. Ah kamu, Sat, Mbokkku iku sebenarnya cantik cuma kebanyakan berjemur di sawah, nanti kalau aku jadi foto model atau apalah namanya Mbokku kusuruh berhenti ke sawah, ujar Purnama. Ya harus jadi anak berbakti, seru Padma. Purnama terus berlenggak lenggok di pinggir jalan dan teman temannya bersorak mendukung. Dari kejauhan muncul Sandy mengendarai motor. Pemuda tampan anak Kepala Desa itu mengira Purnama orang gila yang berjoget dan disoraki. Wow ayu ayu kok gila, ya ...' karena tak fokus mengendarai motor, maka hampir saja menabrak Purnama, tapi beruntung Purnama menghindar dan Sandi turun dari motornya. Maaf maaf Ono opo iki? Tanya Sandi pada Purnama yang tersipu. Kita sedang latihan Fashion Show, Mas Sandi .. ujar Seruni yang sudah mengenal Sandi, Purnama yang jadi modelnya, cocok ora cah iki dadi model top? sambungnya sambil menunjuk pada Purnama yang masih terdiam dengan rona muka menunjukkan salah tingkah. Sandi menatap Purnama, Wow cocok wong anaknya ayune nggak ketulungan ... ujarnya yang dapat tertangkap telinga Purnama. Seruni memperkenalkan Sandi pada Purnama. Mas Sandi iki anake Pak Kepala Deso, Wis lulus kuliah di Surabaya, cita cita dadi guru neng deso iki, Pur, Ya mengabdi pada tanah kelahiran, ujar Sandi, Namanya Purnama? Ya, angguk Purnama Sekelas sama Seruni? Ya,' Berarti kelas dua SMU jelang naik kelas tiga dua bulan lagi, Yo? Sandi diam diam mengagumi sosok Purnama. Ya, hanya ya dan ya jawaban Purnama. Karena dadanya sejak ditatap Sansi terus berdebar, dan salah tingkah. Sejak saat itu antara Sandi dan Purnama terlihat sering bertemu. Keduanya saling tertarik. Purnama sangat kagum pada Sandi yang Sarjana Pendidikan. Tampan anak kepala desa pula. Sedangkan Sandi menyukai Purnama karena cantik dan terlihat sangat bersemangat, tanpa menghiraukan keluarganya  Begitu juga Purnama  semakin tertarik pada Sandi. Selain pemuda itu yang tampan, anak kepala desa yang cukup berada, serta seorang Sarjana Pendidikan. Menurut Purnama sudah lengkap seorang Sandi dan untuk dicintai para gadis. Bahkan ia merasa beruntung karena dirinya yang dipilih Sandi. Saat Purnama lulus sekolah orang tua Sandi dagang meminang, dan mereka menikah dengan pesta yang meriah. Tentu saja Pak Karim dan Mbok Sarni merasa sangat bahagia, dan mendapat kehormatan putri mereka diambil mantu kepala desa setempat. Purnama diboyong ke rumah Sandi dan hidup dengan keadaan berkecukupan. Namun obsesi Purnama untuk menjadi model tetap terpendam dalam hatinya. Untuk menyenangkan Purnama seringkali jika tiba waktunya gajian Sandi akan membelikan beberapa setel baju untuk Purnama. Dan ia hanya senyum senyum melihat istrinya bergaya bak model top di depan kaca. Aku toh ingin sekali dadi model, ora opo opo kan Mas?' Purnama merajuk pada Sandi. Untuk menyenangkan hatimu Mas tidak keberatan, ujar Sandi yang begitu mencintai istrinya. Setahun menjadi istri sandi Purnama melahirkan bayi perempuan diberi nama Bintang. Namun beberapa bulan kemudian pak Karim meninggal. Sedangkan mbok Sarni tetap tinggal di gubuknya, dan walau sudah berumur tetap turun ke sawah. Tidak usah ke sawah lagi Mbok, kan sudah aku kirim jatah keperluan, Mbok, atau tinggal saja dengan kami, beberapa kali Purnama meminta mbok Sarni untuk ikut dengannya. Nduk sudah tak apa, Mbok tidak bisa jauh dari sawah itu sudah pekerjaan, Mbok,selalu saja begitu jawaban mbok Sarni yang begitu mencintai pekerjaannya, namun sesekali main ke rumah Purnama untuk menengok Bintang. Hingga enam bulan lalu Purnama membaca iklan untuk mencari model dari sebuah rumah Butik, di media sosial. Tak mau kehilangan kesempatan Purnama mengirim fotonya, dan ia terpilih untuk ke Jakarta.  Sandi mengantarkan istrinya ke Jakarta dan ia juga sangat senang saat Purnama diterima sebagai bintang iklan untuk model butik tersebut. Kamu baik baik di sini, Dik, Mas balik dulu kasihan Bintang kalau terlalu lama ditinggal, kan Mas juga harus masuk ngajar di sekolah, 'Ya Mas jangan lirik lirik di kampung, ya, dengan manja Purnama merangkul suaminya yang saat itu begitu dicintainya. Dari model butik akhirnya Purnama menarik perhatian seorang perancang yang mengajaknya untuk fashion show, hingga ia dalam waktu enam bulan terkenal dan bergelimang uang. Merasa nyaman dengan kehidupan barunya, Purnama pun tanda tangan kontrak, dan resikonya ia harus ke lebih lama lagi tinggal di Ibukota. Hanya uang yang ia kirimkan untuk keperluan Bintang pada Sandi. Dan sekarang ia merasa lebih nyaman lagi berada dalam pelukan Hanjaya. Keberadaan Hanjaya yang memberinya gelimang harta, telah menyingkirkan sosok tampan Sandi yang dulu begitu dicintainya. Bahkan ia lupa jika menjadi istri sah orang lain, dan dengan cerobohnya menggalang hubungan dengan menikah siri. Uang dan kemilau harta telah menggeser cinta sejatinya dari Sandi ke Hanjaya. Purnama telah melupakan kodrat dirinya sebagai istri. Lupa pada hukum pernikahan yang tak boleh dinodai, apalagi sampai melakukan pernikahan dengan lelaki lain. Harta telah membuatnya silau dan Salah melangkah seiring dengan karirnya yang gemilang. Bab.11 Ambisi Liar Purnama Purnama kini bukan lagi Purnama yang dulu. Tapi Purnama yang sudah bisa mengirim baju dan mainan, serta uang untuk keperluan Bintang dalam jumlah besar dari hasil menjadi model. Bahkan dia juga tak lupa mengirim pada mbok Sarni. Bukan itu saja, perempuan sederhana itu dikiriminya kebaya dari bahan sutra, serta sarung dari merk yang tak dikenali oleh mboknya. Mbok Sarni bahagia anak semata wayangnya sukses meraih cita cita. Menghasilkan uang dan bisa membantu keperluan Bintang. Sebenarnya Mbok Sarni lebih suka kalau Purnama pulang menengok Bintang dan Sandi suaminya. Tidak hanya mengirim uang. Perempuan sederhana dan lugu itu ingin Purnama sebagai istri mengutamakan batinnya pada suaminya. Karena jika sampai lalai dan tak memikirkan suami, ia khawatir anaknya itu akan mendapat murkanya Allah. Tapi Purnama adalah Purnama yang telah berubah. Himbauannya tak dianggap. Nduk pulanglah, tengok anakmu, perhatian kebutuhannya sebagai suami harus kamu penuhi, Nduk, ojo ngejar dunia terus, engkoh dosa, lho, Nduk, baktimu harus itu pada suami, suatu hari Sarni menasehati Purnama. Tapi Purnama yang sudah tertutup mata hatinya oleh gelimangnya harta dan kekayaan Hanjaya membalas santai. Mbok jaman saiki yo beda dengan jaman dulu. Istri itu sejajar dengan suami, ya istri juga berhak menentukan pikirannya sendiri. Pokoke Simbok ojo khawatir karo Aku, to, wis titip Bintang, yo ... Tapi Sarni masih membujuk supaya Purnama pulang. Nduk wis toh mole kasihan anakmu si Bintang cari cari ibunya, suamimu juga harus diurus Nduk, dosa kalau ninggalin suami lama lama, mbok Sarni selalu mencoba meluluhkan hati  Purnama. Yo lagi tanggung kontrak kerja Mbok, aku juga cari uang untuk Bintang, selalu begitu jawaban Purnama. Mbok Sarni yang kini sering tinggal bersama menantunya untuk menjaga Bintang sejak Purnama ke Jakarta, bergantian dengan ibu Sandi, merasa tak enak hati pada besannya karena Purnama lama meninggalkan kampung halaman. Maaf ya, Bu, si Purnama belum pulang,  Mau dikata apa lagi Mbok wong Purnama sudah ijin Sandi dan mereka juga sudah buat janji bahwa Sandi tak akan menghalangi cita cita mantuku iku' pasrah ibunya Sandi. Untuk Sandi pun ia tak lupa mengirim  kemeja dan tas bermerk untuk tempat diktat untuk mengajar. Tentu saja Sandi merasa jengah menggunakan tas kiriman istrinya itu.Sebagai guru di desa tentu tak banyak yang tahu berapa harga tas yang dikirim Purnama, tapi hati kecilnya merasa belum membutuhkan kemewahan yang diberikan istrinya itu. Sayang untuk Bintang okelah kamu belikan apa saja, tapi untuk aku jangan berlebihan,ah, moso guru deso kok tasnya muahal amat, pernah Sandi protes dengan nada bergurau. Pemikiran Purnama sudah bergeser. Kalau dulu ia cinta dan merasa beruntung dilamar Sandi, seorang Sarjana Pendidikan serta anak kepala desa. Namun rupanya kemilau panggung dan gemerlapnya Jakarta, serta siraman duniawi dari Hanjaya telah menutup kenangan manisnya dengan Sandi. Bahkan Purnama  telah bertindak ceroboh menikah dengan suami orang, padahal dirinya sendiri terikat pernikahan dengan Sandi sebagai suami sahnya, membenarkan tindakannya yang ngawur itu dan menyeretnya dalam kubang dosa. Bahkan dalam benaknya terlintas untuk berpisah dengan Sandi, dan membawa Bintang ke Jakarta. Bukanlah perkawinan itu harus dua belah pihak saling setia? Batin purnama,Aku tak setia, aku sudah nyeleweng dan merasa tak nyaman lagi dengan pernikahanku,  Ah Purnama mau menang sendiri. Mau memutus perkawinan dengan dalil dan dalil itu buatannya. Sungguh perempuan seperempat abad yang sedang bermandi ketenaran serta bertabur cinta dan pemberian Hanjaya itu, salah mengisi ketenaran dirinya. Telah salah kaprah tanpa disadarinya dirinya telah terjerumus dalam  perbuatan nista yang akan menjerat dirinya kelak.                          *Gadis dan Jaka sudah berangkat sekolah. Sebenarnya kedua anak itu berat meninggalkan ibunya yang belum sehat betul. Sudah pada berangkat sekolah sayang, ujar Gayatri merangkul kedua anaknya.  Mama kan ada Papa yang jaga, ujar Handajaya pada Gadis dan Jaka. Benar ya, Pa, ujar Gadis. meyakinkan. Ya, angguk Hanjaya. Oke, Jaka bersorak. Papa nggak pergi ninggalin Mama sendirian, kan? Gadis masih khawatir jika tiba tiba papanya ke Kantor siapa yang menjaga mamanya. Papa janji sayang, angguk Hanjaya. Terima kasih, ya, Pa, sebagai hadiah, gadis kecil itu menghadiahi Hanjaya ciuman saya di dahinya.Sekarang Gayatri hanya berdua Hanjaya. Ditemaninya istrinya makan bubur buatan mbok Sarti. Lalu minum teh manis dan obat. Bagaimana sekarang? Hanjaya meraba dahi dan punggung tangan Gayatri, Masih sedikit panas, ya, Aku sudah enakan, ujar Gayatri. Sekarang istirahat ya,biar cepat sembuh,' ujar Hanjaya membujuk  Aku kuat, kok, ujar Gayatri, Justru aku tak kuat dengan perselingkuhanmu, batinnya merasa sakit dengan apa yang disaksikan di ambang pintu ruangan kerja suaminya, dan telepon mesra dari Purnama.  Sebentar aku mau telepon kantor dulu, segera Hanjaya beranjak keluar kamar dan segera menghubungi Purnama yang sejak semalam sulit dihubungi. Purnama rupanya sengaja mempermainkan perasaan Hanjaya dengan  mendiamkan dering panggilan teleponnya. Sayang angkat dong ... harap Hanjaya gemas dengan perasaan rindu ingin bertemu istri barunya itu. Tapi deringan itu tak diangkat oleh Purnama. Itulah cara Purnama. membuat Hanjaya penasaran. Masuk pesan suara dari Purnama. (Sayang bagaimana dengan istrimu?) Hanjaya langsung membalas dengan pesan suara juga. (Sayang di samping Gayatri tapi rasa dan hatiku padamu. Kangen dirimu cup cup dari jauh) Terdengar batuk batuk Gayatri dari belakang. Segera Hanjaya mematikan ponselnya dan berbalik menuju pada Gayatri yang tiba tiba saja sudah berdiri dengan tatap mengawasinya. Hai ... Hanjaya tampak gugup. Lalu memasukkan ponsel ke saku bajunya dan langsung menghampiri istrinya. Aku sudah nggak apa apa kalau Papa mau ke kantor, ujar Gayatri. Hanjaya menyentuh pipi istrinya, Tapi masih sedikit hangat, istirahat saja biar lebih nyaman, Aku mau duduk di taman saja, nggak enak tiduran melulu tanpa menunggu Gayatri langsung berbalik berjalan ke dalam kamarnya, dan menuju taman mungil di depan kamar mereka. Duduk di kursi taman mungil adalah kesukaannya. Seringkali bersama Hanjaya bercengkerama sebelum mereka berangkat tidur, atau pagi hari setelah bangun tidur untuk bersantai, sambil menikmati teh manis. Hanjaya ikut duduk di samping Gayatri. Ingin menemani perempuan yang selama perkawinannya berusaha untuk membahagiakan dirinya. Tapi hatinya tak tenang karena memikirkan Purnama.. Perempuan itu betul betul telah mengalihkan seluruh jiwa raganya yang semula ia persembahkan untuk istrinya tercinta, kini mutlak pada istri sirinya itu. Hanjaya tak sanggup untuk berpaling sedetik pun dari pesona Purnama. Dari seluruh yang ada pada perempuan manja dan pandai melambungkannya ke awan itu. Mau kubuatkan roti panggung selai? Hanjaya memang piawai membuat roti panggang. Matang aroma panggang, tanpa hangus dan empuk di lidah. Gayatri menggeleng. Hatinya tahu jika suaminya sebenarnya dalam keadaan tak tenang. Ia tahu bukan urusan kantor yang dipikirkan, tapi perempuan bernama Purnama yang telah membuat dirinya hilang kendali saat di kolam renang, karena terbakar cemburu. Aku lagi nggak pengin sahut Gayatri yang biasanya memang tak pernah menolak tawaran roti panggang buatan Hanjaya. Oh ya sudah,  Papa mau ke kantor? Gayatri menatap Hanjaya langsung ke matanya, Bukan ruang kantor yang ingin kamu singgahi, kan, tapi ruangan perempuan itu dimana kalian biasa berkencan! Batinnya menuduh. Hanjaya lagi lagi tampak gugup ditatap sedemikian lekat oleh Gayatri. Ayo ngaku sajalah, seru Gayatri tapi hanya di dalam hati saja. Apa Mama sudah enakan betul dan nggak apa ditinggal ke kantor? Hanjaya tak mau kehilangan kesempatan rupanya, langsung saja bertanya. Matamu menunjukkan jika dirimu tidak sedang bicara jujur. tuding Gayatri. tapi hanya di dalam hati saja. Apakah harus kubiarkan lelaki  ini terus menerus membohongiku? Batinnya bergolak. Tubuhku masih lemah untuk berdebat. Aku kok sekarang merasa jengah, ya berlama lama bersama suamiku sendiri? Ada pergeseran pada diri Gayatri. Walau masih mencintai suaminya, namun sudah ada rasa kecewa yang dalam pada lelaki ayah dari dua anak tercintanya itu.,Bab 12 Mulai Jadi Detektif Hanjaya bimbang hatinya apakah di rumah saja untuk menunggui Gayatri sampai betul betul sembuh, atau ijin sebentar dengan alasan ke kantor dan menemui permata hatinya.  Rupanya cara Purnama bertahan tak mau menerima teleponnya itu sangat menyiksa hatinya. Membuatnya bertimbun rasa rindu ingin melihat senyum dan kerling mata bulat milik Purnama yang selalu membuatnya haus akan bertemu. Pa, panggil Gayatri mengerti betapa mata suaminya menyimpan berjuta beban. Dan ia tahu beban apa itu. Ya ... eh ya ... gugup Hanjaya yang tengah membayangkan senyum dan tatap mata Purnama, dan kini menghadapi pandangan mata Gayatri. Mikirin urusan kantor? Gayatri sengaja bertanya demikian. Ya .... ya ... angguk Hanjaya berusaha menghilangkan perasaan gugupnya. Mau ke kantor, Pa? Hanjaya tampak kebingungan, Ya .. ya ... ujarnya gelagapan. Mau ke kantor? Gayatri masih mengawasi Rona muka suaminya. Memangnya Mama sudah bisa Papa tinggal? Hanjaya tak mau kehilangan kesempatan untuk menemui Purnama, mumpung Gayatri menawari untuk berangkat kerja, pikirnya. Aku sudah nggak apa apa, kalau ada urusan yang nggak bisa dihandle orang lain, nggak apa apa Papa pergi saja, tenang dan tampak bersahaja sikap Gayatri. Serius bisa aku tinggal ke kantor, Ma? Hanjaya memang merasa benar ucapan Gayatri, urusan rindu ingin bersama Purnama memang tak bisa diwakilkan pada orang lain. Ya pergilah, angguk Gayatri. Maka atas saran dan persetujuan istrinya, segera Hanjaya bersiap untuk keluar rumah. Tentu saja Gayatri memiliki rencana khusus dengan sarannya itu. Bukannya tak mengerti gelisah pada mata suaminya, juga gestur tubuh Hanjaya menunjukkan gejala yang mencurigakan. Maka pergilah Hanjaya dengan pamit ke kantor. Dan tak lupa sebelum pergi mencium dahi Gayatri. Tak lupa kebiasaannya tetap ia lakukan walau dadanya berdesir ingin segera merangkul tubuh seksi Purnama yang selalu mendatangkan getar dalam dirinya itu. Aku balik secepatnya, tak lupa pula pesan yang menyejukkan sebagai isyarat seorang suami yang perhatian pada istrinya ia ungkapkan dengan menyentuhkan jarinya ke pipi istrinya. Hati hati, angguk Gayatri. Satu jam setelah Hanjaya pergi, segera Gayatri menghubungi kantor suaminya. Langsung saja minta dihubungkan dengan Wandi orang kepercayaan suaminya, sekaligus yang ditunjuk untuk menangani urusan sang suami jika sedang tidak di tempat. Bapak sudah keluar, Bu, katanya ada urusan penting, mungkin tidak ke kantor lagi, jawaban Wandi dengan jujur dan tanpa curiga jika istri atasannya itu tengah melakukan penyelidikan. Oke, Pak Wandi selamat bertugas, ramah seperti biasa tak menunjukkan jika sedang  jadi detektif untuk suaminya. Gayatri tahu kemana Hanjaya pergi setelah menyerahkan semua urusan kantor pada Wandi. Kemana lagi kalau bukan menemui Purnama. Cemburu dan marah sudah pasti. Tapi ia tahu jika suaminya yang sedang tergila gila pada perempuan lain langsung ditegur, pasti akan marah untuk menutupi kelakuannya. Bisa jadi semakin tak betah di rumah karena merasa diawasi, dan semakin tenggelam di tempat baru yang dianggapnya selalu memberikan kenyamanan, dan terutama kemesraan. Lalu harus bagaimana? Sabar Gayatri, alon alon asal kelakon! Begitu  pepatah Jawa yang selalu diingatnya.  Gegabah tapi tak mendapat hasil apa pun. Memang lebih baik alon alon atau pelan pelan asal kelakon, atau yang terpenting terlaksana tujuan dan harapannya untuk membongkar kasus perselingkuhan Hanjaya dan Purnama. Seperi gayung bersambut, saat ia mencari penghiburan di ponselnya, tiba tiba masuk notifikasi yang bercaption begini. Baru enam bulan jadi model top Purnama sudah menempati Apartemen seharga tiga miliyar, wow kerja apa kerja sampingan, nih? Hati Gayatri berdetak. Foto Purnama yang duduk di sofa ruang utama apartemen barunya terpangpang. Iseng Gayatri mengklik gambar Purnama, maka segera ia dibawa ke Instagram perempuan model itu. Maka ditelusurinya IG Purnama yang berpose di berbagai sudut apartemennya yang mewah itu. Ada unggahan sang model menyandar di mobil mewahnya yang berharga di atas dua miliyar. wajah dan senyum Purnama sangat berbahagia. Tak ada kata kata tiga miliyar di diksi yang didapat Gayatri dari unggahan Purnama. Ah dasar wartawan bisa saja menemukan nilai rupiah tempat tinggal selebriti, batin Gayatri, walau ia mengakui apartemen yang dihuni perempuan itu Lux dan mewah. Bisa jadi memang benar tebakan si wartawan. Atau mereka sempat berbincang bincang dengan Purnama. Hem tak masuk akal memang kerja jadi model enam bulan sudah punya apartemen seharga tiga miliyar. Belum lagi mobil yang dimiliki perempuan itu, dan kalung berlian yang melingkar di leher jenjangnya. Gayatri terkejut saat menyadari dirinya telah menakar hasil perolehan orang lain.  Maafkan hamba ya Allah jika sempat usil dengan penghasilan orang lain, seru hatinya. Untuk lebih mengetahui seluk beluk dan siapa Purnama, maka Gayatri harus terus memantau pergerakan perempuan  itu, lewat IG nya lebih maksimal, makanya tak salah jika ia jadi pengikut Purnama.                          *Di apartemen mewah milik Purnama saat ini tengah terjadi transaksi antara Hanjaya dan perempuan itu. Aksi mogok mengangkat telepon untuk sekedar  bicara dengan Hanjaya telah membuahkan penyerahan kartu no limit milik sang lelaki yang dimabuk cinta itu. Belanjalah sepuasmu, asal jangan membisu padaku, sayang,  percayalah selama bersama mamanya anak anak pikiran dan hati serta seluruh perasaanku hanya padamu, tangan Hanjaya mencubit mesra pipi Purnama.  Purnama menatap Hanjaya yang tiba tiba jadib ABG yang dimabuk cinta pertama. Duh segitukah pesonaku padamu, Mas? Purnama merajuk dan duduk di pangkuan Hanjaya yang langsung merangkulnya, hal yang tak pernah dilakukan Gayatri sepanjang pernikahan mereka. Dan Purnama melakukannya, memberikan sensasi yang luput dari pergerakan cinta Gayatri.  Ya, angguk Hanjaya yang merasa luar biasa tersanjung dengan setiap gaya genit Purnama dalam memberikan sentuhan dan pelayanan cinta yang lagi lagi luput dari persembahan Gayatri, yang masih menjaga kesopanan di hadapan suaminya walau saat  mereka tengah bersama sebagai suami istri. Tapi Purnama los tanpa memikirkan etika dan apa pun, yang penting bisa mendatangkan sensasi luar biasa pada Hanjaya yang terlihat klepek klepek bila bersamanya. Dan saat ini pun ia tak mau menyia nyiakan kartu no limit di tangannya. Sang pemilik harus diberi hadiah. Harus diberi sensasi untuk tak menggubris berapa nominal yang akan dihabiskan nya nanti di perbelanjannya. Tebakan Purnama tak meleset. Hanjaya lupa sudah pada kartu no limitnya, karena kini dirinya merasakan suasana yang luar biasa bersama seorang perempuan yang berhasil membuatnya bertekuk lutut. Lelaki itu tak perduli berapa nanti perempuan yang memberinya kepuasan luar biasa sebagai lelaki. Sudah tak lagi ia pikirkan sepanjang Purnama selalu dan selalu memberinya semangat dalam bentuk kemesraan yang telah membuatnya lupa apa arti setia pada istrinya. Bab.13 Banyak Jalan untuk Meraih Rejeki. Sore hari Hanjaya betul pulang ke rumah menepati janjinya. Ia pulang dalam keadaan mata berbinar penuh semangat, namun tampak lelah. Kayaknya lelah banget, Pa? sambut Gayatri yang sudah segar menyambut kedatangan Hanjaya. Binar mata penuh bahagia dari suaminya jelas ia merasakannya. Ya hari ini terlalu banyak yang kutemui, ujar Hanjaya melewati Gayatri dan langsung menjatuhkan tubuh ke sofa ruang tamu. Kamu bohong Hanjaya, bisik hati Gayatri memperhatikan suaminya, Tunggu kubuatkan teh manis,nya, Ma,  Suara Hanjaya menahan langkah Gayatri. Ia menoleh pada suaminya. 'Mama sudah sembuh total? Masalah sembuh total Mama nggak tahu, tapi tubuh enakan dan rasa pusing hilang, itu sudah cukup menandakan bahwa aku baik baik saja, segera Gayatri meninggalkan suaminya. Papa pulangnya sore asyik juga nih, seru Gadis mendekat dan langsung duduk di sebelah Hanjaya. Sayang bagaimana hari ini di sekolah? Baik, dan semua berjalan lancar, jawab Gadis dengan senyum dan tatap mata penuh semangat. Eh Papa ... Jaka segera pula bergabung, Boleh main game sama Papa, nggak? Kan bukan malam Minggu? Hanjaya berkelit. Oh ya, lupa, deh, tangan mungil Jaka meneguk jidatnya. Ada peraturan antara Hanjaya dan anak anaknya.Jika malam Minggu mereka dibebaskan belajar, bahkan boleh main game bersama di rumah. Diam diam Hanjaya bersyukur ini bukan malam Minggu, jadi dirinya terhindar dari permainan game yang kerap mereka mainkan bersama. Coba kalau ini malam Minggu, ampun deh ,badan capek ingin istirahat harus menemani buah hatinya mengisi akhir pekan mereka dengan main game, atau apalah yang kerap mereka lakukan. Bahkan seringkali mereka berempat keluar rumah. Makan bersama di restauran atau jalan jalan. Badannya betul betul penat setelah melakukan rutinitas kegiatan yang akhir akhir ini membuatnya terbius bersama Purnama. Gayatri muncul membawa secangkir teh manis panas. Melihat kedatangan mamanya,. segera Gadis mengambil cangkir teh dari tangan Gayatri, lalu diberikan pada Hanjaya. Teh buatan Mama pasti termanis di dunia, promosi Gadis sambil melirik Gayatri, lalu menyodorkan cangkir teh pada Hanjaya. Gayatri tersenyum melihat perlakuan putrinya yang memang mulai ikut ikutan melayani papanya itu. Ih pasti dong, segera Hanjaya menerima cangkir teh dari tangan putrinya, Terima kasih sayang,  Sama sama Papa, tapi Mama yang buat jadi terima kasihnya pada Mama, ujar Gadis menoleh pada Gayatri yang duduk di hadapan Hanjaya. Oh ya pasti Papa berterima kasih karena teh buatan Mama memang termanis di dunia, ujar Hanjaya mengikuti ucapan Gadis. Hanjaya meneguk teh dari cangkirnya beberapa kali. Memang terasa segar di tubuhnya yang lelah.Tadi tak sempat minum yang manis dan segar di tempat Purnama, melainkan hanya air mineral  dari kulkas perempuan itu, sesaat setelah mereka menikmati kebersamaan yang luar biasa dan menurut Hanjaya sangat indah. Kalau saja sore ini Purnama tak ada jadwal show sampai larut, mungkin Hanjaya masih  berselimut di tempat tidur perempuan itu. Tapi Purnama tadi sudah berangkat untuk naik panggung. Purnama tetap manggung dan menerima order sebagai model. Hanjaya belum bisa melarang, dan ia memang tak mau mengekang istri sirinya itu. Setelah mandi dan bercengkerama sebentar dengan Gadis dan Jaka, segera Hanjaya masuk ke kamar. Ma nggak apa, kan aku tidur duluan? Hanjaya menatap Gayatri yang sedang mengambil piyama untuk dirinya. Sejak kapan ada larangan tidur lebih awal, Pa? Gayatri mendekat dan memberikan piyama untuk suaminya. Oke, aku sebenarnya mau nemeni Mama, tapi kok badan capek banget, gitu, ujar Hanjaya berbasa basi. Gayatri tersenyum. Istirahatlah, Pa, ujarnya. Terima kasih sayang, seperti biasa tak lupa Hanjaya mencium dahi dan kedua pipi istrinya sebelum berangkat menjemput mimpinya. Gayatri keluar kamar begitu Hanjaya sudah rebahan dan menguap dua kali, lalu memeluk guling dan memejamkan kedua mata. Menemui Gadis dan Jaka yang sama sama mengakhiri belajarnya. Sudah belajarnya anak anak? Sudah, Maa ... mereka menjawab bersamaan. Bagus, ayo minum susu di ruang makan, baru cuci muka dan cuci tangan lalu ganti baju kalian dengan baju untuk tidur, Ya Maaa ... Setelah semua acara rutin selesai anak sulungnya bertanya pada Gayatri. Ma kok Papa udah tidur, sih, emangnya Papa sedang nggak enak badan? Papa di kantor tadi banyak pekerjaan, jadi capek banget deh Oh kasian Papa kalau gitu, ya Ma, si bungsu yang memberi komentar penuh perhatian. Ya, angguk Gayatri dengan menekan rasa tak nyaman di dadanya. Ah andai saja anak anaknya dewasa dan mengerti jika papa mereka lelah bukan karena urusan pekerjaan, tapi urusan lain yang telah menoreh luka di hatinya. Gayatri terkejut pada kecurigaan terhadap suaminya.Benarkah sang suami betul betul selingkuh, dan kini pulang membawa lelah karena perselingkuhannya dengan Purnama? Semua memang harus dibuktikan. Dan tugas barunya sebagai detektif masih baru akan dimulai. Ma, tangan Gadis mengguncang pergelangan tangan Gayatri, Kok ngelamun sih?, Gayatri tertawa, Lagi membayangkan jika anak Mama yang cantik dan tampan ini kelak tumbuh besar, Pasti Mama nggak akan kesepian kalau Papa tugas keluar kota, karena gadis akan menemani Mama, Jaka juga akan menemani Mama dan Papa, sambung Jaka tak mau kalah. Terima kasih kesayangan Mama, kedua lengan Gayatri merangkul kedua buah hatinya. Kedua anaknya merangkul Gayatri. Saat saat beginilah yang membuat Gayatri sangat bahagia. Bersama bahagia dengan kedua anaknya adalah kebahagiaan yang akan menutup semua luka hatinya.                          * Purnama sedang memilih gelang berlian di toko emas di sebuah mal. Sebuah gelang bertahta berlian menjadi pilihannya.  Ini kan model yang top bernama Purnama, kan? ujar pemilik toko bernada riang dan terkesan begitu antusias pada sosok Purnama. Ya, betul tapi nggak top top banget kok, ujar Purnama sedikit merendah. Wah kebetulan nih, Mbak Purnama, perkenalkan saya Tony pemilik toko ini, bagaimana kalau saya sedikit minta tolong?  Purnama menerima uluran tangan Tony. Lelaki empat puluh tahunan. Boleh, Bos,, sambut Purnama. Tolonglah posting di IG Mbak Purnama gelang ini, ya, dan jangan lupa sedikit suasana toko kami dan ya nama tokonya dong, ujar Tony yang merasa jika Purnama posting gelang berlian yang dibeli di tokonya maka pengikut model top itu pasti akan  mengenal toko berliannya, otomatis jangkauan pemasarannya lebih luas. Boleh, angguk Purnama dengan antusias, jiwa bisnisnya langsung mengerti jika permintaan pemilik toko itu tak cuma cuma. Maka segera disepakati. Dengan membuat foto dirinya bersandar di toko emas milik Tony, sekaligus juga mengenakan gelang berlian yang batu dibelinya, maka Purnama sudah termasuk ikut mempromosikan toko emas dan berlian lelaki itu di miliknya. Dan itu tak cuma cuma. Untuk kesediaannya Tony bersedia memberikan diskon lima persen dari harga satu miliyar gelang berlian yang dibeli Purnama. Bukan itu saja, jika kelak dari postingan Purnama berhasil membawa pembeli ke tokonya maka bonus pun akan menjadi milik model tersebut.  Kedua belah pihak merasa saling mendapat keuntungan.Dan Purnama semakin merasa sebegitu mudahnya ia meraih rejeki. Purnama sangat antusias membuat beberapa foto di toko berlian milik Tony. Tanpa meneger, semua ia tangani sendiri, toh pekerjaan sampingan ini tak melibatkan staf promosi dimana dirinya kini terikat kontrak sebagai model. Namun Purnama tak menyadari jika apa yang akan dipostingnya itu adalah pembuka jalan bagi Gayatri, yang baru akan menjalani profesi barunya sebagai detektif untuk membongkar perselingkuhan suaminya. Bab.14 Mulai Terungkap Konten Purnama tentang gelang berlian dari toko milik Tony menjadi perhatian Gayatri. Dari model serta kilauan permata yang melingkar di pergelangan perempuan itu ia tahu nilai rupiahnya. Dengan gaya elegan Purnama memamerkan kilau berlian di pergelangan tangannya berlatar gemerlap toko emas dan berlian milik Tony. Wah Mbak Purnama top deh berliannya, harganya berapa digit, tuh? Seorang netizen pengikut Purnama berkomentar dengan emoji gambar muka bingung. Pasti lima ratus juta, tebak yang lainnya, Huh seharga tiga  rumah BTN bersubsidi gue, tuh! Betul, jawab yang lain. Nggak kuat berliannya, seru yang lainnya. Banyak komentar. Ribuan mengikut Purnama yang memuji penampilan model yang lagi naik daun itu. Gayatri dapat mengetahui alamat toko milik Tony dengan cara browsing di Google. Maka segera menghubungi toko emas dan berlian milik Tony. Tak mau menghubungi toko milik Tony lewat ponsel, maka Gayatri datang langsung ke lokasinya. Ini yang sedang trend,Bu, hanya ada tiga. Sisa satu lagi. Model Top Purnama memilih untuk jadi perhiasan andalannya, dan istri seorang direktur pemilik salah satunya, cerita Tony dengan gaya meyakinkan, lalu menyebut harganya. Gayatri tak terkejut dengan nominal satu miliyar yang disebut Tony. Untuk gelang bertahtah berlian itu memang pantas ditarget harga yang disebut pemiliknya tadi. Bagi Tony kedatangan Gayatri yang hanya melihat lihat saja itu tanpa membeli, tak masalah. Paling tidak ada yang mencari gelang berlian yang sedang diupdate oleh Purnama. Dengan demikian pengunjung tokonya bertambah. Otomatis akan membuat tokonya semakin dikenal orang berduit. Penampilan Gayatri yang elegan berkelas telah mewakili sasaran pembeli atau calon pembeli dan peminat bareng berharga yang ada di tokonya. 'Maaf Nyonya, apa Anda pengikut IG nya model bernama Purnama? Dengan sopan karyawan di toko milik Tony bertanya pada Gayatri. Sangat penting untuk tahu seberapa banyak yang bisa digaet Purnama untuk datang ke toko emas dan berlian milik majikannya. Gayatri tersenyum. Saya? Karyawan perempuan itu mengangguk. Jujur saya bukan pengikutnya, tapi jujur juga saya tertarik melihat gelang berlian yang dikenakan dia di IG nya, Si karyawan yang tak tahu maksud terselubung Gayatri mencatat apa yang dikatakannya. Dan Gayatri mengerti hal itu penting bagi mereka jika memang Purnama adalah sebagai media promosi koleksi toko emas dan berlian itu. Gayatri tersenyum. Kedatangannya dan kejujuran ucapannya merupakan poin untuk Purnama, jika benar perempuan itu diberi tugas untuk memperkenalkan koleksi mereka.  Segala sesuatunya memang tak luput dari plus dan minus, pikirnya. Nilai plus bagi Purnama karena berhasil menggiring langkahnya ke toko emas dan berlian milik Tony. Sedangkan nilai minusnya ia belum tahu, karena harus mengadakan penyelidikan jika benar gelang berlian itu dibeli dari uang milik Hanjaya.Pulang ke rumah dengan satu keinginan. Yaitu ingin membuka laptop suaminya untuk mencari tahu apakah suaminya yang membelikan perempuan itu perhiasan seharga satu miliyar. Gayatri  rupanya memiliki matematika tersendiri untuk masukan model sekelas Purnama. Ia merasa kurang yakin jika semua barang berharga milik perempuan itu adalah hasil kerja kerasnya. Entah mengapa hatinya condong untuk mengaitkan dengan keuangan Hanjaya suaminya yang berdua dengannya diberi tugas mengendalikan  warisan perusahaan yang beraset sekian belas triliun itu. Hanjaya tak masalah jika istrinya tahu pasword dari akun pribadinya soal keuangan. Karena ia menganggap Gayatri berhak untuk mengetahui keadaan finansialnya. Maka dengan dada berdebar Gayatri memasuki ruang kerja suaminya. Dengan tangan gemetar membuka laptop Hanjaya. Saat ia sudah mulai berselancar di bagian keuangan suaminya, yang dimaksud di sini keuangan pribadi. Data deposito, tabungan, hingga pada rekening koran dan kartu debet yang dimiliki suaminya  Satu persatu data keuangan suaminya mulai ia periksa. Jarinya berhenti pada pengeluaran uang tiga miliyar. Penarikan lima tiga  dialokasikan untuk pembelian apartemen. Berdebar dada Gayatri. Untuk apa suaminya membeli apartemen tiga  miliyar, dan kok tak memberitahu dirinya, jika itu adalah untuk investasi. Masih dengan dada berdebar dan tangan gemetar, segera ia catat alamat serta blok dan nomer dari unit apartemen yang berharga tiga miliyar itu. Masih dari rekening yang sama. Ada tarikan uang untuk transfer pada dealer mobil seharga dua miliyar.  Gayatri tercenung. Beli mobil sedan dua miliyar untuk siapa? jika untuk urusan kantor kenapa menggunakan dana pribadi? Lagi ia catat nama dealer atau show room mobil serta jenis kendaraan yang dibeli suaminya. Gayatri terus berselancar di wilayah keuangan pribadi suaminya. Tak ada pengeluaran  lagi. Kini ia beralih pada kartu debet no limit milik Hanjaya yang kerap pula ia pergunakan untuk membayar barang barang keperluan rumah tangganya. Ada pengeluaran beberapa kali. Pengeluaran yang tak menyita perhatiannya, masih kisaran belasan juta nominalnya. Eh tunggu dulu! Dada Gayatri berdebat kencang, karena di baris paling atas dan masih baru tadi terdapat pembayaran satu miliyar kurang lima puluh juta pada toko emas berlian Tony  Gayatri terhenyak.  Apa ini kebetulan saja?! Batinnya ragu untuk menuduh, tapi kenapa bersamaan dengan gelang berlian milik Purnama yang dibeli dari toko emas berlian Tony? Gayatri menghela napas panjang. Berusaha tenang dan tak gampang menuduh jelek orang lain. Mudah mudahan saja hanya kebetulan bersamaan waktunya dengan pembelian gelang berlian milik Purnama. Ini yang sedang trend,Bu, hanya ada tiga. Sisa satu lagi. Model Top Purnama memilih untuk jadi perhiasan andalannya, dan istri seorang direktur pemilik salah satunya, cerita Tony tadi terngiang di telinganya. Purnama ... gumam Gayatri langsung pucat wajahnya.  Setelah berpikir sejenak ia langsung menghubungi suaminya. Ia akan mengecek pada suaminya. Ya, Ma, ada apa? Sambut Hanjaya  Pa marah nggak kalau Mama minta sesuatu? Apa, tuh? Hanjaya santai suaranya. Mama ingin sekali ganti sofa di ruang tengah. Barusan nih ada promosi diskon lima belas persen, lumayan, Pa, dari harga  tujuh puluh juta kita dapat sepuluh juta lima ratus ribu rupiah, sengaja Gayatri pura pura ingin ganti sofa. Apa sih yang nggak boleh untuk menantu kesayangan Pak Sandika? Hanjaya tertawa. Yang dimaksud Sandika itu tak lain adalah ayahnya sendiri yang sudah almarhum, yang membagikan saham perusahaan pada menantunya itu. Gayatri memang menantu pilihan suami istri Sandika pemilik perusahaan yang kini dikendalikan Hanjaya.  Tapi, Pa, yang jadi masalah kartu debet Mama lagi masalah ada trouble dikit ada cacat pada kartunya, gimana kalau Mama pakai kartu no limit Papa, Oh ya.... ya ... bisa nggak apa apa ... suara Hanjaya agak terbata, bukan karena kurang suka, apalagi tak mengijinkan istrinya mempergunakan kartu debet no limitnya, tapi karena kartu itu kemarin ia serahkan pada Purnama, dan perempuan itu belum mengembalikannya. Ya sudah Pa supaya papa nggak capek nganterin ke rumah biar Mama sama Gadis dan Jaka ke kantor Papa, sekalian ngajak mereka jalan jalan ... Hanjaya terdiam sesaat. Kartunya masih pada Purnama. Perempuan itu tampak begitu tenang memegang kartu no limit ya Bagaimana cara dirinya minta dari kesayangannya itu? Bingung. Tentu saja Hanjaya kebingungan alasan apa yang harus ia katakan pada Gayatri. Sedangkan Gayatri hanya senyum senyum menyadari suaminya pasti kebingungan karena kartu no limit ya, pasti tak ada pada dirinya. Ini yang pertama Pak Hanjaya, nanti Ada lanjutannya, gam Purnama dengan hati menahan greget pada kelakuan Han tersebut.Bab.15 Mulai terungkap Ma aku lupa dimana aku Simpan ... Hanjaya agak gugup, Begini saja biar kuingat ingat ingat dulu, sementara Mama pakai kartu Mama dulu, ya, biar Papa transfer dana tambahan dari rekeningnya Papa, keringat membasahi kemejanya karena khawatir dan cemas oleh perasaan  rasa bersalah, karena telah memberi  keleluasaan  pada istri sirinya. Nggak usah, Pa, saldo rekening Mama masih cukup, kok, segera Gayatri membebaskan suaminya dari kebingungan. Nggak apa apa ya, Ma? Hanjaya masih merasa bersalah. Nggak apa kok, tapi jangan sampai hilang kartunya, Pa, diakhir teleponnya Gayatri mengingatkan supaya suaminya menemukan kartu No Limitnya, dan Hanjaya tahu bahwa dirinya harus mengambil kartu itu dari tangan Purnama. Please, Ma, pasti kartunya Papa temukan, Sekarang Hanjaya legah Gayatri memutus telepon. Tinggal nanti bagaimana caranya ia mengambil kartunya dari Purnama. Semoga saja kecintaannya sudah memuaskan dirinya berbelanja. Sungguh Han tak ingin membuat Purnama merasa jika dirinya membatasi pengeluarannya.                                          *Gayatri tak membeli sofa yang seperti diucapkannya pada Hanjaya tadi. Tapi hanya membawa Gadis dan Jaka jalan jalan dan membeli keinginan mereka akan mainan masing masing. Setelah mengajak kedua anaknya jalan jalan, Gayatri pulang ke rumah. Sementara Jaka sibuk dengan robot yang  baru dibelikannya, dan Gadis mematut tas mini slempang sambil berkaca di cermin, Gayatri mulai berselancar di laptop milik Hanjaya untuk mencari tahu mobil dan apartemen yang dibeli suaminya gerangan milik siapa. Ooooh ...! Tarik napas panjang. Kedua mata Gayatri terbelalak melihat nama STNK yang tertera. Pur ... nama ... gumam Gayatri, Purnama, tegasnya langsung teringat pada Purnama si model yang sedang dicurigainya. Seketika Gayatri teringat pada kejadian di ambang pintu di ruang kerja Hanjaya suaminya. Dimana Purnama dengan mesra mengelus dagu suaminya. Dan mereka saling tatap dengan mesra. Benarkah suamiku memberikan  mobil seharga dua miliyar pada model itu?! Gayatri bertanya tanya dengan pikiran penuh kecurigaan, Tapi dalam rangka apa?! Satu bukti telah ditemukan. Walau tak percaya tapi kenyataannya mobil yang dibeli suaminya diatasnamakan Purnama. Dengan dada berdebar Gayatri meneruskan penelusurannya atas pembelian apartemen seharga tiga  miliyar Yang berada di kawasan Jakarta Selatan itu. Setelah menemukan nomer telepon dari marketing apartemen tersebut, segera ia menghubunginya. Oh apartemen type Angsana yang dibeli Lunas oleh Bapak Hanjaya di Blok 3 lantai 12 nomer 11 yang Ibu maksudnya? lembut suara wanita di seberang sana. Oh ya, segera Gayatri mengiyakan. Sudah lengkap surat yang kami serahkan, Bu,  plus sertifikat  atas nama Purnama. Purnama?!! Gayatri Nagar tersengat kalajengking. Ya Ibu atas permintaan Bapak Hanjaya, ada yang bisa kami bantu Ibu? Suara mendayu merdu itu tak tahu jika orang yang diajaknya  bicara sedang membutuhkan segelas air untuk mendinginkan dadanya yang tiba tiba memanas, dam mungkin juga tabung oksigen untuk napasnya yang langsung tersengal. Tapi untung saja Gayatri langsung batuk batuk kecil untuk melancarkan pernapasannya yang serasa mandek di tenggorokan sesaat tadi. Halo Ibu? Suara merdu bak bulu perindu itu menyadarkan Gayatri dari keterpakuannya. Ya halo ... Gayatri berusaha untuk tenang, tapi tak urung suara yang keluar dari tenggorokanya serak dan bergetar. Ya halo Ibu masih dengan kami yang siap membantu Ibu, Sudah cukup, ya cukup ... terima kasih, gemetar tangan Gayatri meletakkan ponselnya di meja. Perlu untuk berdiam menata hati dan perasaan serta dentuman dada yang bagai menumbuk isi dadanya. Wajah Gayatri tegang dan tubuhnya bagai terkena setrum listrik ribuan watt. Beberapa detik keadaan seperti itu. Purnama! Batinnya berseru, semua atas nama Purnama, serunya masih tanpa suara dan mata melebar bagai tengah melihat sesuatu yang begitu menakutkan. Aku harus tenang ... harus relek tak boleh terbawa emosi, tak boleh larut dalam kecewa dan marah. Perlahan Gayatri menarik napas panjang. Lalu menghembuskan perlahan. Lalu berdiri menggerak gerakkan  kakinya dan melemaskan kedua pergelangan tangannya. Tak lupa sedikit menggerakkan kepalanya, dengan sedikit menggeleng ke kiri dan ke kanan. Ya Allah kalau memang benar suami hamba selingkuh dan benar ada hubungan terlarang dengan Purnama, Mohon dimaafkan khilafnya ya Allah, tuntunlah kembali suami hamba ke jalan yang benar ... jauhkan suami hamba dari godaan setan, jauhkan suami hamba dari maksiat Yang Engkau haramkan Ya Allah ...  bagaimana pun Gayatri lebih memikirkan dampak dosa yang ditimbulkan suaminya jika sampai lelaki itu terjerumus dalam perbuatan yang dilarang Sang Maya Pencipta. Ya Gayatri lebih memikirkan dosa atas hubungan suaminya yang diluar nikah dengan Purnama jika itu memang terjadi, daripada banyaknya rupiah yang dihambur Hanjaya pada perempuan itu demi kepuasan yang didapat. Istirahat beberapa menit. Berusaha untuk ikhlas atas pemberian suaminya pada perempuan lain. Karena jika dirinya terus menerus memikirkan nominal yang dikeluarkan suaminya pads Purnama, tak urung penyakit perlahan menggerogotinya. Biarlah uang itu terlanjur keluar. Tak perlu lagi dipikirkan. Ikhlas dan semoga akan diganti kelak kemudian hari oleh Sang Maya Pencipta. Aku pasti memaafkan, Pa, asal jangan berselingkuh di belakangku .. bisik Gayatri tanpa suara dengan hati was was. Bagaimana pun melihat gelagat suaminya yang mulai jarang pulang, serta kelakuan Hanjaya dan Purnama di ambang pintu ruang kerja lelaki itu, sebenarnya hati kecil Gayatri sudah mulai mencium adanya gejala Hanjaya selingkuh. Tapi ia berharap semoga suaminya hanya tertarik sesaat dan kembali insyaf akan akibat dari perbuatannya. Yang bukan saja berdampak pada kerukunan keluarga kecilnya, namun tanggung jawabnya di hadapan Sang Pencipta. Setelah merasa sedikit nyamam perasaan dan hatinya, mulailah Gayatri menyusuri pengeluaran uang sembilan ratus juta lima puluh juta rupiah. Mulailah pekerjaan terakhirnya ia lakukan. Dan lagi lagi matanya melebar dan kini tubuhnya agak mengejang. Di layar monitor tertera jika kartu no limit suaminya dipergunakan untuk membayar sebuah perhiasan gelang berlian di toko Tony. Apa ini pertanda suamiku memang sedang memanjakan perempuan itu?! Mama? Terdengar suara Jaka. Astagfirullah ... Gayatri sadar ia harus tetap tenang, harus menjaga stamina tubuhnya. Anak anaknya perlu bimbingannya. Ya sayang .. setelah berjuang dengan perasaan serta gejolak batinnya, perlahan Gayatri menyudahi pekerjaan dan mematikan lap top milik suaminya. Ma lihat robotnya  udah aku jadikan pesawat, dia tadi udah menang lawan musuh yang menyerang kota Satellit ... ujar Jaka menunjukkan benda yang bisa dibentuk robot atau mobil dan pesawat. Hebat, dong, kedua lengan Gayatri melingkar di leher perjaka kecilnya. Ya, Ma, sekarang dia jadi pesawat untuk melihat lihat Kota Satelit dari angkasa, lalu Jaka menjauh membawa pesawat robotnya dengan mulut menirukan bunyi pesawat yang sedang mengudara. Aku harus berbuat sesuatu, gumam Gayatri, Aku harus menyelamatkan Papanya anak anak dari perbuatan salah, aku harus menyelamatkan rumah tanggaku! Tegasnya. Ma, Gayatri memandang  pada  Gadis yang tahu sudah berdiri di depannya. Oh Gadis, segera Gayatri meraih putrinya ke dalam pelukannya dan mencium ubun ubun putrinya. Menyeruak wangi shampoo dari helai helai rambut hitam dan tebal Gadis, Aku harus melindungi anak anakku dari penggoda Papanya  ...Bab.16 Rencana Melepas RinduSandi mulai tak tenang membaca Gaya hidup Purnama. Setop topnya model rasanya pencapaian Purnama diluar batas hitungan menurutnya. Tinggal di apartemen seharga tiga miliyar yang diakui Purnama sebagai miliknya hasil dari kerja kerasnya, saat ada wartawan yang mewawancarainya. Sandi terhenyak mengetahui perolehan Purnama selama enam bulan di Jakarta. Rasanya tak mungkin. Ads cemas yang Dalam terhadap gaya hidup istrinya itu. Tak mungkin menelepon perempuan itu untuk membicarakan hunian serta milik Purnama yang lainnya. Postingan Purnama di Instagram pun sangat menyolok. Mobil mewah dan gelang berlian Yang harganya bisa untuk membangun rumah mewah seluas ribuan meter Di kampung. Ada yang tak beres! Sandi langsung menyimpulkan.  Walau dirinya tinggal di desa, tapi tenang pengeluaran umum dan berita selebriti tanah air, atau sebagian manca negara ia tahu. Ini Indonesia, batinnya berseru. Honor pakai rupiah, dan lagi pembayaran upah sebagai model atau artis tak seheboh bayaran yang diterima artis luar negeri nominal ya! Sandi tak berani menyumpulkan Purnama berbuat tidak baik. Tapi khawatir dan cemas dengan perolehan Purnama jelas mulai membuatnya tak tenang. Jika benar seandainya sang istri yang dicintainya itu telah khilaf dan berkelakuan tak benar, atau selingkuh dengan pengusaha atau apalah, ia akan memaafkan. Asal Purnama mau meninggalkan semua kemewahan itu, dan pulang kampung menjadi istrinya serta Ibu bagi Bintang.  Sandi terperangah dengan jantung berdetak lebih kencang saat sadar akan kecurigaannya terhadap Purnama. Benarkah kecurigaanku?!  Yalah hasil kerja keras semuanya, disetelnya lagi wawancara Purnama yang berpenampilan begitu modis dan tampak elegan berkelas,  di ponselnya. Benarkah sebegitu besar penghasilanmu, Pur? Sandi menggeleng bingung. Apa aku yang gagal paham tentang penghasilanmu? batinnya bolak balik bertanya dan ragu. Gelisah menoleh pada Bintang yang nyenyak memeluk boneka Barby kiriman Purnama. Bocah cantik itu tampak tenang dalam balutan setelan celana tidur keluaran merk ternama kiriman ibunya. Apartemen Mobil Gelang Tiga milik Purnama yang sangat membuat gejolak pikiran Sandi sejak tadi mengaduk aduk ketenangannya. Tak mau meninggalkan esok Hari, segera diraihnya ponselnya. Walau ia tahu sudah pukul dua malam.                                   * Purnama berbaring lelah di bawah selimut beludru super halus keluaran rumah mode ternama  Di Jepang, saat deringan di ponselnya terdengar. Ah kenapa lupa menonaktifkan ponselnya tadi, keluh Purnama diambil meraih ponselnya di meja tak jauh dari tempat tidurnya. Paras polos Purnama yang tanpa mike up itu seketika menunjukkan rasa terkejut tingkat tinggi saat membaca siapa penelponnya. Mas Sandi ... gumam Purnama lalu mengarahkan pandangannya ke pintu kamar mandi yang tertutup. Terdengar bunyi air . Hanjaya masih beraktifitas di kamar mandi. Walau begitu Purnama perlu melirikan suaranya saat menerima telepon suaminya. Halo kenapa nelpon tengah malam gini,  aku capek baru selesai show, bohong Purnama dengan nada kesal. Memang dua lelah Setelah beberapa menit lalu mengakhiri show rutinnya dengan Hanjaya.Tapi  aku  cemas, aku rindu Istri ... ujar Sandi memaksa. Ah seandainya saja Sandi tahu jika yang dimaksud show oleh  perempuan yang telah memberinya satu anak itu, adalah aksi istrinya memadu cinta dengan Hanjaya beberapa menit lalu, pastilah hatinya tercabik cabik. Besok saja dilanjut teleponnya, aku capek, segera Purnama memutus sambungan telepon dan sekaligus mematikan ponselnya. Hingga Sandi tak bisa lagi menghuhunginya walau puluhan kali coba mengulang panggilannya. Hanjaya Yang mengenakan piyama warna biru keluar dari kamar mandi.  Siapa yang menghubungi, sayang? Ada yang minta aku ikut Fashion show besok, tapi aku tolak, jadwalku sudah padat, belum lagi jadwal bersama ... Purnama langsung merangkul lengan kekar Hanjaya saat lelaki itu dudiuk di sebelahhya. Apa bersamaku membuatmu kehilangan jadwal showmu, sayang? Hanjaya mengecup pipi Purnama. Oh kalau jadwal bersamamu Masku tersayang tak bisa ditukar dengan jadwal apa pun, Mas terpenting dalam hidupku, dengan penuh gairah Purnama membalas kecupan Hanjaya dibujung hidung lelaki itu. Sungguh? Hanjaya merasa tersanjung. mendengar ucapan Purnama yang menempatkan dirinya di atas segalanya itu. Ini yang tak ditemuinya dari kebersamaannya sebagai suami istrinya dengan Gayatri. Gayatri tak pernah melontarkan rayuan yang membuatnya melambung tinggi, sebagaimana Purnama yang selalu saja tak pernah kehabisan kata kata untuk membujuk rayunya. Itulah kelebihan Purnama dari Gayatri, selain sensasi dan Fantasi bercinta yang membuatnya tergila gila. Aku menempatkan kesayanganku ini di atas urusanku, engkau spiritku, semangatku, dunia indahku ... Purnama menggelendot manja di dada  bidang Hanjaya. Lagi lagi Purnama telah membuat Hanjaya begitu berada di awan. Berayun diantara sekumpulan warna putih yang bergerak bebas di langit. Inilah rasa bahagia oleh sanjungan tinggi Purnama terlupakan dan lolos dari bibir Gayatri selama  sebelas  tahun pernikahan mereka. Dan Purnama sudah mencuri hatinya dengan rayuan rayuan mautnya,  yang sama sekali tak terpikirkan oleh Gayatri, hingga mau tak mau seorang Purnama telah memiliki nilai yang berpotensi  bisa menguasai seluruh hati dan jiwa Hanjaya.                                       * Paginya setelah Hanjaya ke kantor segera Purnama menghubungi Sandi. Bukan sekedar menelpon, tapi langsung minta video call. Bintang sangat antusias saat video call dengan ibunya. Bocah itu menggapai muka Purnama dengan celoteh merangkul kata Ibu dengan fasih. Cantikku sayangnya Ibu kangen, ya ... Purnama pun mengakui rasa kangen seorang Ibu pada anak kandungnya. Apalagi pertumbuhan Bintang pesat. Badan sesuai umurnya dua tahun. Kulit bersih, rambut ombak mirip rambut Sandi. Ibu ...Ibu .... celoteh Bintang, Ibu ... hi hi hi ini Eka ... maksudnya Ibu ini boneka. Suka dengan boneka ya? Purnama greget dan gemas pada buah hatinya. Hatinya bangga jika  kirimannya itu sangat disukai putrinya. Cuka ... angguk Bintang menunjukkan boneka barbynya. Mbok  Sarni memandang penampilan Purnama yang berubah total. Gaya anaknya begitu modis tak lagi sederhana seperti sewaktu di kampung. Walau cantik tapi tak semewah saat ini. Selama beberapa bulan  ia hanya kagum anaknya lewat media yang ditunjukkan oleh Sandi. Tapi kalau saat ini berbicara langsung dengan anaknya. Nduk ayo pulang  dulu kasihan suamimu Nduk, lagian dosa ninggali suami , ora ilok dilihat orang ... buiuk mbok Sarni pada Purnama. Mbok ora ilok dilihat orang, memang benar nggak bagus dipandang orang aku jauh dari suami, tapi aku kan kerja, Mbok .. dalih Purnama, Aku ingin Bintang nanti bisa sekolah tinggi, bila perlu ke luar negeri .. Nduk jangan begitu bagaimana pun lebih bagus kumpul karo suamimu, you, anakmu juga sangat rindu karo ibune, Mbok wis  tuwo ingin melihat anak cucu hidup satu atap bersama, Nduk .. Ah Mbok iki kuno, to wis toh Mbok, doakan saja dari jauh yo, nanti juga aku pulang mau jemput Mbok dan Bintang supaya tahu Jakarta, Walah Nduk ora gelem , nggak mau Mbok nddak usah diajak ke Jakarta, Nduk saja sing mule,yo ..? Mbok Sarni diam diam merasa cemas dan khawatir tentang keadaan Purnama yang tampaknya enggan pulang kampung. Hati kecilnya merasa kalau Purnama mulai lalai pada suaminya. Sayang kalau dirimu belum bisa pulang biar Mas dan Bintang ke Jakarta, yo, ujar Sandi yang memang sudah sangat rindu pada istrinya, Biar Bintang tahu Jakarta, Oh jangan Mas! Purnama mendadak panik, Maksudku kan Mas Sandi ngajar, nanti malah mengganggu pekerjaan, Mas, nanti saja aku cari waktu untuk pulang kampung, ya,  Tapi benar, ya, ujar Sandi termakan bujukan istrinya. Ya dong masa aku bohong pada suami, sih? Tapi diam diam Mbok Sarni merasa tak nyamam melihat penolakan Purnama. Sebagai seorang Ibu ia merasa seperti ada yang disembunyikan oleh Purnama.  Makanya malamnya ia berbicara serius dengan Sandi. Nak Sandi Ibu merasa tak enak hati, cobalah minta ijin beberapa hari pada kepala sekolah. Berangkat ke Jakarta ... Sandi menatap mbok mertuanya. Mbok Sarni mengganggu, Biar Bintang Mbok yang jaga bersama dengan Mbahnya di sini, Sandi menggangguk. Besok ia akan minta ijin kepala sekolah. Rasanya memang sudah rindu berat pada Purnama. Senyumnya terkembang.Aku akan beri kejutan pada sayangku .... Dan hatinya berdebar penuh cinta saat membayamgkan pertemuannya dengan Purnama setelah enam bulan lebih terpisah. Enam bulan berjauhan dengan perempuan yang dicintainya. Enam bulan menahan rindu. Menahan ingin bersama setiap bangun pagi. Dik Purnama aku rindu padamu. Besok aku minta ijin cuti ngajar demi untuk melepas rindu denganmu, belum bertemu Purnama dada Sandi sudah berdebar debar. Belum berangkat ke Jakarta seluruh tubuhnya sudah tak sabar ingin segera memeluk istri tercintanya. Bab.17 Pertemuan Gayatri Dan Purnama  Gayatri sudah merencanakan untuk datang ke apartemen dimana Purnama tinggal. Ia bertekat harus tahu hubungan yang sebenarnya antara perempuan itu dengan suaminya. Aku harus tabah dan kuat jika antara suamiku dan Purnama terjadi hubungan spesial ... sudah ditetapkan dalam pikiran dan perasaannya  untuk berpikir jernih dan tak terjebak emosi. Dengan bekal itulah Gayatri berangkat mempergunakan taxi menuju ke apartemen yang dibeli suaminya. Ya Allah jika memang hamba harus kecewa kuatkanlah diri hamba, bisa menjaga lidah serta kelakuan hamba ... Karena bagi Gayatri tak guna mencaci maki. Jika benar suaminya dan Purnama terlibat skandal, dirinya pun turut bersalah. Itu artinya ia sebagai istri kurang memuaskan bagi Hanjaya.Tapi niat tabah dan sabar hampir saja koyak saat melihat mobil suaminya keluar dari pelataran apartemen yang dituju. Gayatri menahan napas saat menyaksikan Hanjaya begitu berseri seri menyetir mobil. Dan senyumnya begitu sumringah saat kaca mobil dibuka ketika mobilnya melewati pos  khusus mobil keluar dari pelataran apartemen. Seluruh tubuhnya gemetar. Dan tak bisa untuk menahan keinginannya untuk bertanya pada petugas di pos pintu keluar. Maka segera meminta sopir taxi menepi, lalu ia bergegas turun. Selamat pagi, sapa Gayatri ramah diambil membuka kaca mata anti debu yang dikenakannya. Selamat pagi Ibu, ada yang bisa kami bantu? Sambut salah satu petugas dengan ramah, sedangkan yang lainnya menjalankan tugas membuka portal bagi mobil yang akan keluar apartemen. Maaf mau tanya apakah pria barusan yang lewat adalah Bapak Hanjaya? Gayatri menyebut nama suaminya dengan nada yang diusahakan tanpa emosi. Tapi ia merasa tetap saja suaranya agak tertekan di tenggorokan. Oh yang menyetir mobil sedan putih? Tanpa merasa ada nada mencurigakan si petugas balik bertanya. Ya ben ..nar ... angguk Gayatri. Benar Bu, angguk si petugas yang tak menyadari jika jantung perempuan di depannya langsung berdetak berlipat kecepatannya. Oh penghuni apartemen di sini? Walau jantung berdebar lebih cepat dari biasanya, bahkan terasa tak nyaman bagi dirinya dengan debaran demikian, toh, Gayatri masih melanjutkan pertanyaannya, yang sebenarnya bagai. penyelidikan  awal sebelum memasuki bangunan kokoh menjulang itu. Betul, Bu, baru beberapa hari di sini, Ibu kenal  beliau? Si petugas bertanya tanpa nada ingin tahu, ia sekedar bertanya pada tamu yang datang dan tujuannya untuk apa bertemu ke wilayahnya bertugas. Oh hanya sepintas saja kebetulan pernah melihat, tapi saya ingin bertemu ... Gayatri menahan napas sesaat, mencoba untuk bisa melanjutkan kalimat terakhirnya yang sudah berada di ujung lidahnya, namun tertahan, Ya ingin bertemu dengan istrinya, Ah sebenarnya tak relah dan tak sudih menyebut perempuan lain sebagai istri Hanjaya. Karena hanya dirinya seorang istri Hanjaya. Istri dinikahi lelaki itu secara terhormat di hadapan  keluarga. Dilamar secara terhormat pula oleh kedua orang tua Hanjaya  pada ibunya, karena  mereka memang sudah saling mengenal dengan baik. Silahkan Ibu lanjut masuk ke depan lobby, di sana ada petugas, Ibu bisa bertanya lagi, ujar si petugas dengan ramah menyarankan pada Purnama. Suara petugas mengejutkan Gayatri walau diucapkan dengan suara bernada pelan dan tetap ramah seperti semula. Terima kasih, Pak,  dengan hentakan dada yang bertalu talu, segera Gayatri masuk kembali ke taxinya yang langsung melewati pos penjagaan untuk mobil yang datang dari luar apartemen. Di depan lobby apartemen taxi berhenti. Dengan debaran dada yang bertambah Gayatri menemukan petugas yang sedang berjaga. Selamat pagi Ibu, mau bertemu siapa? Petugas yang berkulit bersih itu menyambut ramah Gayatri yang mulai terlihat bimbang. Oh ya ... pagi ... Gayatri menenangkan perasaannya, Eng ini ... mau bertemu eh maksudnya bisa saya ke Lantai 11 Blok F? Ibu mau bertemu dengan siapa, ya? si petugas sedikit heran melihat Gayatri yang terlihat ragu dan bingung, Segera petugas melihat catatan Nama penghuni apartemen, Oh dengan Bapak Hanjaya dan Ibu Purnama, Oh ya saya  Ibu Gayatri,  Gayatri tak jadi menyebut nama suaminya di belakang namanya,  saat petugas sudah menyebut nama Hanjaya sebagai Tuan rumah dari Blok yang disebutnya. Ingin bertemu dengan Purnama, apa benar tinggal di apartemen ini? Sudah payah akhirnya Gayatri menuntaskan kalimatnya. Beruntung sang petugas tak fokus hanya Gayatri, karena ada tamu lain yang harus ia pandu. Oh Ibu Purnama di Blok F nomer 13, sebentar ya Ibu, segera si petugas menghubungi saluran ke kamar Purnama, Ibu Purnama ada tamu yang ingin bertemu namanya Ibu Gayatri  ... Ya silahkan Naik saja, ' ujar Purnama. Ibu silahkan diminta langsung saja ke Lantai sebelas Blok F nomer 13, Terima kasih, Pak, segera Gayatri menuju lift. Sedangkan Purnama di Blok apartemennya  bukan tak tahu siapa Gayatri. Dialah Istri dari Hanjaya suami sirinya. Tak ada waktu untuk menghubungi Hanjaya. Waktu yang ada ia pergunakan untuk memperbaiki penampilannya. Apa dia mau melabrakku?! Purnama terdiam, Wah bahaya, ah tapi biar saja kalau dia kasar padaku, pasti suaminya makin ninggalin dia! Rupanya perempuan itu merasa berada di atas angin. Hanjaya pasti berada di pihaknya. Purnama harus mengalah demi mengambil hati Hanjaya. Biar saja istri Hanjaya marah, bahkan mengamuk, pikirnya. Purnama merasa dirinya tak merebut Hanjaya. Justru lelaki itulah yang mengejar dirinya. Aku akan menerima kedatangan istri pertama suamiku, harus terlihat ready dan berkelas serta percaya diri. Akhirnya terjadi Pertemuan antara Gayatri dan Purnama. Dua perempuan yang mengisi hati Hanjaya. Dua perempuan beda usia, Dan beda penampilan. Gayatri awalnya cukup terkejut saat melihat Purnama menyambut kedatangannya. Langsung teringat bayangan perempuan itu  saat mesra dengan Hanjaya di ambang pintu kantor suaminya itu. Debar bertalu dalam dadanya ia redam sebisa mungkin. Bukan typenya untuk membuat keributan walau lahar telah membakar dirinya. Gayatri dengan hijabnya yang elegan. Wajah hanya dipoles mike up tipis namun menunjukkan pesona anggun dibalik abaya warna salem semburat gambar bunga pada pinggiran bagian ujung roknya, serta ujung pergelangan tangannya. Ada cincin  kawin melingkar di jari manisnya. Kilauan cahaya berliannya sempat membuat Purnama terkesiap, dan tahu nominal cincin sakral Gayatri dan Hanjaya,  pasti sangat mahal. Gelang berbentuk lidi , yang ujung nya juga berhias berlian yang tak kalah kilaunya dari berlian pada cincin kawin di jari manis Gayatri. Gelang itu melingkar di pergelangan tangan kanan Gayatri, sedangkan sebuah jam berlapis emas putih keluaran merk yang hanya dimiliki oleh kalangan atas menghiasi  pergelangan kirinya. Tak lupa tas tangan dari rumah mode yang hanya sanggup dibeli golongan tertentu berada pada tangan kiri Gayatri. Lengkap sudah penampilan berkelas serta elegan Gayatri berdiri di hadapan Purnama yang tampil simple. Purnama mengenakan setelan celana kulot dari bahan lembut. Betisnya tampak jenjang dan bersih tak dipungkiri lagi. Atasan yang dikenakan berlengan setali, dimana panjang lengan hanya sebatas bawah pangkal bahunya, yang memperlihatkan betapa bahunya bersih dan berisi tapi singset. Tak ketinggalan gelang  berlian  dari toko milik Tony melingkar di pergelangan tangan kirinya yang bening. Sedangkan rambutnya yang melewati bahu dibiarkan terikat seadanya, tak mengenakan anting atau kalung. Ia tampil polos, hingga  menjadikan leher jenjangnya menjadi pusat perhatian siapa pun lawan bicaranya. Gayatri mengakui jika Purnama muda dan Segar serta menarik dan tubuhnya ramping menawan . Begitu pun dengan Purnama, ia mengakui kalau Gayatri istri pertama suaminya memang anggun dan elegan, walau umurnya sepuluh tahun lebih di atas dirinya. Assalamu'alaikum ...'Gayatri harus mengatur debur dadanya, menenangkan diri. Wa'alaikum salam ... balas Purnama ramah. Aku Gayatri ... Istri Mas Hanjaya? Purnama menukas dengan nada tenang. Justru Gayatri yang sempat terkejut mendengar Purnama memanggil Mas Hanjaya dengan lugas pada suaminya. Purnama mengulurkan tangan dan Gayatri menerima. Mereka berjabat tangan. Ada perlu dengan saya, mari silahkan masuk,' ramah Purnama melebarkan pintu dan mundur ke belakang untuk memberi jalan pada Gayatri menuju ke ruang tamu yang tertata rapih dan bersofa mahal. Gayatri melangkah ke ruang tamu sejuk Dan mewah. Saat itulah ia disambut oleh foto berukuran cukup besar yang dii gantung di dinding seakan sebagai simbul selamat datang pada tamu 'Kamilah Pemilik Tempat ini Syok memandang foto Purnama  berkebaya brokat putih menyandar di dada Hanjaya yang mengenakan kemeja putih. Lengan panjang. Hanjaya merangkul pinggang Purnama. Mereka tampak mesra.  Apa artinya foto itu?!  Gayatri berbisik tanpa suara dengan mata terbelalak. Rupanya Purnama mengikuti arah pandang mata Gayatri pada fotonya berdua Hanjaya. Foto itu mereka buat saat baru saja selesai dibuat saat baru saja selesai Ijab kabul. Tubuh Gayatri gemetar melihat foto yang digantung itu. Rupanya Hanjaya memang sudah memiliki dua rumah singgah. Dan rumah yang berpenghuni Purnama adalah surga bagi lelaki yang akhir akhir ini tak lagi betah di rumah yang dihuni istri yang sudah mendampinginya selama sebelas tahun.Bab. 18 Diluar Dugaan Purnama mengikuti pandangan nanar Gayatri. Ada rasa bimbang dan kikuk saat Gayatri menoleh dan menatapnya lekat ke manik matanya. Silahkan duduk Ibu Gayatri, ujar Purnama dengan suara pelan dan tetap dengan sikap tenang serta penuh percaya diri. Gayatri langsung sadar jika dirinya dikuasai emosi akibat yang akan terjadi tak baik. Untuk dirinya mau pun untuk orang lain. Diam diam mengakui keberanian Purnama yang tetap tenang, walau jelas bahasa tubuhnya di foto bersama Hanjaya bukan hanya sekedar persahabatan. Aku tak boleh cengeng dan tampak lemah, gumam hati Gayatri. Aku harus bisa tegar, Ya, melangkah Gayatri ke ruang tamu yang berisi seperangkat perabot mewah, yang ditata apik. Duduk di sofa serasa duduk di atas bara api. Apalagi di samping ia duduk terdapat meja kecil yang terbuat dari kayu ramin penopang kaca kristal yang di atasnya terdapat foto Purnama Dan Hanjaya beradegan persis seperti lembar foto yang ditemukannya di koper pakaian suaminya. Hatinya dicoba lagi untuk tabah. Istri mana yang bisa tenang berada diantara foto mesra suaminya dengan perempuan lain? Mas Han telah mengelabuhiku, batinnya mengeluh,  tapi aku harus kuat, tekatnya. Aku tak boleh goyah di depan selingkuhannya ini. Purnama menghilang ke belakang, lalu kembali diiikuti bibik asisten rumah tangganya . Bibik berjongkok meletakkan secangkir teh panas di hadapan Gayatri dan secangkir lagi di atas meja di hadapan Purnama. Silahkan, Bu, ujar Purnama memecah pikiran Gayatri yang sedang berkutet dengan rencana atau langkah yang harus ia ambil, sehubungan dengan kasus yang menimpa dirinya. Gayatri enggan mengangkat cangkir yang berisi teh yang masih mengepulkan panas ya. Sedangkan Purnama dengan tenang mengangkat cangkir teh bagiannya. Saat mengangkat cangkir kilauan berlian di cincin yang ada di jari manisnya dalam perhatian Gayatri. Gayatri mencium adanya perselingkuhan antara Hanjaya dengan Purnama. Pemberian suaminya yang melebihi batas jika untuk ukuran sebuah hadiah, atau tanda terima kasih pada model yang dikontraknya. Foto mesra sang suami bersama Purnama yang sengaja dipajang seakan memberi kesan bahwa mereka Ada hubungan. Lalu keterangan penjaga Pos di depan yang tak mungkin berbohong bahwa seakan Hanjaya memang bertempat tinggal di apartemen ini. Seandainya mereka selingkuh, ia tetap akan memperjuangkan suaminya kembali ke pelukannya, demi anak anak ia akan memaafkan suaminya. Biarlah semua pemberian sang suami pada Purnama tetap menjadi milik perempuan itu. Yang penting Hanjaya kembali di jalan benar. Allah Maha Pengampun, dimintanya sang suami bertaubat, dan berjanji pada Sang Pencipta tak akan mengulangi perbuatannya di jalan yang tak diridhoi Allah. Batuk batuk kecil Purnama memecah pemikiran Gayatri, hingga segera menyadarkannya tujuan datang ke tempat yang sesungguhnya menyesakkan dadanya. Baiklah aku Gayatri Hanjaya ingin mengatakan langsung padamu. Jauhi suamiku karena dia sudah punya anak dan istri. Aku mengakui dirimu muda segar dan siapa pun menyukaimu, tak terkecuali papanya anak anak karena dia lelaki normal. Tangan Gayatri terangkat saat dilihatnya Purnama mau membuka mulut. Pertanda ia meminta perempuan di depannya tak boleh bicara, karena ia masih belum selesai  Purnama pun menurutnya dan tak berusaha untuk menyela.  Aku tak menuduh kalian selingkuh, tapi entah apa namanya jika sampai Ada fotomu dengan suamiku dipajang begini, yang seharusnya ini tak terjadi, karena kalian sedang tidak memerankan cerita film, jadi tak pantas jika dirimu wanita terhormat memajang foto dirimu yang mesra dengan suami orang , seperti kedua foto ini! Gayatri menunjuk foto di dinding dan di atas meja mungil berkaca kristal di sebelanya.Suamiku punya anak, ambillah semua yang telah diberikan suamiku padamu jika itu membuatmu bahagia, Maaf Ibu kami tidak sedang selingkuh .. Hanya dirimu dan suamiku yang tahu, potong Gayatri, Lihatlah ini tak pantas dilakukan pada suami orang! Gayatri tak bisa lagi untuk berbaik hati untuk tidak menegaskan suaranya dengan nada mencemooh. Ditunjukkannya video Yang berhasil direkamnya saat Purnama dan Hanjaya berdiri di ambang pintu ruang kerja lelaki itu. Purnama terkejut melihat rekaman itu. Segera Gayatri mematikan Video itu sekaligus memasukkan ponsel ke dalam tasnya. Perbuatan tak pantas itu Purnama, masih mau mengenalak?! Agak meninggi dan sinis suara Gayatri. Tapi sungguh saya tidak melakukan perbuatan terlarang, sebisa mungkin Purnama membela diri. Apa?! Gayatri menatap lekat ke manik mata Purnama, hingga Purnama sempat bergidik, betapa tatapan istri Hanjaya begitu membuatnya cemas. Purnama tertunduk. Teringat ucapan Hanjaya beberapa hari lalu. Jika sampai hubungan kita terendus istriku, tolong jaga emosi dan jangan berkata apa pun tentang hubungan kita, biar aku yang akan mempertanggungjawabkan semuanya, Sekali lagi jauhi suamiku, dan jadilah perempuan terhormat jangan mengganggu suami dan ayah anak anakku. Jika kamu Purnama menjauhi suamiku, aku akan melupakan perbuatanmu itu ..!! Gayatri bersikap tegas, Turunkan foto suamiku ini!  Purnama terkejut. Jika kamu tak mau aku akan panggil sekuriti untuk menurunkannya!! Berdiri Gayatri menunjuk ke foto Purnama yang menyandar pada Hanjaya dengan manja. Baa ...ik ... Purnama terpaksa menurut. Segera mengambil kursi. Ia naik ke kursi yang sudah diganjal tiga bantal. Lalu menurunkan fotonya bersama Hanjaya. Hal itu dilakukannya bukan karena takut pada amukan Gayatri jika dirinya membangkang, tapi lebih tepatnya untuk pembuktian pada Hanjaya jika dia menurut apa kata lelaki itu. Mengalah adalah perbuatan mulia jika sampai mamanya anak anak mencium hubungan kita, ujar Hanjaya waktu itu. Saat itu dirinya bertanya pada Hanjaya, Bagaimana jika sampai istri lelaki itu melabraknya. Maka saat ini dirinya menurut pada ucapan suaminya. Itu juga! Suara Gayatri yang meminta Purnama mengambil foto yang dipajang di atas meja kristal, membuat lamunan perempuan itu buyar dan segera menurut. Berikan padaku foto foto itu! Purnama terkejut. Kau tak berhak untuk menyimpan foto mesra dengan suami orang .... Tapi .... Berikan padaku!! Gayatri sendiri terkejut atas sikap tegasnya yang termasuk pemaksaan pada Purnama. Niatnya untuk bertindak tenang  tanpa emosi ternyata berbuntut perampasan. Tapi hati Istri mana yang tak panas melihat perempuan lain yang jauh lebih muda darinya itu berfoto bermanja manja pada suaminya, lalu di pajang dijadiikan suguhan pada setiap tamu yang datang. Purnama masih ragu. Tapi Gayatri segera mengambilnya dengan kasar, lalu membanting kedua figura foto ke meja kristal mungil, hingga menimbulkan bunyi berderak. Meja kristal dan kaca yang yang di bingkai pada kedua foto beda ukuran itu pecah. Kini pecahan kristal dan kaca berserakan di lanta bening. Purnama terkejut. Tapi ia hanya mampu terdiam menyaksikan yang dilakukan Gayatri. Setelah mengambil kedua foto dari bingkainya dan menggulung, segera melangkah ke pintu. Sebelum meninggalkan kediaman Purnama, sesaat ia menoleh. Kuharap kamu akan memusnakan kedua foto ini dari ponselmu!!! Gayatri menghilang keluar. Purnama menjatuhkam dirinya ke sofa. Hatinya kesal oleh perampasan kedua foto itu oleh Gayatri dengan cara kasar. Segera ia mengambil ponselnya dan memotret serpihan kaca serta kristal, lalu dikirim ke ponsel Hanjaya. (Istrimu datang mengambil paksa foto kita) pesan terkirim. Tentu saja Hanjaya terkejut  Gayatri tahu hubunganku dengan Purnama?!! Tapi segera membalas pesan perempuan yang selalu membuatmu bergairah itu. Ia harus menenangkan istri mudanya. (Sayang tak apa hanya foto yang diambil bukan diriku. Sayangku yang tenang, ya, aku tetap milikmu, cintaku) diakhiri gambar love. Purnama tersenyum. Hanjaya benar hanya foto bukan perasaan dan diri lelaki itu yang diambil Gayatri. Ibu Gayatri aku telah mengalah padamu. Tapi jangan salahkan aku jika suami sah Ibu akan berpihak padaku ... batin Purnama merasa menang walau belum ada pembuktian nyata  dari Hanjaya, bahwa dirinya yang akan dipertahankan oleh lelaki itu. Istri harus menurut pada suami. Mendengar larangan suami. Mematuhi semua pesannya. Purnama telah melakukannya. Menerima kedatangan Gayatri dengan baik. Menuruti permintaan ya menurunkan foto. Tak membalas kata kata mengandung cercaan. Bahkan tak mengadakan perlawanan saat bingkai foto itu dibanting dan pecah berderai.  Dibacamya kembali pesan singkat Hanjaya di ponselnya. ya. (Sayang tak apa hanya foto yang diambil bukan diriku. Sayangku yang tenang, ya, aku tetap milikmu, cintaku) diakhiri gambar love.Pesan itu telah membuat hatinya tenang. Ternyata lelaki itu sangat konsisten dengan janjinya. Janji untuk selalu melindunginya dari Gayatri. Purnama tersenyum penuh kemenangan, dan mengecup mesra pesan singkat dari Hanjaya. Bab.19 Dikejar Ambisi Liar. Baru saja Purnama lega karena ternyata Hanjaya berjanji akan menepati janji untuk mempertanggungjawabkan  hubungan mereka di hadapan Gayatri, tiba tiba masuk panggilan dari Sandi. Halo  ... hah  di Jakarta?! Terbelalak Purnama mendengar suami sahnya di mata hukum itu telah nekat ke Jakarta. Ya sayang rasa rinduku berpisah denganmu enam bulan lebih telah membuatku minta ijin cuti. Ini kejutan untuk kita bisa bertemu melepas rindu. Terus terang aku wis rindu banget karo awakmu, Dik ..  suara Sandi terdengar begitu riang karena akan segera bertemu belahan jiwanya yang begitu dirindukannya.  Sungguh lelaki itu tak tahu apa yang terjadi pada diri istri cantiknya, yang ternyata liar itu. Namun tidak bagi Purnama. Kedatangan Sandi sangat bahaya. Ia harus menghindari ayah putrinya. Karena dirinya telah menikah dengan Hanjaya. Ia tahu sudah tak bisa lagi bersama Sandi. Ia telah melakukan kesalahan yang sangat fatal, dan begitu bersalah pada lelaki yang telah dikhiyanatinya. Entah  mengapa tak ada rasa rindu lagi pada lelaki yang mulanya sangat mengikat hatinya. Rupanya hatinya telah membandingkan sosok Sandi yang guru anak orang berada di kampung halamannya,  dengan Hanjaya yang memiliki semua yang membuatnya merasa sangat dimanja dengan kemewahan. Tapi aku nggak Ada di Jakarta, Mas,  ujar Purnama. Sandi terhenyak oleh ucapan Purnama. Sarjana Pendidikan yang tak lagi dihiraukan Purnama itu merasa tak ada nada rindu, atau keriangan pada suara istrinya. Tapi rasa itu segera ditepisnya.  Dik Purnama tetaplah perempuan kampung yang kucintai, dia tak mungkin berubah walau sudah Kaya dan namanya tenar, batin Sandi bergumam penuh keyakinan bahwa istrinya bukan perempuan yang gampang lupa diri, apalagi terhadap orang kecintaannya. Ah pikiran polos si baik hati Sandi rupanya berbanding terbalik dengan pemikiran Purnama yang telah memiliki ambisi terhadap hudupnya, hingga pikiran liar kini bermunculan di otaknya, untuk menyingkirkan Sandi dari kehidupannya. Lho dirimu dimana, toh? Sandi dengan logat Jawanya yang kental melongo menunggu jawab. Aku lagi show di Jepang, Mas, Di Jepang?! Tanpa sadar Sandi berteriak  karena harus tak bisa bertemu istri tercintanya hari ini. Padahal ia sudah mempersiapkan sepenuh kerinduannya untuk perempuan istimewa di hatinya itu. Saat ada yang merasa terganggu dengan teriakannya barusan, ia menggangguk sopan pada perempuan paruh bayah yang duduk di sebelahhya. Sama sama menunggu taxi setelah keluar dari  ruang tunggu di Bandara. Ya Mas Sandi balik saja  ke kampung kasihan Bintang, ujar Purnama sambil duduk di kursi santai di balkon Apartemen ya, memandang ke jalanan yang sedang padat kendaraan lalu lalang. Bintang wis dijaga karo Mbok dan Ibuku, Dik, ujar Sandi. Begini saja, tiba tiba Purnama punya ide untuk segera menyelesaikan urusannya dengan suami sahnya secara hukum Dan agama itu. Ide untuk menyudahi secara terbuka tapi ia belum tahu caranya bagaimana. Caranya bagaimana nanti dipikirkan. Yang penting sementara aman dari rongrongan lelaki itu untuk bertemu. Opo toh, Dik? Sandi cepat merespon. Mas Sandi di hotel saja dulu sambil menunggu aku balik dari Jepang, Kenapa nddak di rumahmu saja, Dik? Wah nanti bisa ketahuan dong kalau aku bersuami. Bisa dipecat aku, kan dikontrak dijelaskan harus single, bisa didenda miliyaran nanti aku, Mas, Ya sudah aku menunggu di hotel saja, pokoknya terserah padamu, yang penting aku tunggu sampai Dik Purnama sayangku balik dari Jepang, tanpa curiga pada siasat Purnama akhirnya Sandi setuju atas petunjuk perempuan kecintaannya itu. Ya sudah tunggu aku pilihkan hotel untukmu, Mas, rupanya Purnama masih berusaha menunjukkan perhatiannya pada Sandi. Ya sayang, sungguh Sandi tak tahu ada rencana apa dibalik kebaikan hati Purnama memesankan hotel untuk dirinya. Lelaki itu hanya berpikir jika istrinya sangat memperhatikannya. Purnama mengirim bukti pembayaran lewat ponselnya pada Andi. Bukan hanya pembayaran hotel tiga hari. Tapi  beserta deposit untuk keperluan makan Sandi untuk tiga hari. Hal itu membuat Sandi sangat terhibur hatinya. Istri tercinta memikirkan dirinya selama di Jakarta. Nah sekarang datang ke hotel itu tunjukkan tanda bukti Lunas, aan Mas bisa makan minum sesuai kesukaan Mas Sandi di hotel, ya, Oke Dik terima kasih dirimu memikirkanku banget, ya sudah hati hati dan Masmu ini menunggu dengan segenap jiwa dan raga penuh kerinduan kepadamu, cup cup cup ... Purnama tak membalas kecupan yang dikirim Sandi. Ia langsung mematikan ponselnya. Lalu memasukkan ke saku celana kulotnya, lalu mengeluarkan ponsel lain yang biasa dipergunakan untuk urusan hari hari, dan untuk berkomunikasi dengan Hanjaya. Dan ia tak perlu lagi mengangkat telepon yang masih dilakukan Sandi. Dan Sandi tak tahu jika istrinya sengaja mematikan ponsel yang ada nomor ponsel dirinya, supaya tak terjadi komunikasi berkepanjangan. Rasanya kok tak nyaman mendengar keluhan Rindu serta rayuan lelaki yang dulu begitu didambanya. Rupanya perubahan Ekonomi serta nama Nama tenar, dan gelimang kemewahan dari Hanjaya telah memutar balik cinta Purnama pada Sandi. Sedangkan Sandi Sama sekali tak punya hati curiga. Polos berpikir tentang Purnama. Masih mengira perempuan itu miliknya seutuhnya. Tak masalah menunggu Purnama tiga hari. Yang penting setelah itu bisa melepas rindu pada tercintanya. Lelaki itu sebelum istirahat menghubungi Mbok Sarni,  berkomunikasi melalui Video Call. Ya Mbok ini hotel bagus sudah dibayar karo ibunya Bintang untuk tiga hari berikut biaya makan sambil menunggunya kembali ke Jepang, Wah kejutan datang jadi gagal Nak Sandi, yo wis sing sabar menunggu Purnama pulang dari Jepang, ujar Mbok Sarni merasa kasihan pada Sandi yang belum  bertemu Purnama. Namun juga ikut senang Purnama meminta Sandi menunggu di hotel dengan fasilitas ditanggung penuh. Nddak apa Mbok menunggu tiga hari, nanti juga bertemu, piye Bintang, Mbok? Mbok Sarni memunculkan sosok Bintang yang langsung tertawa senang menunjuk sosok ayahnya di layar ponsel milik neneknya. "Yah ...Yah ... celoteh Bintang . Menunggu Ibu sayang, tertawa Sandi mengajak Bintang bicara. Yo wis istirahat, Nak Sandi maafkan Purnama tidak bisa menyambut hari ini, yo, Yo Mbok untuk istri tercinta harus sabar, tersenyum Sandi. Setelah itu ia tertidur dengan raut muka menyungging senyum karena sang istri berjanji tiga hari lagi akan kembali. Lalu mereka akan melepas rindu dan Sandi akan membujuk Purnama untuk pulang menjenguk putri mereka yang selalu mencium foto ibunya setiap hari. Pokoknya Sandi sangat bahagia saat ini. Dan ia pun bermimpi memeluk Purnama. Karena rindu yang membara maka guling yang dipeluknya ia cium berulang ulang.                                   *Hanjaya merangkul Purnama yang saat ini agak gelisah. Lelaki itu mengira sikap Purnama dikarenakan akibat kedatangan Gayatri. Padahal perempuan dalam pelukannya itu tengah mencari akal untuk menyingkirkan Sandi dalam kehidupannya. Aku minta maaf atas kedatangan mamanya anak anak ke sini, ya,  kecupan manis dari Hanjaya mampir di dahi Purnama. Aku juga heran dari mana dia tahu alamat ini? Purnama masih berkutet dengan pikirannya untuk  menemukan cara terlepas dari Sandi. Makanya ia tak merespon ucapan Hanjaya. Karuan saja Hanjaya mengira Purnama ngambek dan masih marah atas aksi Gayatri yang menghancurkan kaca figura foto mereka.  Sayang sudah dong jangan kelihatan sedih gitu, duh serasa matahari tak bersinar lagi tanpa senyummu, ah Hanjaya lelaki empat puluh dua tahun  merasa semakin berjiwa muda dan semakin lancar lidahnya merayu, hal yang tak pernah dilakukan pada Gayatri. Purnama tersenyum saat menemukan cara untuk menjauhkan Sandi dari dirinya. Bah gitu dong sayangku, matahariku, nadi hidupku senyummu penguat hidupku ... dan pelukan Hanjaya semakin ketat, hingga Purnama sulit bernapas. Bab.20 Pengakuan Mengejutkan  Hanjaya tak berkutik saat Gayatri menunjukkan rekaman di ponsel tentang kemesraan sang suami dengan Purnama. Juga tentang data serta bukti pembayaran apartemen, dan mobil atas nama Purnama, berikut penggunaan kartu no limit milik lelaki itu oleh Purnama di toko berlian milik Tony. Aku sudah tahu semua, tapi Aku tetap menyimpan di hati atas kecuranganmu padaku, Mas, Hanjaya tercekat menatap Gayatri yang sudah tahu semua kelakuaannya.Bukan itu saja, foto lelaki itu dalam ukuran cukup besar yang dibawanya dari apartemen  Purnama diletakkan di atas meja, hingga jelas terlihat oleh Hanjaya. Sepi tak ada suara. Bagi Gayatri sudah cukup bukti yang menyakitkan dirinya. Ia masih menunggu Hanjaya yang terdiam. Diperhatikannya raut muka suaminya memerah bak kepiting direbus.Dengan diamnya Hanjaya jelas sudah bahwa suaminya berselingkuh dengan perempuan yang sejak awal sudah dicurigainya.Hanjaya sendiri merasa tak bisa lagi mengelak. Hubungannya dengan Purnama  tercium sang istri.  Jika Purnama menyerahkan semua keputusan  di tangannya, tidak mungkin bisa ia dapatkan keputusan  serupa dari Gayatri. Dengan cara sang istri mendatangi Purnama, dan merusak bingkai foto serta persidangan saat ini, jelas Gayatri tak bisa diajak kompromi.Hanjaya jelas berat untuk melepaskan Purnama. Tapi juga tak mungkin menceraikan Gayatri yang sudah memberinya dua anak yang sehat, cantik dan ganteng.Lalu bagaimana jalan keluarnya jika Gayatri tak mau dipoligami?“Kamu sudah membohongi aku, Mas sudah berkhianat. Sudah menodai pernikahan suci kita. Sungguh aku tak menyangkah, dan kecewa ...” lirih suara Gayatri.Hanjaya masih berdiam diri. Ia tahu Gayatri tak mungkin melepaskan dirinya tanpa kepastian, artinya pengakuan dan kejujuran.Selama menikahi perempuan pilihan orang tuanya itu, sebenarnya ia sudah  bahagia. Tapi begitu bertemu Purnama, dan menjalin  hubungan dengan perempuan yang telak menaklukkan seluruh perasaan dan cintanya itu, semakin kebahagiaan itu melumurinya.“Mas, ” suara Gayatri lirih, tapi  tak dapat menyembunyikan rasa kecewanya. Panggilan Papa pun telah berubah dengan sebutan Mas, seperti saat mereka baru pendekatan sebelas tahun lalu.Hanjaya mengangkat  muka  dan pandangannya bertemu dengan sepasang  mata lara istrinya.Hati kecilnya tak sampai hati telah berdusta. Gayatri sebenarnya sudah cukup memberinya kebahagiaan Tapi semua sudah  terjadi. Hatinya  terlanjur tergoda pada Purnama. Perempuan yang memberinya sedemikian nikmat yang melenakannya. Perempuan yang membuatnya terpikat sedemikian rupa.Apa daya dirinya  yang tak bisa jauh   dari perempuan yang begitu telah  merekrut seluruh kekuatannya cintanya.Tak bisa lagi berpaling  atau meninggalkan Purnama pembangkit semangat dan gelora cintanya itu.“Apa Mas tak sadar jika perbuatan selingkuh,  dan satu  atap dengan perempuan bukan istrinya itu tidak dibenarkan.  Apa Mas bisa menahan gejolak birahi bersama perempuan semuda Purnama?!” Suara Gayatri sudah menjurus pada tuduhan.“Ya aku paham,”  angguk Hanjaya,”Aku minta maaf karena telah membohongimu, telah menduakanmu, sungguh semua diluar kendaliku..” suara Hanjaya bagai orang menahan sakit.“Apa yang Mas lakukan adalah dosa  besar. Aku pun merasa bersalah karena suamiku selingkuh dan melakukan hubungan gelap dengan perempuan yang bukan istrinya ..”Hanjayamengeluh tanpa suara.“Kupikir jika istri Mas tahu soal kita itu lebih baik, aku jadi nggak cemas dan aku sih menerima saja dipoligami, tapi istri Mas bisa menerima  aku nggak sebagai istri mudamu, Mas?”Terngiang suara Purnama yang pasrah dan tak bernada menuntut  untuk menguasai dirinya.Hanjayabmenaruh rasa salut pada Purnama. Muda, cantik, terkenal tapi mau dipoligami.“Aku cinta tulus padamu, Mas, makanya  aku pasrah jika harus dipoligami ...” dengan penuh kasih Purnama mengelus keringat  di lehernya, dan Hanjaya sangat terharu  dan tersanjung pada pengakuan Purnama.Kini dihadapannya ia menghadapi pengadilan dari Gayatri. Walau tak mencak mencak, tapi jelas  istri sahnya di mata hukum negara itu menyalahkan, bahkan bisa diartikan menyudutkan.“Purnama masih muda, dia tentu sangat merasa  dimanja dengan semua pemberianmu. Dan engkau, Mas, tergiur oleh kemudaannya, hingga tak menyadari  pantas tidaknya yang terjadi,”rupanya Gayatri semakin tak sabar ingin menyudahi pertikaian dengan suaminya.  Ingin segera Hanjaya menyadari kekeliruannya dan meninggalkan perempuan penggoda itu.”Dia perempuan penggoda yang menghalalkan berbagai cara ..”“Aku yang salah!” Hanjaya menukas ucapan Gayatri yang dianggap merendahkan Purnama, “Dia perempuan terhormat, aku yang mulai mendekati dan  menginginkannya ...”Oh Gayatri terperangah oleh ungkapan  suaminya yang begitu menempatkan Purnama pada posisi begitu bernilai.“Terserah apa penilaianmu terhadap perempuan yang sudah menjeratmu, Mas, sekarang aku  minta demi anak anak. Demi keutuhan rumah tangga kita,  tolong akhiri hubungan terlarang itu. Sudahi perselingkuhanmu.” Walau tak bernada tinggi tapi suara Gayatri tegas.Hanjaya menarik napas berat tanpa suara.“Biarlahvsemua  pemberianmu untuk dia, aku ikhlas, tapi tinggalkan perempuan itu, Mas, sadarlah jangan masukkan  diri Mas pada golongan yang dimurkahi Allah. Bertaubatlah, Mas, karena Allah Maha Pengampun bagi yang khilaf dan mau bertaubat ...” suara Gayatri mulai melemah menatap suaminya dengan isyarat bahwa ia akan memaafkan semua kelakuan Hanjaya, asal mau kembali ke jalan benar dan menghentikan  hubungan  dengan Purnama.“Aku tak bisa aku ...” terhenti  Hanjaya tak melanjutkan kalimatnya.Gayatri mencoba untuk tabah, ia ingin merangkul suaminya  untuk keluar dari pelukan Purnama. Ia berharap suaminya hanya sedang khilaf. Demi anak anak, demimasa depan keluarga kecilnya,  ia harus bisa memaafkan suaminyaMas sadarlah betapa dirimu sudah jauh terperosok  pada lembah dosa  yang diciptakan perempuan itu. Ayo sadar  lupakan dia, lupakan Purnama, dia perempuan yang hanya memanfaatkanmu. Menyeretmu pada perbuatan dosa. Tolong Mas, jangan rendahkan dirimu di hadapan  Tuhanmu. Ayo sadar, insyaf dan mohon ampunanNya, insyaallah  Tuhan  akan memaafkan asal Mas bertaubat ...”Hanjaya tak bersuara. Ia bagai orang kebingungan.“Mas, tolongsadarlah  aku istrimu tak ingin dirimu berlarut larut dalam kubangan dosa,  jauhi perempuan  yang telah Menyeretmu dalam dosa besar, ...” Gayatri dengan tulus dan ikhlas ingin mengajak suaminy  untuk berada dijalan yang diridhoi Tuhan.  Sungguh ia tak tahu jika Hanjaya tak melakukan perzinahan, karena suaminya itu menikahi  Purnama secara agama.“Ma ...”Hanjaya menatap Gayatri , “Purnama  bukan perempuan mengajak pada perbuatan  dosa, dan Papa juga masih memiliki iman dan mengerti jika zinah itu hukumnya dosa  besar ...” lega rasanya setelah memaparkan bahwa Purnama bukan perempuan pendosa.“Kalau dia perempuan terhormat tak semestinya menerima rayuan lelaki yang telah  beristri, menerima pemberianmu  dan kalian akhirnya hidup bersama melanggar aturan Tuhan. Apa itu perempuan terhormat? ““Purnama tidak melanggar perbuatan  terlarang di hadapan Allah, kami tidak berzina ,”  setelah berkata begitu Hanjaya menunduk tak mau beradu pandang dengan Gayatri yang menatapnya lekat tak berkedip.“Tapi kalian tinggal satu apartemen dan dengan beraninya dia memajang fotonya dan foto Mas,apa aku bisa  percaya jika kalian tak melakukan dosa ...”“Ma,” pelan suara Hanjaya. Lalu terdiam lagi, “Aku katakan yang sebenarnya ..” ada ragu di mata Hanjaya, “Sebenarnya  kami sudah menikah sebelum tinggal bersama ...”Gayatri terperangah dengan mata melebar menatap  lekat ke manik mata Hanjaya.Betapa tidak,suaminya ternyata telah menduakannya secara sadar. Suaminya sudah menikahi perempuan yang jauh lebih muda. Hanjaya telah tergoda model cantik Dan dengan sadar mengkhianatinya. Gayatri sangat terluka oleh perbuatan Hanjaya yang dimabuk cinta model top yang masih muda. Luka di hatinya demikian perih. Bagai sebuah pisau mengiris iris uluh hatinya menjadi serpihan . Bab.21 Harus Mengambil Tindakan Gayatri terduduk dengan luruh seluruh perasaannya. Apa yang kini dihadapinya  dengan kondisi rumah tangganya yang telah ada orang ketiga, membuatnya menjadi orang yang berotak lumpuh, seakan  tak bisa  berpikir apa pun. Air mata sudah menganak sungai  di kedua pipinya. Tak dihiraukannya air bening dari kedua pelupuk matanya. Hatinya betul betul pedih. Bagai tertikam pisau, hingga menembus ke belikat belakang. Sakit tak terkira mengetahui belahan  hatinya betul telah berbagi  cinta dengan perempuan lain. “Purnama tidak melanggar perbuatan  terlarang di hadapan Allah, kami tidak berzinah,” terbayang saat Hanjaya mengucap pengakuannya, “Sebelum tinggal bersama aku sudah menikahinya secara Agama ...” Rasanya tubuhnya tadi terlempar entah kemana  apalagi pengakuan Hanjaya  yang tak mau dipisahkan dari  Purnama. “Aku tak bisa  berpisah dari Purnama, aku tak bisa ... “ suara Hanjaya bagai merintih tadi.  Gayatri melihat betapa suaminya mengatakan hal yang jujur. Di mata lelaki itu, ia melihat cinta yang begitu besar untuk Purnama. “Apa salahku selama ini” Gayatri menyadari  dirinya tak muda lagi, sedangkan Purnama  tampak segar dan menarik, apalagi ditopang dengan ketenarannya sebagai model, itu menambah  nilai dirinya jauh diatas  dirinya. Tapi haruskah Hanjaya berpaling?! Gayatri tampak murka. Tapi ia sadar tak bisa lagi menghambat hubungan Hanjaya yang telah  sah secara Agama. Mereka  tak berdosa  di hadapan Allah. Tapi mereka tak menghiraukan bagaimana  terlukanya hati yang telah mereka sakiti ini. Hanjaya tengah dimabuk cinta. Hanjaya suaminya tak bisa lagi dibendung. Haruskah dirinya pasrah dipoligami? Demi anak anak harus berkorban,  itu semboyan  seorang ibu. Lalu jika suami selingkuh  dan diam diam menikah lagi, harus juga siap menerima dan berkorban  demi kelanggengan rumah tangganya, dimana  di dalamnya ada Gadis dan Jaka yang harus terlindungi secara utuh atas kasih sayang ayah dan ibunya. Gayatri menghela napas  sebelas tahun perjalanan  pernikahannya dengan Hanjaya. Semua berjalan  mulus. Kebahagian dan perlindungan  suaminya  begitu nyata. Apalagi dengan hadirnya buah cinta mereka. Gadis dan Jaka yang semakin mewarnai hari hari indah bersama. “Mas apa nanti dirimu tetap melindungiku dan tak tergoda  perempuan jelita di luar sana? “ Gayatri menatap mata suaminya dan saat itu mereka baru menapaki tiga bulan berumah tangga. Hanjaya tertawa merangkul Gayatri, “Jelas tidak karena aku sudah bahagia bersamamu,” dan dikecupnya dahi Gayatri penuh mesra. “Soalnya aku kan istri pilihan orang tuamu, Mas, khawatir saja nantinya kamu menyesal. ..” sungut Gayatri. “Pilihan orang tuaku  memang dirimu, Dik,  tapi mereka nggak asal memilih,  dirimu pilihan yang tepat untukku, tempat aku menitipkan hari tuaku  nanti bersama anak dan cucu ...” “Sungguh?!” Gayatri merajuk. “Sumpah!” “Sumpah apa?” “Sumpah demi kita bahagia,” dan Hanjaya merangkul Gayatri, lalu mereka tenggelam dalam kebahagiaan  sebagai pengantin  baru. Gayatri menghela napas panjang. Semua keindahan  yang mereka lewati rupanya luntur oleh sosok  Purnama yang begitu membuat Hanjaya tak berdaya. “Ya Allah apa yang harus kulakukan?” Gayatri bingung. Apakah aku harus meminta Purnama menjauhi suamiku  demi anak anakku?” Tapi bagaimana jika Mas Han justru tak suka akan perlakuanku? Aku harus menentukan sikap. Harus! Perlahan Gayatri berdiri, ia tak boleh tenggelam dalam keterpurukan hatinya. Gadis dan Jaka memerlukan  dirinya. Dihapusnya air matanya . Sebentar  lagi waktunya makan malam. Kedua buah hatinya tak boleh tahu kalau ibu mereka tengah diuji dengan berbaginya hati ayah mereka pada perempuan lain.                                 * Hanjaya masih  duduk terpekur di kamar. Ia mengerti dan sangat paham jika pernikahannya dengan Purnama telah menikam Gayatri.  “Maafkan aku Gayatri, aku tak bisa meninggalkan  Purnama ...” batin Hanjaya. Aku sangat membutuhkan Purnama, aku begitu cinta, bisik hatinya tanpa suara. Ya Hanjaya lelaki yang memasuki masa umur empat puluh dua tahun, yang selama ini setiap hari  menjalankan rutinitas kerja dan memberikan perhatian ful keluarga. Tapi pertemuannya dengan Purnama model dua puluh lima tahun telah memberi warna tersendiri dalam kehidupannya. Purnama dengan gairah mudanya begitu memberinya sensasi  cinta yang sangat menggugah perasaannya.  “Aku tak sangup untuk meninggalkan Purnama.” Hanjaya  memutuskan  untuk tetap bersama perempuan itu. Lalu bagaimana  jika Gayatri tak setuju dipoligami? Mumet lagi kepalanya.   Jika Gayatri mengadukan perbuatannya pada anak anaknya, maka mereka akan membencinya. Hanjaya terkejut  oleh kemungkinan  istrinya menyampaikan  tentang pernikahan dirinya dengan Purnama. Pasti kedua anaknya berang. “Sudah terjadi  harus dihadapi,” gumam Hanjaya yang sudah dimabuk cinta oleh pesona Purnama.                                        * Gayatri melayani  Gadis dan Jaka untuk makan  malam. Di sana juga ada Hanjaya yang seperti  biasa menunggu  Gayatri mengisi  piringnya dengan nasi  dan lauk. “Mama kok matanya merah gitu, sih?!” Jaka  menatap lekat  ke mata ibunya. “Jangan pandang  Mama, Nak, nanti gantengku ini ketularan,” ujar Gayatri pura pura sakit mata. “Memangnya Mama sakit mata?” Gadis mengurungkan suapan nasi yang sudah di depan  bibirnya. “Ya sayang, makanya Mama nggak ikut makan, ya, biar kalian saja,”  “Ya, Ma,” angguk Jaka menurut. “Mama sudah berobat, kan?” Gadis penuh perhatian. “Oh sudah dong,” hampir saja Gayatri melangkah  keluar ruang makan  setelah melayani kedua anaknya, saat ia menoleh piring Hanjaya masih  kosong.  Gayatri segea mengisi piring suaminya dengan nasi dan  lauk tanpa bertanya seperti biasanya. Tanpa suara diisinya piring Hanjaya. Kini  sudah lengkap  isinya, tinggal menyuap saja. Tanpa bersuara Gayatri meninggalkan ruang makan. Tentu saja Gadis dan Jaka tak curiga kika papa dan mamanya tengah berseteru, karena mereka percaya mamanya sakit mata, lagipula sejak dulu tak pernah mendengar kedua orang yang mengasihinya itu ribut. “Berarti nanti Papa nggak tidur di kamar Mama, dong, kan takut ketularan,”  Hanjaya menatap Jaka, “Ya Papa harus ke kantor ada pekerjaan,” “Setelah makan, Pa?” Gadis menatap Papanya. “Ya setelah makan,” angguk Hanjaya. “Kalau ada apa apa dengan mata Mama gimana?!” Jaka tampak cemas menatap kakaknya. “Ya juga, sih, gimana, Pa?” Gadis setuju dengan sikap adiknya.  “Percayalah Mama kalian nggak apa apak, kok, itu mata merah karena reaksi obat, nanti juga sembuh,  lihat ajah ...”Hanjaya mencoba untuk mengusir cemas yang ada pada diri anak anaknya. Gadis  dan Jaka saling tatap. Lalu mereka mengangguk bersamaan. “Kami berdua akan tidur di sofa di ruang tamu di depan  kamar Mama supaya kalau Mama butuh kami bisa langsung panggil,’ usul Gadis. “Ya aku dan kak  Gadis mau jagain Mama, tapi dari luar saja takut letularan,” angguk Jaka setuju. Di kamar Gayatri masih merenungi nasib rumah tangganya. Akankah bertahan  di poligami, atau mengambil langkah lain? Gayatri memilih untuk mempertahankan rumah tangganya, tapi  tanpa adanya orang ketiga diantara dirinya  dan Hanjaya. “Aku harus berbuat sesuatu, aku harus menyelamatkan rumah tanggaku!” Gayatri yakin dengan apa yang akan dilakukannya.”Demi anak anakku ...” Ya Gayatri sudah menentukan sikap apa yang harus diperbuatnya.Bab.22 Terlanjur Berbohong. Purnama merasa terancam hubungannya dengan Hanjaya dengan hadirnya Sandi di Jakarta. Makanya ia harus  berbuat sesuatu untuk membuat lelaki itu kembali  ke kampung halamannya. “Kamu yakin say  mau ngusir dia?” Boby yang kepalanya botak  tanpa sehelai rambut pun itu meyakinkan Purnama.  “Ah dia reseh agak stres ngacoh deh  pokoknya. Ngaku sebagai  suamiku dari masih  aku di kampung dulu, maklum agak sinting semua juga tahu,” Rupanya Purnama mengarang cerita jika Sandi terganggu pikirannya, dan terobsesi dengan dirinya. Apaboleh buat demi keamanan rahasianya jika memang sudah menikah dengan Sandi. “Bahaya juga, sih,” angguk Bobby yang mengorbitkan Purnama sebagai model. “Aku ngeri dia ngancam mau ngomong ke wartawan kalau aku ini istrinya  kalau aku nggak mau menerimanya di apartemen,” “Gila juga,” desis Bobby, “Bahaya, tuh, sedangkan kontrakmu, kan belum boleh terikat pernikahan,” “Makanya masa penggemar sampai segitunya,” rajuk Purnama. “Tapi ngomong ngomong hubunganmu sama Bos Han sampai dimana?”  Bobby rupanya sudah mencium gelagat kedekatan antara Purnama dan Hanjaya. Purnama hanya tersenyum. “Hati-hati  say, dia suami orang, netizen sekarang benci  sama pelakor, paling tidak main kalemlah jangan sampai ada bully di medsos ...” “Oke,” angguk Purnama menyadari saat ini jalannya media sosial. Masyarakat dengan bebas menulis sesuai maunya. Jika sampai hubungannya dengan Hanjaya terbongkar ke umum, maka pasti bully dari khalayak akan ramai, dan sebutan pelakor mampir di pundaknya. “Emang beneran apartemen  mewah dari dia bukan ngontrak? “ Bobby coba mengorek selentingan kabar yang ia dengar. “Ah gossip, tuh,” geleng Purnama. “Main cantiklah, say jangan mau cepat jadi  jutawan biar aman, ingat netizen  itu sekarang adalah hakim pengadilannya medsos,” “Udah jangan bahas itu  melulu, ini foto si Sandi, pokoknya tolong dia usir pulang  dengan caramulah, aku sudah nggak kuat ngadepin terornya,” lalu Purnama  menyerahkan foto Sandi yang dikatakannya sebagai lelaki berbahaya karena terlalu  ngefans pada dirinya, “Tapi hati hati dia itu otaknya nggak waras,” apaboleh buat untuk memulangkan Sandi terpaksa berbohong  bahwa lelaki itu adalah orang dengan memiliki kelainan mental. “Maafkan aku Mas Sandi, kamu, sih susah diaturnya,” batin Purnama saat berpisah dengan Bobby. Purnana tahu ia sudah membohongi Sandi. Untuk selamat dari apa yang telah dilakukannya dengan Hanjaya, maka ia terpaksa harus berbohong pula. “Jangan kita menjadi  pembohong, Nduk, karena biasanya untuk seterusnya kita akan membuat kebohongan demi kebohongan,” mbok Sarni pernah menasehatinya. Saat itu ia akan mendaftar sebagai  pesera model. Karena yang dicari  gadis yang masih single, maka Purnama  nekat membuat biodata palsu. Mengaku masih  gadis. Sedangkan Sandi menuruti apa maunya , karena ingin membuat istrinya bahagia dan mencapai cita citanya sebagai model. “Mbok hanya untuk lolos pendaftaran,  kok,” ujar Purnama. “Ya sing ati ati, Nduk, jangan sampai statusmu iku keterusan,” nasehat mbok Sarni yang hati kecilnya tak setuju anaknya harus mengubah statusnya sebagai istri dan ibu, menjadi  gadis demi bisa lolos pendaftaran. Kini apa yang dikatakan mbok Sarni betul. Untuk menutup kebohongannya maka dirinya harus pula berbohong. Bahkan memfitnah Sandi sebagai lelaki tak waras. Penggemar dari kampung halamannya yang mengejarnya ke Jakarta. Bobby sebagai pihak dari pengontrak Purnama harus melindungi model milik agency tempatnya selama  ini mempekerjakan sebagai pencari bakat, sekaligus meneger dan pelindung model yang bergabung di agency. Hanjaya sudah ada di apartemen saat Purnama sampai. “Hai kok tegang dan sepertinya banyak pikiran?” Purnama dengan manja langsung duduk di pangkuan Hanjaya, tak lupa mengecup dahi suaminya. “Gayatri sudah tahu tentang kita,” lirih suara Sanjaya, “Aku sudah mengaku tentang hubungan kita, aku sudah terus  terang kita menikah,” “Oh jadi bagaimana?!” Purnama terkejut. Lalu memeluk  Hanjaya penuh kasih, “Maafkan sayang  karena aku Mas jadi begini,” Hanjaya mengelus pipi Purnama, “Sayang jangan menyalahkan dirimu, aku yang mulai, dan aku menemukan kebahagiaan  yang indah bersamamu,” “Yakin?” Purnama melingkarkan kedua lengan di leher  Hanjaya. Menatap penuh cinta lelaki itu. “Yakin?” “Yakin sekali,” “Lalu?”Purnama mengelus rambut Hanjaya, sesuatu yang sudah sangat lama tak dilakukan Gayatri. “Aku mempertahankan, sayang ...” “Oh terima kasih  sayang terima kasih,” dan Purnama langsung menghadiahi Hanjaya kecupan panjang, yang juga sudah lama tak dilakukan oleh Gayatri.Sehingga Hanjaya merasa lebih muda dan lebih bersemangat lagi. Hal hal yang ia terima dari Purnama adalah hal yang sudah lupa tak dikakukan Gayatri, atau bahkan Purnama jauh lebih berani dan lebih piawai dalam menyenangkan dirinya dalam kebersamaan mereka. Itulah yang membuatnya harus mempertahankan Purnama. Karena dengan Purnama ia serasa seorang lelaki yang begitu dipuja dan dimanja. Purnama perempuan muda yang penuh dengan hasrat hidup mewah, telah melakukan  segalanya untuk mengambil hati Hanjaya dan selalu berusaha  membawa lelaki itu terbang tinggi.                                     * Sandi menerima kedatangan Bobby. Betapa terkejutnya saat Bobby memintanya pulang kembali ke kampung, atau melaporkannya pada yang berwajib. “Anda ini keterlaluan, saya bukan penggemar  maniaknya Purnama, tapi saya suaminya, bahkan saya dan Purnama punya anak,”  ah Sandi mengatupkan bibirnya merasa terlanjur berterus terang, padahal Purnama sudah wanti wanti supaya dirinya menutup rapat status mereka. “Benar stress orang ini, pokoknya Anda pulang saja ke kampung karena Purnama tak bisa menerima  Anda!” “Bapak ini siapa?” Sandi memperhatikan Bobby yang bersikap sangat melindungi Purnama. “Aku penanggung jawab perusahaan tempat Purnama dikontrak!” Bobby menjawab tegas. “Oh!” Sandi  terkejut, maka segera ia meralat pengakuannya sebagai suami Purnama, “Oh maaf Pak, saya tadi itu berbohong mengatakan suami Purnama, biasa, saya  fans yang sangat tergila gila pada model pujaannya,” ah semoga saja usahanya meralat keceplosannya tadi sebagai suami Purnama bisa ia tebus. “Kalau sampai mereka tahu aku punya suami dan anak dendanya besar bermiliyar miliyar atau aku dipenjara,” teringat ucapan Purnama. Hih ngeri juga,  batin Sandi  yang tak tahu kalau membesar besarkan denda yang harus ditanggungnya. Padahal dibalik itu Purnama justru telah berprilaku buruk sebagai seorang perempuan bersuami menjalin hubungan dengan suami orang. “Wah benar kata Purnama kamu memang gendeng, ya!” Seru Bobby. “Edan moso Purnama ngatain suaminya gendeng ...” Sandi  bersungut, tapi lirih. “Heh kamu ngomong apa masih  tetap ngaku suami Purnama?!” “He he he ampun, Pak,” ujar Sandi demi nama istrinya, demi kontrak  kerja istrinya ia berpura pura jadi orang lain bukan sebagai Sandi yang sarjana pendidikan. “Aku akan mengampuni kamu kalau kamu pulang  kampung,” “Tapi saya ingin bertemu dengan pujaan saya Purnama, Pak,” “Baik,” angguk Bobby. “Kapan, Pak?” Sandi sangat senang sudah dua hari disuruh menunggu di hotel, duh betapa senangnya bisa bertemu Purnama istri tercintanya. “Ada syaratnya,” “Apa, Pak?” “Kamu pulang ke kampung dulu, lalu akan aku beritahu kapan jadwal bertemu Purnama,” Sandi terkejut.  Sebegitu ketatkah peraturan bertemu model top seperti Purnama. Ada jadwal yang ditentukan.  Padahal dirinya adalah suami dari Purnama, ayah dari putri sang model. “Kalau tidak aku akan melaporkanmu ke kantor polisi, atau memasukkan dirimu ke rumah sakit jiwa karena otakmu sudah tak waras mengaku suami dari model binaan kami!” Bobby mengancam. Sandi kecewa.  Ia teramat ingin bertemu Purnama. Melepas rindu dan akan menceritakan bahwa Bintang sering membawa tidur foto ibunya, serta mencium foto ibunya, dan membawa pula boneka Barby kiriman Purnama setiap saat. Ponsel  Sandi berdering. Pesan singkat dari Purnama.  (Mas menurut saja pada dia supaya aku aman dan Mas Sandi juga aman) (Yo, Dik demi dirimu) Balasan untuk Purnama terkirim. “Ya deh,” akhirnya Sandi menurut. “Bagus, nih aku sudah pesan untukmu penerbangan sore ini juga, oke, aku janji akan mengirimimu tiket bulan depan untuk bertemu Purnama,” segera Bobby mengirim tiket online ke ponsel Sandi setelah lelaki itu memberikan nomer ponselnya. “Terima kasih, Pak,”  “Awas kalau tak pulang,” “Baik saya janji, Pak,” “Ada orang yang kuutus untuk mengawasimu. Awas kalau sore ini masih ada di hotel,” “Baik, Pak,” Namun Sandi masih berusaha menemukan apartemen tempat Purnama tinggal. Ia masih penasaran apakah istrinya masih  di Jepang apa sudah pulang. Lewat media sosmed apa sekarang yang tak bisa diketahuinya. Walau tak tahu persis  di blok berapa dan di lantai berapa, tapi Sandi berhasil  tahu di apartemen mana sang istri tinggal. Maaf Dik Purnama aku kangen sama kamu. Aku rindu, lho, aku ingin bertemu kamu walau sebentar, tekat Sandi sudah bulat sebelum pulang harus bisa melihat Purnama kekasih hatinya. Bab.23 Serangan Gaya tri Gayatri berhadapan dengan Purnama di ruang tamu apartemen pemberian Hanjaya pada madunya itu. Mau tak mau. Suka atau tidak Purnama memang madunya, walau pernikahan Hanjaya dengan perempuan itu hanya sekedar kawin Agama. Namun sah. “Aku tahu kamu sudah dinikahi secara Agama oleh suamiku. Tapi aku juga tahu jika harta yang kamu incar dari suamiku ...” “Aku ..” Purnama memotong ucapan Gayatri. Tapi Gayatri tak mau kalimatnya yang belum selesai  itu dipotong perempuan yang menurutnya berpura pura lugu dan polos. “Jangan memotong kalimat orang yang sedang berbicara  denganmu!” Gayatri tak mau memberi  kesempatan pada perempuan yang telah berupaya  membahagiakan suaminya dengan berbagai cara  tentu  saja. Purnama kalah gertak. Ia berdiam diri tak berusaha meneruskan ucapannya. “Purnama kamu muda dan jauh lebih segar  dariku. Pekerjaanmu menuntut dirimu tampil apik dan modis setiap saat. Tapi sayangnya semua  yang kamu miliki itu kamu pergunakan untuk  menjerat suamiku. Aku sibuk dengan anak anak, dan dirimu tanpa direpoti urusan itu,  dan aku sudah bukan saatnya lagi rayu merayu dengan suamiku, tapi apa yang menjadi  kekuranganku terhadap Hanjaya suamiku, rupanya dengan jeli engkau manfaatkan untuk menaklukkan suamiku, untuk meluluhkan suamiku  supaya tergila gila padamu ...!” Tegas dan seakan tahu apa yang terjadi Gayatri langsung menuduh. Purnama  terperangah mendengar uraian istri tua suaminya. Lugas dan tepat sasaran. Gayatri tersenyum sinis. “Tak perlu mengakuinya, atau membantah.  Kelemahan laki laki sudah kamu miliki, dan Hanjaya menjadi obsesimu, maka mulailah kamu meluncurkan jurus penakluk laki laki dengan  segala upayamu. Semua kebisaanmu kamu lakukan pada suamiku disaat aku sudah mulai lalai dan disibukkan dengan urusan anak anak, ya, kan?!” Purnama masih  berdiam diri. “Dan kamu berhasil. Aku jadi curiga benarkah dirimu ini seorang gadis, kok sudah berpengalaman  mengisi kekurangan dari yang kuberikan pada suamiku ...” Gayatri terus melancarkan serangan. Purnama masih  diam. “Tapi jika kamu mengira segala gaya dan upayamu untuk menjerat suamiku akan berhasil  jangan bermimpi!”  “Aku bukan bermimpi , Bu, tapi ini kenyataan!” Purnama ingin menyadarkan Gayatri jika kini Hanjaya pun miliknya. Gayatri terkejut  mendengar pembelaan  Purnama. Ia tak menyela, membiarkan  perempuan pujaan suaminya untuk berbicara. Purnama mempergunakan waktu yang diberikan Gayatri untuk mengungkap kebenaran yang didapat dari  Hanjaya. “Mas Han menemukan cinta sejati dengaku,” lirih suara Purnama, tapi cukup menghantam dada Gayatri. Namun Gayatri menahan supaya tidak berbicara, atau menyanggah ucapan  Purnama. Ia harus bisa  mendengar ucapam Purnama. Apa pun itu. “Mas Han jatuh cinta padaku tanpa lebih dulu dijodohkan. Beliau cinta padaku, dan aku menurutnya cinta yang ditemukannya dari hatinya sendiri, bukan cinta hasil dari perjodohan yang perlahan baru mengalir  cinta di hatinya,”  Ucapan Purnama sangat memukul jiwa  Gayatri. Dirinya dan Hanjaya memang dijodohkan, lalu dalam perjalanan waktu mereka saling jatuh cinta. Ah lelaki gampang sekali curhat untuk meraih simpati perempuan yang baru dijeratnya. “Jadi menurut Mas Han jelas sensasi  cintanya padaku berbeda  dengan cintanya pada Ibu,” tanpa merasa risih Purnama membanggakan dirinya sebagai perempuan yang telah membuat Hanjaya mendapatkan lebih Dari dirinya daripada pelayanan yang diberikan Gayatri. Gayatri masih  diam. “Mas Han mencintaiku pada pandangan pertama kami bertemu. Dan aku perempuan yang disanjungnya kupikir layak untuk  memanjakannya, melakukan hal hal yang mungkin tak Ibu berikan  pada Mas Han dulu. Wajib bagiku untuk memberikan ekstra perhatian pada suami,” Cukup sudah ucapan Purnama memproklamirkan bagaimana ia memperlakukan Hanjaya, walau hanya dalam bentuk kiasan semata. Gayatri berdiri dengan raut muka marah. Lalu dia mengambil pajangan kristal di sudut meja, dan langsung ia lemparkan pada bingkai kaca foto Purnana yang memeluk Hanjaya, dimana foto itu  baru dipajang lagi oleh Purnama, setelah ia pecahan pada kedatangannya yang pertama.  Praaang Bunyi pajangan beradu dengan bingkai  kaca dengan keras. Kristal  berderai di lantai. Begitu pun kaca foto Purnama dan Hanjaya pecah dan bingkai foto terpelanting. “Perempuan murahan  kau!!” Ditunjuknya muka Purnama yang memandang sedih pada derai pecahan kristal  serta pecahan  kaca yang lepas dari bingkainya. Tak puas hanya sampai di situ, didekatinya Purnama yang berjongkok memungut fotonya bersama Hanjaya. Segera dengan kasar direbutnya foto itu. “Kalian pasangan yang memuakkan!!!” Tak hanya itu, dengan penuh kemarahan disobeknya menjadi beberapa  bagian foto itu, lalu ia lemparkan ke wajah  Purnama. Purnama terkejut. Gayatri melangkah  keluar dan membanting pintu apartemen sekuat tenaganya. Ia tak perduli jika penghuni lain keluar. Malah kesempatan untuk membeberkan siapa sebenarnya Purnama. Tergesah berjalan ke lift, lalu masih  dengan amarah di dadanya ia menuju ke tempat parkir. Lalu meninggalkan halaman apartemen. Menyetir mobil dengan sisa  emosi di dadanya. Di depan gerbang apartemen berdiri Sandi. Ia harus ke Bandara, tapi lewat media diketahuinya kalau Purnama bertempat tinggal di apartemen dimana ia kini berdiri. Makanya ia akan mampir dulu sebelum ke Bandara.  Sandi mengamati gedung pencakar langit yang terletak  di bagian selatan  wilayah Jakarta itu. Sebelum ia pulang ke kampung, walau sebentar ingin bertemu Purnama istri tercintanya. Maka itu waktunya tak bisa berlama lama. Dua jam lagi  sudah harus di bandara. Sandi yang celingak celinguk di depan apartemen Purnama tak menyadari ada mobil keluar dari pos penjagaan.  Dan Gayatri yang masih dikuasai  emosi terlalu kencang laju mobilnya, hingga hanya bisa sedikit menghindari saat sosok Sandi melintas  di depan mobilnya. Sandi terpelanting  ke aspal terkena serempetan mobil yang disetir Gayatri. “Oh!!” Gayatri langsung menghentikan  mobilnya dan mematikan mesin lalu keluar dari mobil.  Dibantu penjaga pos serta orang yang lewat segera Gayatri meminta mereka memasukkan Sandi ke dalam mobil. Segera bersama seorang petugas Pos jaga apartemen Gayatri membawa Sandi kerumah sakit. Sandi segera ditangani oleh petugas rumah sakit dibagian UGD. “Mohon maaf saya menyetir kurang hati hati dan terlalu tinggi kecepatannya. Saya sedang dalam kondisi kurang baik tadi. Tapi saya bertanggung jawab atas orang ini,” lalu Gayatri memberikan ktpnya ubtuk dicopy di ponsel  penjaga pos gerbang apartemen tempat tinggal Purnama. “Terima kasih  atas tanggung jawab Ibu, dan saya juga akan memantau keadaan korban,”  ujar penjaga pos keamanan pada Gayatri. “Baik, Pak,” angguk Gayatri.  “Jika ada sangsi hukum saya patuh akan menjalaninya,” “Karena Ibu tak sengaja menabrak, dan Ibu juga tidak lari, bahkan bertanggung jawab, saya rasa belum kearah sana, kecuali  korban cacat atau entah apa yang terjadi bisa saja nanti urusannya dengan pihak aparat hukum,” “Saya akan menyerahkan diri saya jika nanti korban tak tertolong atau cidera dan keluarganya tak terima,” ujar Gayatri menyadari jika dirinya sudah menyeret orang lain pada kecelakaan. “Ya, Ibu,” angguk petugas gerbang pos apartemen  merasa simpati pada pertanggungjawaban yang diucapkan Gayatri, “Kita berdoa saja semoga korban  tak menderita cidera berat,” “Ya, Pak,” itulah pula harapan  Gayatri.  “Keluarga pasien mana,” seorang petugas medis memegang catatan berdiri di ambang pintu UGD. “Saya keluarganya,” segera Gayatri mendekati si petugas medis untuk bertindak  sebagai keluarga dari Sandi yang belum sadarkan diri di dalam. Petugas penjaga gerbang pos apartemen begitu simpati pada Gayatri yang tanpa ragu mengaku  bahwa dirinya adalah keluarga korban. Bab.24 Sandi Tak Sadarkan Diri Purnama ditelpon Bobby yang mengabari kalau Sandi belum mengambil tiketnya di Bandara. Kok Bisa?! Purnama cemas jika ayah anaknya itu berubah pikiran tak mau pulang kampung karena belum bertemu dengan dirinya. Tahu tuh dasar gendeng, gerutu Bobby  Mungkin masih di hotel, Bob? Udah keluar dia dari hotel, tanpa meninggalkan pesan. masih di Receptionist,  Kemana tuh orang, ya?! Sesungguhnyalah Purnama merasa bersalah tak mau menerima kedatangan Sandi. Ia takut hubungannya dengan Hanjaya terbongkar Sandi, atau sebaliknya Hanjaya mengetahui siapa Sandi. Kedatangan Sandi yang tanpa pemberitahuan itu telah menyulitkan dirinya. Kamu kemana, Mas, maafkan aku belum bisa bertemu denganmu, batin Purnama masih mencemaskan suami sahnya yang datang dari kampung. Yaudah hati hati Mbak Purnama jangan sampai tuh orang nyelonong ke apartemen, ya, namanya juga orang nggak waras, dumel Bobby. Purnama tak lagi mendengar ocehan Bobby, pikirannya sibuk memikirkan gerangan dimana adanya Sandi. Mbak Purnama barusan aku dapat laporan kalau Sandi belum mengambil tiketnya, dan nih aku juga dapat pemberitahuan dari bagian keberangkatan pesawat calon penumpang bernama Sandi Rahman sudah dinyatakan gagal terbang, Wah kasihan juga tuh orang kemana? Purnama mencoba menghubungi ponsel Sandi. Tak ada jawaban, padahal ponselnya posisi online. Dicobanya lagi dan lagi, tetap tak ada jawaban. Yaudalah mau diapain lagi kita udah usahai dengan baik baik supaya dia balik kampung  pokoknya pesan sama Sekuriti ajalah supaya dia jangan sampai bisa Naik ke Blok tempat Mbak Pur, ya, bagaimana pun sebenarnya Bobby cemas jika Sandi sengaja tak mau pulang, tapi justru masih ingin bertemu Purnama idolanya. Ketenangan dan keselamatan Purnama masih harus dilindungi oleh perusahaan  tempatnya bekerja, yang tak lain adalah wewenang dirinya. Ya Bang, hubungan telepon terputus.Gelisah sudah jelas menguasai Perasaan Purnama. Takut tiba tiba Sandi menemukan tempat tinggalnya, dan muncul  saat Hanjaya ada bersamanya. Wah bisa kacau ini ..! gerutu Purnama membayangkan jika kemunculan Sandi yang tiba tiba di apartemennya.  Namun begitu ia juga merasa ibah pada Sandi yang harus kecewa tak bisa diterima kedatangannya.                                       *Petugas gerbang pos apartemen kembali ke pos jaganya setelah yakin jika Gayatri serius dan membuat perjanjian untuk mempertanggung jawabkan semua biaya Sandi. Sampai Di tempat kerjanya ternyata disambut pertanyaan Purnama, yang mendengar jika ada sedan tamu yang menabrak orang berdiri di depan apartemen. ini sedan yang menabrak tadi, Non,' ujar petugas gerbang pos apartemen memperlihatkan foto mobil sedan milik Gayatri. Tapi Nyonya Gayatri sangat baik, beliau akan menanggung semua biaya rumah sakit korban, Nyonya Gayatri?! Purnama terkejut. Ya penabrak  Gayatri saat keluar dari gerbang, korbannya entah siapa karena di dalam tas tak ditemukan identitasnya, masih muda juga, cerita si petugas gerbang pos yang bertubuh kurus tinggi itu. Tak ada identitasnya?! Purnama tiba tiba berdebar dadanya, bagaimana kalau yang ditabrak Gayatri itu Sandi, bukankah Sandi meninggalkan kartu identitasnya di hotel? Ya Non, sampai tadi saya mau pulang korban belum sadarkan diri,' Oh ya?! Tiba tiba saja Purnama ingin melihat kenyataannya siapa yang ditabrak Gayatri. Ya, Non kasihan, Di rumah sakit mana, Pak? Petugas gerbang pos menyebut sebuah rumah sakit yang tak terlalu jauh Dari lokasi apartemen  Tanpa menunggu waktu segera Purnama mendatangi rumah sakit dimana Gayatri masih duduk dengan cemas menunggu di depan UGD. Itu dia kayaknya gelisah dan cemas amat, ya, Dilihatnya Gayatri meninggalkan UGD, maka kesempatan bagi Purnama untuk bertanya pada petugas yang berjaga jaga. Pasien belum sadarkan diri, cidera bagian kaki kanan sebatas betis, Mbak, ujar si petugas yang sedang jaga, yang tak mengenali Purnama karena sang model menyamar dengan rambut wig disanggul Dan mengenakan masker serta kacamata. Oh begitu,  Ya karena ada pula benturan di kepalanya, hingga mengalami cidera di bagian kepalanya, Suster saya sedang mencari kakak saya yang belum pulang, kabarnya dia korban tabrak lari, mulai pura pura sedih dan cemas Purnama di hadapan suster yang sedang bertugas. Oh kasihan, gumam suster memandang Purnama yang langsung menunduk khawatir wajahnya dikenali.Tapi di sini tidak ada pasien tabrak lari, Bu, lanjutnya, Apalagi pasien yang baru masuk ada penanggung jawab masih kerabatnya. Oh ya? Ya Ibu Gayatri, Purnama terdiam sesaat. Tapi tetap berusaha supaya bisa masuk melihat si pasien sebelum Gayatri muncul ke ruang UGD lagi. Masih belum jelas apakah tabrak lari atau bukan, masih simpang siur, keluarga Masih mencari ada di rumah sakit mana, makanya saya datang ke rumah sakit ini untuk melihat apakah ada kakak saya di sini, ujar Purnama berusaha untuk meyakinkan suster ucapannya, Boleh saya minta ijin untuk melihat pasien yang belum sadarkan diri itu, Sus?  Suster menatap Purnama lekat. Segera Purnama menunduk lagi. Hatinya harap harap cemas khawatir suster tak mengijinkan. Silahkan, Bu, tapi harap jangan tenang, ya, Terima kasih, Sus, senyum tersinggung di bibir Purnama, is tak mau buang waktu, segera diikutinya langkah suster memasuki ruangan UGD Alangkah terkejutnya Purnama saat melihat Sandi terbaring dengan mata terpejam dan kepala dibalut verban, serta kaki kanan sebatas betis pun tebalut verban. Ya ampun Sandi kamu ... ingin rasanya Purnama memeluk sosok yang sebenarnya masih menyisakan kenangan masa bersama sebagai kekasih dan suami istri. Tapi hal itu ditahannya, ia tak mau jadi tanda tanya si suster, apalagi sebentar lagi Gayatri pasti muncul. Kan bahaya jika sampai istri tua suami sirinya itu tahu jika is datang. Bagaimana Bu? Suara suster yang mendampinginya membuyarkan lamunannya. Bukan Suster, kepala Purnama menggeleng, tapi wajahnya begitu menunjukkan wajah sedih yang sesungguhnya, karena yang terbaring adalah orang terdekatnya sebelum ia menjalin hubungan dengan Hanjaya. Dua orang suster mendekat,Pasien akan segera dipindah ke ruang rawat. ujar salah seorang dari kedua suster yang datang itu. Ya Ibu Gayatri minta pasien dipindah ke ruang VIP, ujar suster satunya. Ya  saya menghubungi dokter untuk mempersiapkan segala sesuatunya, ujar Suster yang mengijinkan Purnama masuk tadi. Mari Suster terima kasih, pamit Purnama. Sana sama, Ibu, semoga kakaknya cepat ditemukan, angguk suster ramah dan tulus. Dari ujung koridor Gayatri masih berbicara dengan Gadis,Ya sayang Mama masih ada urusan, jadi Mama sudah minta sopir di sekolah untuk mengantar pulang Gadis sama Jaka. Nanti Gadis temaninJaka makan, ya, usahakan Jaka makanya lahap, ya, sayang, pihak sekolah memang selalu menyediakan sopir serta mobil bagi murid yang kebetulan orang tua atau pihak penjemput tak bisa datang menjemput anak mereka. Ya, Mama, sahut Gadis dari rumahnya. Da sayang, Da Mama ... Gayatri mematikan ponselnya. Saat itu Purnama baru sampai di ambang pintu keluar ruang UGD, jadi bisa langsung melihat datangnya Gayatri. Oh gawat!! Purnama segera bergegas keluar pintu ruang UGD dengan satu tangan menutup pipinya, rupanya masker saja tak cukup melengkapi dirinya untuk menghindar dari pandangan Gayatri yang berjalan bergegas itu. Dan Gayatri pun bukan tak melihat sosok Purnama yang tergesa  keluar dari ruang UGD, tapi ia tak bisa dengan jelas melihat wajah Purnama.Bab 25.  Ketakutan PurnamaGayatri terus melangkah kearah pintu UGD, sedangkan Purnama semakin bergegas meninggalkan ruangan UGD. Sehingga antara mereka berdua tak saling bertemu, Dan itu membuat lega perasaan Purnama tentunya. Namun lega bukan berarti tenang.  Bukan pula hatinya tak risau. Bagaimana pun Purnama dibesarkan oleh kedua orang tua yang sangat mengerti tentang agama. Walau hidup sangat sederhana mereka tak pernah mau menyakiti orang lain demi mendapatkan uang. Rejeki yang mereka dapat semua dari jalan halal. Walau kita miskin, Nduk jangan sampai kita salah jalan untuk mendapatkan keberuntungan, hindari perbuatan yang merugikan orang lain, ujar Karim bapaknya Purnama menasehati anak semata wayangnya, Gusti Allah akan marah pada orang yang tega memakan rejeki orang lain, mementingkan diri sendiri, ingat itu, Nak, Yo, Nduk ojo lali karo suamimu, jangan lupa suami dan putrimu walau nanti kamu terkenal, setelah selesai pekerjaanmu pulang, ya, jangan sampai keluarga dilupakan, dosa kalau dirimu, Nduk menyiksa batin suamimu, pesan Mbok Sarni sebelum Purnama berangkat ke Jakarta untuk melakukan pemotretan. Purnama terhenyak mengingat nasehat kedua orang tuanya. Terduduk ia di kursi ruang tunggu. Selain nasehat orang tuanya, bagaimana pun antara dirinya dengan Sandi pernah memiliki cita cita bersama. Membangun rumah tangga. Dan pernah mencintai lelaki itu sampai ke tulang sumsumnya. Ah kemana cinta itu perginya? Purnama bertanya tanya pada dirinya sendiri  Ah cinta itu bergeser oleh kemilau kemewahan yang disodorkan Hanjaya. Tiba tiba saja Purnama bergidik jika Sandi nanti sembuh dan tahu tentang hubungannya dengan Hanjaya. Pasti lelaki itu kecewa dan akan menuntut pernikahannya yang dilakukan, sedangkan mereka masih dalam pernikahan sah. Bagaimana ini? Purnama sangat menyadari bahwa apa yang dilakukannya melanggar hukum. Aku harus bagaimana, semua sudah terjadi. Aku harus memilih kembali pada suamiku dan meninggalkan Mas Hanjaya. Atau minta cerai dari Mas Sandi untuk membebaskan diri dari pernikahan dengannya, lalu meneruskan pernikahanku dengan Mas Hanjaya. Dosa! Tiba tiba teringat ucapan mbok Sarni ibunya. Betapa berdosanya jika seorang istri lalai akan kewajiban mengurus suami. Menelantarkan suami, apalagi sampai berkhianat, makanya Nduk sing ati ati, yo, nang Jakarta. Jaga hatimu, jaga dirimu dari perbuatan dosa. Pokoknya jangan sampai Allah murka oleh ulahmu yang berbohong pada suamimu, Nduk, jaga dirimu baik baik, yo ...  terngiang pesan dan nasehat dari Mbok Sarni tentang menjaga kesetiaan serta perbuatan serong. Purnama berkeringat. Maafkan aku Mbok, keluh Purnama yang merasa bahwa perbuatannya memang sangatlah salah. Aku sudah melakukan dosa, Mbok, aku sudah melanggar pernikahan suciku dengan Mas Sandi ... tiba tiba saja kedua matanya mengembang air. Sebelum bendungan di matanya jebol, segera meninggalkan lobby rumah sakit. Sepanjang jalan menuju ke apartemennya hatinya gundah. Nasehat tentang perselingkuhan yang menimbulkan dosa dari Mbok Sarninya sangat membuatnya ketakutan. Sehingga hal itu membuatnya jatuh sakit, dan Hanjaya mengira hal itu dikarenakan ulah Gayatri yang datang dan menyalahkan Purnama. Sayang kita ke dokter, ya, ajak Hanjaya. Nggak usah aku ingin tidur saja, tolong tinggalkan aku sendiri Mas Han, pinta Purnama dengan suara gemetar dan tubuh lemah serta pucat. Purnama ingin sendirian. Pikiran dan perasaannya campur aduk sudah. Antara wejangan Mbok Sarninya, dan memikirkan keadaan Sandi yang belum sadarkan diri. Tentu sangat menyiksa dirinya. Namun begitu tentu Hanjaya tak percaya begitu saja pada permintaan Purnama. Ia langsung menghubungi dokter kenalannya Dan meminta tolong datang memeriksa Purnama. Saudari Purnama terlalu lelah dan banyak pikiran, jadi tampak seperti orang bingung, ujar Dokter Sarif lalu memberikan resep supaya Hanjaya memberikan obat Penenang serta vitamin Maka Hanjaya semakin yakin kalau keadaan Purnama akibat ketakutan karena didatangi Gayatri kedua kalinya. Aku harus menegur mamanya anak anak... kesal Hanjaya. Setelah membujuk Purnama makan sedikit, lalu memberikan obat dan vitamin, maka Hanjaya meninggalkan Purnama yang tertidur. Bik tolong jangan jauh dari Non Purnama,ya, pesannya pada bibik asisten rumah tangga Purnama. Ya Tuan, angguk si bibik  Kalau Non terbangun bujuk supaya mau minum teh manis atau air putih, Ya, Tuan, angguk si bibik lagi. Sudah jangan mengerjakan apa apa, masuklah, jaga Non dulu, sikap dan suara Hanjaya sangat serius, terkesan tak boleh dibantah. Ya Tuan, si bibik menggangguk paruh. Ini nomerku bila ada apa apa dengan Non, diberikan ya kartu namanya pada bibik. Ya Tuan, angguk bibik menerima kartu berisi nama serrta nomer ponsel dan alamat rumah. Sebelum meninggalkan Purnama, Hanjaya memperhatikan perempuan kecintaannya yang lelap itu. Perlahan diciumya dahi Purnama sepenuh kasih, barulah ia meninggalkan kecintaannya pada bibik. Hanjaya menyetir mobil pulang ke rumahnya, amarahnya sudah di tenggorokan pada Gayatri yang dianggapnya sudah bertindak keterlaluan pada Purnama, sehingga menyebabkan  istri mudanya itu tertekan ketakutan dan jatuh jatuh sakit. Sayangnya sampai di rumah ia tak bisa bertemu Gayatri. Karena istrinya itu sedang menjalankan tugasnya menunggui Sandi siuman. Hal mana tak pernah terjadi pada Gayatri. Istrinya tak pernah pergi meninggalkan anak anak. Sekarang ini Gayatri tak pernah tak ada jika dirinya pulang. Mama sudah lama perginya, Dis? Sudah dari tadi, Pa,  ada keperluan katanya, Nggak bilang mau kemana, gitu?' Ada keperluan, Pa, itu doang, Hanjaya mencoba menghubungi Gayatri, tapi ponsel istrinya itu tak menyambut. Ia tahu pasti baterennya  habis. Hal itu tak biasanya Gayatri lalai untuk  membawa power banknya. Hanjaya gelisah memikirkan Purnama yang terlelap. Ia khawatir jika terbangun tak ada dirinya di samping perempuan itu, akan semakin membuat istri sirinya itu sedih. Ya sudah Papa pergi dulu, ya, diciumya dahi anak gadisnya. Papa ... Jaka berlari lari mengejar Hanjaya. Ya sayang, segera Hanjaya merangkul anak lelakinya, diciumya kedua pipinya. Papa mau pergi lagi?! Sorot mata Jaka tampak protes karena papanya yang baru datang mau meninggalkannya lagi  Ya sayang Papa masih ada urusan, angguk Hanjaya mengelus rambut anak lelakinya . Tapi nggak lama, kan, Pa? Jaka menatap Hanjaya dengan bola mata berat melepas papanya pergi. Oh nggak kok sayang, diciumya lagi pipi anak bungsunya. Nanti malam pulang, kan, Pa? Eng ... Hanjaya tampak ragu. Tuh, kan, pasti nggak pulang deh, seru Jaka melihat gelagat papanya. Sayang kalau urusan Papa selesai pasti Papa langsung pulang, kalau belum pasti besok pagi juga pulang, Eng besok paginya sebelum Jaka berangkat sekolah, kan, Pa? Ya, Papa usahakan ya, sayang, Betul ya, Pa, ujar Jaka menatap papanya lekat. Ya, "Janji? Ya, angguk Hanjaya meyakinkan anaknya.                                         * Gayatri sangat senang saat Sandi siuman. Purna ...ma ... Nama istrinya yang langsung disebut saat ia membuka mata. Gayatri langsung mendekat.Bab.26 Purnama Cemas Gayatri Tahu  Siapa SandiGayatri langsung mendekat ke tempat tidur Sandi. Tapi rupanya lelaki itu tertidur. Suster, bergegas Gayatri mendekat pada Suster yang baru datang membawa obat untuk Sandi  Ya, Bu, Pasien tadi siuman dan memanggil seseorang, tapi begitu saya dekati dia tidur, Segera suster memeriksa Sandi. Gayatri memperhatikan dengan cemas. Bagaimana, Sus?! Gayatri tak sabar ingin tahu keadaan Sandi. Pasien sudah terlepas dari pengaruh bius, Bu, tadi sempat siuman, ya, sikap Suster tampak tenang tak setegang Gayatri. Ya, apa dia sekarang pingsan? Suster menggeleng, Bukan tapi masih dia tertidur, memang begitu jika baru saja lepas dari pengaruh bius, Bu, jelas si suster membuat Gayatri tenang. Kalau pasien siuman langsung diberi minum ya, Bu, lalu disuapi bubur, dan ini obat serta vitamin harus diberikan, Baik, Suster,' angguk Gayatri Suster, Ya, Bu, Apakah nanti ada Suster jaga di ruangan ini? Karena saya punya anak yang harus diurus, jadi tak mungkin menginap di sini, Oh ada, Bu, Terima kasih ya, Sus, Sama sama, Bu, Suster meninggalkan ruang rawat Sandi. Gayatri menunggu tak jauh dari tempat Sandi berbaring. Separuh hatinya pada Sandi yang tadi menurut dokter kepaka Sandi mengalami cidera, yang memicu lelaki itu gegar otak, dan perlu perawatan intensif. Lalu cidera kaki kanannya akibat mengalami patah tulang. Lalu separuh hatinya memikirkan Gadis dan Jaka di rumah. Sandi membuka kedua matanya. Ia ingin mengangkat kepalanya tapi tak jadi. Ia meringis menahan nyeri. Dan saat merasa  kaki kanannya nyeri ia mencoba untuk menggerakkan kaki sampai batas betisnya yang diverban. Dimana aku ini?!  Gayatri langsung mendekat. Sandi menatap Gayatri. Syukurlah adik sudah siuman, ujar Gayatri tersenyum. Ini dimana? Sandi memperhatikan sekelilingnya dengan ekor matanya. Di rumah sakit,  Rumah sakit?!! Sandi menggerakkan kepalanya lagi, Oh! Serunya merasakan nyeri yang seakan menusuk nusuk isi kepala. Kepala Adik cidera sedang dalam perawatan dokter, dan kaki Adik juga terluka, betis Adik mengalami patah tulang, Ohk!! Sandi terkejut. Gayatri ingat pesan suster untuk memberi Sandi obat, tapi sebelum ya harus diberi minum dan makan bubur. Dik tadi Suster berpesan supaya aku memberi Adik minum, ayo minumlah dulu teh ini, tanpa menunggu segera Gayatri membantu Sandi untuk bisa meminum teh di gelas lewat sedotan. Terima kasih, ujar Sandi. Sama sama, angguk Gayatri. Sekarang makan bubur,ya, karena Sandi masih belum bisa duduk dan makan sendiri, maka Gayatri menyendok bubur dari piring lalu menyodorkan ke mulutnya. Dilakukannya beberapa kali. Sekarang minum obat ini, obat dan vitamin diberikan ke tangan Sandi. Sandi memasukkan obat dan vitamin bergantian ke mulutnya, dan Gayatri membantu memberikan air di gelas pada Sandi lewat sedotan. Ibu siapa, ya? Sandi menatap Gayatri. Sebelumnya aku mohon maaf, tadi aku tak sempat mengerim mobil saat keluar dari gerbang pos di apartemen Purnama, dan Adik seperti sedang mencari seseorang di sana, hingga tak menyadari mobil yang kusetir menyerempetmu, Dik, Sandi terdiam mengingat ingat. Dan ingatan itu muncul seketika. Tadi ia memang bermaksud bertemu Purnama Di apartemennya sebelum menuju ke Bandara untuk terbang ke Surabaya, dan pulang ke desanya. Saat celingak celinguk, tiba tiba ada mobil keluar gerbang dengan kecepatan lumayan tinggi kearahnya, hingga ia terserempet dan terpental. Aku mohon maaf karena terlambat menginjak rem dan karena sedang emosi tanpa sadar aku memacu kecepatan mobil cukup tinggi, yang seharusnya itu tidak boleh karena mobilku baru keluar dari gerbang pintu keluar pos, ujar Gayatri, Aku berjanji untuk menanggung semua biaya perawatan Adik sampai sembuh, Saya juga salah, Bu, karena ingin bertemu Purnama sampai tak melihat mobil Ibu, ujar Sandi dengan nada kecewa. Purnama model itu?! Gayatri menatap Sandi. Ya, angguk Sandi dengan serius. Kenal? Lekat Gayatri menatap Sandi. Ya, saya sangat kangen ... Menerawang mata Sandi. Kangen?! Gayatri terkejut  Tiba tiba Sandi menyadari telah ketelepasan bicara. Oh, aku tak boleh buka rahasia kalau Purnama istriku. Wah gawat bisa didenda nanti dia kalau ketahuan punya suami dan anak. Maksud saya sangat ingin bertemu langsung, kan selama ini hanya melihat lewat foto dan gambar saja, Bu, jadi penasaran ingin bertemu langsung sama orangnya,  Oh gitu, kalau begitu Adik ngefans sama Purnama?  Sangat, angguk Sandi, tapi lagi lagi meringis gerakan anggukannya mengakibatkan luka di bagian kepalanya terasa nyeri. Hati hati, Dik, jangan banyak menggerakkan kepala dulu, ujar Gayatri mengingatkan. Terima kasih Ibu telah membawa saya ke rumah sakit, Sudah tanggung jawabku,' Tapi Ibu tak sepenuhnya salah, saya juga tak fokus pada sekitarnya,maklum, Bu, sangat ingin bertemu Purnama idola saya banget,  Semoga nanti bisa bertemu, ya, kalau sudah sembuh, ujar Gayatri. Sandi tersenyum  Adik ini siapa namanya? Sandi, Bu, Alamat Adik, mungkin ada keluarga yang bisa Aku hubungi, Jauh, Bu, lalu Sandi menyebut sebuah desa Jawa Timur. Wow jauh juga tinggalnya, ke Jakarta tujuannya hanya mau bertemu Purnama? Ya, Bu, seharusnya saya sudah terbang ke Surabaya saat ini untuk pulang, sedih suara Sandi. Maafkan aku sudah menghambat jadwal pulang Dik Sandi, Tak apa, Bu, kalau sudah sembuh saya segera pulang, Apa masih ingin bertemu Purnama? Ibu kenal dia? Sandi menatap Gayatri. Ya dibilang kenal nggak juga, dibilang nggak ya terpaksa kenal juga ... Gayatri tampak bimbang untuk berterus terang. Untungnya Sandi tak begitu usil dan sok ingin tahu dari ucapan Gayatri yang membingungkan bagi yang mendengarkannya.  Apa ada keluarga yang akan dihubungi di kampung, tak mengapa jika memang ingin didatangkan aku siap menanggung ongkos pesawat dan tempat tinggalnya di Jakarta, ujar Gayatri menawari dengan tulus. Tidak usah, Bu, biar saja nanti saya berkabar pada mereka, sekaligus mau minta ijin cuti tambahan pada kepala sekolah, Anda guru? Ya guru es em a, Oh, angguk Gayatri,Ya sudah istirahat dulu, dan aku ijin pulang dulu ada dua anak yang harus kuurus, jangan khawatir ada suster yang akan menjaga Dik Sandi, besok pagi setelah anak anak berangkat ke sekolah aku ke sini lagi, pamit Gayatri. Terima kasih Ibu sudah perhatian pada saya, salam pada anak anak dan suami Ibu, tulus suara Sandi merasa beruntung penyerempetnya bertanggung jawab. Lagipula menurutnya, itu bukan mutlak kesalahan Gayatri. Dirinya pun turut bersalah karena kurang memperhatikan pada keadaan sekitarnya. Ah, itu semua dikarenakan pikiran dan perasaan serta perhatiannya hanya pada Purnama. Ingin melihat istrinya. Ingin melepas rindu pada perempuan itu, walau hanya sejenak melihatnya langsung sebelum pulang ke kampung halamannya.                        * Karena pikiran yang sangat gelisah dan dilanda ketakutan sehubungan Sandi yang dirawat di rumah sakit, dan dalam tanggung jawab Gayatri, maka membuat keadaan Purnama menjadi tak tenang. Hal itu membuatnya menjadi demam tinggi. Hanjaya melihat kecintaannya terlihat panik serta tersiksa, menjadi sangat menyalahkan Gayatri atas kemarahannya pada Purnama. Maka itu ia semakin merasa  tindakan istrinya itu keterlaluan, telah membuat teror pada Purnama. Sungguh perbuatan yang tak pantas. Sayang maafkan aku tak bisa menjadi suami yang bisa membuatmu tenang. Percayalah aku akan menegur Gayatri, dan dia harus minta maaf padamu, karena tingkahnya sampai membuatmu terpukul Begini, bisik Hanjaya ingin menenangkan Purnama.  Ah Mas ini bukan karena istrimu, walau aku kesal atas perlakuannya padaku. Tapi karena Mas Sandi suami sahku kini di rumah sakit. Batin Purnama. Maaf ya sayang, aku janji tak akan lagi dia memperlakukanmu seperti tadi, ya, bujuk Hanjaya yang menerima laporan kemarahan Gayatri via telepon dari Purnama, bahkan perempuan itu mengirim rekaman CCTV atas apa yang dilakukan ibu dari kedua anaknya itu. Sepenuh sayang dibelainya rambut istri mudanya itu. Aku yang salah, Mas, aku memang pantas diperlakukan begitu karena sudah mengganggu suaminya, ujar Purnama. Sayang sungguh aku tak bisa untuk tidak membela dirimu. Sudah diperlakukan seperti itu masih saja menyalahkan diri sendiri. Percayalah seandainya aku harus memilih dirimu yang kupertahankan ... Terima kasih, Mas, aku ngantuk ... Ya tidurlah biar aku menjagamu, dengan penuh perhatian Hanjaya membetulkan kompres penurun panas perempuan yang dadanya gemuruh oleh pikiran dan perasaan tentang rasa cemasnya karena ayah anaknya kini berada dalam tanggung jawab Gayatri, tentu saja ia khawatir jika madunya itu bisa tahu siapa Sandi sebenarnya. Sungguh Ironis. Purnama berkeringat ang ketakutan karena dosanya, tapi Hanjaya yang cinta buta pada Purnama, justru menyalahkan Gayatri yang bertindak atas haknya sebagai istri yang terkhianati.Bab.27  Pengorbanan Dan Kekecewaan Gayatri tercengang  menerima pesan dari Hanjaya. (Kita harus bicara. Karena kegaduhanmu telah membuat orang lain menderita) Apa maksudnya ini? Batin Gayatri bertanya tanya.apa dia tahu aku menabrak orang? Dan semua baru terungkap maksud pesan suaminya setelah mereka berhadapan di rumah. Mereka berbicara, bahkan saling debat setelah Gayatri menemani anak anaknya mengisi pekerjaan rumah, tugas yang kerap diberikan oleh masing masing guru anaknya. Nah tingkahmu yang sembrono jadi melukai orang, bagus orang itu hanya terluka, jika terjadi yang tak diinginkan apa Mama bisa lepas dari jerat hukum?! Hanjaya menyalahkan Gayatri. Mas sudah kucoba untuk tenang, tapi hati perempuan mana yang bisa berdamai dengan perasaan jika kenyataannya suami selingkuh?! Gayatri pun menunjukkan perasaan terlukanya. Nah kedatanganmu pun menemui Purnama tidak benar dengan kelakuan kasar begitu ...! Hanjaya menunjukkan ketidaksukaannya. Aku istri sahmu dan kita punya anak, wajar aku berjuang untuk keutuhan rumah tanggaku, demi anak anakku aku tak ingin ada perempuan lain diantara rumah tangga kita, dan aku sudah putuskan tetap akan mengejar Purnama untuk jauh darimu! Gayatri menatap lekat suaminya. Kamu sadar nggak, kalau apa yang kamu lakukan telah membuat Purnama terpukul. Dia sekarang sakit, mengingau ketakutan! Hanjaya protes pada Gayatri dan sikapnya jelas berpihak pada istri sirinya. Gayatri menatap Hanjaya dengan sikap tak kalah tegasnya. Lho Mas kenapa jadi menyalahkan aku. Aku hanya mempertahankan hakku sebagai istrimu, sebagai istri yang keberatan suaminya diganggu pelakor. Aku mempertahankan kebahagiaan anak anakku.yang terancam papanya direbut perempuan perebut suami orang. Apa salah aku? Salahnya dimana?! Lekat ditatapnya muka Hanjaya. Dan kamu lupa yang terjadi itu bukan kesalahan Purnama semata, tapi juga salahku! Balas Hanjaya. Kalau Mas  merasa bersalah ayolah perbaiki kesalahanmu. Perbaiki kekhilapanmu, belum terlambat, Mas, aku selalu berada di pihakmu, Mas, aku selalu memaafkanmu, Mas, sadarlah demi rumah tangga kita, demi anak anak kita, kumohon, Mas ... Gayatri menurunkan nada suaranya yang semula bernada protes dan marah, menjadi lembut dan bujukan, memang harus merangkul suaminya yang sudah tersesat jalan. Lupakan sakit hati, lupakan rasa dikhiyanati jika ingin rumah tangganya kembali tentram dan suaminya hanya milik anak anak dan dirinya. Maaf, Ma, nggak bisa begitu saja aku tak meninggalkan Purnama setelah apa yang kami alami bersama ... Hanjaya tak bisa lagi membohongi dirinya sendiri, walau ia tahu pengakuannya itu bisa menyakitkan perasaan istrinya. Tapi itu kenyataannya. Hatinya tak bisa berpaling dari Purnama. Perempuan itu telah mengikat erat hati dan jiwanya. Manamungkin dirinya bisa berpaling? Mas, kau?!  Gayatri tercengang dengan dada gemuruh serta kecewa teramat sangat atas pengakuan suaminya. Ma terpaksa aku minta kesediaanmu untuk kupoligami ... Menunduk Hanjaya. Bagaimana pun ia merasa tak enak hati juga atas keterus terangan perasaannya. Gayatri masih berusaha untuk merebut hati suaminya supaya tak menduakannya. Mas, serunya berusaha menahan kecewa dan sakit hati atas pengakuan suaminya. Mama mau menerima keputusan Papa, kan, mau menerima Purnama sebagai madu Mama? Hanjaya sungguh tak merasakan siksaan batin istrinya. Pesona serta rayuan Purnama sudah membutakan mata hatinya. Gayatri tergugu menatap suaminya tanpa suara. Sebegitu cintakah dirimu pada perempuan itu, Pa? Jerit batinnya tanpa daya. Air matanya sudah mengembang di kedua pelupuk matanya. Mama ingin Papa bahagia kan? Cinta buta Hanjaya telah membuatnya membutakan pula mata hatinya, sehingga seenaknya saja minta istrinya mau mengerti perasaan cintanya yang menggebu pada Purnama. Gayatri terdiam. Lama ia membisu, hingga akhirnya membuka suaranya. Seorang istri tentu sangat ingin membuat suami bahagia, tak terkecuali aku ingin membahagiakan Mas, dan hal itu sudah aku coba lakukan, apa selama ini Mas tak bahagia setelah lahirnya anak anak kita?! Menatap Hanjaya lekat, hingga seperti mau menguliti lelaki itu. Hanjaya terdiam. Tapi kebahagiaan dengan Purnama sangat berbeda.  Pelukan dan ciuman, serta semua yang ia dapatkan dari Purnama tak mampu untuk berpaling. Aku merasa selama ini Mas bahagia, hampir  sebelas tahun kebersamaan kita sebagai suami istri.  Mas mengatakan sudah bahagia, lahir Gadis dan kau  bilang begitu bahagia. Lahir Jaka, bahkan Mas bilang kebahagiaan Mas begitu sempurna. Tak ada lagi yang lebih Indah dan lebih membahagiakan selain Mas memiliki aku dan anak anak ...  Hanjaya terkejut. Apa yang dikatakan istrinya memang benar. Sebelum bertemu Purnama ia merasa suasana hatinya sangat bahagia memiliki istri perhatian dan anak anak cantik dan tampan, serta cerdas dan pintar. Tapi setelah bersama Purnama, kok kebahagiaan yang dirasakan bersama anak dan istrinya lain dengan bahagia yang diberikan oleh Purnama.  Gayatri tetap menuntut pengakuan yang pernah dikatakan Hanjaya untuk tetap dipertahankan. Ini bentuk bahagia yang lain ... Ujar Hanjaya tanpa perasaan. Gayatri terkejut. Hatinya semakin terluka. Suaminya sudah sangat  mengiris hatinya. Tak apa hidup memang perlu perjuangan. Anak anak harus dibahagiakan. Gadis dan Jaka harus dapat prioritas perhatian dari papanya, seperti saat Hanjaya hatinya tak tergoda Purnama. Dirinya harus bertahan. Harus mau tersakiti atau terluka sekali pun untuk mendapatkan cinta dan perhatian utuh dari suaminya. Pengorbanan istri untuk mendapatkan perhatian dan cinta utuh suaminya. Tanpa berhitung betapa terluka hati dan perasaan demi kedua anaknya mendapatkan perhatian dan kasih sayang Papa yang begitu mereka cintai dan sangat mereka banggakan. Aku harus bisa menahan perih ini demi keutuhan rumah tanggaku, batin Gayatri dengan tekatnya untuk menghentikan ketergantungan Hanjaya pada Purnama. Mas Aku minta maaf jika selama ini aku lalai sebagai seorang istri, hingga kamu mencarinya pada perempuan lain. Tapi percayalah aku akan memperbaiki kekuranganku, aku akan berusaha untuk mengisi kebersamaan kita yang mungkin banyak membuatmu kecewa, sekuat tenaga ia tahan rasa kecewa dan sakit yang menyayat hatinya.  Gayatri telah menempatkan dirinya pada posisi yang kurang perhatian dan sebagai istri kurang membahagiakan suaminya. Itu semua demi hati Hanjaya yang terlanjur tergoda pada perempuan lain. Inilah tugas ibu, serunya tanpa suara. Jika Masih bisa berusaha untuk menjadi wonder women untuk anak anaknya, apa pun akan dilakukannya.  Dan Hanjaya yang tengah tergoda memang harus dihadapi dengan sikap lembut. Dengan pengabdian seorang istri yang siap menjadi abdi suaminya. Tapi Gayatri lupa jika dirinya  sebelas tahun lebih tua dari Purnama, jelas memiliki kekurangan dari segi fisik. Purnama masih dua puluh Lima tahun, perempuan yang memiliki kelebihan dari dirinya dalam menyenangkan Hanjaya dalam hubungan orang dewasa. Dan Hanjaya justru terlena oleh kemanjaan yang yang tak pernah dilakukannya. Serta perlakuan istimewa yang didapat  Hanjaya yang  dari Purnama. Kita perlu pergi berdua, Mas kita bicarakan semua ini di luar rumah, ajak Gayatri. Ia pendam amarah dan kecewa, hanya demi anak anak tak kehilangan sosok papanya.Sedangkan perasaannya sendiri sangat terluka dan hampa. Aku mengalah demi anak anak. Tak perduli pada hatiku yang sudah retak, batin Gayatri. Maksudmu? Hanjaya menatap Gayatri. Kita perlu berlibur bersama. Kita pecahkan masalah ini di luar rumah, Hanjaya menatap Gayatri tanpa suara  dan Gayatri segera memesan sebuah hotel untuk besok. Kebetulan akhir pekan, maka setelah mengurus Sandi, ia akan memboyong kedua anaknya. Memesan kamar double tempat tidur di hotel. Tapi apa yang terjadi? Selagi mereka berada di kamar hotel. Sesaat setelah anak anak tidur di tempat tidur satunya, sebelum Gayatri mengajak Hanjaya untuk membuka isi hati yang sebenarnya tentang bagaimana perasaannya terhadap Purnama, ponsel lelaki itu berdering. Ternyata dari Purnama. Perempuan itu meminta Hanjaya datang. Mas aku takut sendirian ... Rengek Purnama yang tak bisa membuat Hanjaya duduk tenang bersama Gayatri. Aku datang, lalu Hanjaya segera berdiri. Mas ... Gayatri menatap lelaki itu yang serba salah itu. Namun tetap akan meninggalkan istri dan anak anak di Kamar hotel. Maaf Ma, Aku harus pergi dulu, aku tak bisa bermalam di sini .. Tapi kita belum selesai bicara, kita harus tuntaskan kemana arah rumah tangga kita. Mas nggak boleh menggantung keadaan ini terus menerus. Aku istrimu, Aku siap mendengar keluhanmu, aku siap untuk membantumu keluar dari hubungan yang dapat menghancurkan hubungan kita ... ,,Tapi aku harus pergi .. Hanjaya menatap Gayatri Aku tak bisa meninggalkannya, Purnama alasannya? Sakit dada Gayatri, ia sudah tahu dari siapa telepon tadi. Maafkan Aku, Ma, aku tak berdaya, desah Hanjaya seperti orang kesakitan. Mencium kedua pipi istrinya lalu bergegas keluar kamar hotel. Hancur berkeping sudah hati Gayatri. Gayatri terduduk dengan Lara. Tanpa harus dirunding, tanpa ditanya lagi ia sudah tahu pada siapa hati Hanjaya bermuara. Air matanya mengalir kedua pipinya. Usahanya yang rela menghamba sia sia sudah. Walau hati sudah hampa masih berusaha untuk mengambil hati Hanjaya. Namun sia sia. Maafkan Mama anak anakku tak bisa lagi jadi perekat hati Papa kalian .. Bab.28 Tercampak Dari Cinta Suami Terluka sudah hati Gayatri. Secara terang terangan Hanjaya  telah menunjukkan berat pada siapa hatinya. Walau tanpa kata kata, tapi sikap sudah menentukan. Gayatri menghapus air mata yang tergulir tanpa dapat dicegah di kedua pipinya. Sedih. Pedih Terluka. Tersayat Boleh ia tercampakkan dari cinta dan perhatian suaminya, tapi tidak boleh terpuruk. Ada dua pengharapan perlindungan kasih sayang di mata dua buah hatinya. Gadis dan Jaka membutuhkan kekuatan hatinya. Ketabahannya. Untuk itulah ia harus bangkit. Oke Hanjaya, gumamnya lirih  Tunggu Purnama ...' hatinya bergetar. Setelah membereskan pakaian serta lain lain ke dalam travelbag, esok pagi segera ditinggalkannya kamar hotel yang diharapkan menjadi tempat terbukanya hati suaminya untuk tersadar dari semua khilaf. Sebagai perempuan dan istri, bukannya merendahkan diri jika mengalah dan mau menerima suami dengan setumpuk kesalahannya. Tapi menurutnya itu sebagai pengabdiannya kepada rumah tangganya yang telah dihiasi oleh kepercayaan dari Ilahi. Gayatri mengajak kedua anaknya sarapan Di restaurant hotel sebelum betul betul meninggalkan tempat mereka menginap semalam. Ma Papa kemana? Gadis merasa aneh mereka hanya sarapan bertiga, sejak bangun tidur tak melihat papanya. Ya kok nggak ikut sarapan? Jaka menatap Gayatri.Ma, kok Papa nggak ikut sarapan? Gadis menatap ibunya.Ya dari pagi Jaka nggak lihat Papa, nih, sambung Jaka. Oh Papa ada kerjaan pagi pagi sudah pergi, tapi tadi sudah pesan ticket film kartun untuk kalian,  Oh ya, Ma? Jaka sangat antusias. Ya, angguk Gayatri  Asyik deh, ujar Gadis. Kebahagiaan kedua permata hatinya adalah dunianya. Atas anugerah terindah dari Sang Pencipta Pemilik segala kehidupan di dunia fana ini, tak akan ia sia siakan. Apa pun yang terjadi harus kuat. Tak akan ia biarkan kedua buah hatinya itu ikut terluka. Dirinya boleh terkhianati. Dirinya boleh kehilangan cinta Hanjaya. Tapi tidak untuk anak anaknya.  Jika mereka tak mendapatkan cinta itu dari papanya, ia sadar bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab. Jika saja dirinya sebagai istri bisa tampil sempurna di mata suaminya, tak mungkin Papa mereka berpaling. Maafkan anak anakku, Mama kalian bukan perempuan terindah untuk Papa kalian. Mama tak bisa mencegah hati Papa kalian tergoda. Maafkan sebagai wanita dewasa tak bisa menyempurnakan perasaan cinta Papa kalian pada Mama yang banyak kekurangan ini. Batin Gayatri dengan pasrah. Namun telah terpatri sebuah janji bahwa  dirinya yang akan menyerahkan cinta kasih, bahkan rela berkorban jiwa dan raga untuk  kedua hadiah terindah dari Allah itu. Mereka adalah nadi hidupnya. Sumber kebahagiaannya yang abadi. Karena mereka pernah satu jiwa saat dalam kandungannya dulu. Meninggalkan hotel dengan langkah penuh ketabahan. Hatinya boleh remuk. Tapi orang tak boleh tahu tentang itu. Senyumnya berupa sedekah, maka tersenyumlah ia pada petugas teseptionis hotel, dan tak lupa kata terima kasih ia ucapkan sebagai bentuk adab yang harus tetap dijunjung tinggi sebagai orang Timur. Di dalam taxi online pulang menuju rumahnya ia melihat pemandangan kota Jakarta yang selalu semarak dan ceria.  Gayatri tersenyum pada pemandangan diluar kaca taxi. Mereka para pejabat dan para profesional, serta mereka yang terlibat dalam pekerjaan proyek yang  kini berupa deretan gedung Indah, telah mengerahkan seluruh kemampuannya, jadi harus pula dihargai dengan hati yang penuh keindahan. Hatiku harus selalu indah seperti gedung yang seakan mengucap selamat datang. Ayo semangat bersama kami, gumam hati Gayatri dengan penuh terima kasih pada mereka yang telah mencipta keindahan disepanjang jalan yang dilaluinya. Gayatri menghela napas. Menghembuskannya seakan membuang semua resah. Selamat berjuang Gayatri ... Sebuah suara bergema dalam dirinya. Kedua lengannya memeluk dua permata hatinya yang berada di sisi kanan dan kirinya.                       * Hanjaya merangkul Purnama yang semakin gelisah oleh pikirannya sendiri yang kalut. Sandi berada dalam perhatian dan perawatan yang merupakan tanggung jawab Gayatri.  Ini bukan hal mudah untuk dilupakan begitu saja. Bagaimana jika Gayatri sampai tahu siapa sebenarnya Sandi. Bukankah bisa menjadi sebuah ranjau yang menyerang dirinya? Sayang kalau hatimu selalu dibayangi kelakuan mamanya anak anak, maka fisikmu akan lama stabil. Itu hanya merugikan dirimu sendiri ... Hanjaya membujuk. Ia masih mengira sakitnya Purnama itu karena apa yang dilakukan Gayatri pada perempuan terkasihnya itu. Entah sayang aku  kok nggak bisa tenang, padahal jadwal show tiga hari lagi, aku cemas ... lirih  suara Purnama dan bergetar. Percayalah Gayatri tak akan berani lagi menyerang ke sini, jika sampai ia lakukan maka akan menyesal dia karena aku tak akan mengampuninya! Geram Hanjaya merasa semakin kesal pada istrinya itu. Nggak apa, Mas, Aku memang pantas mendapatkan perlakuan kasarnya, karena aku telah merebut perhatianmu, ujar Purnama bernada menyerah. Aku yang harus disalahkan. Bukan dirimu, karena dirimu aku yang memilih, dan aku tak bisa pisah jauh darimu, apalagi harus menceraikanmu, sayang, bisa kiamat duniaku, tangan Hanjaya meremas jemari Purnama sepenuh cinta. Purnama sangat bahagia oleh pengakuan Hanjaya, tapi otaknya terus dipaksa untuk mencari solusi keberadaan Sandi di tangan Gayatri. Semua untuk keamanan bagi dirinya. Jika terpaksa harus memilih pasti dirimu yang kupilih diciumnya kening kecintaannya itu. Tapi walau janji Hanjaya semanis berton ton madu, tetap hatinya gelisah. Pikirannya masih pada Sandi di rumah sakit. Bagaimana caranya mengirim Sandi pulang ke kampung halamannya sesegera mungkin. Aku harus tenang, Aku harus bisa mengatasi semuanya, harus! Purnama bertekat untuk bisa memulangkan Sandi ke kampung. Hanya tinggal mencari caranya. Tiba tiba terbesit di benaknya untuk minta bantuan Hanjaya. Dan tiba tiba saja senyum di bibirnya tersungging. Hai sudah tersenyum rupanya bidadari duniaku ini, dikecupnya ujung hidung Purnama. Ya dong kan ada yang mencintaiku sepenuh jiwa dan raga, ujar Purnama manja merangkul perut Hanjaya. Oh iya untukmu jangankan jiwa dan raga, nyawa pun akan kuberikan untuk kebahagiaanmu, wah rupanya Hanjaya betul betul dimabuk pesona Purnama. Hingga gaya bicaranya bagai Abg demam cinta. Lupa pada anak anak yang membutuhkan dirinya untuk tetap sehat.  Oh cinta oh cinta yang tak pandang tua dan muda. Semua disamaratakan oleh yang namanya cinta. Hanjaya tanpa sadar jadi korban cinta butanya. Ia tak menyadari jika cinta yang membelitnya saat ini kelak akan menjadi kesalahannya yang melemparkannya pada penyesalan panjang. Mas, Ya sayang, Aku mau ngomong, 'Please, senyum Hanjaya mengisyaratkan senyum lelaki terbahagia di dunia. Tapi ... Ayo katakan saja sayang, apa kita perlu liburan ke Eropa sebelum sayangku ini show? Purnama menggeleng. Mau kalung berlian? Purnama lagi menggeleng. Lalu? Bagi Hanjaya tak masalah berapa banyak uang yang harus dikeluarkan, yang penting perempuan kecintaannya ini bahagia. Ada yang lain, Jet pribadi? Wow! Pekik Purnama terbelalak, terbayang dirinya kemana beraktifitas bersama jet pribadinya. Tapi itu nanti dulu, saat ini yang harus diupayakan adalah memulangkan Sandi ke kampung halamannya, dan menutup mulut lelaki itu tentang hubunganmya dengan dirinya. Jadi mau Mas datangkan jet pribadi atas namamu, sayangku? Hanjaya menatap Purnama dengan berbinar, yang penting bidadarinya ini sembuh dan ceria kembali, lalu mereka bahagia dalam asmara saling mengasihi dan membuatnya dalam kebahagiaan pula. Kok sampai mau berkorban segitunya untuk Aku sayang? Purnama merangkul leher Sanjaya. Sudah kukatakan nyawa pun akan kukorbankan asal sayangku ini bahagia.Jadi apa yang kumiliki itu tak Ada artinya jika sayangku ini tak bahagia, Terima kasih ya, Mas, cintamu ini begitu dahsyat. Tapi aku bukan minta jet pribadi padamu saat ini, sayang, Lalu? Ada penggemar dari kampung yang agak miring dikit otaknya, dia ke Jakarta ingin bertemu denganku, tapi khawatir terjadi hal tak diinginkan pihak menegemen yang ngontrak aku mengusahakan dia pulang, eh dia ngeyel nggak mempergunakan penerbangannya yang gratis, justru nyosor ingin bertemu aku datang di apartemen ini, terdiam Purnama menunggu reaksi Hanjaya. Benar saja raut muka lelaki itu kini sangat cemas, bahkan terkesan geram. Wah bisa begitu, lalu dimana dia sekarang?! Suara kesal Hanjaya tak bisa ditutupi, karena kecintaannya mau diganggu lelaki lain.Tak bisa dibiarkan.Harus ada solusi secepat mungkin supaya kecintaannya jangan sampai terganggu. Dirawat di rumah sakit, Bisa? Lelaki itu yang ditabrak istri Mas, Haah!!! Hanjaya bagai disengat jutaan watt arus listrik. Bab 29 Membela Harga Diri Gayatri sudah tahu jika Hanjaya sudh berpaling secara terang terangan. Dirinya pun mau tak mau harus bisa menerima kenyataan yang ada.  Sudah berusaha mengalah. Sudah berupaya untuk mengerti. Memaafkan dan membujuk suami untuk kembali merajut bahagia bersama. Tapi tampaknya itu sia sia belaka.  Hati Hanjaya sudah terikat pesona Purnama. Hati tak bisa dipaksa. Gayatri tahu itu. Perlakuan Hanjaya meninggalkannya di hotel dan secara terang terangan memenuhi panggilan Purnama, sangatlah menyakitkan dirinya. Hatinya terluka. Tapi ia tak boleh cengeng di hadapan lelaki yang telah mencampakkannya. Dirinya dibutuhkan Gadis dan Jskat yang begitu berharga. Sebagai istri wajib mempertahankan rumah tangganya. Mengutamakan kebahagiaan anak anak. Mengembalikan Papa mereka. Tapi jika memang tak bisa apalah dadanya? Hanjaya datang disaat Gayatri baru saja menemani anak anak belajar. Papa, sapa Gadis langsung mendekat. Salim pada ayahnya, dan Hanjaya menghadiahkan ciuman penuh Rasa sayang Di kedua pipinya. Hem anak cantik Papa ... Hanjaya mengelus rambut putrinya. Papa udahan dong, giliran Jaka sekarang ... Jaka langsung melompat ke pangkuan papanya. Hem jagoan Papa yang ganteng ... dengan penuh kehangatan Hanjaya mencium dan merangkul bungsunya. Papa kok malam malam terus, sih, pulangnya? Protes Jaka. Papa kan sibuk kerja, ujar Hanjaya. Gayatri cukup terhibur hatinya melihat Hanjaya masih sangat respon pada kedua buah hatinya. Tapi dulu nggak gitu, Pa, sekarang Papa kadang nggak pulang ... Gadis bersungut. Hanjaya memeluk Gadis,Kan sekarang pekerjaan Papa meningkat sayang ... Hancur hati Gayatri mendengar pengakuan Hanjaya pada Gadis. Setelah meletakkan segelas teh, segera ia menghindar ke kamar. Gadis dan Jaka bercengkerama dengan papanya. Walau bukan untuk dirinya kedatangan Hanjaya, cukuplah untuk anak anaknya.  Gayatri terhenyak setelah tersadar bahwa rumah tangganya kini tidak baik baik saja. Lalu mau dibawa kemana arah dan kelanjutan rumah tangganya, jika antara dirinya dengan Hanjaya sudah ada orang ketiga yang lebih diberatkan oleh ayah anak anaknya itu. Suara tawa Jaka sedikitnya menghibur halti Gayatri. Bungsunya itu sangat menikmati kebersamaannya dengan sang ayah. Sesekali terdengar suara Gadis yang juga tertawa kecil. Mungkin melihat tingkah adiknya, pikir Gayatri. Hingga tibalah waktunya tidur. Hanjaya menemani Jaka ke kamarnya, sedangkan Gadis sebelum masuk ke Kamar, mengetuk pintu kamar ibunya. Ma, Ya sayang, Boleh masuk? Oke, segera Gayatri berusaha untuk tidak menunjukkan resah dan gelisah di raut wajahnya. Tapi ternyata Gadis cukup jeli. Gadis kecil itu melihat kerendahan dan kegelisahan di wajah bundanya. Ma, tangan gadis menyentuh pundak ibunya. Ya sayang, Mama sakit? Gayatri menggeleng. Tapi kok kelihatannya sedih? Gadis memperhatikan raut wajah ibunya dengan lekat. Mungkin kecapean kurang tidur kali, ya?  Gayatri tersenyum,Gadis sudah mau tidur? Ya, Ma, angguk Gadis. Tidur ya sayang,  Mama nggak apa apa? Gadis tampak cemas. Mama nggak apa apa, kan Papa ada di sini, sebenarnya saat menyebut kata 'Papa' hati Gayatri sangat sedih. Oh ya ... ya ada Papa di sini, tangan Gadis menepuk dahinya. Bibirnya tersenyum lebar. Gayatri menyentuh pipi putrinya, Sudah sana tidur, ya, Ya Mama, dengan penuh sayang Gadis mencium kedua pipi Gayatri. Setelah itu keluar dari kamar Gayatri. Tak lama berselang pintu didorong dari luar. Muncul sosok Hanjaya. Gayatri hanya memandang dengan bisu pada suaminya. Hatinya telah membuat tubuhnya membeku. Rasa sakit yang teramat sangat membuatnya enggan menyambut kedatangan lelaki yang berstatus suami sahnya, tapi sudah terang terangan berat pada perempuan lain. Ma, Aku ingin bicara, suara Hanjaya bagai tak terjadi apa apa antara dirinya dengan Gayatri. Gayatri sendiri heran dengan sikap Hanjaya yang bersikap seolah mereka baik baik saja. Duduklah. Gayatri memandang pada sofa di depan tempat tidur, dimana kini ia duduk di tepiannya. Hanjaya duduk di sofa. Sesaat mereka saling berdiam diri. Masing masing sibuk dengan pikirannya sendiri. Ma, seru Hanjaya setelah dua menit mereka membisu dalam suasana tak mengenakkan. Ya, langsung Gayatri merubah posisi duduknya yang semula agak menyamping, menjadi lurus kearah Sanjaya. Tentang lelaki yang dirawat di rumah sakit,  Maksudnya?! Gayatri tak bingung dan mengerti ucapan Hanjaya. Lelaki yang Mama serempet tanpa sengaja itu, Oh dia, memang kenapa dengan lelaki itu?! Gayatri agak cemas, ia khawatir keluarga lelaki itu mendatangi Hanjaya meminta pertanggungan jawab lebih dari apa yang telah ia lakukan, atau bahkan melaporkannya ke polisi. Lelaki itu penggemar Purnama yang sangat fanatik. Gayatri terkejut. Pihak menegemen tempat Purnama dikontrak sudah berusaha memulangkannya dengan ticket pesawat. Justru dia nekat mau ketemu Purnama. Kuharap kamu nggak usah melanjutkan perawatannya, Maksudmu?! Gayatri belum mengerti kelanjutan Hanjaya atas keperduliannya terhadap lelaki korban serempetan mobilnya, yang katanya penggemar berat istri mudanya itu. ,Purnama khawatir dia itu membuat masalah, jadi kupikir biar aku yang mengurusnya, Mengurus bagaimana?! Gayatri menatap lekat Hanjaya yang sudah ikut campur dengan urusan Purnama dengan penggemarnya. Aku akan mengurusnya, Maksudku biar kusuruh orang untuk mengantarnya pulang ke kampung halamannya, Gayatri tak setuju, Lelaki itu dalam pemulihan, kemungkinan harus mempergunakan kursi roda setelah operasi, karena betis dan kaki kirinya mengalami keretakan, Aku sudah memikirkannya, biar kupindah saja ke rumah sakit yang tak jauh dari kampungnya. Gayatri tercekat, Jangan main main dengan kesehatan orang. Dokter sudah mempersiapkan operasinya, jangan main pindah begitu saja! Tegasnya. Gayatri menggelengkan kepala. Sebegitu perhatian suaminya pada kenyamanan Purnama, hingga begitu saja mau memindahkan perawatan Sandi ke kampung halamannya. Aku mengerti, tentu Aku akan berkoordinasi dengan pihak rumah sakit dan dokter yang menanganinya, sejak awal bicara Hanjaya sudah menunjukkan keseriusannya tentang penggemar Purnama itu. Ini maksudnya demi ketenangan perempuan penggoda itu, hingga kamu nekat untuk memindahkan orang yang sedang sakit, dan mau dioperasi?! Jelas Gayatri sangat tidak mendukung rencana Hanjaya. Bagaimana pun orang yang sakit harus diberi ketenangan. Bukan main pindah perawatan. Tolong jangan bicara Purnama perempuan penggoda. Aku yang menginginkan ya! Hanjaya tak terima rupanya. Hem jika perempuan menolak tak akan terjadi perselingkuhan itu. Jelas dia perempuan tak bermartabat! Gayatri sudah tak bisa lagi membendung kemarahannya. Jaga bicaramu! Sedikit menunggu suara Hanjaya. Untuk perempuan rendah seperti dia sudah sepantasnya memang diberi cap perempuan tak memiliki harga diri! Gayatri tak perduli, ia terus mencercah perempuan yang sangat terpaksa disebut madunya. Bicaralah yang sopan tentang dia, bagaimana pun dia juga istriku sekarang! Sungut Hanjaya berusaha untuk membuat Purnama terhormat di mata Gayatri. Terserah penilaianmu, begitu dia tetap perempuan rendahan yang tak punya martabat, dan merendahkan ya sebagai perempuan! Kau!! Hanjaya meninggikan suaranya. Suara tinggi Hanjaya rupanya dapat tertangkap telinga Gadis yang tidur. Kebetulan kamar mereka berdempetan, beda dengan kamar untuk Jaka, yang berada di seberang kamarnya, hingga tak satu dinding dengan kamar orang tuanya. Papa marah, ada apa, ya? Batin gadis itu bertanya Tanya. Hal itu rupanya membuat Gadis terduduk dan lebih kosentrasi untuk mencuri dengar. Tapi kalau di kamar nggak gitu jelas, pikirnya, harus keluar kamar. Maka perlahan Gadis turun dari tempat tidurnya, hati hati melangkah keluar kamarnya. Lalu takut takut berdiri dengan posisi menguping di depan pintu kamar tidur orang tuanya. Kenapa kamu nggak bisa menerima kenyataan itu?! Gayatri menatap Hanjaya. Hanjaya hanya mendengus dan menunjukkan raut muka tak suka. Perempuan terhormat dan berderajad akan menunjukkan kelakuan baiknya, bukan seperti perempuan berkedok seperti selingkuhanmu! Gayatri sudah tak bisa menahan lagi untuk tidak membantah ucapan Hanjaya yang begitu membela Purnama. Sekali lagi jaga bicaramu, bagaimana pun dia sudah kupilih kucintai dan Purnama begitu mencintai dan menghormatiku ... Hanjaya sepertintak punya hati, membela Purnama sekuat hati. Gayatri terbelalak menyadari bahwa suaminya sudah begitu kepincut dan menganggap perempuan itu seorang Dewi. Oh! Gadis yang masih belum boleh mendengar pertengkaran orang dewasa terkesiap.30 Suami Membela Istri MudaGadis tercekat mendengar kedua orang tuanya berdebat.  Gadis mengerti kini pantas mamanya tadi tampak bersedih. Saat terdengar suara sandal diseret mendekat ke pintu, segera ia meninggalkan depan pintu kamar orang tuanya, dengan berjinjit. Di kamar Gadis tercenung. Terngiang perdebatan papa dan mamanya. Perempuan terhormat dan berderajad akan menunjukkan kelakuan baiknya, bukan seperti perempuan berkedok seperti selingkuhanmu! Mamanya tampak sangat marah. Sekali lagi jaga bicaramu, bagaimana pun dia sudah kupilih kucintai dan Purnama begitu mencintai dan menghormatiku ... Suara papanya juga tak kalah geramnya. Sebenarnya Gadis tak terlalu paham arti dari kata kata kedua orang tuanya. Tapi kata selingkuh ia pernah dengar beberapa kali. Lalu kata kata kata papanya tentang cinta. Jadi Papa mencintai Purnama?! Gadis bergidik, Berarti Papa punya pacar?! Gsdis itu  terbelalak. Jantungnya berdebar kencang karena terkejut menyadari jika papanya telah memiliki pacar. Kan pacar itu artinya suka, jadi papa menyukai perempuan lain. Namanya Purnama? Batinnya terus bertanya tanya Kan orang sudah menikah tak boleh punya pacar? Terus menerus Gadis berpikir tentang kata kata papanya, serta kemarahan mamanya. Di kamarnya Gayatri bagai tersayat pisau dadanya. Pengakuan Hanjaya sangat menyakitkan. Lebih dari sayatan pisau. Hanjaya telah menikamnya dengan ujung tombak. Sakit tak terkirakan.  Suaminya sudah terang terangan menunjukkan perasaannya pada Purnama. Tanpa merasa risih atau khawatir ucapan pengakuan itu menyinggung dirinya. Sekali lagi jaga bicaramu, bagaimana pun dia sudah kupilih kucintai dan Purnama begitu mencintai dan menghormatiku ... Terngiang pengakuan tegas Hanjaya terhadap istri sirinya itu. Gayatri merasa sakit teramat sangat dada yang terkoyak oleh tajamnya ucapan Hanjaya.  Lelaki  itu seperti tak punya hati, membela Purnama sekuat hati ... Keluhnya dalam gelepar sakit yang tak akan sembuh walau dengan obat apa pun.  Air matanya mengalir. Tapi segera disekanya. Baiklah Hanjaya kita dirimu sudah berubah. Purnama telah mengambil hatimu dariku.! Tak ada yang lebih sakit daripada terkhianati cinta. Hanjaya telah berkhianat. Telah berpaling dari kesetiaan yang selama ini ia jaga. Purnama telah menyeret lelaki itu pada perselingkuhan dan pengakuan tanpa perasaan. Baiklah Purnama, kamu telah memiliki hati suamiku. Kamu menang telah menghinoptis suamiku dengan tipu data cintamu. Gayatri terdiam menatap wajahnya di cermin.  Aku memang sudah tak muda lagi. Aku tak semenarik Purnama. Aku tak bisa menandingimu Purnama ... Gumam Gayatri dalam hati, Tapi tunggu dulu, tak semuda itu kamu bisa menguasai suamiku! Dengus Gayatri dengan wajah penuh ketegaran. Sepanjang pulang ke apartemen Hanjaya menggerutu Di hati. Kenapa Gayatri sangat keberatan aku akan memindahkan Sandi ke rumah sakit? Tiba tiba terlintas di benaknya, jangan jangan istrinya itu punya niat tertentu pada Purnama dengan mempergunakan Sandi sebagai balas dendamnya. Hanjaya terkejut oleh pikiran yang melintas barusan. Oh tak segampang itu kamu akan merusak Nama Purnama, Gayatri. Lelaki edan itu pasti bisa kukembalikan ke kampungnya. Hanjaya   memiliki kecurigaan pada Gayatri. Istrinya akan  melakukan serangan lewat lelaki penggemar fanatik Purnama, yang kini berobat atas biaya Gayatri. Tak akan kubiarkan siapa pun akan menyakiti Purnamaku, tekat Hanjaya. Sampai di apartemen Purnama sudah tertidur.  Sayang nggak usah cemas aku pasti akan melindungimu sekuat tenaga dan kemampuanki! Tersenyum Hanjaya menatap perempuan yang telah berhasil merenggut seluruh hatinya itu.                      * Pagi hari di meja makan. Sengaja Gadis datang ke ruang makan supaya bisa berbicara dengan si Mbok. Mbok masuk membawa dua gelas susu. Segera Gadis berdiri mendekat. Sesaat celingak celinguk dulu. Tak ada siapa siapa. Mbok, Ya, Non, Mbok meletakkan segelas susu di meja tepat di hadapan Gadis yang saat ini tubuhnya agak mendekat menatap pada si Mbok. Mbok, suara Gadis agak berbisik. Ya Non, sahut mbok agak heran melihat tingkah non majikannya yang memanggilnya agak berbisik. Selingkuh itu artinya apa? Mbok terkejut saat mendengar pertanyaan Gadis. Ditatapnya majikan mudanya itu. Gadis mengangguk, Ya artinya apa?! Tampaknya Gadis tak sabar ingin segera si mbok menjawab. Nonton sinetron, ya, Non? Mbok justru balik bertanya. Gadis agak kesal karena mbok malah bertanya. Ia khawatir mamanya keburu selesai memanggang roti, kan, tak bisa nanya lagi kalau ada mama, gerutunya.  Terdengar langkah sepatu Jaka. Huh gawat kalau adiknya mendengar kata selingkuh yang ingin ditanyakan pada Mbok. Ya, angguk Gadis cepat. Selingkuh itu ...tapi non kan belum waktunya tahu kata selingkuh, mbok ragu. Ayo Mbok keburu Jaka masuk, pinta Gadis. Ya ... Ya ... Selingkuh itu tidak setia, sudah punya istri eh pacaran lagi diluar rumah, eh, kok jadi ngomongin selingkuh pagi pagi ... Mbok mengatupkan kedua bibirnya. Masuk Jaka,Hai Mbak Gadis, Hai ... Angguk Gadis yang masih memikirkan arti selingkuh yang dijelaskan Mbok. Perempuan terhormat dan berderajad akan menunjukkan kelakuan baiknya, bukan seperti perempuan berkedok seperti selingkuhanmu!  Gadis menghela napas berat teringat akan ucapan mamanya. Selingkuhannya, berarti pacar papa di belakang mama, dong. Gadis tercekat menyadari artinya. Berarti papanya memang punya pacar yang bernama Purnama. Mbak Gadis kok diem ajah, sih? Jaka menatap kakaknya. Gayatri masuk membawa roti bakar untuk kedua anaknya. Gadis menatap lekat ke wajah mamanya. Tiba tiba saja wajahnya sedih. Kasihan Mama diselingkuhi Papa ... Batin Gadis. Gadis ayo diminum susunya, sayang, ujar Gayatri menatap putrinya yang juga menatapnya dengan sedih dan sepasang mata merebak air, Ya Allah, Gadis ada apa, kamu sakit sayang? Gayatri melihat keadaan Gadis mengira anak perempuan ya sedang tak enak badan. Gadis menggeleng, Nggak, Ma, dan buru buru mengangkat gelas berisi susu bagiannya.  Karena minumnya terlalu buru buru, tentu saja membuatnya tersedak. Batuk batuk sebentar. Sayang hati hati minumnya, dong ... Gayatri menatap Gadis khawatir. Nggak apa apa, Ma, geleng Gadis berusaha menunjukkan senyum manisnya.                       * Sandi menyambut kedatangan Gayatri dengan senyum manisnya. Assalamu'alaikum, Wa'alaikum salam, balas Sandi. Sudah sarapan?  Sudah, Bu, Obat sudah diminum,? Sudah, Bu, Dokter akan mempersiapkan operasi Hari ini, sudah siap? Insyaalah siap, Bu,  Muda mudahan berjalan lancar, dan setelah sembuh tak kurang satu apa pun, maksudku semoga hasil operasi di tungkai kaki Dik Sandi berhasil, dan bisa berjalan normal kembali. Aamiin, Bu, Maafkan aku, ' ujar Gayatri.Aku lalai mengemudi, emosi kerap membuat kita merugi, Ibu sudah minta maaf, kita sama sama lalai. Kalau saya nggak terlalu terobsesi dengan Purnama mungkin saya nggak keserempet, bisa menghindar ... Ada kabut di mata Sandi. Cintanya pada Purnama membuatnya harus bungkam siapa dirinya sebenarnya. rasa rindunya yang mendera datang ke apartemen istrinya itu. Gayatri mengawasi raut muka Sandi. Terlalu ngefans, ya? Sandi tersenyum, menyimpan rahasia di kalbunya. Sudah pernah bertemu Purnama sebelumnya? Sandi menatap Gayatri, lalu menyimpan senyumnya. Ingin ketemu idola justru dapat musibah, ujar Gayatri. Sandi tersenyum lagi. Ada sedih dalam kalbunya. Masih ada keinginan untuk bertemu idola? Gayatri menatap lekat Sandi. Jujur ya, tapi tak mungkin ... Gumam Sandi. Protokol yang ketat dari menejemen si model? Bisa juga karena begitu, angguk Sandi, tapi sesungguhnya saya sangat menjaga komitmen kami, batinnya. Oh ya apa tak mau mendatangkan keluarga saat operasi? Gayatri menawari, Kalau mau aku bisa memfasilitasi semua keperluan mereka selama di Jakarta, Sandi menoleh pada Gayatri. Lalu menggeleng. Yaudah kalau begitu, ujar Gayatri, Oh ya kalau masih minat bertemu Purnama aku bisa membantu, lanjutannya merasa telah menciderai lelaki itu, sebisa mungkin ia ingin membawa Sandi bertemu Purnama. Oh tidak usah! Sandi menolak, suaranya bagai tersentak. Harusnya Purnama menengok dik Sandi, karena ingin bertemu dia jadi begini ... Oh tidak usah, Bu! Sandi menolak. Gayatri merasa ada rasa takut dan cemas pada Sandi. Takut pada menegernya, ya? Sandi hanya terdiam. Diam diam Gayatri ingin membuat Sandi bahagia. Bagaimana pun caranya ia ingin mempertemukan Sandi dengan Purnama. 31 Upaya Memindahkan SandiDemi Nama baik Purnama. Demi komitmen untuk menghormati kontrak kerja istrinya yang tak boleh bersuami, maka Sandi harus menahan rindu pada perempuan terkasihnya itu.  Sebenarnya kesempatan jika Gayatri mau menolongnya bertemu istrinya walau hanya sebentar saja. Bisa foto bersama untuk oleh oleh pada Bintang anak mereka. Atau sebagai buah tangan pulang dari Jakarta yang akan diperlihatkan pada bapak dan ibunya, serta si Mbok mertuanya, yang tak lain Ibu kandung sang model. Tapi demi cina kasihnya pada sang pujaan, ia rela menanggung beban rindu. Menolak fasilitas yang ditawarkan Gayatri. Purnama tak boleh disomasi perusahaan tempatnya meniti karir.  Purnama tak boleh menanggung beban miliyaran rupiah jika komitmen mereka ia langgar. Semua demi cintanya pada Purnama. Semua demi nama baik sang istri. Demi kelancaran karir ibu dari putrinya. Sandi tak mau menciderai janji yang telah dibuatnya bersama Purnama. Bagaimana pun jika nanti genap satu tahun semua akan berakhir rahasia tentang dirinya. Kalau aku sudah lepas kontrak, pasti kita akan bersama. Bahagiaku bersamamu, Mas, tatap mesra Purnama saat mau berangkat dulu  telah meluluhkan kekhawatirannya. Mas percaya padamu, Dik, jaga cinta kita, jaga hatimu dari berbagai godaan, dari godaan harta terutama, pesan Sandi waktu itu. Harta yang paling berharga adalah dirimu, Mas, bisik Purnama sambil merangkul lehernya. Bahagia tak bisa dipungkirinya saat itu. Janji Purnama adalah nadi kehidupannya.  Jika kini ia harus terbaring karena luka dari tabrakan di depan apartemen perempuan tercintanya itu, adalah sebuah perjalanan kisah kasih yang memang terkadang memerlukan pengorbanan. Apa pun pengorbanan itu pasti ia terima, karena Purnama sejatinya adalah miliknya bersama Bintang. Jika saat ini ia begitu sulit bertemu belahan hatinya, ini hanya bentuk perjalanan cinta kasih yang terkadang memang memerlukan ujian dalam mempertahankan, dan melihatnya. Purnama semoga saja semua baik baik saja, batin Sandi yang sama sekali tak memiliki prasangkah jika perempuan yang sangat ingin jadi model itu kini sudah lepas kendali. Sungguh Sandi tak sampai berpikir jika Purnama akan silau dengan harta lelaki yang seharusnya haram dinikahi, karena berstatus istri sah. Orang suruhan Hanjaya berhadapan dengan Dokter Surya yang akan memimpin operasi yang akan dilakukan pada Sandi sore hari. Kami dari pihak keluarga ingin memindahkan operasi Sandi ke kota terdekat tempat tinggal pasien, Dok, Maaf, Pak, pasien Sandi ini sudah menjadi tanggung jawab Ibu Gayatri. Sejak semula beliau yang mengurus semua perawatan dan keburuhan pasien. Lagipula Ibu Gayatri seijin pasien telah menandatangani rencana operasi yang akan dilakukan sore ini, begitu pun dengan pasien sangat setuju untuk dilakukan operasi di rumah sakit ini, ujar Dokter Surya yang didampingi pihak rumah sakit. Tapi kami ini lebih berhak dari Ibu Gayatri. Seharusnya beliau ini dipolisikan Karena telah menabrak pasien,' ujar Santoso suruhan Hanjaya bersikeras ingin mendapatkan ijin rujukan tentang operasi dan perawatan Sandi dipindah keluar Jakarta. Maaf, Pak, kini petugas rumah sakit yang buka suara,Masalah Ibu Gayatri sudah tidak ada urusan dengan pihak kepolisian karena beliau sangat bertanggung jawab,.lagipula menurut saksi petugas pos jaga di apartemen dimana pasien terserempet bukan murni kesalahan Ibu Gayatri, tapi pasien juga lalai saat berada di lintasan keluarnya kendaraan dari pos. Maksudnya?! Santoso menatap petugas rumah sakit. Pasien dan Ibu Gayatri sama sama Lalai, dan mereka sudah saling memaafkan, jadi mohon bersabar biarkan operasi tetap berlanjut di sini, demi kebaikan pasien, ujar petugas yang mewakili menejemen rumah sakit. Tapi, Pak, bukankah jika keluarga minta pasien untuk dirujuk pihak rumah sakit tinggal menyetujui?! Rupanya Santoso sudah tak sabar karena permintaannya ditolak. Maaf, Pak, prosedurnya memang begitu .. Nah tunggu apalagi?! Potong Santoso. Tapi permasalahannya pasien sudah ada yang bertanggung jawab di dini, dan pasien sendiri dalam keadaan sadar menyetujui jika operasi dilakukan di rumah sakit ini atas pembiayaan Ibu Gayatri, ujar humas rumah sakit menjelaskan. Ya betul Pak, sebaliknya keluarga saja yang datang kemari untuk mendampingi pasien, sambung dokter Surya  membujuk Santoso. Apa saya bisa bertemu dengan pasien, Dok, Silahkan, angguk dokter Surya. Apakah jika pasien bersedia dirujuk kami bisa membawanya untuk operasi di rumah sakit yang lebih dekat dengan kampung halaman saya, Pak? Santoso memandang dokter Surya dan Humas rumah sakit bergantian. Silahkan dirunding dulu, ujar humas rumah sakit memberi waktu pada Santoso. Maksudnya apa ini?! Gayatri kebetulan ada di ruang rawat saat Santoso yang membujuk Sandi untuk melakukan operasi di rumah sakit daerah saja. Demi kebaikan bersama, Bu, ujar Santoso yang tak mau bosnya kecewa jika upayanya memindahkan Sandi ke rumah sakit di daerah gagal. Siapa yang menginginkan operasi saya dipindah ke daerah saja, Pak? Sandi memperhatikan Santoso, Bapak ini urusan dari pihak.yang mengontrak Purnama?  Benar, angguk Santoso, ia ingat ucapan Hanjaya jika Sandi itu memiliki kelainan mental dan sangat membahayakan bagi Purnama jika tetap berada di Jakarta. Besar kemungkinan setelah sembuh dia berulah lagi, ujar Hanjaya tadi pada Santoso. Ada pun Hanjaya menjadi cemas akan keselamatan Purnama, karena berdasarkan pengaduan Purnama bahwa Sandi bisa membahayakan perempuan itu. Sandi menatap Gayatri minta persetujuan, Bu, Gayatri paham jika semua ini atas desakan Hanjaya. Di belakang Hanjaya ada Purnama yang katanya sangat ketakutan karena obsesi Sandi berlebihan ingin bertemu Purnama. Mama tahu tidak, lelaki yang Mama obati itu memiliki kelainan mental. Bisa membahayakan orang lain, terutama Purnama! Hanjaya sangat panik waktu mengucapkannya semalam. Gayatri harus berterus terang pada Sandi bahwa Santoso bukan urusan dari perusahaan yang mengontrak Purnama, tapi dari Hanjaya orang terdekat Purnama yang tak lain suaminya yang telah mengkhianati cintanya demi perempuan itu. Dan semua tak lepas demi keamanan perempuan itu. Maaf bisa kami berunding berdua dulu? Gayatri mempergunakan taktik untuk mengusir secara halus urusan suaminya itu. Baik, Lima belas menit, ujar Santoso. Gayatri terkejut. Santoso tak perduli. Hanjaya telah memberinya banyak uang. Ia melangkah keluar. Dik Sandi benarkah dik Sandi ini sangat membahayakan bagi Purnama?! Gayatri langsung pada poinnya. Sandi terkejut. Orang tadi bukan dari perusahaan yang mengontrak Purnama, Lalu darimana? Dia mengaku dari urusan keluarga Dik Sandi pada pihak Rumah sakit, Sandi terkejut. Maksudnya siapa dia? Ceritanya panjang, aku hanya ingin Dik Sandi sehat dan bisa berjalan lagi, itu saja, tak ada maksud apa pun dengan rencana operasi di rumah sakit ini, ujar Gayatri. Ibu tahu darimana orang tadi bukan dari urusan perusahaan yang mengontrak Purnama? Sandi kebingungan menatap Gayatri. Tadi sudah kubilang ceritanya panjang. Tolong terima ketulusan hatiku untuk mengupayakan Dik Sandi sembuh seperti sedia kala, Sandi semakin bingung, kok ada dua kubu yang me ginginkannya pergi dari Jakarta, menjauh dari tempat Purnama. Lalu orang tadi siapa, Bu? Yang jelas orang suruhan, ,Orang suruhan?! Sandi semakin bingung. Gayatri mengangguk.Seseorang yang menginginkan keamanan full bagi Purnama, Sandi menatap Gayatri. Gayatri hanya menganggukBab 32 Lelaki Yang Tak Pantas Dipertankan. Gadis terngiang ngiang ucapan mamanya, serta papanya saat berdebat semalam.  Kata Mbok selingkuh itu tidak setia ... Batin Gadis. Ya ... Ya ... Selingkuh itu tidak setia, sudah punya istri eh pacaran lagi diluar rumah, eh, kok jadi ngomongin selingkuh pagi pagi ... teringat tadi mbok menjelaskan. Berarti benar papa selingkuhi mama. Namanya Purnama, seperti siapa, ya orangnya, kok Papa gitu, sih?! Gadis kamu kok sendirian mojok di sini? Sonya teman sekelas Gadis mendekat, Ayo jangan jangan lagi ngapalin Pr maju ke depan Bahasa Indonesia, ya? Gadis menggeleng, Ah nggak cuma pengen ajah duduk di sini, Udah hapal tugas maju ke depan entaran, nih? Gadis mengangguk, Udah dong, Dis, Hem, Kok kamu tadi ngelamun, sih, kata Omku kalau kita ngelamun sendirian entar bisa mikirin yang jelek jelek, Gadis menatap Sinta, ia setuju dengan ucapan teman sebayanya itu. Tadi dalam pikirannya memang melamunkan perdebatan orang tuanya, Karena papanya selingkuh. Selingkuh kan jelek, berarti benar ngelamun itu mikir yang jelek jelek, batinnya, tapi gimana dong kan nggak bisa nggak mikir kalau papanya itu selingkuh punya istri atau pacar lagi! Tuh kan ngelamun lagi! Ujar Sinta, Emang mikir apa, sih, sampai serius amat kayak tadi? Ah nggak mikir apa apa, kok, cuma pengen diam ajah, gitu, sebisa mungkin Gadis menyimpan sendiri perdebatan mama dan papanya, serta kata selingkuh yang membuat dadanya berdebar, dan kesal pada papanya karena berselingkuh. Yuk kita ngumpul sama Roni dan Dea supaya kamu nggak ngelamun, entar kemasukan setan lho kalau banyak ngelamun, Oh ngeri ah! Melebar kedua mata Gadis saat Sinta menyebut kemasukan setan. Nah makanya jangan melamun lagi ... Sinta tertawa menarik tangan Gadis yang mau tak mau menurut. Ih kan ngeri kalau benar melamun itu bisa kemasukan setan?!                       * Hanjaya yang telah mendapat laporan jika Sandi menolak sangat marah. Sasarannya adalah Gayatri. Kita harus bicara! Langsung saja Hanjaya masuk ke kamar dengan tergesa dan raut muka kecewa. Gayatri yang baru saja kembali dari rumah sakit tampak tenang menghadapi kekesalan suaminya. Bicaralah, Apa maksudmu menghalangi pemindahan operasinya Sandi?! Aku menyerahkan semua pada pihak rumah sakit dan dokter. Tapi nyatanya Sandi menolak! Hanjaya lekat menatap ke wajah Gayatri yang tetap tenang. Itu hak dia,  Kamu tahu tidak, dia itu berbahaya, dia kurang waras, bagaimana jika melukai Purnama karena Sandi itu terlalu terobsesi dengan Purnama! Dug Jantung Gayatri terhantam lagi. Hanjaya untuk kesekian kalinya secara terang terangan sangat mencemaskan perempuan itu. Memangnya perempuan itu tahu kalau Sandi akan menyakitinya? Lagipula kita belum membuktikan jika Sandi itu nggak waras, itu kan kata perempuan murahan itu, sok ketinggian dia sampai menghalangi hak Sandi berobat dimana pun, sepanjang tak merugikan dia!! Mama,  Purnama bukan murahan, sekali lagi dia gadis bermartabat. Ia menolak kalau hanya kami berhubungan tanpa dihalalkan! Hanjaya tanpa riskan membela harga diri Purnama untuk kesekian kalinya Di hadapan Gayatri. Hem kamu sedang jatuh hati. Sedang tergoda berat hatimu dengan kepura puraannya. Dengan lugu buatannya. Dimana Han yang kukenal tahan dari godaan perempuan cantik mana pun, kini seorang Hanjaya sudah rapuh hatinya, mudah terkecoh! Geram Gayatri. Suaminya dulu sempat pula digoda wanita saat tinggal di apartemen di Luar negeri, tapi Lelaki itu masih bisa bertahan sebagai suami setia. Purnama tak menggodaku, aku yang jatuh hati. Aku yang sangat menginginkannya, aku jatuh hati. Aku tak bisa untuk bertahan dari hatiku yang tergoda .. suara Hanjaya menurun. Dari amarah jadi semacam sebuah curahan perasaan. Gayatri tercekat. Seketika tikaman tajam menghujam dadanya. Ini bukan tikaman pertama, namun yang terdalam dan yang tersakit. Sehingga membuat air mata tak bisa lagi terbendung. Bak air sungai mengaliri kedua pipinya. Segera Gayatri membalikkan badan. Menghapus air matanya. Mencoba menenangkan hati dari pukulan pengakuan suaminya yang jatuh hati pada perempuan lain. Hanjaya bagai baru tersadar dengan ucapan yang sudah ia lontarkan dengan sepenuh hati di hadapan istrinya. Ia tahu pasti Gayatri marah dan kecewa dengan pengakuannya barusan. Kini ia serba salah. Tak mungkin meralat ucapannya. Tak mungkin membohongi dirinya sendiri. Ma .. Hanjaya menyentuh pundak Gayatri yang membelakanginya pelan. Gayatri reflek berbalik sekaligus menepis sentuhan di bahunya. Kedua matanya memerah. Rupanya darah dari luka yang ditorehkan Hanjaya sudah bermuara di kedua mata lembutnya, hingga kini tampak membara menatap lelaki di depannya merasa telah melakukan kesalahan. Mas Hanjaya perasaan cinta itu memang milik semua orang. Tapi harusnya setiap orang memegang adab dan kesetiaan untuk tidak selingkuh. Okeh Mas sudah terlanjur melakukan ya, tapi hendaknya jagalah lisan supaya tak terlalu melukai jiwa orang yang telah diselingkuhi, dicurangi, atau cinta Mas pada perempuan itu terlampau dahsyat, hingga perlu dipamerkan padaku?!!  Hanjaya terkejut oleh sikap menantang dari Gayatri. Tapi ia tahu salah. Dirinya sangat menyadari terlalu menggebu gebu saat menyampaikan perasaannya barusan terhadap Purnama. Istrinya jelas tersinggung, dan Gayatri layak marah. Aku minta maaf, tapi percayalah aku akan adil, aku .. Aku tak perlu janji. Aku tak perlu bujukan apa pun darimu, Mas, karena aku memang istri jodohan dari orang tuamu. Tapi walau aku bukan istri pilihanmu, tak sepantasnya dirimu mendemontrasikan bagaimana perasaanmu pada perempuan itu!! Ma ... Gayatri keluar pintu dan menuju ke kamar Gadis, menguncinya dari dalam. Hanjaya yang menyadari terlalu menggebu dan terlalu percaya diri mengatakan perasaan dan cintanya terhadap Purnama, harus meminta maaf. Ma... Buka pintunya ... Tak Ada jawaban. Tok Tok Tok Gayatri tak sudih membuka pintu kamar. Mengetuk lagi. Lagi Dan lagi. Tapi Gayatri enggan membuka pintu. Hari ini tuntas sudah suaminya menyatakan seluruh perasaannya terhadap perempuan lain. Walau demi anak. Walau untuk keutuhan rumah tangga. Dan demi pernikahan yang harus dipertahankan. Rasanya sekarang sudah tak lagi berguna. Gayatri tahu apa yang harus dilakukan. Harga dirinya sebagai istri sudah terlindas perasaan cinta Hanjaya terhadap Purnama.  Bukannya tak sayang pada Gadis jika ia secepat ini telah memutuskan untuk menyudahi ikatan sucinya dengan lelaki yang segampang itu berpaling dan mencintai Purnama secara membabi buta. Bukan pula tak memikirkan dampak pada Jaka jika kelak ayah anaknya tak datang setiap hari untuk bocah itu. Tak Ada setiap hari di rumah mereka. Pasti hatinya pun akan terluka jika melihat Gadis, terutama Jaka bertanya tentang papanya. Melihat Jaka dalam kerinduan terhadap papanya. Ini seperti ibarat makan buah Simalakama. Dimakan mati Ibu, tak dimakan mati ayah. Jika dipaksakan tetap bersama Hanjaya, pasti anak anaknya senang, tapi dirinya selalu terluka. Namun jika mereka berpisah anak anak akan terluka kehilangan kebersamaan dengan Papa mereka di dalam rumah dengan penuh canda ria, namun hatinya ia tak setiap saat melihat lelaki yang telah menyakiti hatinya.  Intinya berpisah dengan Hanjaya, baik dirinya mau pun anak anak akan sama sama terluka. Tetap bersama dengan Hanjaya, anak anak bisa bersama papanya, sedangkan dirinya tetap terluka. Ini pilihan berat. Bukan karena egois jika ia memilih untuk berpisah. Bukan tak sayang anak anak jika membiarkan mereka jauh dari papanya.  Banyak rumah tangga bertahan walau perselingkuhan telah merapuhkan cinta kasih pasanan suami istri, dengan alasan demi keutuhan rumah tangga, dan demi anak anak. Tapi Gayatri tak setuju jika hal itu ditrapkan dalam rumah tangganya. Biarlah pasangan lain memilih demikian. Tapi dirinya punya prinsip tak mau terlalu diremehkan pasangan. Tak dipandang lagi setelah ada yang baru. Bukankah setiap orang berhak untuk memilih apa yang dianggap lebih baik? Bukankah lelaki yang sudah berkhianat, dan dengan terang terangan  menunjukkan sebegitu besarnya cinta dan perasaannya pada pasangan barunya tak perlu lagi dipertahankan? Ya Hanjaya memang tak layak dipertahankan. Tak pantas diperjuangkan untuk dimiliki seutuhnya. Bab. 33 Keputusan Untuk Mengakhiri PernikahanMbok yang kebetulan melewati ruang tengah melihat pada Hanjaya yang masih berusaha mengetuk pintu kamar Gadis. Tapi tetap tak mendapat tanggapan dari Gayatri yang berada di dalamnya. Segera mbok ke belakang. Apa tuan dan nyonya bertengkar, ya? Tiba tiba teringat pada Gadis tadi pagi yang memaksa ingin tahu arti kata selingkuh. Jangan jangan Tuan selingkuh, batin Mbok, tapi jangan sampai amit amit.  Mbok segera berlalu ke belakang dengan harapan majikannya tetap rukun rukun saja. Hanjaya pun segera keluar rumah membawa perasaan kesal karena Gayatri tak mau membukakan pintu, juga rasa bersalah telah berterus terang tentang perasaannya terhadap Purnama pada istrinya itu. Sedangkan Gayatri segera keluar dari kamar Gadis. Tekatnya sudah bulat ingin mengakhiri derita batinnya.  Ia tak mau dimadu. Apalagi secara terang terangan suaminya menyatakan jatuh cinta dan tak bisa dipisahkan dari Purnama. Sangat keterlaluan pernyataan Hanjaya itu. Untuk kedua anaknya secara perlahan nanti ia akan jelaskan bahwa ayah dan ibu mereka tak bisa bersama lagi. Namun mereka tetap harus berhubungan baik dengan papanya. Tiba tiba Gayatri teringat dengan mertua yang begitu menyayanginya. Harusnya  minta petuah dari mereka seperti dulu, tapi mereka kini telah tiada. Maka segerakah Gayatri mendatangi kuburan  kedua orang tua Hanjaya. Assalamu'alaikum, Ma, Pa, lirih suara Gayatri bersimpuh diantara kedua kuburan yang berdampingan.  Sejenak ia memanjatkan doa pada kedua mertua yang sangat mengasihinya itu. Ma Mohon maaf, Pa ampunkan saya karena tak bisa menjaga amanah Papa dan Mama untuk menjaga keutuhan mahligai rumah tangga kami, maafkan saya, air mata Gayatri berurai. Atri titip Han padamu. Bahagiakan dia, teringat pesan Ibu mertuanya beberapa hari sebelum ajal menjemput. Kamu bukan hanya menantu, tapi juga sudah kuanggap anak. Ujar  ayah mertuanya sebelum jatuh sakit dan akhirnya meninggal, sebulan setelah kematian istrinya,Almarhum ayahmu dan almarhumah Ibumu orang baik, mereka yang telah memberi peluang usaha padaku, kami bekerjasama, dan saat ayahmu jatuh sakit beliau menyerahkan sahamnya padaku dengan pesan supaya aku menjagamu maka Papa sangat percaya jika perusahaan kuhibahkan atas namamu, Pa ... Rahasiakan soal ini dari Hanjaya, biar kuurus pada pengacaraku, Dan Hanjaya memang tak pernah tahu jika saham perusahaan diberikan pada Gayatri dalam jumlah jauh lebih besar. Air mata Gayatri mengucur dress ingat semua kebaikan dan kejujuran kedua mertuanya. Maafkan saya harus bercerai dari Mas Han, Pa, Ma,  Meninggalkan kuburan kedua mertuanya hatinya plong. Tak lupa pula ia ziarah ke makan kedua orang tuanya yang menghadap Sang Maha Pencipta selagi dirinya masih mengejar ilmu. Orang tua Hanjayalah yang menggantikan posisi orang tuanya dalam hal semua urusan biaya serta kasih sayang. Rasanya plong hatinya setelah berziarah dan memberitahukan tentang rencananya untuk berpisah.                        * Sandi meminta doa pada kedua orang tuanya, serta Mbok Sarni mertuanya jelang operasi yang akan dilakukan dokter terhadap.dirinya. Kenapa sih, Nak kamu kok nddak mau ayah dan Ibumu datang mendampingi, toh? Ibu Sandi sangat ingin ke Jakarta untuk mendampingi anaknya operasi. Tapi Sandi menolak. Bu saya ini nddak mengalami sakit parah, hanya mau operasi pada tungkai kaki saja, kepala hanya mengalami luka, sudah agak baikan. Ibu wis ojo khawatir, yo, didoakan saja, Sedangkan Pak Kepala Desa ayahnya Sandi cukup maklum jika anaknya tak mau dijenguk. Ya biar saja, Bu, didoakan saja, ojo nangis, lho, kan Sandi sudah dewasa, bujuknya pada sang istri. Sandi sangat bangga pada bapaknya yang sejak dulu selalu saja mengingatkan, bahwa anak lelaki harus kuat dan tahan banting selama tinggal di rantau. Saat itu Sandi sedang berkuliah di Semarang. Beda dengan ibunya yang kerap menangis jika meneleponnya.  Tapi Sandi maklum hati wanita memang tak seperti lelaki. Ya, Pak Sandi di sini baik baik saja, hanya kecelakaan kecil, kok, Ya semoga lancar operasinya, Le, Lain lagi dengan Mbok Sarni. Perempuan itu justru menyalahkan Purnama. Coba kalau anakku itu nddak banyak maunya, nddak akan terjadi kecelakaan itu, Nak, Sudah, Mbok jangan dipermasalahkan, saya hanya minta doa saja, tak baik toh kalau saya tak berterus terang dengan keadaan saya, ujar Sandi menenangkan Mbok Sarni. Tapi selama operasi istrimu Purnama menemanimu, toh? Mbok Sarni penasaran karena tak ada Purnama di sekitarnya Sandi. Oh ya pastinya, Mbok, saat ini dik Pur sedang beli buah untuk saya, Mbok, sungguh Sandi sangat menjaga rahasia keadaan yang sebenarnya dari mertuanya. Ia tak ingin Mbok Sarni sedih jika tahu dirinya tak berhasil bertemu Purnama. Yo bilang Sama Pur, nanti harus merawatmu dengan baik, dan mengantarmu pulang, Nak, anaknya kangen gitu ... Ya, Mbok, terharu Sandi pada perhatian  Mbok Sarni terhadap dirinya,Mana Bintang ... Bocah cantik  itu tertawa saat melihat gambar Sandi dinlauar ponsel. Bapak .. seru Bintang dengan telunjuk pada muka Sandi. Doakan Bapak Bintang cantik ... Sehat ya Nak ... semoga segera bertemu Ibumu, yo ... Ibu ...Ibu ana ... Maksudnya Ibu mana. Nanti Ibu pasti datang. Ibu sayang Bintang ...cup cup ...' Bintang menangis Pak ... Bapak ... Sayang jangan nangis, ya ... Bujuk Sandi. Seketika Bintang menghentikan tangisnya, dan berganti dengan tawa lalu melambai mengikuti apa yang dilakukan ayahnya. Da sayang ... Hubungan telepon terputus.  Kenapa mereka nggak boleh menengok ke sini, Dik? Gayatri yang sengaja keluar ruangan saat ponsel Sandi berdering, masuk dan rupanya sempat menangkap percakapan Sandi dan ibunya tadi. Ibu itu orangnya cengeng, Bu, dulu juga sering nangis waktu saya kuliah jauh dari rumah, Ya begitulah seorang Ibu, ujar Gayatri tersenyum. Kalau bapak cukup tegas orangnya, mungkin karena beliau menjadi pemimpin di desa, Dik Sandi kuliah jurusan apa? Pendidikan, Bu, Wah Dik Sandi ini Sarjana Pendidikan, ya,' Alhamdulillah, ya, Bu, saya mengajar di sebuah sekolah lanjutan atas di desa saya, Bu, Pak guru, ya, Ya, Bu, Sudah punya istri, Sudah, Bu, anak satu perempuan, berbinar mata Sandi. Lengkap ya, Alhamdulillah, Bu, tersenyum Sandi membayangkan Purnama menggendong Bintang dan dirinya berjalan mendampingi anak dan istrinya. Bukankah kalau didampingi istri lebih semangat, Dik, kenapa istri nggak diminta ke sini?  Istri sedang sibuk, Bu, ada nada kecewa pada suara Sandi. Oh kerja, Ya,  Oh ya sudah semoga operasinya berjalan lancar dan cepat pulih nanti, Dik, Terima kasih, Bu,                      * Hanjaya membujuk Purnama bahwa perempuan itu tak akan pernah didatangi Sandi lagi. Aku akan mengirim bodyguard begitu Sandi selesai operasi, tenang sajalah tak akan pernah dia menyentuhmu, sayang, janji Hanjaya pada Purnama. Ya, Mas, tapi sesungguhnya Purnama menyimpan cemas dan rasa takutnya jika sampai Sandi bersikeras untuk menemuinya.  Lalu bagaimana jika Gayatri membocorkan pada Sandi jika Hanjaya telah menikahinya? Wah gawat. Makanya Sandi harus segera dipisahkan dari madunya itu. Ada apa sayang kok dari tadi gelisah terus? Hanjaya merangkul Purnama. Biasanya perempuan itu akan segera merespon dengan pelukan yang dua kali dahsyatnya, tapi kali ini tak ada gerakan apa pun dari kecintaannya itu. Ibu Gayatri kan nggak suka aku, Mas, aku khawatir dia mempengaruhi Sandi ... Hanjaya terkejut. Aku harus melakukan sesuatu. Aku harus tegas pada Gayatri. Seru hati Hanjaya yang terpengaruh oleh ucapan cemas Purnama. Bab 34 Upaya Menjauhkan Gayatri Dari Sandi Hanjaya mencegat Gayatri di tempat parkir rumah sakit. Saat itu istrinya akan meninggalkan rumah sakit. Ada apa? Gayatri melihat Hanjaya sedang tidak baik baik saja. Aku hanya mengingatkanmu untuk tidak mencampur aduk antara cemburumu pada Purnama, dengan kegilaan Sandi pada istriku! Istriku?! Semakin mendidih jiwa Gayatri mendengar suaminya menyebut Purnama 'istriku' dengan yakin dan tegas. Ya, istriku, angguk Hanjaya. Purnama juga istri sahku, kau juga istri sahku, Aku dengan perempuan itu beda!  Apanya yang beda?' Hanjaya meradang,Sama sama sah di hadapan Allah. Bedanya Purnama belum diakui negara, tapi tetap sah, Gayatri geleng kepala melihat sikap Hanjaya yang frontal. Sebelum bertemu Purnama lelaki itu tak pernah bersikap demikian. Hanjaya dirimu sudah berubah, perempuan itu memberi dampak buruk pada perangaimu, aku akan jemput anak anak, tak ada waktu untuk membicarakan perempuan itu denganku! Gayatri langsung masuk ke mobilnya, dan menghidupkan mesin mobil lalu meninggalkan Hanjaya yang hanya bisa melongo. Gayatri kamu sekarang jadi pembangkang! Geram Hanjaya. Hanjaya perlu untuk bertemu Sandi. Lelaki itu harus diberi pengertian secara lelaki. Hai, sapa Hanjaya pada Sandi yang sedang termenung. Ya maaf Bapak ini siapa? Tersenyum ramah Sandi. Aku orang yang bertanggung jawab dengan keselamatan Purnama, ujar Hanjaya tanpa basa basi. Purnama model itu? Sandi belum curiga. Betul, aku dengar Anda sangat terobsesi dengan Purnama, hingga nekat mau bertemu walau sudah dilarang dan keserempet Begini, Sandi menangkap ada nada tak suka serta kekhawatiran teramat sangat pada raut muka Hanjaya. Apa Bapak pemilik rumah mode atau perusahaan yang mengontrak Purnama? Kamu tak perlu tahu, yang jelas tak seorang pun berani mendatangi Purnama, ingin sekali Hanjaya mengakui bahwa Purnama istrinya. Sayang dalam kontrak kerja Purnama diharuskan berstatus gadis. Nama Bapak? Hanjaya, Hanjaya, desis Sandi. Bukan, bukan Hanjaya nama pemilik rumah mode atau perusahaan yang mengontrak istrinya. Hem, siapa lelaki ini, ya, kok kelihatannya sangat berkuasa atas Purnama. Ah kalau saja dalam kontrak tak tak ada larangan bersuami bagi Purnama, sudah kukatakan kalau aku sangat berhak atas Purnama, gumam hatinya, tapi ia harus merahasiakan hubungannya dengan Purnama. Baiklah ingat itu. Jangan coba coba mengganggu Purnama! Hanjaya keluar ruangan. Saat Gayatri datang Sandi melaporkan tentang kedatangan Hanjaya dengan larangannya itu. Gayatri terkejut. Pak Han tampaknya sangat tak menyukai saya, Keterlaluan kamu, Han! Dumel hati Gayatri. Ya sudah tenang sajalah, nanti setelah operasi dan keluar dari rumah sakit untuk rawat jalan  biar kucarikan tempat di luar kota, Terima kasih, Bu, angguk Sandi, dan sebagai guru yang berhadapan dengan berbagai type karakter muridnya, ia tahu jika perempuan yang menyerempetnya itu adalah orang tulus. Bukan rekayasa kebaikannya. Gayatri tercenung. Masih dibuat terkejut oleh kelakuan suaminya yang benar benar berubah kini. Ibu kenal dengan Pak Hanjaya? Gayatri pura pura tak mendengar. Ia pura pura sibuk mencari nomer di ponselnya. Atau Ibu mungkin tahu siapa Pak Hanjaya itu? Semua lelaki normal pasti menyukai Purnama, ujar Gayatri lirih. Pak Hanjaya?! Sandi merasa khawatir mendengar ucapan Gayatri. Adakah hubungannya dengan lelaki bernama Hanjaya itu?! Sebentar lagi Dik Sandi akan dibawa ke ruang operasi, ujar Gayatri memutus pertanyaan dari Sandi tentang Hanjaya suaminya. Bagaimana terkejutnya Sandi jika ia mengaku bahwa Hanjaya itu suaminya, yang tergila gila pada Purnama. Tapi Gayatri harus menjaga perasaan dan persiapan mental Sandi jelang operasi.                         * Operasi berjalan lancar. Gayatri yang menunggu dengan sabar di luar ruang operasi sangat bahagia mendengar hasilnya dari dokter Surya.  Kini dari bawah lutut hingga tungkai kaki Sandi sudah digips Setelah gipsnya   dibuka,  pasien akan bisa berjalan seperti biasa, tapi harus sabar karena pada orang dewasa gips baru bisa dibuka sekitar dua atau tiga bulanan, bahkan bisa tapi untuk beraktivitas bisa, setelah tulang yang retak dinyatakan tersambung. Ya disesuaikan dengan kondisi yang ada, Ya, Dok, terima kasih, angguk Gayatri. Sandi sudah berada di ruang rawatnya. Terima kasih, ya, Bu,  Sama sama, Dik, Sandi, Jika saya sudah bisa berjalan lagi, mungkin saya akan segera pulang, saya kan punya tanggung jawab mengajar, Bu,  Ya semoga segera ya Dik Sandi pulih kakinya, jadi nanti pakai kruk jika berkegiatan, tapi jangan terlalu memaksakan diri, ya konsultasi dengan dokter untuk lebih meyakinkan, Ya, Bu, angguk Sandi yang sudah tak sabar ingin kembali menemui murid muridnya, dan melepas rindu dengan Bintang. Aku sudah bicarakan dengan Dokter kemungknan perawatan Dik Sandi dilanjutkan di kampung halaman nanti, Bisa, Bu? Sandi sangat antusias. Ya,  Alhamdulillah, sangat besyukur Sandi, dengan demikian ia bisa mengajar kembali dengan kondisinya. Ya setelah keadaan pulih, angguk Gayatri, Selanjutnya Dik Sandi mengajukan rumah sakit rujukan untuk mengontrol posisi gipsnya, sampai betul betul sudah bisa dilepaskan. Ya, Bu, tak sabar ingin segera retak tulang tungkai kakinya merapat kembali supaya bisa segera pulang ke kampung halamannya, tentu saja meneruskan  pengobatan di rumah sakit yang tak lerlalu jauh dengan kampung halamannya. Untuk biaya melepas gift tetap Ibu akan tanggung jawab, ujar Gayatri, makanya jika Dik Sandi berobat di rumah sakit di luar Jakarta, jangan lupa hubunginIbu, ya, Sandi menata Gayatri dengan penuh haru.Baik, Ibu Gayatri, Karena seringnya Sandi video call dengan Bintang, membuat Gayatri ingin juga menggoda bocah lucu itu. ,Sayang ada Bude yang mau kenalan sama Bintang, Bintang hanya tertawa. Lalu Sandi memberikan ponselnya pada Gayatri. Halo Bintang sayangku, cantikku, sehat, ya, Nak? Tersenyum lebar Gayatri. Seperti mengerti pada orang yang tulus merawat ayahnya, gadis kecil itu tertawa. Hi iiih ... Sayang Bintang ... Panggil Gayatri. Bintang ayo dipanggil Bude ... Sandi menimpali. Ba ... pak ... Celoteh Bintang. Panggil Bude, Nak ... Bu ... Bintang mengikuti  ucapan Sandi. De ... Ucap Bintang. Bu ...de ... Sandi mengulang. Nde ... celoteh Bintang tertawa.  Gayatri tertawa melihat gaya Bintang mencoba mengikuti ucapan Sandi. Ya Nde ... Bintang anak pintar ... Anak cantik .. kangen Bapak, ya, nanti kalau udah sembuh Bapak pulang, ya ... Gayatri jatuh cinta pada Bintang yang menunjukkan wajah ceria itu. Ya ... Ya ... Celoteh Bintang lagi. Bintang sehat ya, nih sama Bapak lagi, ya .. lalu Gayatri memberikan ponsel pada Sandi dan membiarkan anak dan ayah itu bercanda  melepas rindu.                           * Purnama mendengar Sandi sudah operasi sebenarnya senang hatinya. Bagaimana pun dulu ia mencintai lelaki itu. Ayah dari anaknya. Namun juga merasa cemas.Bagaimana jika Gayatri tahu jika Sandi itu adalah suaminya? Pasti perempuan itu tak akan tinggal diam. Akan melapor pada Hanjaya. Bahkan mungkin juga akan menyebarkan mada media, hingga semua orang akan mencap dirinya poliandri. Gawat! Apa yang harus kulakukan?! Mereka harus segera dipisahkan sebelum berhasil membongkar hubunganku dengan Mas Sandi! Purnama bertekat untuk menjauhkan Sandi dengan Gayatri. Bagaimana caranya?! Berkutet Purnama mencari jalan, demi mencegah Gayatri tahu siapa Sandi sebenarnya. Ada apa sayang? Hanjaya mendekat. Aku lagi mikir, Mas, Mikir apa sayang? Hanjaya merangkul Purnama penuh sayang, Istriku sudah sehat, ya, Tapi tetap cemas dan ketakutan, Mas, dengan raut muka dibuat secemas mungkin menatap Hanjaya. Ada Mas di sini, takut apa, sayang? Hanjaya berusaha untuk menenangkan Purnama. Sandi, Kenapa dengan Sandi?! Terkejut Hanjaya. Sandi sudah dioperasi, nggak lama lagi bisa jalan, aku takut dia diam diam mendatangiku, Mas, wajah Purnama menyelusup ke dada Hanjaya, membuat lelaki itu sangat merasa betapa ia dibutuhkan oleh perempuan yang berhasil meluluh lantakan seluruh perasaannya.Bab.35  Kecurigaan Sandi Pada PurnamaMas si Sandi itu kan ada gangguan mental, masa Mas nggak khawatir sih dia dekat dekat dengan Ibu Gayatri?! Hanjaya terkejut mendengar ucapan Purnama. Pelukannya pada perempuan itu seketika terlepas. Begitu pun dengan Purnama. Ia merasa umpannya mengena. Segera mengangkat wajahnya dari dada bidang lelaki yang tergila gila pada dirinya itu. Hanjaya tampak cemas. Itu bisa terlihat dari matanya. Dan melihat kekhawatiran pada Hanjaya, tahulah Purnama bahwa sesungguhnya suami sirinya itu masih belum sepenuhnya tak perduli pada Gayatri, atau lelaki itu masih mencintai istrinya. Aku khawatir Sandi mengganggu Ibu Gayatri. Kan beliau tak menyadari kalau lelaki yang ditolongnya itu berbahaya, Hanjaya menatap lekat mata Purnama. Ibu Gayatri kan cantik, Mas, apa Mas nggak khawatir kalau dia diganggu Sandi, bagaimana pun Ibu Gayatri masih istrimu, Mas, ibu dari anak anakmu, jadi aku nggak mau sampai terjadi hal hal yang tak diinginkan pada istri Mas, rupanya ucapan Purnama yang penuh perhatian pada Gayatri termakan juga oleh Hanjaya. Sayang kamu itu baik banget, sih, padahal ibunya anak anak sudah bertindak kasar padamu, tapi kamu masih saja memikirkan keselamatannya, Purnama tersenyum, Aku mencintaimu dengan tulus, jadi siapa yang Mas cintai, aku juga turut menyukai ya. Lagi pula aku telah menyakiti hati istrimu. Dan aku ingin sekali berbuat baik pada beliau, tak ingin beliau diganggu Sandi,  Hanjaya tercenung. Ucapan Purnama yang terdengar  tulus itu sangat menggugah hatinya. Purnama yang merupakan madu Dari Gayatri saja sangat memikirkan keselamatan Ibu anak anaknya, masa dirinya yang masih berstatus suami tak ambil tindakan untuk menjauhkan Gayatri dari Sandi? Bagaimana, Mas? Purnama mengusik pikiran Hanjaya yang sedang bimbang. Terima kasih, sayang sudah mengingatkan aku. Tak salah aku jatuh cinta padamu,ya, dikecupnya dahi Purnama, Sungguh beruntung aku memilikimu sayang,  Aku hanya ingin menunjukkan betapa aku sangat ingin melindungi orang orang yang Mas sayangi, tersenyum Purnama. Senyum itu teramat manis dan mempesona Hanjaya, hingga ia tak tahan untuk memeluknya lebih ketat  lagi. Ih nggak bisa napas aku, Mas, pekik Purnama lirih. Tapi Hanjaya bukannya melepaskan pelukannya, justru semakin mempereratnya.  Ah, sebenarnya itulah tujuan Purnama menggoda hasrat Hanjaya, supaya lelaki itu semakin tergila gila pada dirinya.                      * Mengingat kekhawatiran Purnama, Hanjaya melarang Gayatri untuk dekat dengan Sandi. Namun Gayatri justru menganggap ayah anak anaknya itu mengada ada.  Kan dia sudah operasi, semua biaya kamu tanggung, Ma, apalagi?  Tapi dia belum sepenuhnya pulih, aku harus tanggung jawab sampai dia pulih dan mau melanjutkan rawat jalan di kampungnya, sebisa mungkin Gayatri menunjukkan sisi kemanusiaannya. Purnama saja memikirkan keselamatan dirimu, Ada apa dengan perempuan penggoda suami orang itu! Kebetulan Gadis melintas di depan kamar orang tuanya. Ia terkejut saat mendengar suara ribut ribut di kamar mamanya. Seperti dua malam lalu ia menguping. Sekarang juga menguping. Purnama itu menyadari posisinya, dia menghormatimu sebagai istri tuaku, dan dia walau istri muda tapi tak ingin Mama diapa apin oleh Sandi, lelaki itu sakit kelainan mental! Mama istri tua dan Purnama istri muda, istri muda siapa? Istri Muda Papa?! Gadis terbelalak oleh tebakannya sendiri. Jadi Papa punya istri lagi selain Mama, dan tadi Mama nyebut Purnama penggoda suami orang, berarti Papa yang digoda. Tiba tiba Gadis cemberut, Huh siapa sih yang namanya Purnama itu?! Stop! Gayatri mengangkat Ibu jarinya di depan Hanjaya. Hanjaya terkejut. Ia terdiam melihat ulah istrinya yang baru kali ini menampakkan sikap yang tak boleh dibantah. Sandi itu seorang guru.  Sarjana Pendidikan. Punya anak satu. Ia sangat ingin cepat sembuh supaya bisa mengajar lagi, dan pulang bertemu anaknya. Hanjaya mengernyitkan alisnya. Jadi darimananya yang disebut kelainan mental?! Gayatri melihat sendiri bagaimana Sandi video call dengan murit muritnya untuk menyampaikan alasannya masih di Jakarta. Mungkin benar dia guru, tapi bisa saja memang  ada kelainan, buktinya Purnama dikejarnya, dia bahaya, nggak dapat Purnama sekarang Mama yang tiap hari bersamanya, Tuan Hanjaya yang terhormat, perempuan murahanmu itu berlebihan. Sandi mengaku  memang ngefans berat pada model idolamu yang bernama Purnama, wajar jika dia ingin jumpa idolanya, jangan terlalu merasa sok artis pelakormu itu! Gadis mendengar dengan jelas ucapan mamanya. Purnama adalah model, dan satu lagi dia itu pelakor. Segera Gadis meninggalkan kamar orang tuanya. Ia mau browsing model nama Purnama. Tak lupa kata pelakor yang diucapkan mamanya terhadap Purnama. Wow keren juga nih model yang bernama Purnama. Segera beberapa foto Purnama discreen shot.  Lalu tak lupa kata 'pelakor' yang dikatakan mamanya. Waduh ...!! Terbelalak Gadis saat melihat arti kata pelakor adalah perebut laki orang. Gadis tercenung. Ia menggabungkan kata kata mamanya dengan penemuannya di Google. Artinya Purnama perebut laki orang. Huh mengerikan! Karena sibuk dengan browsing foto Purnama dari berbabagai Gaya, ia tak sadar jika Gayatri mengetuk pintu dan membuka pintu, lalu melangkah mendekat. Gayatri tercengang saat melihat Gadis mengoleksi foto Purnama. Untuk apa ngumpuli foto Purnama nih anak? Gayatri bertanya tanya dalam hatinya. Oh Mama tahu tahu di kamar Gadis, kok?! Ya dari tadi Mama ngetuk pintu Gadis nggak dengar, memangnya lagi ngapain? Gadis sempat gugup saat mamanya melihat beberapa foto Purnama di layar ponselnya. Ini model yang bernama Purnama, Ma, cantik apa gimana?  Cantik, angguk Gayatri harus memberikan jawaban jujur pada putrinya, terlepas ia tak mau membahas dan melihat sosok yang telah merampas perhatian suaminya Itu. Mama suka nggak sama Purnama, gitu, lho ... Sudah Mama sedang tak nggak mood lihat model itu, seru Gayatri. Mama nggak suka sama model Purnama, ya, Gadis juga, Gayatri menatap Gadis yang cemberut menatap deretan foto Purnama. Gayatri menautkan kedua alisnya.Ada apa dengan gadis kecilnya ini, ngumpuli foto Purnama, lalu bilang tak suka. Apakah anaknya ini mendengar perdebatannya dengan sang suami?                    * Bagaimana masih penasaran mau bertemu model Purnama? Gayatri menggoda Sandi. Nggaklah, Bu, saya ingin cepat pulih lalu pulang, geleng Sandi. Oh begitu, Ya, Bu, Ya sudah semoga cepat sembuh supaya segera mengajar kembali, Terima kasih, Bu, tersenyum Sandi. Diam diam Sandi kecewa karena Purnama tak mengindahkan pesan singkatnya tentang keadaan dirinya. Istrinya itu hanya membalas jika tak bisa menengok karena sedang show di luar negeri. (Semoga cepat sembuh, Mas,)  Hanya itu pesan yang dikirim Purnama. Barusan ia mengintip IG istrinya. Ternyata Purnama sedang berada di salah satu mall untuk meramaikan pembukaan sebuah gerai baru. (Sudah pulang dari luar negeri, ya) Pesan singkat yang ditulis Sandi terkirim. (Ya tapi lagi padat, menejemen meminta aku tak keluar rumah setelah peresmian Cafe di mal itu. Maaf, Mas belum bisa besuk) (Oke) Sandi merasa Ada yang berubah. Ia harus menyelelidiki apakah Purnama memang tak lagi seperti Purnama yang dulu. Hanjaya. Tiba tiba Sandi teringat pada lelaki gagah yang sudah tak bisa dikatakan muda lagi itu. Ia tahu dari penampilannya jelas terlihat sebagai lelaki sukses. Teringat ancaman lelaki itu. Baiklah ingat itu. Jangan coba coba mengganggu Purnama! Bab 36.  Pura Pura Ngefans  Gadis terus menerus dibayangi oleh perdebatan kedua orang tuanya. Umpatan mamanya tentang perselingkuhan dan pelakor. Purnama, gumam gadis jelang remaja itu. Jadi Purnama yang model terkenal itu adalah pelakor? Papa selingkuh dengan Purnama. Ih, kan Papa sudah sudah punya istri. Kok mau, sih model terkenal itu dengan Papa? Lagipula Papa kok jadi jahat, sih? Gadis terus memikirkan tenang Purnama yang berselingkuh dengan papanya, tentu saja sesuai dengan jalan pemikiran anak seusianya. Rasa benci pada Purnama mulai menguasai dadanya. Kecewa dan marah pada papanya tak bisa ia enyahkan. Kasihan Mama, batinnya. Gadis terdiam. Walau masih kecil, namun pikirannya sudah mulai merancang apa yang akan dilakukan sehubungan dengan penyelewengan papanya. Aku harus membela Mama, tercenung Gadis, tapi apa yang harus kulakukan? Gadis ragu untuk bertanya dan memohon pada papanya supaya tidak selingkuh dengan model Purnama. Mama saja nggak dianggap, apalagi aku? Terus bagaimana dong, kan nggak asyik kalau Papa sama Mama ribut terus. Huh gara gara pelakor itu! Gadis sudah menemukan jalan untuk Membela mamanya. Maka saat papanya datang segera Gadis merengek pada papanya. Pa, lengan Gadis bergayut di lengan papanya. Ya sayang, sambut Hanjaya langsung mencium ubun ubun putrinya. Pa tahu nggak sama model top yang bernama Purnama? Hah apa?! Hanjaya spontan membelalakkan mata. Ih Papa kok kaget, sih? Gadis menggoda papanya. Oh nggak gitu ... Cuma aneh ajah anak Papa kok tanya model segala? Hanjaya berusaha serilek mungkin. Papa pasti deh nggak tahu, kan? Gadis mengawasi raut muka papanya. Oh iyya ... ya ... memang Papa nggak tahu sama siapa tadi? Pura pura Hanjaya. Gadis tertawa kecil, ih Papa bisa ajah deh, padahal kata Mama kan Purnama selingkuh dan pelakor, Desis gadis dalam hati. Nah apa Gadis bilang, nggak mungkin Papa kenal sama Purnama, ketinggalan deh, Pa ... Gadis meledek papanya. Ya ya namanya juga Papa kan hanya sibuk dengan kerjaan, sayang, semakin lanjut bohongnya Sanjaya, sungguh ia tak mengerti jika gadis kecilnya juga hanya pura pura saja, alias mengetes dan ada niat tertentu dengan Purnama. Pa please tolong deh, Pa, Gadis pengen kenalan sama Purnama, kan Gadis ngefans sama dia, lagipula Gadis pengen deh nanti bisa seperti Purnama penampilannya, rapih, dan punya baju bagus bagus ... Gadis menunjukkan rasa kagumnya pada Purnama. Hanjaya rupanya termakan oleh sikap pura pura Gadis. Serius ngefans? Hanjaya menatap anaknya. Gadis langsung mengangguk. Pa tolong carikan alamatnya, dong, Pa? Alamat? Hanjaya menatap lekat Gadis. Gadis mengangguk, Ya, Pa, carikan alamatnya Purnama kan Gadis pengin kenalan, Hanjaya menatap ragu pada  Gadis. Dan ia percaya jika anak gadisnya memang sangat ngefans pada Purnama. Please, Pa, rengek Gadis. Aduh nih anak ada ada ajah, tapi nggak apa biar ada pendekatan dengan Purnama, batin Hanjaya. Pa gimana? Hanjaya mengangguk, Ya nanti Papa suruh orang cari tahu dimana alamat siapa tadi? Purnama, ih Papa suka lupa, sih? Gadis setengah ngambek. Hanjaya tertawa memeluk putrinya, Sayang syukurlah kamu ngefans dan suka dengan Purnama, kalian memang harus saling kenal, hatinya bergumam. Ya pasti Papa akan suruh orang melacak dimana alamat model itu, Benar, ya, Pa? Wajah Gadis tengadah menatap papanya. Untuk gadis kecil Papa apa, sih, yang nggak, ya harus, dong, harus dapat alamatnya, Terima kasih, ya, Pa, Asal gadisnya Papa bahagia, angguk Hanjaya. Nggak pakek L, Apa itu? Nggak pakek lama, nyengir Gadis. Hanjaya tertawa, Waduh anak sekarang banyak singkatannya, geleng geleng kepala Hanjaya.                        * Saat Gayatri menuju ke ruang rawat Sandi,.lelaki itu sedang duduk di kursi roda mengadakan hubungan telepon dengan Purnama. Saat itu ia mengutarakan Rasa penasaran ya tentang Hanjaya pada Purnama. Ah Mas Sandi jangan suka curiga, deh, kan Pak Hanjaya itu adalah pemilik saham terbesar di perusahaan yang mengontrak aku, bohong Purnama. Mas percaya tapi kenapa Pak Hanjaya kok sebegitunya ngancam aku, dek, Mungkin dia cuma ingin melindungi modelnya darinya gangguan fans maniaknya, santai suara Purnama walau tak urung perasaannya dag dig dug, khawatir suami sahnya itu mengetahui hubunganmya dengan Hanjaya. Wajar aku cemburu dan khawatir padamu, Dik, coba bayangan aku jauh jauh ingin lepas rindu denganmu, malah kecelakaan yang kudapat, tapi to wis ora opo opo, toh cinta dan rindu memang memerlukan pengorbanan ... Gayatri yang sudah di depan pintu ruang rawat Sandi, mengurungkan niatnya untuk mendorong pintu demi mendengar suara Sandi. Yang jelas aku setelah bisa jalan ingin cepat pulang supaya bisa ngajar lagi, dan sudah kangen sama Bintang, opo dirimu tak rindu pada anak kita? Jelas rindu, jawab Purnama. Bintang sering Tanya kamu,.Dik, Sabar Mas jika waktunya aku juga pulang, kok, tapi Sandi tak tahu jika hati Purnama bukan main cemasnya takut permainan cinta segitiganya dengan Hanjaya bocor. Yo aku masih percaya, Dik padamu, memang Begini resikonya punya istri orang terkenal. Yo wis semoga karirmu tetap bagus, dan jangan lupa nanti pulang nengok aku dan Bintang ... Gayatri mengernyitkan kedua alisnya. Istrinya Sandi orang terkenal?! Ya sudah nggak apa cinta memang memerlukan pengorbanan,Dik, Terima kasih untuk pengertianmu, Mas, percayalah cintaku, rayu Purnama. Aku sangat mencintaimu, apalah arti rasa sakit ini jika dibanding dengan perasaan hatiku padamu, Dik, jaga dirimu. Aku mengalah demi karir dan kontrakmu, Gayatri yang masih menguping semakin penasaran dengan apa yang didengarnya barusan. Aku sangat mencintaimu, apalah arti rasa sakit ini jika dibanding dengan perasaan hatiku padamu, Dik, jaga dirimu. Aku mengalah demi karir dan kontrakmu, terngiang ucapan Sandi barusan. Yo aku masih percaya, Dik padamu, memang begini resikonya punya istri orang terkenal. Yo wis semoga karirmu tetap bagus, dan jangan lupa nanti pulang nengok aaku dan Bintang ... Kembali teringat pada ucapan Sandi sebelumnya pada istrinya. Istrinya ternyata orang terkenal. Siapa, ya,                       * Purnama menyambut kedatangan Hanjaya dan segera mengakhiri hubungan teleponnya dengan Sandi. Sudah ya sayang, Ada menegerku, suaranya setengah berbisik. Oke sayang, balas Sandi. Tapi Purnama tak sempat mendengar suara Sandi, karena ia terburu buru menonaktifkan ponselnya begitu melihat sosok Hanjaya mendekat. Siapa sayang? Hanjaya mendekat. Biasa jadwal show, Mas besok, Oh, Ya, Kalau kontrakmu sudah habis nggak usalah tanda tangan kontrak eklusive lagi. Show boleh tapi, bukan dengan kontrak ketat begini, sampai nggak boleh nikah segala, karena Mas ingin bebas jalan jalan denganmu tanpa takut pada pihak menegemenmu, Purnama merangkul leher Hanjaya. Sabar sayang, Oh pastinya aku selalu sabar menunggu berakhirnya kontrakmu, dan ciuman penuh kasih sayang mendapat di dahi Purnama. Lalu berbisik di telinga pujaannya itu. Hah?! Purnama terbelalak. Nggak apa sayang dengan begitu berarti anakku suka padamu. Gadis ngefans berat padamu, wah dia pasti bangga lho kalau tahu papanya bisa menggaet model pujaannya ... Hanjaya tersenyum bangga pada Purnama. Purnama akhirnya menggangguk setuju. Nah gitu dong jangan papanya saja yang kamu buat terbang ke langit, tapi putriku juga buatlah bangga ... tangan Hanjaya mencubit dagu Purnama gemas.Bab. 37  Aksi Gadis Putri Hanjaya Gadis mendapat kabar dari papanya bahwa lelaki itu sudah mendapat alamat Purnama. Orang yang Papa suruh mencari alamat Purnama sudah dapat, sayang, Serius, Pa? Berseri wajah Gadis. Serius dong, berseri pula raut muka Hanjaya karena putrinya ternyata menyukai Purnama. Dengan demikian semeantara Gadis dan Purnama ada pendekatan. Terima kasih, ya Papa. Ih baik deh Papaku, dua kecupan sayang mendapat di kedua pipi Hanjaya. Ciuman sayang seorang anak pada ayahnya. Namun juga sebagai ungkapan hati Gadis yang sangat bahagia, karena misi rahasiakan akan segera berjalan. Ah Gadis dengan usianya yang masih mau menapaki ke angka sebelas itu, hanya berpikir untuk membahagiakan mamanya, dan menjauhkan perempuan pengganggu papanya. Tanpa memikirkan apa akibat yang akan ditimbulkan nanti setelah misi berjalan sesuai harapan hati. Hari ini Gadis tampil begitu pas dengan umurnya.  Celana panjang sewarna dengan kaos berkrah tinggi menutup lehernya. Celana panjang berpotongan sedikit longgar sangat serasi dengan kaos bertulis Girl warna putih di dadanya, hingga begitu kontras dengan  warna salem pada kaosnya. Gadis begitu serasi dengan paduan warna salem serta tas slempang warna putih bergambar setangkai mawar merah. Sepatuh  model bot warna coklat muda membungkus kedua kakinya. Tak lupa topi model kupluk warna coklat muda sewarna sepatunya,  bertengger di kepalanya, menutup tiga perempat rambut lurusnya yang dibiarkan tergerai di atas bahunya. Gadis beruntung karena tak mendapat pertanyaan dari mamanya. Karena Gayatri sedang di rumah sakit, otomatis lepas dari pandangan mamanya. Mama maaf Gadis nggak pamit sama Mama. Gadis mau melakukan yang terbaik untuk Mama dan keluarga kita, batin Gadis merasa bersalah pada mamanya karena biasanya akan kemana pun selalu pamit pada mamanya, dan kali ini terpaksa pergi diam diam. Diantar sopir menuju apartemen Purnama. Tentu saja Hanjaya tak ada di tempat yang dihuni perempuan pilihannya itu. Namun sudah mengatur tentang pertemuan Gadis dengan istri sirinya itu. Purnama sudah siap menerima anak dari lelaki yang begitu memuja dirinya itu. Setelah warna  biru toska,  dipadu dengan bando dari merk terkenal, sudah cukup mewakili siapa dirinya. Tapi wayangnya Hanjaya lalai tak berpesan pada Purnama untuk menurunkan foto mesra dirinya dengan perempuannya itu, yang tergantung di dinding, searah pintu. Jika tamu datang langsung disuguhi pemandangan foto mereka yang saling tatap penuh cinta. Begitu pun dengan Purnama bukan hanya membiarkan fotonya dengan Hanjaya di dinding, namun juga di atas meja sudut  antara ruang tamu dan ruang untuk bersantai. Jika seseorang duduk di ruang tamu, maka mereka akan dapat melihat foto dirinya yang  berada dalam pelukan ketat Hanjaya. Dimana dagu lelaki itu bertumpuh di atas ubun ubunnya. Ting Tong Purnama langsung ke pintu.. Itu pasti anaknya Mas Han yang ngefans sama aku. Harus tampil memikat, batinnya. Purnama membuka pintu dengan wajah cerah dan senyum manisnya mereka saat melihat gadis jelang remaja dengan penampilan sedap dipandang mata, berdiri di depannya. Wah keren nih anak nggak kalah sama model penampilannya, gumam hati Purnama. Gadis membalas senyum Purnama dengan senyum kecilnya. Perempuan di hadapannya memang jauh lebih muda dari mamanya, itu diakuinya. Maka tak pelak lagi kedatangan Gadis disambut foto dirinya yang saling berpelukan dengan Hanjaya dalam tatapan mesra mereka. Foto itu telah memicu kemarahan Gadis pada Purnama dan Hanjaya. Halo selamat datang di  kediamanku. Pihak menejemenku memberi kabar ada gadis manis yang mau datang, sambut Purnama dengan sikap manisnya pada Gadis. Tak lupa ia mengulurkan tangannya. Gadis masih terpaku pada pemandangan foto yang membuat dadanya berdebar. Tak rela papanya membagi kasih yang seharusnya hanya untuk mamanya, dengan orang lain. Usia belia bukan berarti ia tak mengerti arti foto itu. Perempuan terhormat dan berderajad akan menunjukkan kelakuan baiknya, bukan seperti perempuan berkedok seperti selingkuhanmu! Terngiang suara mamanya yang penuh kecewa dan amarah. Ini selingkuhan  Papaku, batin Gadis beralih dari foto mesra papanya dengan Purnama, pada sosok perempuan milik papanya. Sekali lagi jaga bicaramu, bagaimana pun dia sudah kupilih kucintai dan Purnama begitu mencintai dan menghormatiku ...  Suara papanya cukup menamparnya. Lalu beralih ke foto di dinding  lagi. Otomatis sikap Gadis membuat Purnama langsung sadar bahwa ia lupa menurunkan fotonya dengan Hanjaya. Dadanya berdebar saat menatap Gadis yang tetap berdiri menatap foto di dinding,  tanpa mengacuhkannya. Kata Mama perempuan ini pelakor! Geram hati Gadis. Hai ... Purnama berusaha menyapa lembut Gadis. Tapi Gadis sudah terlanjur marah. Rasa kesal pada Purnama sejak pertengkaran mama dan papanya. Kini foto papanya begitu mesra dengan perempuan itu. Itu foto Papaku?!! Gadis langsung menuding foto di dinding. Purnama tampak.gelagapan. Jadi kamu apanya Papaku, ya?! Gadis langsung berkamu pada Purnama. Karuan Purnama sangat terkejut. Ia mengerti walau masih kecil tampaknya Gadis tak bisa dibohongi. Foto papanya dan Purnama sangat membuatnya marah.  Purnama berusaha menjelaskan, tapi belum sempat suaranya berkumandang, sepasang kaki Gadis yang dibalut sepatu sudah melewatinya. Gadis tercengang. Ternyata bukan hanya di ruang tamu foto mesra papanya dan Purnama dipajang. Di pembatas antara ruang tamu dan ruang tengah masih ada yang lebih mesra lagi. Gadis menoleh pada Purnama. Walau masih usia yang belum waktunya untuk tahu  urusan orang dewasa, tapi, karena keributan Papa dan mamanya, serta arti selingkuh dan pelakor sudah lekat di memori otaknya, maka membuat Gadis mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Papanya memang berselingkuh dengan Purnama.  Mamanya tak bersalah jika berdebat dengan papanya. Tampa bisa dicegah Gadis langsung berlari menghampiri foto yang terletak antara ruang depan dan ruang santai itu.  Purnama semakin bingung. Tanpa bersuara apalagi mencegah langkah tergesa Gadis, ia hanya mengikuti dari belakang. Sekali tarik jatuh ke lantai foto Purnama dan Hanjaya. Ooh! Pekik Purnama. Aku tak akan pernah ngefans dengan pelakor, kamu jahat merebut Papaku dari Mama.!! Telunjuk Gadis menunjuk pada Purnama dengan air mata berlinang. Purnama gelagapan. Mama benar kamu bukan perempuan baik baik, aku benci kamu aku benci kamu!! Gadis berlari keluar dengan tangisnya. Gadis tunggu ... Tangan Purnama terulur. Tapi Gadis menghindar tak sudih tangannya diraih perempuan yang telah menyakiti mamanya. Tapi rupanya Purnama masih berusaha untuk membujuk Gadis. Aku benci kamu. Perempuan jahat!! Karena Purnama berusaha untuk mencegahnya, maka dengan kasar Gadis mendorong tubuh Purnama, hingga perempuan itu terjatuh, dan kepalanya membentur ujung meja. Darah mengucur dari kepala Purnama. Tentu saja ia panik. Gadis dengan tangis sedih membanting pintu dan meninggalkan Purnama. Sedangkan Purnama meraba kepalanya luka dan merasa kesakitan.  Gadis terus berlarut tanpa tDengan tangis sedih berlari kearah lift. Ia tak tahu jika ulahnya telah menyakiti Purnama.Bab.38 Hanjaya Marah Mendengar berita Purnama di rumah sakit cidera di bagian kepala, segera Hanjaya meluncur menemui pujaan hatinya. Rapat yang seharusnya ia pimpin ditunda dua jam. Sayang bagaimana keadaanmu, kenapa nggak langsung ngabarin aku pas kejadian. Tapi bagaimana ini bisa terjadi? Beruntun pertanyaan Hanjaya dengan cemas. Ingin rasanya memeluk perempuan itu, sayang ada dua suster yang menemani kecintaannya itu.  Purnama masih diam hanya wajahnya menunjukkan kalau ia merasa kesakitan. Bagaimana keadaan istri saya, Sus? Hanjaya menatap suster. Ada goresan di kulit kepala Ibu Purnama harus mendapat tujuh jahitan, tiga hari kembali untuk buka verban, ya, Pak, Baik Sus, angguk Hanjaya. Ini obatnya, ada peraturan minumnya, suster satunya memberikan obat yang harus diminum Purnama, pada Hanjaya. Terima kasih, Suster, Sepanjang jalan pulang ke apartemen Purnama hanya berdiam saja. Sayang kok diam saja, sih, berusaha mengajak bicara sang pujaan yang membisu, Sakit ya sayang, sabar, ya, bujuk Hanjaya,  Aku mau istirahat, Mas, Purnama mendului Hanjaya menuju ke kamarnya melewati pecahan kaca figura fotonya berdua dengan lelaki itu, yang masih berserakan karena dibanting Gadis tadi. Purnama sudah masuk ke kamarnya. Hanjaya yang sudah berada di ruang tengah terkejut melihat fotonya bersama Purnama ada di lantai dalam sementara kaca yang membungkus foto pecah berserakan. Ada apa ini?! Hanjaya berjongkok memungut fotonya bersama Purnama. Terdiam sesaat. Tiba tiba ia terkejut. Mengira Gayatri yang beraksi. Gayatri?! Hanjaya menebak pasti itu pekerjaan Gayatri. Lalu segera membawa foto di tangannya ke kamar. Dilihatnya Purnama berbaring membelakangi pintu. Hanjaya tak sampai hati untuk mengganggu perempuan itu. Ia terpaksa duduk menunggu. Tapi tak tenang juga. Segera dihubunginya Gayatri dengan ponselnya. Apa apaan dia nyerang ke sini melulu! Keselnya dengan raut muka marah, dan sudah siap untuk menumpahkan kemarahannya pada Ibu anak anaknya itu. Tapi berkali kali dihubungi Gayatri tak mengangkat ponselnya. Hanjaya mengulang lagi. Tetap tak diangkat. Mengulang lagi. Lagi dan lagi. Tapi tetap tak ada tanggapan dari Gayatri, hingga membuat Hanjaya semakin kesal.                                * Sebenarnya bukan Gayatri tak mau menerima telepon Hanjaya. Tapi ia sedang berbicara dengan Dokter Surya dokter spesialis yang menangani operasi Sandi. Sedangkan ponselnya tertinggal tinggal di kamar rawat Sandi. Deringannya berkali kali terdengar oleh Sandi. Tapi Lelaki itu hanya melirik saja tak berani berupaya untuk mengangkatnya. Menurutnya itu bukan wilayah kewenangannya mewakili mengangkat panggilan masuk ke ponsel Gayatri. Yang dilakukannya hanya memandang pada ponsel yang tergeletak di meja ditinggal pemiliknya menemui dokter Surya. Gayatri memang sedang berada di ruang dokter Surya untuk mendengar kemajuan pasca operasi Sandi. Semua berjalan lancar, Bu. Syaraf pada tungkai kaki pasien merespon dengan baik pemakaian gips. Pasien juga menuruti saran yang dianjurkan dokter sehubungan dengan pemakaian gips. Semua lancar, jika pasien mau pindah perawatan boleh saja, atau lusa sudah boleh untuk rawat jalan, Terima kasih, Dok, saya akan bicarakan dengan pasien kemungkinan dia melanjutkan perawatannya di kampung halamannya, bukan main senangnya hati Gayatri mendengar tentang kemajuan yang dialami Sandi sehubungan dengan hasil operasinya. Hanjaya sangat kesal karena Gayatri tak mengangkat ponselnya. Tak biasanya begitu. Ia mengira Gayatri sengaja menghindari panggilan di ponselnya. Keterlaluan dia mengacuhkan ponselku. Awas saja nanti. Sudah berbuat tak berani tanggung jawab! Geram Hanjaya. Sayang maafkan aku karena tak bisa mengatur mamanya anak anak untuk tak menyerangmu lagi. Sebagai suami aku gagal mendidik istri ... Dengan raut muka penuh rasa bersalah, Hanjaya menatap Purnama yang masih membelakanginya. Purnama membalikkan badannya. Kini ia berhadapan dengan Hanjaya yang segera duduk di tempat tidur.  Maafkan aku sayang sudah membuatmu kesakitan, dengan sepenuh hati tangan Hanjaya mebelai pipi Purnama. Purnama bimbang untuk berterus terang jika bukan Gayatri yang melakukannya. Sayang apakah Gayatri mendorongmu dengan sengaja, hingga terjatuh dan kepalamu terbentur meja? Reflek Purnama menggeleng. Sayang .... Nggak usah melindungi dia, kesalahannya sudah kelewatan! Hanjaya menunjukkan ketidaksukaannya akan apa yang dialami Purnama. Percayalah aku tak akan memaafkannya! Kupikir wajar jika anak gadis Mas ingin melindungi ibunya, lirih suara Purnama. Hanjaya tercekat, Anak gadisku?! Terdiam sesaat, Maksudnya Gadis yang melakukannya?!! Meninggi suaranya. Jangan dimarahi dia hanya melakukan tugasnya melindungi cinta ibunya yang telah aku rampas, pelan suara Purnama, walau merasa kesal pada Gadis yang telah lancang menyerang rumahnya, tapi tak boleh menunjukkan rasa bencinya pada darah daging Hanjaya. Purnama tahu beda Gayatri beda pula Gadis di mata lelaki itu . Jika pada Gayatri Hanjaya terikat hubungan suami istri, jika mereka cerai sudah menjadi orang lain. Tapi Gadis tak akan pernah terpisah dari papanya, pada anak itu mengalir darah yang mengikat keduanya seumur hidup. Maka itu  Hanjaya tak akan pernah membuang Gadis. Hanjaya terkesima mendengar ucapan Purnama. Rasa kagumnya pada Purnama semakin tinggi. Betapa kekasih hatinya itu sangat mengerti putrinya. Gadisnya selama ini santun. Anak itu tak kenal kata selingkuh apalagi pelakor, pasti mamanya yang mengajari. Gayatri harus bertanggung jawab telah menyeret anakku dalam permasalahan kami, sungguh istri yang tak bisa diandalkan meracuni pikiran anakku!!! Merah muka Hanjaya saking marahnya pada istrinya yang telah dituduhnya mengajari Gadis untuk menyerang Purnama. Ponselnya berdering. Dari sekretarisnya. Ya halo ... Maaf, Pak, rapat diundur saja atau ... Siapkan rapat setengah jam lagi aku sampai ke kantor, ujar Hanjaya. Baik, Pak, Hanjaya mengantongi ponselnya. Lalu mendekat pada Purnama. Sayang aku ke kantor dulu ada rapat, aku janji padamu masalah lukamu ini Gayatri yang harus bertanggung jawab, diciumnya dahi Purnama sepenuh cinta. Aku terserah padamu saja, tapi tolong Mas, jangan dimarahi Gadis, dia masih kecil tak mengerti apa yang dilakukannya, Hanjaya mengusap ubun ubun Purnama, Sungguh sangat bijaksana dirimu sayang, Gadis anakmu, Mas, darah dagingmu, pasti Mas menyayanginya, bagaimana pun aku juga mengasihi bagian dari dirimu, sungguh luar biasa manis ucapan Purnama. Karena itulah Hanjaya semakin merasa dipecundangi oleh Gayatri. Oke sayang kamu memang luar biasa, dirimu sangat layak dipertahankan,  aku pergi dulu, jaga dirimu segera kabari aku kalau  ada apa apa, ya, Oke sayang, angguk Purnama yang telah berhasil membuat hati Hanjaya mengharu biru. Diam dan mengalah memang layak bagiku untuk disanjung Mas Hanjaya. Mengalah bukan berarti kalah. Batin Purnama merasa bahwa dirinyalah yang akan dipertahankan oleh suami sirinya itu. Tapi ... Purnama berdebar cepat jantungnya saat teringat Sandi serta status lelaki itu yang juga layak diperhitungkan, karena dirinya adalah istri sah lelaki itu. Aku harus cepat bertindak sebelum semuanya terbongkar. Purnama telah menentukan pilihan. Melepaskan Sandi dan tetap akan menjaga statusnya sebagai istri Hanjaya pengusaha yang memiliki belasan perusahaan yang tersebar di tiga kota besar. Jakarta, Surabaya dan Medan.                            * Tentu saja Gayatri terkejut saat mendapati panggilan tak terjawab di ponselnya belasan kali dari Hanjaya. Ada apa, ya, kok sampai belasan kali menelpon. Tapi biar sajalah aku tak usah menghubunginya balik, batin Gayatri yang memang beberapa hari ini merasa enggan terlibat komunikasi dengan suaminya. Dik Sandi lusa sudah bisa pulang, bagaimana mau dilanjut di kampung perobatannya, atau masih mau beristirahat di Jakarta? Sandi menatap Gayatri. Memang ingin sekali ia kembali ke kampung halamannya. Sudah rindu berat pada Bintang. Juga ingin bertemu murid muridnya, ingin mengajar walau masih harus menggunakan kursi roda.  Tapi kalau masih penasaran ingin bertemu Purnama, tak apa aku bisa menempatkan Dik Sandi di Vila kami, atau menyewakan apartemen, Sandi tercekat menatap Gayatri. Ada keinginan di bias matanya bertemu istrinya sebelum pulang kampung. Tiba tiba pintu didorong. Muncul Hanjaya tanpa mengucap salam. Sandi terkejut melihat kemunculan Hanjaya, lelaki yang pernah memberinya ultimatum supaya menjauhi Purnama. Bab 39 Sandi Diantara Hanjaya Dan Gayatri  Sandi masih terpanah pada sosok Hanjaya yang begitu melindungi Purnama. Apanya Purnama dia ini?! Batinnya. Gayatri tampak santai menghadapi kemunculan Hanjaya dengan raut muka menebar kesal itu. Gayatri apa apaan kamu ...  Assalamu'alaikum, Mas, sapa Gayatri dengan ramah memotong kalimat bermuatan emosi dari Hanjaya. Hanjaya memanggil namanya langsung dengan emosi. Wa'alaikum salam, sahut Hanjaya sesaat mencoba untuk rilek. Tapi selanjutnya kembali menunjukkan muka tegang. Oh ya ini Pak Hanjaya suamiku Dik Sandi, Sandi seketika terkejut mendengar Gayatri menyebut Hanjaya suaminya . Namun ia mengangguk santun pada Sanjaya. Kalau Pak Han ini suami Ibu Gayatri, berarti mereka mengenal dekat Purnama! Batinnya, mengingat Hanjaya pernah memberikan peringatan supaya jangan membuat masalah dengan Purnama. Sanjaya hanya membalas sekedarnya. Ada yang sangat penting hingga Mas menyusulku ke sini?! Seketika raut muka Hanjaya kembali memerah dengan kesan sangat marah.  Gayatri menunggu reaksi Hanjaya. Sandi tak melepas tatapannya pada suami istri yang terlihat sama sama menunjukkan sikap yang menunjukkan ketidak harmonisan. Walau belum ada kata kata perdebatan, tapi gestur tubuh mereka, serta tatap mata sudah menunjukkannya. Hanya karena lebih mementingkan merawat orang asing yang sewaktu waktu bisa membahayakan, kamu lalai menjaga anakmu si Gadis! Geram.Hanjaya menatap lurus ke mata Gayatri. Sandi tentu saja terkejut dengan ucapan Hanjaya. Orang asing yang dimaksud Hanjaya, pasti dirinya. Tapi berbahaya? Dirinyalah yang dianggap berbahaya?! Gayatri juga tak kalah terkejutnya dari Sandi saat Nama Gadis disebut Hanjaya. Kau gagal mendidik anakku, atau kau sengaja melampiaskan amarahnya pada Purnama lewat Gadis?! Sebelum Gayatri bertanya tentang maksud ucapan Hanjaya, kalimat kedua telah disemburkan oleh suaminya dengan tuduhan yang belum dimengertinya. Kita bicara di luar saja, ajak Gayatri merasa tak enak pada Sandi jika mereka ribut di ruang rawat lelaki itu. Tak usah aku hanya mau bilang bahwa kamu licik telah mempergunakan Gadis untuk menyerang Purnama!! Mendelik Hanjaya saking marahnya pada Gayatri. Sandi terkesiap saat nama Purnama disebut.  Apa maksudmu?!! Gayatri lebih mendekat. Ia juga gagal untuk tidak melayani kemarahan Hanjaya di ruang rawat Sandi. Ruangan yang seharusnya seteril dari ungkapan atau perbuatan diluar urusan yang berhubungan dengan si pasien. Terlebih Hanjaya, seorang intelek yang dibutakan cinta seorang Purnama, sehingga lupa pada etika yang harus ia lakukan dimana ia berada. Kamu utus anakmu si Gadis Untuk berpura pura ngefans pada Purnama, tapi apa yang dilakukannya?! Gayatri terngangah tanpa suara karena terkejut dengan ucapan Hanjaya. Sandi pun tak mau melepas adegan di depannya. Ia tahu sebagai guru jelas akan melarang muridnya untuk memantau pertengkaran tetangganya, tapi, kini justru dirinya yang tak mau ketinggalan kata kata yang keluar dari mulut kedua suami istri itu, karena yang diperdebatkan mereka ada hubungannya dengan Purnama sang istri. Karena ulahmu Gadis putriku yang lembut berubah liar, kini Purnama harus mengalami sekian jahitan di kepalanya!! Itu Tak mungkin!! Sergah Gayatri panik. Purnama terluka?! Sandi tanpa sadar mengucap kekhawatirannya dengan muka cemas. Hanjaya rupanya mendengar ucapan Sandi dan dia terusik merasa tak nyaman.  Jangan pernah ikut campur urusan Purnama!! Hanjaya membentak Sandi. Sandi terkejut. Ingin mengatakan ia berhak ikut campur karena Purnama itu istrinya. Tapi demi janjinya pada Purnama, terpaksa ia membisu. Ini lihat olehmu! Hanjaya membuka ponselnya menunjukkan kedatangan Gadis ke apartemen Purnama, lalu menuju ke ruang tengah dan mendorong Purnama hingga terjatuh, lalu membanting foto dirinya dan Purnama ke lantai, setelah itu tanpa tahu kepala Purnama derdarah,  Gadis meninggalkan apartemen. Gayatri tercekat melihat kejadian putrinya  mendatangi Purnama. Sungguh ia sedih jika sampai Gadis tahu tentang problem rumah tangganya. "Jangan pura pura tak tahu, pasti anakku telah engkau racuni yang buruk buruk tentang Purnama. Dan tak kusangkah kamu menyeret anakku untuk memenangkan egomu. Sungguh kamu istri yang memalukan!! Tapi darimana Gadis tahu tentang pelakor bernama Purnama itu?!  Pelakor?! Sandi membantin, Purnama pelakor?! Lelaki yang tak bisa melihat adegan antara Purnama Dan Gadis, karena Hanjaya hanya menghadapkan ponsel pada Gayatri itu, menunjukkan muka gemas dan penasaran atas ucapan Gayatri terhadap Purnama. Benarkah Purnama yang kini jadi topik perdebatan mereka adalah Purnama istrinya? Tapi jika ada Hanjaya pasti yang dimaksud adalah memang Purnama ibu dari Bintang buah cinta mereka. Sandi bingung apa sebenarnya yang terjadi hingga Gayatri menyebut Purnama pelakor dengan suara marah?! Sandi tak kuasa untuk bertanya pada Gayatri yang kini wajahnya menunjukkan rasa cemas yang tiada tara. Tak sopan untuk ikut perdebatan suami istri, walau ada nama istrinya tersangkut di dalamnya. Waktunya tak tepat, ujar Sandi di dalam hati. Bisa kutanyakan nanti saja jika suasananya tak sepanas ini, seru hatinya. Rupanya pendidikan untuk menghadapi berbagai ulah atau type murid, sangatlah berguna untuk melatih egonya untuk lebih bisa menempatkan diri. Jangan pura pura tak tahu, pasti anakku telah engkau racuni yang buruk buruk tentang Purnama. Dan tak kusangkah kamu menyeret anakku untuk memenangkan egomu. Sungguh kamu istri yang memalukan!! Hai Hanjaya yang terhormat, dengar baik baik! Gayatri tak bisa lagi untuk diam,Tugas istri adalah menyelamatkan pernikahannya dan menjauhkan suami dari godaan perempuan jalang diluar rumah. Tapi soal Gadis aku tak pernah melibatkan perasaan anakku. Bagaimana hancurnya hatiku karena dirimu lebih memilih Purnama, anakku tetap kujaga perasaannya..  Sandi terkesiap mendengar ucapan Gayatri. Dadanya berdebar. Mukanya tiba tiba pucat  Apa maksudnya ini?! Batin Sandi, Pak Hanjaya lebih memilih Purnama dari Ibu Gayatri?! Tapi buktinya kamu sengaja pakai anakku untuk menyakiti Purnama! Hanjaya masih tak percaya. Aku adalah Ibu yang telah mempertaruhkan nyawa untuk kedua anakku. Tak mungkin aku serendah itu!! Kau harus bertanggung jawab dengan keadaan Purnama!! Hanjaya melangkah keluar ruangan. Gayatri tak mencegah. Raut mukanya masih diliputi kecemasan. Seperti baru tersadar jika di ruangan itu ada orang lain, segera menoleh pada Sandi. Maafkan kejadian tadi Dik Sandi, tak sepantasnya aku ribut dengan suami di depan Dik Sandi, terlebih lagi di sini rumah sakit, sungguh aku melupakan etika dan adab, ujar Gayatri mengakui kelemahannya, serta kesalahannya.  Sandi menggeleng. Terkadang kita memang abai pada sekelilingnya, dan etika yang melekat terpaksa terabaikan jika hati sudah terluka, bijaksana ucapannya. Gayatri menatap Sandi lalu mengangguk. Ibu ada yang mengganjal pikiran saya, yang Ibu perdebatkan dengan suami tadi adalah Purnama.model itu? Walau sudah menduga namun Sandi berharap tebakannya meleset. Gayatri menatap Sandi. Ia tak memberi jawaban baik Lisan mau pun isyarat. Maaf Dik aku harus bertemu anakku Gadis, bergegas Gayatri keluar ruangan. Sandi tak bisa memaksa menahan Gayatri sampai memberikan jawaban yang diinginkannya. Maka kepergian Gayatri meninggalkan PR yang besar untuknya tentang cerita Purnama dalam rumah tangga perempuan penabraknya, sekaligus penolongnya itu. Kau harus bertanggung jawab dengan keadaan Purnama!! Hanjaya tadi mengancam Gayatri. Terbayang kembali tuduhan Hanjaya yang seperti tak punya perasaan itu, serta perlawanan Gayatri dengan wajah terluka dan marah itu. Jangan pura pura tak tahu, pasti anakku telah engkau racuni yang buruk buruk tentang Purnama. Dan tak kusangkah kamu menyeret anakku untuk memenangkan egomu. Sungguh kamu istri yang memalukan!! Hai Hanjaya yang terhormat, dengar baik baik! Tugas istri adalah menyelamatkan pernikahannya Dan menjauhkan suami dari godaan perempuan jalang diluar rumah. Tapi soal Gadis aku tak pernah melibatkan perasaan anakku. Bagaimana hancurnya hatiku k0arena dirimu lebih memilih Purnama, anakku tetap kujaga perasaannya..  Lalu terngiang ucapan Gayatri yang menyebut Purnama pelakor. Tapi darimana Gadis tahu tentang pelakor bernama Purnama itu?! Pelakor?!! Sandi berdesis, Purnama istriku pelakor?!!! Terbelalak mata Sandi.Bab.40 Gadis MenghilangSandi masih tercekat dengan selintasan perdebatan suami istri Hanjaya, yang menyebut nama Purnama di dalamnya. Hanjaya orang yang mengancam supaya dirinya menjauhi Purnama. Gumam hati Sandi penasaran ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi. Mengapa Gayatri begitu tak menyukai Purnama hingga disebut pelakor, dan anaknya menyerang Purnama. Benarkah diantara mereka ada kisah berliku yang tak diketahuinya? Sandi terbelalak. Artinya Pak Hanjaya dengan Purnama ...?! Sandi tercekat. Oh tak mungkin ... Tak mungkin!! Berusaha menepis apa yang baru didengarnya tentang Purnama diantara hubungan suami istri Hanjaya. Sebaiknya nanti minta penjelasan pada Ibu Gayatri saja. Batinnya. Berusaha tenang menunggu hingga Gayatri muncul di ruangan memang bukan hal muda sehubungan dengan apa yang didengarnya, tapi beruntung ia terbekali kesabaran berkat ilmu yang dikuasainya sebagai guru, yang terbiasa menghadapi berbagai type murid muridnya. Sabar dan tabah adalah bekal utama yang ada pada dirinya. Dengan demikian ego yang muncul untuk lebih tahu tentang keterlibatan Purnama diantara Hanjaya dan Gayatri, bisa teredam oleh sifat sabar yang telah tertanam di kalbunya.                             * Gayatri langsung mencari Gadis ke rumah. Rasa heran menguasai dadanya bagaimana bisa putrinya datang ke apartemen Purnama, dan menyerang perempuan itu. Sambil menyetir ia terus memikirkan tingkah putrinya yang bisa bisanya mendatangi Purnama. Gayatri teringat saat Gadis memandang foto Purnama di ponselnya dua malam lalu. Untuk apa ngumpuli foto Purnama ini anak? Gayatri bertanya tanya dalam hatinya. Oh Mama tahu tahu di kamar Gadis, kok?! Ya dari tadi Mama ngetuk pintu Gadis nggak dengar, memangnya lagi ngapain? Gadis sempat gugup saat mamanya melihat beberapa foto Purnama di layar ponselnya. Ini model yang bernama Purnama, Ma, cantik apa gimana?  Cantik, angguk Gayatri Mama suka nggak sama Purnama, gitu, lho ... Sudah Mama sedang tak nggak mood lihat model itu, seru Gayatri. Mama nggak suka sama model Purnama, ya, Gadis juga, Gayatri menatap Gadis yang cemberut menatap deretan foto Purnama. Gayatri menautkan kedua alisnya.Apa Gadis tahu kalau Purnama ada hubungan sama papanya? Batinnya, ah anak sekecil itu apa ngerti tentang perselingkuhan?! Gayatri terus menebak nebak. Atau Gadis pernah mendengar pertengkaranku dengan papanya tentang Purnama? Gayatri mengangguk yakin jika putrinya sempat menangkap pertengkaran dirinya dengan Hanjaya. Ya pasti putriku mendengar pertengkaranku dengan papanya, menghela napas panjang, Sekarang jaman medsos, anak sekecil Gadis dipaksa tahu soal selingkuh. Apa aku kurang mengawasi penggunaan ponsel putriku? Sampai di rumah Gadis tak ditemuinya. Di kamarnya kosong, di taman tempat biasa anaknya menyemprot bunga sesore ini, juga tak ada.  Di kolam renang juga gadis kecilnya itu tak kelihatan. Jadi dimana? Oh mungkin di kamar atas dimana ia sesekali main game bersama Jaka. Tapi yang ada hanya Jaka sedang mengotak atik robot robotannya. Di monitor permainan game adu balap sepeda berlaga tanpa terkendali pemiliknya.  Mama mana Kak Gadis, sih, kan udah janji mau main game ... Seru Jaka menunjukkan muka jenuh menunggu kakaknya. Wah justru Mama juga cari Kak Gadis, sayang ... Sambut Gayatri mendekat dan merangkul bungsunya, Hem wangi jagoannya. Mama ini, mencium perjaka kecilnya. Iya dong ... Jaka tersenyum, hilang seketika rasa jenuhnya karena Gadis yang ditunggu tak kunjung datang. Rangkulan seorang ibu bisa menghilangkan rasa tak nyaman di dadanya. Oh ya Jaka emang nggak tahu kemana Kak Gadis pergi? Hati hati Gayatri mulai menanyakan gadis kecilnya. Jaka menggeleng, bibirnya sedikit cemberut, Jaka nunggu dari tadi mau main game balap sepeda. Padahal Jaka pasti menang, kan udah latihan, seru Jaka yang beberapa kali tak pernah menang main game adu balap sepeda dengan Gadis kakaknya. Begitu, ya? Lengan Gayatri lagi merangkul pundak Jaka, Kalau gitu  Mama mau cari Kak Gadis dulu, ya? Sepasang mata Jaka bersinar, dan langsung mengangguk, Nanti dibilangin Jaka nunggu di sini, Ma, Ya sayang, diciumnya ubun ubun perjaka kecilnya. Da Mama, tangan Jaka melambai. Da sayang ... Mbok ternyata tak melihat Gadis sejak tadi majikan kecilnya untuk keluar rumah. Katanya sudah pamit sama Tuan mau ke rumah model terkenal, lapor mbok seperti yang dikatakan Gadis tadi. Oh berarti yang memfasilitasi pertemuan Gadis dengan Purnama adalah papanya?! Gayatri bicara pada dirinya sendiri yang tak dimengerti oleh simbok. Tadi perginya diantar sopir, Nyonya, lapor Mbok lagi. Ya sudah, Mbok, segera Gayatri menghubungi Supri. Supri sopir keluarga yang sering juga dipekerjakan sebagai sopir cadangan di kantor oleh Hanjaya, jika kebetulan Supri sedang kosong pekerjaan di rumah, karena anak anak lebih sering diantar langsung oleh Gayatri baik ke sekolah atau aktivitas lainnya. Benar,  kata Tuan Non Gadis ngefans dengan Model Purnama, tapi saat pulang tadi Non Gadis minta diturunkan di jalan, katanya mau mampir ke kerumah temannya. Gayatri kebingungan karena sampai sore Gadis tak juga kembali kerumah mereka. Gayatri menghubungi satu persatu teman sekolah Gadis. Tapi jawaban mereka semua sama. Kami sedang tidak ada PR, Tante, ujar Linda teman sekelas Gadis. Gadis tidak main ke sini, Tante, suara Vita lewat sambungan ponsel memberitahu. Kami tidak ada jadwal belajar bersama, Tante,Icah memberitahu. Gadis nggak pernah main ke rumah Yuni, Tante, seru Yuni yang bertempat tinggal cukup jauh dari sekolah itu. Gayatri tak menghubungi teman sekelas Gadis yang cowok. Itu sangat tak mungkin putrinya main ke rumah teman teman sekolah berkelamin cowok. Ke rumah teman sesama cewek saja tak mau apalagi datang ke rumah teman sekolah berjenis kelamin cowok. Terus kemana lagi mencari Gadisku? Segera Gayatri melihat monitor yang menyimpan rekaman CCTV rumahnya. Hem Gadis berpenampilan cantik. Mengenakan celana panjang serta topi dan tas slempang. Segera dipindahkannya gambar Gadis ke ponselnya. Sayang kemana kamu, Nak, cemas hati Gayatri, Maafkan Mama tanpa sengaja telah menyerempetmu dalam prahara rumah tangga keluarga kita, namun walau tak menemukan anak perempuannya di rumah, atau gagal menemukan Gadis di rumah beberapa temannya, toh Gayatri tak berkabar pada Hanjaya.  Bahkan ponsel putrinya tak aktif. Duh sayangnya Mama dimana kamu?! Mendung menggayut di raut wajahnya. Percik air telah terkumpul di sepasang matanya yang siap menganak sungai. Ia akan mencari Gadis tampa melibatkan Hanjaya. Namun begitu bersyukur jika lelaki yang masih berstatus sebagai suaminya itu turun tangan untuk menemukan Putri mereka.                            * Hari sudah jelang petang. Gadis masih duduk dengan raut muka muram di atas bale bale di sebuah tempat terbuka yang ditumbuhi pepohonan. Saat turun dari taksi  tadi langkahnya terayun begitu saja kearah yang tak menentu. Perutnya belum makan apa pun setelah sarapan pagi di rumahnya. Hanya meneguk air meneral yang dibelinya di warung. Rasa kesal pada Purnama yang telah selingkuh dengan papanya, membuatnya sangat marah. Kecewa terhadap papanya sudah pasti. Makanya pikirannya jadi sangat tak nyaman dan malas pulang ke rumahnya. Ponselnya ia matikan, hingga tak menyadari jika mamanya puluhan kali menghubunginya sejak tadi, harus menelan kecewa dan rasa cemas teramat sangat. Mama ... Gadis segera meraih ponsel di tasnya siap menghubungi mamanya. Tanpa setahu dirinya dua pemuda berpenampilan tak rapih muncul dari jalanan samping kirinya. Dua pemuda itu menghentikan langkahnya. Tatapan mereka kompak bak dikomando kearah Gadis yang mulai sibuk mengaktifkan ponselnya.Bab.41 Dicerai Suami Gadis mengeluarkan ponsel dari tasnya untuk menghubungi mamanya. Mama nggak boleh kepikiran sama aku, batinnya, tak mau mamanya cemas memikirkannya. Dua pemuda yang memperhatikan Gadis dari jauh bergegas mendekat. ,Itu anak kayaknya bukan anak sini, ngapain, ya, udah mau petang masih belum pulang ke rumahnya, ujar Maman yang berkaos lurik merah. Ya, yuk kita dekati, ujar Ali menarik Maman. Tapi dari arah belakang Gadis muncul motor dengan dua lelaki di atasnya.  Hey lihat itu, ujar lelaki yang membonceng di belakangnya. Wow keren nih kita sore ini, sambut lelaki yang mengendarai motor bersiul. Maman memberi kode pada Ali. Ya aku juga curiga, seru Ali pelan. Siap? Maman memberi kode pada Ali  Oke, angguk Ali. Gadis sedang menunggu mamanya mengangkat ponselnya.Ayo Ma angkat...  Tiba tiba motor mendekat, dalam hitungan detik ponsel yang tengah dipakainya langsung disamber oleh lelaki yang membonceng motor. Gadis terkejut, Hey hapeku, balikin hapeku tolong tolong ...! Pekik gadis bersamaan dengan itu ponsel di tangan lelaki yang menjambretnya masih aktif, terdengar suara Gayatri. Halo sayang ... Gadis dimana kamu, Nak, Tiba tiba saja Maman dan Ali yang sudah mempersiapkan diri mereka, langsung mengirim tendangan pada lelaki di atas motor yang bermaksud untuk kabur membawa ponsel Gadis. Buk Tendangan Ali telak mengenai lelaki yang membonceng dan memegang ponsel milik Gadis. Si lelaki terjatuh dan ponselnya terpental ke jalanan. Lelaki itu langsung berdiri tapi Ali menghadangnya dengan berani. Maman langsung mengambil ponsel milik Gadis. Tapi rupanya lelaki yang masih berada di atas motor langsung mengarahkan motornya pada Ali. Tanpa perasaan ia arahkan motornya pada Ali, hingga pemuda itu terpental. Ali! Teriak Maman langsung menolong Ali yang terjatuh ke jalanan. Gadis pun memburu ke arah Ali. Sedangkan dua penunggang motor sudah kabur. Kamu nggak apa apa, Li? Makan cemas membantu Ali duduk. Aku nggak apa apa, cuma sedikit pusing, darah menetes dari kepala Ali. Kepalamu berdarah, kita harus ke rumah sakit, Ayo panggil taksi, cemas Gadis melihat darah terus mengucur dari kepala Ali. Ali! Maman terkejut saat Ali lunglai di pangkuannya. Oh aku lagi pesan grab, seru gadis cemas. Grab sudah dipesan. Ali! Maman cemas. Aduh bagaimana ini, gumam Gadis khawatir jika terjadi sesuatu pada pemuda yang menyelamatkan ponselnya itu. Ponsel Gadis berbunyi. Oh mama, segera mengangkat panggilan mamanya, Ma ada yang kecelakaan dia tadi menyelamatkan ponsel Gadis dari jambret, hampir menangis Gadis memberitahukan pada mamanya. Langsung bawa ke rumah sakit, Nak, perintah Gayatri cemas, walau hatinya bahagia putrinya bisa dihubungi. Sudah, Ma, Rumah sakit mana? Rumah sakit yang Gadis lihat di Map terdekat dari tempat ini, Gadis memberitahu nama rumah sakitnya, Itu Grabnya datang, Ma, Ya hati hati sayang, sekarang Mama langsung menyusul ke sana, ya, Ya Mama, Beruntung luka di kepala Ali tak parah. Setelah diberi obat dan luka ditutup dokter memperbolehkan Ali pulang. Terima kasih, ya kalian ini anak pemberani.  Oh yah kalian masih pada sekolah? Ali dan Maman saling tatap, lalu mereka ragu ragu menggeleng. Kami sudah tak sekolah lagi sejak lulus dari es em pe tahun lalu, Bu, menunduk Ali. Kamu? Gayatri menatap Maman. Sama, Bu, kami anak jalanan, Bu, tak punya orang tua, tinggal juga di gubuk jadi tak punya uang  beli seragam, Bu, Masih mau sekolah? Mau, Bu, bersamaan Maman dan Ali menyahut. Bagus itu artinya kalian masih memikirkan masa depan kalian, baiklah setelah lukamu sembuh Ibu akan masukkan kamu sekolah Gayatri menatap Ali, lalu menoleh pada Mama, Dan kamu sebaiknya mendaftar lebih dulu. Semua biaya sampai kalian lulus sekolah lanjutan umum Ibu  yang tanggung, Terima kasih, Bu, ujar Maman dan Ali bersamaan. Sekarang ini buat jajan kalian,  Maman dan Ali menolak. Terima kalian butuh beli sesuatu mungkin, paksa Gayatri membuat kedua anak remaja itu menerimanya. Terima kasih, ya, ujar Gadis pada Maman dan Ali, Oh ya namaku Gadis, ujar Gadis menyalami Ali dan Maman saat mereka mengantar ke tempat tinggal Ali dan Maman yang berdampingan. Aku Maman, Aku Ali, Kasihan ya, Ma mereka tinggal di gubuk nggak punya orang tua, ujar Gadis tentang Maman dan Ali. Ya kita akan menolongnya memberikan biaya sekolah dan tempat yang layak, biar Mama atur, ujar Gayatri. Mama baik, deh, ujar Gadis bangga pada kedermawanan ibunya.                              * Purnama terus berpikir bagaimana caranya Sandi  tak dekat dengan istri suaminya, karena jika sampai Gayatri tahu siapa Sandi bisa bahaya. Apa yang kamu pikirkan sayang, Lelaki yang dirawat sama istrimu bisa mempengaruhi perangainya, kok mau amat, sih tuh istrimu mengurus lelaki nggak waras, sebisa mungkin Purnama ingin Hanjaya terpengaruh ucapannya. Hanjaya menatap Purnama  Jangan jangan Lelaki nggak waras itu sudah mempengaruhi istrimu, Mas Ya biar itu urusanku. Rupanya Hanjaya memang sudah terpengaruh. Bukan hanya ingin mengusir Sandi seperti yang diinginkan Purnama. Justru Hanjaya merasa Gayatri pun harus merasakan akibatnya atas serangan pada istri mudanya itu. Tak ada lagi toleransi. Sudah kelewatan sebagai istri. Menyerang istri mudanya, bahkan menyuruh putri mereka ikut menyerang Purnama. Aku tak mau tahu pokoknya aku ceraikan kamu karena sebagai istri tak menurut. Menyerang Purnama, dan menyuruh Gadis ikut mengamuk pada Purnama. Kau?! Gayatri terkeju. Terlalu dekat dengan anak muda yang tak waras itu, mungkin kamu sudah ketularan  tak waras!! Hanjaya keluar rumah membawa semua pakaian dan barang barang miliknya. Gayatri hanya tertegun tak berdaya mencegah. Mama .. rupanya Gadis melihat semua yang terjadi dari ambang pintu kamarnya. Sayang, tangan Gayatri membelai kepala putrinya, Kita akan baik baik saja bersama Jaka bertiga, Ya, Mama, tangis sedih Gadis di pelukan mamanya, Maafkan mungkin juga ini gara gara Gadis menyerang Purnama ... Mama bangga pada Gadis karena sangat membela keutuhan rumah tangga orang tuanya,keutuhan keluarga bahagia kita,  Ma, Jaka berlari mendekat. Hapus air matamu jangan sampai Jaka tahu soal ini, bisik Gayatri. Ya, Ma, segera Gadis melakukan saran ibunya. Ma kemana Papa pergi lagi? Sepasang mata Jaka menatap Gayatri. Papa pergi agak lama ada tugas kantor ke luar negeri, sayang, Ya padahal Jaka pengin ngajak Papa jalan jalan, kecewa Jaka. Nanti kalau Papa sudah pulang ya, sayang, Ya, Ma, Gayatri memeluk kedua buah hatinya.Sejak saat ini ia harus bisa menjadi menjadi mama sekaligus papa buat kedua anaknya. Karena ia khawatir Hanjaya yang tergila gila pada Purnama tak akan perduli pada anak mereka.                                  * Sandi tak bisa lagi menahan keingin tahuannya antara Purnama dengan Hanjaya, serta Purnama dan Gayatri. Maka saat Gayatri muncul di rumah sakit segera ditanyakan hal itu pada perempuan yang telah berupaya dengan baik menolongnya itu. Ibu ada apa sebenarnya antara Ibu dengan Purnama. Juga Purnama dengan suami Ibu, apa Ibu tak salah menuduh Purnama pelakor? Gayatri terkejut menatap Sandi yang dianggapnya ikut campur permasalahan rumah tangganya itu. Dik Sandi terlalu memuji  Purnama, aku cerita yang sebenarnya pun tak akan Dik Sandi percaya, Ya yang saya tahu Purnama itu ingin mengejar mimpinya ke Jakarta, tapi aneh kok suami Ibu marah pada saya karena saya penggemar  Purnama? Itu benar, karena semua yang membahayakan Purnama akan disingkirkan oleh Hanjaya! Tegas suara Gayatri.Bab 42 Tunggu Pembalasanku Sandi merasa heran kok sebegitunya Hanjaya melindungi Purnama? Semua yang membahayakan Purnama? Sandi seperti bergumam. Ya, angguk Gayatri, Termasuk aku, sakit rasanya menyadari suaminya lebih berpihak pada perempuan yang sudah menghipnotisnya. Sandi semakin tak mengerti. Ibu juga?  Penuh ingin tahu Sandi tak mau menunda keberadaan Hanjaya yang begitu melindungi Purnama. Walau ada rasa bangga betapa istrinya itu mendapat perlindungan yang luar biasa. Ah, tak sia sia aku mengijinkan Purnama ke Jakarta. Ternyata istriku begitu mendapat luar biasa penjagaannya. Ah Purnama tak menyesal Dik aku pura pura bukan suamimu, batin Sandi yang belum tahu kenapa Hanjaya begitu melindungi Purnama. Ya Mas Han demikian menjaga Purnama, begitu mencintainya, hingga lupa pada keluarga dan istri pun ia salahkan aku ketika aku datang untuk marah pada pelakor itu, demi rumah tanggan kami, emosi namun pasrah terlihat dari raut wajah Gayatri. Mencintai Purnama?! Sandi agak meninggi suaranya. Gayatri menatap Sandi, Dik Sandi juga mencintai Purnama?! Saya .. saya .. Sandi tampak bingung harus menjawab apa. Karena ia masih terikat janji untuk tidak berterus terang sebagai suami kecintaannya itu. Jangan pernah punya pikiran untuk mencintai Purnama akan membahayakan Dik Sandi. Suami saya sudah cinta mati pada perempuan itu ... Sandi terperanjat mendengar pengakuan Gayatri. Bukankah Purnama terikat janji pada managementnya untuk tidak menikah selama kontrak, tapi apa pula yang dilakukan Hanjaya? Dan kenapa Purnama tak melarang lelaki itu mencintainya sedemikian rupa?! Sadarlah, Dik Sandi sadar jangan berani mengidolakan Purnama sedemikian rupa, pulanglah ke kampung setelah kesehatanmu pulih ... Sandi terperangah tanpa suara. Bingung harus bicara apa. Hanjaya menceraikan aku, Oh sampai segitukah?! Membelalak Sandi. Ya, karena aku dan anakku menyerang Purnama, ada kemarahan di mata Gayatri. Tapi ... Aku tahu mereka sudah menikah secara agama, Apa?! Berdiri Sandi, tapi, ia terduduk dengan muka meringis. Spontan tadi ia berdiri, lupa kalau dirinya masih dalam perawatan, kakinya belum bisa berdiri. Sangat terkejut dan marah mendengar istrinya menikah dengan Hanjaya  Rasanya bagai dihantam sekian ton besi. Ingin ia berlari menemui Purnama untuk menanyakan langsung pada istrinya. Tapi apa daya kakinya tak berdaya bahkan kini ia merasa kesakitan luar biasa. Dik Sandi! Gayatri panik, Suster!! Suster segera datang dan Gayatri segera menyingkir. Memberikan tempat pada dua suster yang menangani Sandi. Bagi Sandi sakit yang terasa di kakinya memang sakit luar biasa ketika otot kaki yang masih perawatan harus ditarik paksa tadi. Tapi hatinya lain lagi sakitnya. Bagai berjuta perih disayat pisau, mendengar istrinya diam diam menikah dengan Hanjaya. Dua puluh menit kemudian dua suster sudah selesai memeriksa balutan kaki Sandi. Rupanya Sandi tertidur setelah disuntik obat pengurang rasa sakit, yang mengandung obat tidur supaya lebih tenang. Tolong diingatkan Bu supaya Pak Sandi jangan langsung berdiri tanpa alat bantu. Gerakan spontan  itu menarik ototnya, ujar Salah satu suster. Ya Suster, tapi Gayatri heran juga melihat reaksi Sandi tadi yang langsung berdiri dengan muka menunjukkan tegang Tak  suka saat ia mengatakan Purnama dan Hanjaya sudah menikah secara agama. Tapi Gayatri tersadar bahwa Sandi itu bukan hanya penggemar Purnama, namun lelaki yang kabarnya memiliki kelainan dalam segi kejiwaan itu sangat terobsesi pada Purnama. Tapi jika ia memiliki kelainan pada jiwanya kenapa bisa jadi guru? Gayatri tak habis pikir.  Dimana pun di seluruh penjuru dunia seorang guru sehat jasmaninya. Tapi ini si Sandi kok bisa jadi guru walau mengidap kelainan pada pola pikirnya? Masalah Sandi memiliki kelainan ia dengar dari Hanjaya, dan tentunya Hanjaya tahu dari Purnama yang begitu ingin menghindari Sandi, yang katanya bisa membahayakannya. Hem aku harus menyelidiki kebenarannya ini. Aku tahu dimana ia mengajar, maka Gayatri segera menelepon orang kepercayaannya untuk menyelidiki Sandi di kampung halamannya. Baik, Bu, Bergegas Gayatri pulang ke rumah. Ia tak bisa santai seperti dulu. Kini ia harus bertindak. Hanjaya sudah cukup kamu bermain main denganku! Batin Gayatri. Jika selama ini ia tak pernah ikut campur masalah perusahaan. Menyerahkan sepenuhnya pada suaminya, walau dirinya pun memiliki hak untuk kemajuan perusahan milik mertuanya itu. Tapi kini ia akan turun tangan sendiri. Ia akan tunjukkan pada Hanjaya siapa dirinya sebenarnya. Oke Han kamu main main dengan Gayatri yang selama ini hanya tampak pasrah padamu! Kemudian Gayatri menghubungi pengacara keluarga suaminya. Saya ingin bertemu sore ini, Pak, ujar Gayatri. Baik, Bu, Menurut laporan dari orang kepercayaan Hanjaya, hari ini bosnya tidak ke kantor. Urusan pkerjaam diserahkan pada dirinya. Gayatri memiliki kesempatan untuk mengatur kejutan besar untuk Hanjaya yang telah mencampakkannya. Baiklah, terima kasih,  Si wakil Hanjaya tak mengerti maksud istri bosnya yang akhir akhir ini sering tak ke kantor itu. Ia mengira Gayatri hanya bertanya biasa saja. Gayatri telah mempersiapkan semuanya. Surat kuasa yang tak diketahui Hanjaya dari mertuanya. Dimana sang mertua telah membahu saham perusahaan Lima puluh Lima persen atas namanya, dan empat puluh Lima persen atas Nama Hanjaya. Saat inilah saatnya untuk menunjukkan kepemikikannya pada Hanjaya, kekuatan surat kuasa dari pemilik asli perusahaan yang selama ini dikuasai Hanjaya. Hanjaya mulai besok akulah atasanmu! Pedih hati Gayatri sebenarnya melawan lelaki yang sudah memberinya anak, lelaki yang dicintainya sepenuh hati.                                   * Purnama merasa semua keberuntungan berpihak pada dirinya. Gayatri telah dilepaskan oleh suaminya tanpa ia minta. Rupanya suaminya sangat tahu Cara untuk membahagiakannya. Menjauhkan perempuan yang telah membuatnya ketakutan. Sekarang tak ada lagi yang akan menghalangi kita sayang,  aku telah menalak Gayatri, hanya tinggal menunggu pengacaraku untuk mengurus perceraian di pengadilan, Sayang sampai segitunya, tersenyum Purnama. Untukmu aku akan melakukan apa pun. Hari ini juga pengacaraku sudah mengurus surat ceraiku dengan Gayatri, nah ayo kita rilek dulu, ajak Hanjaya. Kemana? Purnama menatap Hanjaya yang menatapnya sepenuh cinta. Akan ke tempat dimana hanya kita berdua, lengan Hanjaya merangkul mesra perempuan yang telah mengikat hati  dan jiwanya. Ternyata Hanjaya mengajak Purnama ke sebuah hotel termewah di Jakarta. Kita akan bersenang senang tanpa ada yang datang mengganggu. Hanjaya membayangkan sekuat kemesraan  akan diberikan oleh kekasih hatinya itu. Wow sayang bagaimana mungkin aku bisa mendulukan yang laindarimu,  Sepasang mata Purnama berbinar indah menatap Hanjaya. Hanjaya mendekat dan mengangkat tubuh ramping perempuan yang sudah menghipnotisnya itu ke tempat tidur. Hanya kamu yang kuinginkan, ujar Hanjaya dimabuk kepayang. Purnama tersenyum melinggkarkan kedua lengan di leher lelaki yang sudah lupa daratan itu. Kau cinta padaku? Hanjaya lebih ingin meyakinkan lagi. Banget, jawab Purnama lalu mencium pipi Hanjaya.Mas gimana? Cinta matiku ya dirimu, dan Hanjaya menghadiahi Purnama ciuman penuh sayang. Terima kasih tak terhingga sayang, dengan manja  Purnama membalasnya, hal yang tak pernah dilakukannya bersama Sandi. Dengan Hanjaya ia mendapatkan sensasi lain, makanya telah ia  putuskan untuk menceraikan Sandi, lalu hanya akan menjadi Nyonya Hanjaya.Bab 43 Terlanjur Berbohong  Gayatri berterus terang pada pengacaranya untuk memisah saham miliknya di perusahaan dengan saham milik Hanjaya. Bukan itu saja, Pak, saya juga meminta laporan keuangan secara transparan selama tujuh tahun perusahaan dijalankan Bapak Hanjaya setelah mertua saya tiada, Baik, Bu, angguk Gani Suharjo Sarjana Hukum. Sejak tujuh tahun lalu saya mempercayakan semuanya pada Pak Hanjaya, dan saya melihat untuk bulan ini Bapak Hanjaya banyak mengeluarkan uang yang tak mustahil diambil dia dari tujuh tahun keuntungan perusahaan, Baik, Bu, Terima kasih,Bapak, dan saya ingin besok untuk ngantor di perusahaan yang selama ini dikuasai papanya anak anak saya, Semua keluhan dan pengajuan Gayatri dicatat dan akan ditindaklanjuti oleh Gani Suharjo Sarjana Hukum. Pertemuan pun berakhir dan Gayatri pulang ke rumah dengan senyum terukir di bibir. Maaf Mas Han, demi anak anak kita, terpaksa aku bertindak atas warisan harta dari ayahmu atas namaku, sebenarnya Gayatri tak akan bertindak demikian jika Hanjaya tak kelewatan tingkah dan kelakuaannya sejak bersama Purnama. Aku sengaja memberinya bagian saham lebih besar dari Hanjaya untuk menjaga jaga jika keadaan darurat, teringat ucapan almarhum mertuanya, yang tak lain adalah ayahnya Hanjaya. Gayatri yang tak memikirkan tentang harta warisan, hanya menurut tanpa mau membahas masalah saham itu. Kini ia mengerti arti dibalik pesan mertuanya. Untuk berjaga jaga dalam keadaan darurat. Mungkin ini maksud ayah mertuaku berjaga jaga pada saat darurat, batin Gayatri, sekarang memang sangat darurat. Hanjaya tergila gila perempuan yang lebih muda dan cantik. Dirinya harus bertindak menyelamatkan harta itu. Untuk anak anakku apa pun akan kuhadapi melawanmu, Hanjaya! Tekat Gayatri. Ponselnya berdering. Dari orang kepercayaannya yang ditugaskan untuk menyelidiki Sandi. Benarkah lelaki itu menderita gangguan mental. Laporan lengkap, Bu, seru orang kepercayaannya.Saudara Sandi lulusan sekolah tinggi dia Sarjana Pendidikan, bekerja di sebuah sekolah menengah umum di kampungnya. Seorang guru dengan catatan bagus. Tidak menderita gangguan mental. Sehat secara rohani. Beliau juga anak seorang kepala desa, Terima kasih, ya, berarti yang memunculkan tuduhan dia menderita kejiwaan siapa, ya? Satu lagi berita yang mengejutkan, Bu, Apa itu? Saudara Sandi ke Jakarta untuk bertemu istrinya Purnama model top itu ... Ha?! Gayatri tercekat mendengar laporan kalau Sandi adalah suami Purnama. Mereka punya anak yang bernama Bintang, Oh, Saya sudah bertemu dengan keluarganya. Purnama anak petani, obsesinya memang ingin jadi model, Ya Tuhan ... Gemetar Gayatri mengetahui semuanya. Sandi suami Purnama?! Gayatri mendapat kiriman foto Bintang. Ya bocah ini pernah kulihat di foto profil Sandi dan saat berbicara di telepon dengan ayahnya, jadi bocah ini anak Purnama? Ya, Bu, bagaimana apa masih ada yang harus saya selidiki lagi, Bu? Cukup kamu segera kembali ke Jakarta, Gayatri terduduk masih dengan tubuh gemetar. Bagaimana mungkin Hanjaya menikahi istri orang? Tak habis pikir kenapa kedatangan Sandi ditolak Purnama?  Gayatri khawatir saat teringat ia sudah memberitahukan Sandi kalau Hanjaya sudah menikahi Purnama. Gayatri merasa perlu segera bertemu Sandi untuk melihat keadaannya. Besok lelaki itu sudah diperbolehkan meninggalkan rumah sakit, dan melanjutkan pengobatannya di kampung halamannya. Aku harus bicara pada Sandi, tapi setelah sampai di ruang rawat ternyata Sandi sudah tak ada. Pak Sandi meninggalkan rumah sakit, Bu, maafkan kami, sambut Suster yang  bertugas di ruang rawat Sandi. Gayatri terkejut. Tadi beliau terburu buru, dan saat saya melaporkan pada kepala bagian perawatan tentang permintaan Pak Sandi mau pulang, ternyata setelah saya kembali beliau sudah tak ada. Suster menjelaskan. Kasihan pasti dia tergoncang saat kukatakan jika istrinya menikah dengan Mas Han, batin Gayatri cemas jika Sandi melakukan penyerangan ke apartemen milik Purnama. Ada surat yang ditinggalkan Pak Sandi di atas kasur, sepertinya untuk Ibu Gayatri, suster memberikan amplop tertutup pads Gayatri. Yang terhormat Ibu Gayatri Teriring permintaan maaf atas kepergian saya tanpa pamit pada Ibu. Ibu Gayatri kita menjadi korban dua orang yang tak miliki adab dalam menjalani pernikahan suci yang diridhoi Ilahi. Marah kecewa dan sedih sudah jelas. Tapi saya manusia beradab, rasanya tak baik membalas dengan kekerasan yang hanya dilakukan mereka tanpa akal sehat. Ibu Gayatri mari kita bersabar dan mari kita melawan mereka dengan melepaskan dengan Ikhlas. Namun begitu ada peraturan dan sanksi yang harus mereka hadapi, terutama Purnama istri saya. Perempuan bersuami, tapi menikahi lelaki lain. Itu jelas hanya dilakukan oleh perempuan yang sudah tak bermartabat, serta dzalim. Perempuan jenis begini tak perlu saya pertahankan, berapa juta ton pun jika ditimbang cinta saya padanya. Ibu maafkan saya karena telah menjadi suami yang terlalu memuja istri dengan cinta ini. Maafkan saya telah gagal jadi suami yang tak disegani, hingga istri saya telah menjadi duri dalam pernikahan Ibu. Sekali lagi saya mohon maaf, dan terima kasih untuk semua kebaikan Ibu pada saya. Sandi Gayatri sangat tergugah hatinya membaca tulisan Sandi. Kecewa dan terluka oleh penolakan Purnama untuk bertemu. Betapa sakit hatinya dengan pengkhianatan istri yang begitu dicintainya. Sandi memang sangat terluka. Ia belum kembali ke kampungnya. Namun sengaja keluar dari rumah sakit untuk pindah ke kamar hotel demi untuk menenangkan hatinya yang terguncang, begitu mendengar kabar dari Gayatri tentang pernikahan Purnama dan Hanjaya. Apa yang harus dilakukannya? Satu satunya yang ingin dilakukannya adalah tukar pikiran dengan penasehat hukum tentang keliaran istrinya. Maka segera ia menghubungi salah seorang sahabatnya di Surabaya. Ia ceritakan kasusnya. Besok aku ke Jakarta, kirim nama dan alamat hotel tempatmu sekarang. Rupanya Supangat mantan teman kuliahnya yang saat ini sedang menyelesaikan kuliah pasca Sarjana, langsung merespon. Sandi segera mengirim Nama hotel dan alamatnya. Lalu pada Purnama ia juga mengirim pesan singkat yang membuat perempuan itu tak tenang. (Aku memang memuja dan pemujamu dengan segenap jiwa dan raga. Namun ternyata sia sia belaka. Aku hanya membuang waktu memuja perempuan liar  yang berdansa di bara api. Kelak bara itu akan melumat dirinya) Purnama yang baru saja bersenang senang dengan Hanjaya, dan kini ia berada dalam pelukan lelaki itu di dalam bathtub yang penuh busa, langsung gemetar.  Mas Sandi ... Tak bisa menutupi gemetar tubuhnya membuat Hanjaya langsung mengambil ponsel di tangannya. Kurangajar beraninya dia mengancam istriku! Berang Hanjaya yang tak mengerti bagaimana perasaan Sandi sebagai lelaki yang dipoliandri, dan disakiti perempuan yang semula dipujanya itu. Aku harus melakukan sesuatu, ujar Purnama Dalam hati,Bahaya kalau sampai Sandi membongkar hubungan mereka pada Hanjaya. Tenang sayang biar kuambilkan air dulu biar hatimu tenang, ya, bujuk Hanjaya penuh cinta. Purnama mengangguk. Hanjaya meraih handuk kemudian keluar dari bathtub untuk mengambil air untuk kesayangannya. Aku perlu orang untuk tugas penting, seru Purnama pada seseorang lewat ponsel saat Hanjaya mengambil air ke kamar. Nanti malam kita bertemu di lobby hotel, lalu memberikan nama dan nomer hotel. Semua sudah terlanjur. Harus ada penyelesaian. Maafkan aku mas Sandi. Purnama merasa harus ada tindakan jika ia ingin bersinar dan hidup dalam cinta Hanjaya dengan gelimang kemesraan serta kerlipnya berlian yang telah membutakan mata hatinya.Bab 44 Pembalasan DimulaiSetelah bersenang senang dengan maksud membuat Purnama lepas dari tekanan Gayatri, maka Hanjaya meninggalkan hotel bersama Purnama. Diantarkannya perempuan tercintanya itu ke apartemen. Lalu ia segera ke rumah sakit untuk menemui Sandi. Tapi setibanya di rumah sakit Hanjaya tak menemukan yang dicari. Pak Sandi sudah pulang kemarin, Pak, Tolong minta alamat , bisa, Mbak? Hanjaya berusaha untuk menemukan alamat Sandi. Setelah berhasil mendapatkan alamat Sandi ia meninggalkan rumah sakit. Tunggu aku akan melaporkanmu karena telah membuat istriku ketakutan! ancam Hanjaya. Sebenarnya saat bersamaan Sandi berada di depan pintu apartemen Purnama. Saat ia akan mengetuk pintu seseorang mendekat. Mas Sandi? Ya, sahut Sandi. Saya diutus ibu Purnama untuk menjemput Pak Sandi. Ibu Purnama menunggu di restaurant, Baiklah, Sandi dengan santainya mengikuti penjemputnya yang memang diutus oleh Purnama, tapi bukan untuk menuju restaurant dimana dirinya berada. Karena saat ini Purnama berada di dalam apartemennya, mengintip kedatangan Sandi, dan kepergian suaminya bersama orang suruhannya. Maafkan aku Mas Sandi, maafkan, kalau saja kamu nurut padaku, mungkin kita akan berpisah secara baik baik. Sebenarnya Purnama tak bermaksud untuk menyakiti ayah putrinya. Tapi mau apa lagi daripada rahasianya dengan Sandi terbongkar pada Hanjaya, bukan saja Hanjaya menendangnya, tapi semua aset yang diberikan lelaki itu pasti akan ditariknya lagi. Sandi ternyata tak dibawa ke restaurant seperti ucapan orang yang ternyata menculiknya. Mereka semua bertiga membawa Sandi ke sebuah tempat. Tapi sayangnya mereka tak menyadari jika ada sebuah mobil yang mengikuti.  Supangat pengacara Sandi langsung ke Jakarta dan membentuk kesepakatan dengan seorang pengacara di Jakarta untuk membongkar kebohongan Purnama. Maka Sandi dibuat umpan mendatangi perempuan itu di apartemennya. Maka saat Sandi ikut orang suruhan Purnama ternyata Supangat berada tak jauh dari tempat mereka bercakap cakap. Bukan itu saja Supangat pun memasang alat perekam jejak di balik kemeja yang dikenakan Sandi. Makanya mereka dengan lancar mengikuti mobil yang membawa Sandi ke sebuah rumah untuk disekap. Namun Supangat tak ikut masuk ke rumah, ia minta bantuan pengacara asal Jakarta untuk mengirim orang ke tempat dimana Sandi disekap. Sendi ditempatkan di kamar. Sungguh Sandi tak mengira jika istrinya akan tega memperlakukan dirinya seperti ini. Apa maksud kalian membawanya ke sini, hah?! Sandi marah. Diam, apa kakimu yang belum sembuh ini akan kupatahkan?! Bentak Salah satu dari tiga orang yang kini bertolak pinggang itu. Sandi terkejut. Kami akan melepaskanmu asal kamu janji tak akan membuka mulut siapa Purnama dan bagaimana hubungannya denganmu! Seru orang tadi membentak. Ya melupakan Purnama, menceraikan Purnama! Sambung yang satunya lagi. ',Kalau kamu menolak maka anakmu akan kami habis!! Hah?! Kami sudah mengirim orang ke kampungmu untuk mengambil anakmu!! ,Purnama yang menyuruhmu?! Jangan banyak omong, cepat tanda tangani Kesepakatan ini kalau mau anakmu selamat! Mereka menyodorkan surat pernyataan yang harus ditanda tangani Sandi. Biadab kamu Purnama!!! Pekik Sandi emosi.Demi laki laki kaya itu kamu menjadi perempuan hina!! Dengan dada berdebar kemarahan yang membuncah ia memandang tiga lelaki yang mengelilinginya itu.Katakan pada perempuan lacur itu aku juga sudah tak lagi mau menerimanya, dan aku tak sudih punya istri liar, rendah seperti dia, lepaskan aku saat ini juga aku menceraikannya!!  Tiga lelaki itu tertawa ngajak. Berarti gertakan mereka berhasil. Upah besar akan diterima dari Purnama. Tiba tiba pintu didobrak dari luar. Dua orang polisi bersama Supangat, dan Beni Sarjana Hukum pengacara dari Jakarta yang digandeng Supangat muncul. Tentu saja tiga orang bayaran Purnama tak berkutik. Mereka bertiga diringkus dan dibawa ke kantor polisi untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.                               * Hanjaya terkejut membaca surat yang dikirim pengacara Gayatri. Apa apaan ini?!! Hanjaya menggeprak meja dengan muka merah padam. Bagaimana mungkin Gayatri menuntut dirinya mundur untuk digantikan Ibu dari dua anaknya. Belum lagi Gayatri menuntut keuntungan perusahaan secara transparan. Memintanya lima puluh lima persen dari seluruh keuntungan selama perusahaan dipimpin dirinya. Maaf, Pak silahkan berkemas karena ruangan ini mau dipakai oleh Ibu Gayatri sebagai pemegang saham lima puluh lima persen di perusahaan ini, ujar Gani Suharjo tak perduli pada kemarahan Hanjaya. Bapak hanya pengacara Gayatri, tapi saya  putra dari pemilik perusahaan ini yang seharusnya menjadi pewarisnya. Bukan Ibu Gayatri yang hanya menantu. Gertak Hanjaya tak mau kalah. Bagaimana mungkin ia akan memberikan semua yang diminta Purnama Jika dirinya berada dibawah bayang bayang Gayatri dalam pengeluaran uang. Belum lagi kekuasaannya berada dibawa Ibu anak anaknya. Maaf Pak Hanjaya saya bekerja sesuai fakta yang ada. Sesuai dengan surat wasiat serta surat pernyataan dari ayah Anda selalu pemilik perusahaan ini, Ya, hubungan anak dan ayah sudah lagi tak bisa dikedepankam setelah terbit Surat wasiat pemecahan saham perusahaan seperti yang tercantum di surat itu. Tiba tiba Gayatri muncul. Menatap Hanjaya tenang, tapi Sama sekali tak menunjukkan jika mereka pernah menjalin hubungan suami istri. Sikapnya menunjukkan bahwa saat ini dialah atasan Hanjaya. Hanjaya tercekat melihat perempuan yang diceraikannya itu tak hanya anggun seperti hari biasanya. Namun tampak berkelas dengan blazer dan baju panjang dari merk terkenal. Pak Hanjaya mari kita hormati surat wasiat dan segala sesuatunya yang tercantum di dalamnya, serta penuh tanggung jawab Anda untuk menunjukkan laba perusahaan selama Anda memimpin disini, dan secara resmi saya meminta laba dari kepemilikan saham atas nama Gayatri, pelan tapi tegas Gayatri menatap Hanjaya. Hanjaya menatap nanar perempuan yang sama sekali tak diduganya bisa berontak. Diam diam ia mengakui bahwa apa yang terurai dari tuntutan Gayatri memang benar adanya. Untuk kursi kepemimpinan perusahaan saya minta besok sudah difungsikan. Tiga hari laba perusahaan sudah bisa ditunjukkan berikut perinciannya, tersenyum Gayatri menatap Hanjaya, Pak Hanjaya Anda kan pandai mengurus uang, jadi tak sulit untuk menghitung laba perusahaan kita ini, sambungnya. Hanjaya masih terkesima. Tak menyangkah Ibu dari anak anaknya ini mengadakan perlawanan sedahsyat ini atas tindakan yang telah dilakukan dirinya. Bagaimana? Baiklah, pada akhirnya Hanjaya menuruti permintaan Gayatri sebagai pemilik saham yang lebih besar dari saham atas namanya. Terima kasih, dengan sikapnya yang tenang Gayatri menoleh pada pengacaranya. Baik, Pak ini tugas Anda untuk mengawal keuangan perusahaan selama tujuh tahun lebih, hampir delapan  tahun, setelah itu Gayatri memandang pada Hanjaya. Hanjaya bagai terkunci mulutnya menatap mantan istri yang dicampakkannya, namun terlihat tegar dan bersinar. Besok aku sudah ngantor,  Oh! Batin Hanjaya. Sungguh ia tak pernah bermimpi jika suatu hari kelak akan duduk di kursi wakil pimpinan. Bawahan dari mantan istrinya sendiri. Gayatri meninggalkan ruang kerja Hanjaya, yang besok sudah menjadi ruang kerjanya. Saat melewati Hanjaya ia berkata pelan ditujukan pada lelaki itu. Untuk anak anakku api pun akan aku terjang, Hanjaya tertegun menatap punggung perempuan yang sudah dikecewakannya, dan diabaikan saat hatinya telah penuh sesak oleh pesona Purnama. Hanjaya terduduk di kursi yang besok sudah digantikan Gayatri. Untuk anak anakku api pun akan aku terjang, terngiang ucapan Gayatri barusan.Bab.45 Purnama DitangkapHanjaya melangkah gontai. Purnama mengikuti dari belakang. Lesuh amat kenapa? Purnama menatap mesra Hanjaya yang lain dari hari hari biasanya, kali ini lelaki itu tampak kesal dan marah. Gayatri! Geram Hanjaya. Kenapa dia, sayang? Dia ambil alih pimpinan perusahaan, Lho kok bisa?! Purnama terkejut, terbayang di benaknya tak bisa lagi terbang ke luar negeri untuk borong tas branded seperti janji sang suami sirinya. Ya itu sudah keputusan dan sah, angguk Hanjaya. Aku nggak ngerti jadinya, geleng Purnama menampakkan kecemasan hatinya jika Hanjaya bangkrut. Gayatr memang memiliki kekuatan yang lebih dariku. Ia memiliki saham lima puluh lima persen, sedangkan aku empat puluh lima persen, sesuai dengan yang telah ditandatangani ayahku, Jadi itu perusahaan oleh ayah Mas justru diatas namakan Gayatri lebih besar?! Ya, angguk Han, Selama ini Gayatri tak rewel karena dia belum tahu aku menikahimu. Sekarang justru dia minta semua laba perusahaan harus transparan. Kalau ada pengeluaran diluar keperluan perusahaan, ia minta aku segera mengembalikannya, Keterlaluan amat, sih, orang itu?! Purnama turut gusar. Itu haknya memang, dan aku harus mengembalikan sesuai yang tertulis nanti, Walau begitu Mas kan masih punya saham di sana walau sudah dikurangin laba yang Mas pakai, ujar Purnama merangkul pundak Hanjaya. Ya, angguk Hanjaya. Ya sudah tarik saja buat usaha sendiri ... Ujar Purnama mencoba mempengaruhi Hanjaya. Bukan begitu caranya sayang, walau bisa tak segampang itu, pasti Gayatri akan menuntut bagian anak anak atas perceraian kami, Kok rakus amat, sih!! Hanjaya balas merangkul Purnama, Nggak usah gusar kalau kau yang minta pasti Mas tarik sisa saham, Mas, dan kita akan memulai usaha dari kecil, kita akan berusaha bersama, akan kuproklamirkan pernikahan kita setelah aku membayar denda dua miliyar pada bosmu supaya kita tak lagi sembunyi sembunyi sebagai suami istri, Wah kalau gitu pastinya perusahaan Mas nggak sebesar sekarang dong? Rupanya Purnama mulai tak nyaman jika tak menjadi nyonya Bos yang memiliki perusahaan sebesar usaha Hanjaya selama ini. Ponsel Hanjaya berdering. Dari siapa, Mas?  Sebentar sayang aku mau menemui anak buahku dulu, pamit Hanjaya rupanya anak buah yang diutus ke kampung halaman Sandi sudah datang. Sandi sehat dia Sarjana Pendidikan. Seorang guru dan suami dari Purnama ... Apa??!! Hanjaya mendelik saking terkejutnya, Manamungkin bisa begitu?!! Sungguh lelaki itu tak percaya, Ini fitnah!! Sandi anak kepala desa, Pak, ujar Bandi, Ini buktinya, lalu Bandi memberikan selembar foto perkawinan Sandi dan Purnama, Mereka sudah punya anak satu,' Tidak ini tak mungkin!! Hanjaya tak percaya jika Purnama dan Sandi menikah. Apalagi punya anak. Pasti Sandi telah merekayasa, mempersiapkan semua kebohongan ini. Masalah foto jaman sekarang bisa dibuat, jadi aku tak terkecoh!! Hanjaya sangat marah,Sandi kamu sudah kurangajar lihat saja apa yang akan kuperbuat padamu, lihat saja!! Amarah Hanjaya tak terkendali. Pak sungguh ini nyata ..  Kamu malah membela orang gila itu, heh?!!  Bandi yang tahu kenyataannya itu berusaha untuk menjelaskan pada Hanjaya, tapi lelaki yang sangat memuja Purnama itu justru mengancamnya. Kalau kamu masih maksa juga lihat akan aku pecat kamu!! Rupanya akal Dan pikiran Hanjaya tak percaya dengan kabar yang tak masuk akal. Purnama begitu suci dan begitu bersih di matanya, tak mungkin tercelah. Hanjaya langsung meninggalkan Bandi, ia bergegas untuk menemui Purnama. Apa apaan ini?! Betapa terkejutnya Hanjaya saat dua polisi  sedang memaksa untuk menangkap Purnama. Maaf Pak, Kami diperintahkan untuk membawa Saudari Purnama ke kantor karena telah menyuruh orang untuk menyekap Saudara Sandi, ujar salah seorang dari polisi itu. Apa?! Hanjaya terkejut, lalu menoleh pada Purnama. Sandi sangat bahaya, Mas, dia harus dijauhkan dariku, makanya aku suruh orang untuk menyekapnya, ujar Purnama pada Hanjaya. Sungguh Purnama ketakutan, Tolong aku Mas, rengeknya. Ini surat perintahnya, Pak, Hanjaya menerima surat perintah penangkapan Purnama. Lalu memandang pada dua polisi itu. Tunggu dulu, Pak, dia istri saya dan lelaki bernama Sandi itu memang sangat bahaya, jadi istri saya ketakutan makanya dia bertindak begitu, ujar Hanjaya berusaha untuk melindungi istrinya dari dua polisi yang ditugaskan menangkap Purnama. Baik, Pak, tapi kami tetap membawa istri Bapak, nanti bisa dijelaskan semuanya di kantor polisi, Pak, ujar polisi itu lagi. Maka Hanjaya tak bisa menghalangi penangkapan Purnama. Bagaimana pun, ia harus tunduk pada peraturan dan surat penangkapan itu. Mas aku takut, tangan Purnama mencengkeram erat tangan Hanjaya. Sedangkan raut wajahnya sangat pucat ketakutan. Sayang tak perlu takut, kita harus taati peraturan, ya, tak mengapa ikut saja dengan Bapak Polisi ini, nanti Mas mengikuti dari belakang, ya, jangan takut Mas ada untukmu, Sungguh, Mas? Purnama ingin meyakinkan apakah setelah rahasia dirinya terbongkar lelaki itu masih mau menerimanya sebagai istri? Sungguh kamu cintaku sayang, angguk Hanjaya berkata lirih hampir berbisik di telinga Purnama. Mari, Bu nanti bisa dijelaskan di kantor polisi, ujar polisi itu. Silahkan, Pak, seru Hanjaya penuh percaya diri bahwa istrinya tak bersalah. Maka segera Hanjaya ditemani Bandi mengikuti mobil polisi yang membawa Purnama, dari belakang.                                    * Sandi dihadapkan pada Purnama yang didampingi Hanjaya. Hanjaya dan Sandi saling tatap. Jika selama ini Sandi terlihat sangat lemah, kini lelaki yang masih mempergunakan kruk untuk penopang kakinya melangkah itu, terlihat berpenampilan rapih dan penuh percaya diri. Sandi hanya melewati Hanjaya tanpa suara dan duduk di sebelah Purnama. Sandi membuang muka tak mau menatap Purnama. Ia merasa tak kenal lagi dengan perempuan yang telah berubah total itu. Baik dalam penampilan, mau pun dalam budi pekerti serta sikapnya yang kini sangat buruk. Sedangkan Purnama menunduk dengan wajah pucat. Tak berani mengangkat wajahnya, apalagi menatap Sandi walau hanya satu detik. Hanjaya sangat siaga saat Sandi dan Purnama duduk berdampingan diantara dua polisi yang memeriksa mereka. Sedangkan tiga lelaki suruhan Purnama duduk tak jauh dari mereka dalam keadaan tangan diborgol. Jadi benar  Ibu Purnama ini yang telah memerintah tiga orang ini untuk menyekap Pak Sandi? Polisi bertanya pada Purnama yang masih menunduk. Purnama merasa mati kutu. Ia kini dihadapkan pada tiga orang suruhannya untuk menyakiti Sandi. Sedangkan Sandi yang ditemani oleh Supangat tampak tenang menunggu pengakuan Purnama  Ibu Purnama ... Polisi mengulangi pertanyaannya karena  Purnama yang  masih tetap menunduk. Tak mungkin dia berbuat begitu jika lelaki itu tak membahayakan diri istri saya, Pak, segera Hanjaya memberi pembelaan terhadap Purnama. Sandi terkejut spontan menatap Hanjaya, tapi dengan raut muka tenang. Tapi dia enggan untuk memandang pada Purnama yang masih membisu itu. Maaf Bapak dilarang untuk bersuara keras di sini, biarkan Saudari Purnama yang menjawab, ujar polisi yang memeriksa Purnama. Purnama tampak Makin tertekan. Rasanya ingin ia lari untuk menghindari tuduhan yang memang ia lakukan itu.Bab.47 Demi AnakDan lelaki ini sakit jiwa, Pak, dia itu ngejar istri saya dia sangat membahayakan istri saya ...! Hanjaya masih berusaha untuk melindungi Purnama. Sandi tampak tenang tak terpancing ucapan dan kemarahan Hanjaya. Sedangkan Purnama masih menunduk tak berani mengangkat wajahnya. Kamu lihat nanti berani memfitnah istriku! Ancam Hanjaya pada Sandi. Maaf Pak, dilarang berbicara keras apalagi mengancam di dalam kantor polisi,  nanti Bapak bisa kenal pasal! Ujar polisi tegas pada Hanjaya yang tampak emosi. Polisi memanggil ketiga lelaki suruhan Purnama untuk mendekat. Kalian coba ke sini!  Ketiga lelaki itu maju dengan takut takut. Ibu Purnama Anda mengenal mereka? Tanya polisi itu berusaha supaya Purnama membuka suaranya. Purnama bukannya menjawab pertanyaan Polisi, justru memandang pada Hanjaya. Tatapannya sangat ketakutan, sehingga membuat Hanjaya merasa ibah. Maaf, Pak, istri saya tertekan, ia terlihat sangat stress, ujar Hanjaya minta polisi mengerti keadaan Purnama. Sandi menghela napas, dan geleng geleng kepala saat mendengar pembelaan Hanjaya, yang menyebut Purnama sebagai istrinya. Aku seperti tak mengenalnya lagi, batin Sandi merasa telah dibohongi Purnama secara menyakitkan. Bagaimana mungkin seorang perempuan sudah menikah, lalu menikahi lelaki lain. Ya Tuhan, Mohon ampunkan diri hamba yang telah memberi jalan pada perempuan itu untuk liar. Seandainya saja hamba tak mendukung keinginannya untuk jadi model terkenal, tak akan terjadi petaka ini. Mohon ampunkan dosa hamba karena telah menjadi suami yang lemah, terlalu menuruti kemauan istri. Hamba bersalah, hamba berdosa padamu, ya Allah ... Bapak di sini ruang pemeriksaan, atau penyidikan, kami punya wewenang untuk itu. Istri Anda tidak terlihat stress, tapi hanya kebingungan saja, dan ketakutan, itu wajar terjadi pada seseorang yang telah melakukan kesalahan ... Hanjaya ingin melawan jika Purnama melakukan itu mungkin karena tertekan dan takut pada Sandi. Kalian bertiga kenal pada Ibu ini?! Polisi itu beralih pada ketiga lelaki yang serentak memandang Purnama. Jika kalian mengaku jujur, maka hukumannya tak seberat jika berbelit memberi jawaban, apalagi tak mengaku. Jangan takut pada ancaman, jangan takut pada kekuatan apa pun untuk menutupi kesalahan, jawab yang jujur!! Polisi menunjukkan kemarahannya pada ketiga lelaki suruhan Purnama itu. Ya, Pak, serentak ketiga lelaki itu menjawab. Benar kalian diminta untuk menyekap Pak Sandi?! Polisi memandang Sandi, lalu beralih pada tiga lelaki itu lagi, Itu Pak Sandi yang kalian sekap benar?!! Ketiga lelaki itu memandang Sandi takut takut. Lalu menunduk dengan gugup. Jawab kalian punya mulut, kan?!! Polisi yang memeriksa mereka meninggikan suaranya. Ya, Pak, sahut ketiga orang itu bersamaan. Heran kok mau maunya jadi orang jahat, ya! Marah si polisi. Ketiga lelaki itu menunduk ketakutan. Polisi menatap Sandi, Mereka yang telah menyekap Anda, Pak Andi?  Ya Pak mereka, angguk Sandi. Dimana Anda bertemu mereka, Pak  Sandi? Di depan blok apartemen tempat tinggal Purnama, Ibu Purnama, seru polisi pada Purnama yang langsung tercekat.Anda mendengar pertanyaan saya?! Kali ini tampaknya si polisi hampir kehilangan kesabarannya karena Purnama masih tak mau bersuara. Purnama mengangguk. Hanjaya tak sampai hati melihat perempuan kecintaannya itu tak berdaya. Ia mendekat. Merunduk samping Purnama penuh perhatian.Sayang dijawab saja dengan jujur, jangan takut, ya, kamu melakukan itu karena membela keselamatanmu sendiri .. Sandi merasa muak melihat adegan penuh perhatian Hanjaya pada Purnama. Ia segera berpaling ke tempat lain. Iyya dengar, Pak, sahut Purnama setelah Hanjaya memberikan dorongan dan kekuatan. Nah dari tadi kok susah amat, ujar polisi merasa lega karena Purnama sudah menyahut. Hanjaya mengangguk memberi kekuatan pada Purnama. Baik, benar Ibu yang menyuruh ketiga orang ini untuk menyekap Pak Sandi?! Purnama terkejut. Bingung dan takut. Reflek ia menatap Sandi. Tapi Sandi membuang muka. Ponselnya berdering. Ia minta ijin polisi untuk menerima telepon. Mohon maaf, Pak, ijin mau terima telepon dari anak saya yang sakit, Polisi mengangguk. Ayo Ibu ... Suara Bintang terdengar di ruangan karena Sandi sengaja menekan gambar speaker pada ponselnya. Mendengar suara Bintang spontan Purnama mengarahkan tatapannya pada ponsel yang dipegang Sandi. Sayang Bintang jangan takut ada Ayah yang selalu sayang Bintang ... Ujar Sandi. Itu suara Bintang, maafkan Ibu, Nak maafkan Ibu sudah khilaf ... Lalu menitikkan air mata, dan menangis terseduh seduh. Tiba tiba rada rindu pada putrinya mengoyak jiwanya. Putrinya sakit merindukannya. Aduh bagaimana ini? Hanjaya yang melihat Purnama terseduh itu mengira jika perempuan itu tertekan dan takut karena berada di ruang polisi. Sayang tenang, nggak usah takut ayo dijawab saja, ya, supaya gumpalan ketakutan di dadamu berkurang, bujuk Hanjaya. Purnama masih menangis. Sandi berdiri dan melangkah ke meja polisi dimana Purnama masih menangis. Ia tahu jika perempuan yang akan ia ceraikan itu menangis karena mendengar tangisan Bintang. Ternyata kamu masih ingat anakmu, Purnama, batin Sandi. Pak Sandi ada apa? Polisi menatap Sandi. Pak, saya ingin cepat pulang karena anak saya sakit. Saya lebih menyayangi anak saya  daripada memenjarakan perempuan ini, tunjuk Sandi pada Purnama yang masih sesunggukan. Hanjaya merasa tersinggung saat Sandi menunjuk Purnama. Ia langsung berdiri dan mendekat pada Sandi. He kamu jangan bersikap kurangajar begitu pada istriku, ya!! Sandi balas menatap Hanjaya.Bapak jika belum tahu benar jangan sok tahu. Jangan karena Bapak cinta buta  jadi mata gelap!' Kau beraninya!! Hanjaya mengepalkan kedua tangannya dengan muka penuh kemarahan. Cukup! Seru polisi berdiri. Hanjaya terdiam. Sandi pun menunduk.Maaf, Pak, ujarnya. Di sini kantor polisi bukan tempat bebas untuk Saudara aduh keberanian. Tolong hormati tempat ini!! Hanjaya mundur dan duduk kembali dengan tatap kesal dan marah pada Sandi. Pak Sandi ada apa tadi? Polisi menatap Sandi. Saya mencabut laporan saya, Pak, karena anak saya lebih penting bagi saya, jadi bebaskan saja perempuan ini demi anak saya, Purnama mengangkat wajahnya. Dengan uraian air mata menatap Sandi. Tapi Sandi lagi lagi membuang muka, tak sudih menatap jelita wajah perempuan yang dulu begitu dipujanya, dicintainya itu. Melihat itu Hanjaya cemburu. Ia tak suka Purnama lemah pada Sandi. Pak Sandi, polisi memandang Sandi dengan heran. Ya, Pak, sahut Sandi. Anda yang melaporkan, dan Anda juga yang mencabut laporannya, bagaimana ini? Sandi menoleh pada Supangat. Lalu Supangat mendekat. Maaf Pak Polisi saya selaku pengacaranya Pak Sandi mungkin bisa menjelaskan alasan Pak Sandi, Baik, Pak, silahkan, ujar polisi. Supangat mengangguk, Ini foto saat Pak Sandi dibekap mereka,Pak, Supangat menunjukkan foto di ponselnya yang menunjukkan Sandi dalam sekapan ketiga lelaki suruhan Purnama. Ya kami mengerti, Pak, angguk polisi. Jadi bukan rekayasa kejahatan yang dilakukan Saudari Purnama pada Pak Sandi. Memang benar adanya walau Saudari Purnama belum mau menjawab. Lalu masalah Pak Sandi mencabut laporan pengaduannya atas Purnama, itu tak lain setelah ia mendengar tangis Bintang putrinya ... Purnama masih sedikit terisak. Walau dirinya sudah jauh melangkah, tapi saat mendengar putrinya bertanya tentang Ibu yang tak lain dirinya, hati keibuannya tersentak. Lho apa hubungannya antara tangisan putrinya Pak Sandi dengan kasus ini? Polisi menunjukkan muka heran. Bab 48 Pengakuan SandiSandi dan Supangat saling tatap. Sedangkan Purnama masih terisak. Tanya saja pada dia, Pak, pada akhirnya Sandi menunjuk Purnama. Polisi menatap Purnama tak mengerti. Hanjaya merasa semakin kesal pada Sandi. Ia maju mendekat pada lelaki yang sejak tadi sudah ingin sekali diseretnya itu. Jangan menunjuk nunjuk istriku, apa hakmu, heh, melempar pertanyaan Pak Polisi tentang tangisan anakmu pada istriku?!! Sabar, Pak, di sini bukan tempatnya untuk menunjukkan kekerasan. Tolong hormati tempat ini! Polisi memberikan teguran untuk yang kesekian kali atas sikap Hanjaya yang tak bisa menahan kemarahannya pada Sandi. Hanjaya mundur lagi ke kursinya. Baru saja ia duduk di kursi Supangat mendekat, Maaf, Pak, Saudara Sandi berkata begitu pada Saudari Purnama karena mempunyai alasan yang sangat tepat, ujarnya. Siapa Saudara ikut campur masalah istriku, apakah Saudara tahu jika lelaki itu sangat berbahaya? Apa saya akan mendiamkan kelakinyang menderita kejiwaan dekat dengan istriku?!! Catat Anda telah memfitnah klien saya menderita kejiwaan yang mana sudah jelas Saudara Sandi ini secara rohani, tak ada sedikit pun cacat secara kejiwaan. Beliau seorang Sarjana Pendidikan. Seorang ayah dari seorang putri batita, dan seorang suami dari istri yang telah berkhianat!  Apa urusannya dia punya istri berkhianat Saudara sebutkan padaku?! Asal Anda tahu istrinya sudah ia talak  secara agama dan sedang diusahakan secara hukum negara. Supangat sudah terpancing oleh sikap Hanjaya. Apa urusannya denganku dia mau cerai dengan istrinya, heh?! Hanjaya menjadi berang, karena ia merasa Supangat bicara yang tak ada urusannya dengan dirinya. Anda akan dituntun dengan pasal  pencemaran Nama Baik telah memfitnah klien saya dengan menyebutnya  menderita sakit jiwa! Purnama semakin tak menentu pikirannya melihat perdebatan itu. Hatinya sedih dan merasa berdosa pada Sandi yang ternyata telah menalaknya. Pak Pak Polisi menggeprak meja dua kali. Stop ini ruangan polisi bukan tempat ajang untuk berdebat!  Sandi segera menarik Supangat. Sedangkan Hanjaya hanya mengawasi dengan tatap kesal. Silahkan duduk, Pak! Seru polisi yang mendampingi polisi yang memeriksa Purnama. Sudah jangan emosi di sini, nanti bisa dijelaskan, ujar Sandi pada Supangat. Moho maaf, Pak Polisi teman saya tersulut emosinya. Ujar Sandi dengan sikap santun. Silahkan Saudara duduk kembali di tempat yang sudah kami sediakan, ujar polisi merasa respek dengan sikap santun Sandi. Sandi menurut. Ia duduk tak jauh dari Purnama. Dan Hanjaya dari tempatnya duduk mengawasi khawatir Sandi berbuat yang tak diinginkan pada Purnama. Maaf Pak Polisi saya mencabut tuduhan saya terhadap perempuan ini, ujar Sandi mengulangi ucapannya sambil menunjuk Purnama, Alasannya ya tadi saya tak sampai hati jika anak saya kelak tahu ibunya dipenjara. Saya menjaga perasaan anak saya, karena kelak dia jika sudah besar akan sedih jika tahu bapaknya memenjarakan ibunya ... Maksudnya apa ini kok saya jadi bingung! Ujar polisi menatap Sandi. Hanjaya berdiri,Mulai ngawur kamu, ya, anaknya siapa yang kamu ceritakan, heh, ngawur! Hanjaya menatap pada polisi, Apa Bapak Polisi tidak percaya ucapan saya bahwa lelaki ini nggak waras terganggu jiwanya, ngomongnya sudah ngawur? Silahkan duduk kembali, Pak, ujar polisi pada Hanjaya yang sudah tak bisa mengendalikan emosinya. Polisi satunya mendekat pada Hanjaya, Silahkan duduk, Pak, di sini kantor polisi, jaga sikap, Hanjaya duduk kembali di kursinya. Supangat maju mendampingi Sandi, Maaf Pak Polisi saya ingin menjelaskan apa yang diucapkan klien saya, Pak, Silahkan, seru polisi. Supangat duduk di sebelah Sandi. Silahkan mau mengutarakan apa? Polisi menatap Sandi. Baik terima kasih, Pak Polisi, ujar Supangat, Pertama perlu saya tegaskan bahwa Saudara Sandi ini sehat secara kejiwaan, tapi secara fisik memang baru mendapat musibah,  Lanjut, ujar polisi. Saudara Sandi ini seorang guru sekolah menengah atas di  kampung halamannya, seorang Bapak dan seorang suami. Saudara Sandi ke Jakarta untuk menyusul istrinya karena rindu, tapi ternyata dia tak diberi ijin bertemu sang istri, Lalu? Bahkan Saudara Sandi disekap dan dalang penyekap adalah Saudari Purnama yang tak lain istri yang semula begitu ia rindukan ... Bajingan kamu, ya mengaku Aku ...!! Hanjaya langsung berdiri dan siap untuk menyerang kearah Supangat dan Sandi. Tahan, Pak!! Polisi yang sejak tadi mendampingi polisi yang memeriksa Purnama langsung menarik tangan Hanjaya, hingga lelaki itu tercegah aksinya untuk menyerang Supangat dan Sandi. ,Saya ini ingin membela kehormatan istri saya yang seenaknya diakui istri oleh lelaki sakit jiwa ini!! Hanjaya menunjuk Sandi dengan amarah yang meluap. Purnama tak bisa menahan perasaannya ia kembali menangis sesunggukan. Saya bicara yang sesungguhnya, Pak, ujar Supangat pada polisi. Kau! Hanjaya yang masih dipegangi polisi geram. Pak Sandi bagaimana? Polisi menatap Sandi. ,Ya antara saya dengan Purnama memang sepasang suami istri, tapi ternyata dia di Jakarta menikah diam diam dengan lelaki kaya itu!' Sandi menunjuk Hanjaya. Kau! Hanjaya semakin geram karena merasa Sandi telah mengarang cerita semuanya. Saya tidak bohong, Pak, lalu Sandi mengeluarkan fotonya bersama Purnama bertiga Bintang. Purnama semakin sesunggukan memandang fotonya bersama Sandi Bintang berada di atas meja. Bajingan tengik kamu merekayasa foto istriku, ya!! Bapak bisa tenang, tidak?! Ujar polisi yang memeriksa Purnama, Kalau tak bisa tenang silahkan di luar saja jangan mengganggu jalannya pemeriksaan ini! Lanjut si polisi. Bajingan itu sudah keterlaluan, sudah memfitnah, sekarang merekayasa foto istri saya lagi, apa lelaki model begini didiamkan Pak Polisi? Hanjaya terpaksa menahan geram dadanya. Menahan rasa sakit hatinya pada Sandi yang menurutnya sudah keterlaluan. Tenang, Pak, atau Bapak diluar saja! Ujar polisi sudah hilang sabar. Awas kamu akan kumasukkan ke penjara kalian berdua!! Ancam Hanjaya tak main main. Baginya siapa yang menyakiti hati Purnama adalah musuhnya. Polisi berhasil membuat Hanjaya diam tapi menahan geram yang tak alang kepalang pada Sandi dan Supangat. Suasana sepi. Yang terdengar hanya suara sesunggukan sisa tangis Purnama. Perempuan itu merasa sangat menyesali semuanya. Ia tak menyangkah jika permainannya akan berakhir memalukan pada dirinya. Semula ia mengira semua bisa ia atur dengan rapih. Menceraikan Sandi secara baik baik di belakang Hanjaya, dengan memberikan jaminan hidup pada putrinya. Sehingga semua bisa berjalan aman yang telah ia  rencanakan. Menyekap Sandi supaya lelaki itu bisa diancam dan dipulangkan paksa oleh orang bayarannya. Supaya dirinya bisa menyusul ke kampung untuk bercerai. Tapi semua rencananya berantakan, ternyata suami sahnya itu telah menyiapkan semuanya, hingga orang orang suruhannya tertangkap, dan inilah hasilnya. Sekarang kita lanjutan lagi, ujar polisi, Ini kasusnya jadi melebar kehubungan suami istri serta perselingkuhan .. Itu tidak benar, Pak! Seru Hanjaya cepat. Ibu Purnama bagaimana ini kok jadi bisu Ibu?! Polisi menatap Purnama, Ibu jawab apa benar semua yang dikatakan Saudara Sandi? Bab.49 Pada Akhirnya Hanjaya tak sanggup melihat keadaan Purnama yang tampak tertekan itu. Maka didekatinya perempuan itu.  Ayo sayang jawab saja jangan takut, dengan lembut dan penuh cinta dielusnya bahu Purnama. Justru Purnama semakin menangis. Hanjaya sangat cemas melihat keadaan Purnama. Pak mohon maaf istri saya sangat tertekan, mohon diberi waktu untuk istirahat, ujar Hanjaya menatap polisi di hadapan Purnama. Maaf, Pak, saya sudah tak mau melanjutkan laporan ini, biar perempuan ini bebas merdeka dengan suami barunya, karena saya sekarang akan melaporkannya dengan pasal perzinahan, supaya proses cerai kami cepat selesai, ujar Sandi dengan tenang. Ia sangat muak melihat adegan Hanjaya begitu mesra pada perempuan yang sudah dikeluarkan dari hatinya itu. Baik, Pak, ujar polisi langsung mengetik laporan baru Sandi. Tunggu dulu, Pak, dia jangan main tuduh, justru sekarang saya yang akan melaporkan dia membuat laporan Palsu, mengakui istri saya sebagai istrinya. Hanjaya tak mau kalah, ia sudah sangat emosi menatap Sandi dengan tatap ingin melumatkan lelaki itu. Polisi memandang Hanjaya, lalu beralih pada Sandi dengan pandangan bingung campur kesal. Baru kali ini ia menangani permasalahan rumit begini. Laporan yang berubah ubah. Sandi mengeluarkan dua buku nikah lalu diberikannya pada polisi. Ini, Pak, buku nikah saya dengan perempuan ini. Hanjaya masih terlihat tak percaya. Ia sangat santai melihat pada dua buku nikah yang kini berada di tangan polisi. Polisi memperhatikan dua buku nikah itu. Lalu menatap Purnama. Ibu Purnama jadi benar Ibu sebenarnya istri sah dari Saudara Sandi? Purnama tak bisa lagi mengelak. Sandi telah mengeluarkan bukti akurat tak bisa dipungkiri kebenarannya. Hanjaya langsung memeriksa buku nikah yang diletakkan di depan Purnama. Kamu terlalu kejam jadi manusia. Bagaimana mungkin sampai membuat buku nikah palsu, hah?! Hanjaya membentak Sandi, Tangkap dia, Pak, telah mempermainkan KUA, sambungnya pada Polisi. Sabar, Pak, nanti akan kelihatan kebenarannya, sekarang biarkan Ibu Purnama menjawab, ujar polisi. Purnama tiba tiba mengangkat wajahnya yang penuh sir mata. Sayang ... Hanjaya menatap dengan penuh rasa ibah. Tangannya terulur untuk menghapus air mata perempuannya terkasihnya. Tapi Purnama melakukan sesuatu yang membuat semua orang terkejut. Aku perempuan bejat, aku berdosa ya Allah ...!!! Purnama langsung berlari keluar. Sayang ...! Hanjaya mengejar. Polisi yang selalu siap siaga di samping polisi yang bertugas memeriksa Purnama, segera mengejar perempuan itu. Purnama terus berlari dengan tangis sedih penuh penyesalan. Di belakangnya Hanjaya dan polisi mengejar. Tapi Purnama dihentikan oleh dua polisi yang sedang bertugas jaga dan langsung diringkus. Lepaskan!! Pekik Purnama berusaha melepaskan diri dari pegangan tiga polisi yang menggiringnya kembali ke dalam. Perasaan syok ketakutan serta rasa malu yang sejak tadi bergemuruh dalam dada perempuan itu, membuat otaknya beku tak bisa berpikir apa pun. Setelah itu Purnama tak Sadarkan diri.                                * Gayatri sangat sedih mendengar cerita yang telah tuntas didengarnya dari Sandi. Dari soal Purnama yang menyekapnya, hingga berakhir pada laporan polisi. Dik Sandi aku Minta maaf, menunduk Gayatri. Kenapa Ibu minta maaf, Ini sudah sangat baik pada saya,  Maafkan saya sebagai istri tak bisa mengikat suami saya untuk tetap setia pada pernikahan kami, maafkan papanya anak anak yang telah merusak rumah tanggamu, Dik, tulus suara Gayatri. Sandi menatap Gayatri, Saya juga Minta maaf pada Ibu, seandainya saja saya diberi rejeki berlimpah dan kaya raya mungkin Dik Purnama tak mengganggu suami Ibu, dan Sandi merasa bahwa dirinya pun ikut bersalah, Seandainya saya tak mengijinkan Purnama mengejar kariernya, Dirimu terlalu mencintai istrimu, Dik Sandi, karena itulah kamu ingin membuatnya bahagia dengan keinginannya, Tapi justru jalan cerita bermula dari sana, dari cinta terdalam saya yang mengantarkan Purnama menjadi perempuan lupa diri, nada suara Sandi, mengandung kecewa dan marah serta sedih, terpantul dari sinar matanya. Gayatri tersenyum, Kita memang sama sama orang yang tak bisa memuaskan pasangan kita. Ya itu karena pasangan kita manusia yang tak pernah berterimah kasih pada Allah Pencipta semesta alam dan isinya, dan ia tahu dirinya pun tak lepas dari rasa bersalah tak bisa membuat Hanjaya utuh mencintainya. Ya Ibu benar, angguk Sandi. Ya sudah terjadi. Mari kita bimbing anak kita supaya kelak jangan mengulang prilaku mereka. Kita harus bangkit karena ada ada tanggung jawab anak yang harus kita bimbing, Dik, Ya, Bu Gayatri terima kasih untuk semuanya, saya mohon pamit untuk menata kehidupan saya dengan Bintang, terulur tangan Sandi menyalami Gayatri dengan santun. Sama sama Dik Sandi. Tetap semangat ya demi Bintang, jika berumur panjang kita kapan kapan bertemu lagi dan saya ingin bertemu Bintang, lalu Gayatri memberikan bingkisan satu tas mainan untuk Bintang, Dari aku untuk si kecil Bintang, salamku untuknya, Terima kasih, Ibu Gayatri, akan saya sampaikan pada Bintang putri saya, tersenyum Sandi, ini adalah senyum bahagia pertama kalinya untuk kebahagiaan Bintang.                               * Gayatri sudah menempati ruangan kerja yang semula ditempati Hanjaya suami yang telah ia gugat cerai. Lelaki yang menurutnya tak pantas ia pertahankan, tak pantas ia cintai, kecuali cinta kedua anaknya yang tak akan pernah ia batasi terhadap papanya. Masuk orang kepercayaan Hanjaya menemui Gayatri. Maaf Ibu ini surat dari Bapak Hanjaya, Terima kasih, sebuah amplop tertutup diterima Gayatri. Setelah Hadi pergi barulah Gayatri membuka Surat itu. Menitik air Mata Gayatri setelah membaca Surat dari Hanjaya. Mas Han semoga tabah hatimu. Percayalah perusahaan ini kukelolah dan kuambil hak sahamku, karena aku memikirkan anak anak. Aku akan melaksanakan pesanmu, dan menjaga perusahaan bagianmu dengan baik. Ada rasa sedih sedih di hati Gayatri mengingat kebersamaan dan kisah manisnya dulu dengan Hanjaya. Ingat bukan berarti ingin kembali. Rasa kasihan pada mantan suaminya itu, bukan berarti masih mencintai. Biarlah semua menjadi kenangan, tekatnya. Sekali lagi Gayatri membaca Surat yang dikirim Hanjaya. Gayatri Ibu anak anakku. Saat engkau membaca Surat ini aku sudah tak di Indonesia lagi. Ada teman yang memberikan fasilitas tempat untukku di Amerika dimana dulu pernah kita bertempat tinggal. Surat gugatan ceraimu sudah kutandatangani. Biar pengacaraku yang mengurusnya. Maafkan aku telah mengecewakanmu. Titip anak anak. Salamku untuk mereka. Aku sangat menyayangi mereka. Gayatri aku tahu hatimu bagai pualam. Purnama telah menusukku dari belakang. Perempuan Itu rakus kemewahan. Tapi sudah terlambat mengetahui. Dan aku bukan manusia super tega, dan kuharap dari bagian saham milikku kau tak keberatan untuk membagi sedikit kerumah  yang menampung mereka menderita gangguan jiwa dimana Purnama sekarang berada. Biarlah anggap pemberianku yang terakhir untuk pengobatannya. Gayatri sekali lagi maafkan kekhilapanku, dan aku tahu bahwa laki laki yang tak lagi pantas untukmu. Pada akhirnya aku sangat berdosa pada anak anakku. Salamku untuk anak anak Gadis dan Jaka. Hanjaya. Gayatri melipat Surat itu. Ia menyeka air matanya.  Kamu benar Hanjaya, anak anak harus menderita terpisah darimu entah berapa lama, gumam Gayatri dalam hati. Gayatri teringat pada Hadi kepercayaan Hanjaya yang mengantarkan Surat tadi. Untungnya ia tahu nomer telepon lelaki itu. Maka segera menghubunginya. Ya Ibu Gayatri, sambut Hadi. Pak Hadi, Anda kepercayaan Pak Hanjaya, jika berkenan saya ingin mengajak Anda tetap di perusahaan ini dengan posisi sama, ujar Gayatri, bagaimana pun ia tak ingin memangkas orang kepercayaan Hanjaya, terlebih Hadi sudah lama berkecipung di perusahaan mantan suaminya. Terima kasih Ibu, pasti saya akan bekerja sebagaimana perusahaan dipimpin Pak Hanjaya, janji Hadi. Tak banyak yang dikatakan Gayatri dalam ramah ramah sebagai pemimpin perusahaan menggantikan Hanjaya. Dipimpin Bapak Hanjaya, mau pun saya tak ada yang berubah. Tetaplah bekerja dan kita adalah patner,  Selamat datang Ibu Gayatri .. Sambut mereka dengan wajah cerah menyambut kepemimpinan Gayatri. Maka setelah acara selamatan perusahaan dibawah kepemimpinannya, Gayatri segera ke tempat Purnama berada. Sebelum bertemu Purnama, terlebih dulu Gayatri berbicara dengan pihak penanggung jawab bagian administrasi. Saya mengantarkan titipan Pak Hanjaya untuk perawatan Saudari Purnama, dan mungkin mungkin bisa juga untuk tambahan kebutuhan penghuni di sini. Semoga bisa bermanfaat untuk membantu, Terima kasih Ibu, kami membiayai pasien di sini dengan bantuan para donatur yang baik hati. Ujar lelaki yang menerima Gayatri,Para tenaga medis pun dengan suka rela membantu pengobatan pasien, ya, kami hanya sekedar membantu mereka yang terkena gangguan jiwa, kasihan kalau berkeliaran di jalan, Purnama menangis saat dijenguk Gayatri. Perempuan top model cantik itu kini sangat memperhatikan. Ditempatkan di sebuah kamar kecil sendirian. Kamar yang pengab. Saat menengok Purnama si petugas tak membuka pintu kamar, tapi cukup lewat jendela berterali saja. Jika dulu tampil modis cantik, kini matanya cekung, rambutnya awut awutan, dan kedua kakinya nyeker tanpa alas kaki. Hi hi kamu siapa kamu suruhannya Mas Sandi untuk menjemputku, ya ..? Gayatri terenyuh melihat Purnama dalam kondisi mengenaskan. Kulitnya banyak luka bekas digaruk. Ini digigit nyamuk, hi hi banyak nyamuk, bilang sama itu Hanjaya aku nggak mau dijemput, biar disini banyak nyamuk nggak apa, ujar Purnama. Nanti kamarnya disemprot, ya, ujar pengurus kamar. Hi hi nyamuknya banyak yang terbang, lalu Purnama bernyanyi dan kemudian menangis.Aku nggak mau dijemput laki laki itu, dia udah ninggalin aku, aku juga mau ninggalin dia .. lalu Purnama berlari ke pojok kamar yang terkunci itu. Purnama diamlah di sini, semoga kamu bisa sembuh seperti sedia kala ... Batin Gayatri berbalik meninggalkan perempuan yang telah memporak porandakan rumah tangga harmonisnya itu. Ternyata  beberapa media datang ke tempat penampungan para penderita sakit jiwa yang terlantar itu. Tentu saja kedatangan mereka untuk melihat model top Purnama yang menemui nasib tragis dalam hidupnya. Memang tak lama kemudian tersebar tulisan tentang kondisi Purnama yang tak lagi dikenali para penggemarnya  Penutup. Dua belas tahun kemudian. Gayatri menghadiri wisuda Gadis yang sudah berumur dua puluh dua  tahun, Lulus sebagai dokter, bersama  Jaka simahasiswa jurusan Ekonomi. Mereka tampak sangat bahagia berada di dalam gedung. Selamat ya anakku Gadis, dengan air mata berlinang Gayatri mencium pipi putrinya. Selamat ya Kak Gadis, tak mau kalah Jaka pun memeluk kakaknya. Gadis.. Ali dan Maman yang pernah menolong Gadis dua belas tahun lalu, disekolahkan Gayatri kini pun tengah menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Mereka bercinta cita menjadi pendidik. Hai Ali, Maman ... Gadis menyambut dua pemuda yang menjadi sahabat karibnya. Mereka meninggalkan Gedung dimana tadi Gadis sudah sah diwisuda jadi dokter.  Dalam suasana bahagia itu sebenarnya gadis teringat pada ayahnya, dan sangat ingin bertemu Hanjaya. Sebenarnya bagaimana pun Gayatri ingin Hanjaya hadir menyaksikan putrinya Di wisuda. Saat mereka sudah masuk ke mobil seorang lelaki usia setengah abad lebih duduk di kursi roda. Lelaki itu tak lain Hanjaya yang menderita stroke, sudah pulang ke Indonesia bulan lalu tapi belum berani bertemu kedua anaknya. Gadis anakku Dokter Gadis Putri Hanjaya selamat, Nak, air mata Hanjaya mengalir. Dan senyum Hanjaya terkembang saat melihat raut muka Jaka yang ada di dalam mobil menoleh ke belakang. Jaka anakku... Bergetar bibir Hanjaya.Tamat                                                                      lanjut?                     "
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan