Pengagum Rahasia - [04. First Date]

11
2
Deskripsi

Aku telah memilihmu. Karena, hanya kamu yang ada di dalam setiap detak jantungku. Kamu adalah hidupku, satu-satunya yang selalu ada di dalam pikiranku. 

Aku sayang kamu … Happy Lovinta.

Dari Penganggum rahasiamu

04 - First Date

Awes mematut diri di depan standing mirror yang tingginya mencapai 150cm di depannya. Menyisir rambut hitam sembari bersiul merdu. Setelah itu, menatap penampilannya yang terpantul di cermin dari ujung rambut hingga ujung kaki.

“Gue udah ganteng belum, ya?” Awes berulang kali memutar tubuh, memastikan penampilannya telah sempurna.

Awes sengaja memilih mengenakan T-shirt polos berwarna biru langit supaya kulit sawo matangnya terlihat cerah. Juga di-matching-kan dengan celana jeans hitam yang membuat penampilannya terlihat cukup manis.

“Kamu udah ganteng kok, Wes.”

Awes melonjak kaget saat tiba-tiba mendengar suara seseorang. Membalikkan tubuh, lalu mengelus dada ketika menemukan neneknya telah berada di belakang.

“Ngagetin aja! Kenapa enggak ketuk pintu dulu, sih, Nek?” protes Awes. Dia menggerutu kesal, lantaran wanita yang sudah memasuki kepala enam itu seenaknya saja masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Untung saja Awes sudah berpakaian lengkap. Awes tak bisa membayangkan jika dirinya belum mengenakan pakaian. Oh, astaga! Awes bergedik, hanya membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduknya meremang. 

“Salah kamu sendiri, kenapa lupa tutup pintu?” bela Gadis yang tak mau disalahkan. 

Awes mengingat-ingat, hingga tak lama setelahnya menepuk kening. Merutuki dirinya sendiri jika dia memang lupa menutup pintu kamarnya. Ternyata, kebiasaannya sejak kecil sudah mendarah daging dan tak bisa dihilangkan hingga sampai saat ini. Awes menyenggih, “Iya, lupa,” katanya sambil menyengir.

Gadis menatap Awes heran saat melihat penampilan Awes yang tampak rapi. “Kamu mau ke mana, Wes?”

“Mau kencan sama Happy.” Awes tersenyum riang.

Alih-alih ikut senang, Gadis justru malah mencibir. “Halaaah … jangan kebanyakan ngayal, deh. Dari dulu juga bilangnya kencan, kencan, kencan. Tapi, apa? Sampe sekarang kamu masih jomblo, kan? Pokoknya, nenek udah enggak bisa kamu bohongin lagi.” Gadis menjulurkan lidah.

Awes tersenyum kecil. Mengambil jaket biru kesayangannya yang tergantung di sisi cermin, lalu menghampiri sang nenek. “Awes enggak bohong. Awes serius, Nek,” bisiknya meyakinkan Gadis.

Mendengar itu, Gadis terperangah. “Kamu serius?” tanyanya takjub tak percaya. Yang dianggukkan oleh sang cucu.

“Kalau gitu, buruan kamu jemput pacar kamu yang cantik itu,” titah Gadis memberi komando.

Awes malah menggeleng. “Enggak perlu dijemput. Happy mau ke sini. Katanya kangen sama nenek,” beritahunya.

Gadis terkesiap. “Ya, ampun … kenapa kamu enggak bilang dari tadi kalau Happy mau ke sini?” Dia memukul bahu Awes. Lalu, buru-buru melangkahkan kaki keluar kamar.

“Loh, Nek. Mau ke mana?”

Gadis menghentikan langkahnya. Berbalik, lalu menjawab pertanyaan Awes. “Nenek mau siap-siap. Nenek harus tampil cantik di depan calon mantu,” katanya, lalu segera berlalu pergi. Membuat Awes hanya tersenyum sembari menggelengkan kepala, takjub dengan pola tingkah neneknya yang begitu menggemaskan.

***

Matahari tersenyum hangat. Sehangat hati Awes yang sedang mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan sedang. Beruntung, lalu lintas tak begitu ramai, sehingga tak membuat dua sejoli itu terjebak kemacetan. 

Sepanjang jalan, manik Awes tak henti memandang Happy di belakang. Gadis itu masih tetap cantik meski hanya berbalut pakaian kasual. Melalui kaca spion, Happy terlihat sedang menikmati perjalanannya. Namun, Awes tergeragap saat tiba-tiba Happy memeluknya dari belakang. Membuat jantungnya mendadak terasa bergemuruh brutal. Apalagi di saat ada sesuatu yang hangat dan empuk menempel di punggungnya. Menciptakan hawa panas yang membekap tubuhnya.

Sedetik.

Dua detik.

Happy masih belum beranjak memeluknya. Semakin lama dirasakan, semakin menggoda iman.

“Nenek kamu ternyata enggak berubah, ya, Wes. Masih tetep lucu.”

Seketika, lamunan Awes pudar saat mendengar perkataan Happy. Awes menggeleng, menghentikan pikirannya yang melantur. 

“I-iya. Hehehe ….” Awes gugup sendiri, tak tahu harus membalas apa. Kini, dia menatap jari jemari lentik Happy yang melingkar di pinggangnya. Laki-laki itu menarik napas. Perlahan sebelah tangannya bergerak mendekap tangan Happy. Awes tak pernah menyangka dia akan merasakan sensasi yang luar biasa hanya dengan menyentuh tangan seorang gadis. Sengatan listrik voltase kecil serasa menjalar dari tangan ke seluruh tubuhnya. Awes melirik Happy. Ternyata gadis itu pun sama gugupnya. Wajahnya saja sampai merah padam. Awes pun tak bisa menahan diri untuk tak tersenyum. 

***

Happy tak henti tersenyum sembari berfoto selfie di tengah-tengah hamparan warna-warni bunga yang begitu cantik. Sementara Awes duduk di kursi taman, sambil pandangannya terus tertuju ke arah gadisnya yang tampak bahagia. Kini, keduanya telah berada di taman bunga untuk melakukan kencan pertama mereka. Awes sengaja mengajak gadis itu ke tempat ini, lantaran tahu jika Happy begitu menyukai bunga. Terutama bunga mawar berwarna merah. 

“Aku suka bunga mawar. Apalagi kalau warnanya merah. Soalnya,  warna merah itu biasanya identik sama kasih sayang,” kata Happy saat ditanya bunga kesukaan oleh Awes saat masih SMA dulu.

Sejak saat itulah, Awes selalu memberikan hadiah setangkai bunga mawar merah saat Happy ulang tahun, alih-alih membeli barang-barang mahal. Selain karena tak memiliki cukup uang untuk membeli barang tersebut, alasan lain adalah untuk menyalurkan rasa sayang Awes kepada gadis itu, meski hanya melalui bunga.

Happy menghampiri Awes setelah puas berswafoto. Lalu, duduk di samping kekasihnya itu. “Wes, foto bareng, yuk,” ajaknya tiba-tiba.

Awes menggeleng. “Enggak mau ah, aku enggak biasa di foto.”

“Ayo, dooong … Sekaliiii aja.” Happy tetap memaksa dengan wajah memohon.

Sementara Awes tak bisa menahan diri untuk tak tersenyum. Tingkah Happy sangat menggemaskan. Oleh sebab itu, Awes tak bisa lagi untuk menolaknya. “Sekali aja, ya,” pintanya.

Happy tersenyum senang dan mengangguk cepat. Lalu, mencepol rambut panjangnya yang terurai, sebelum mendekatkan sisi wajahnya ke sang kekasih. Kemudian, mengarahkan kamera ponsel ke arah keduanya.

“Senyuum …,” tutur Happy yang telah siap dengan pose terbaiknya.

Sedangkan Awes tersenyum kikuk, lantaran baru pertama kali berfoto bersama seorang gadis yang merupakan kekasihnya. 

Kilau cahaya lampu blitz terpancar saat Happy menekan kamera ponselnya. Happy tersenyum saat melihat hasil foto mereka. “Kamu lucu,” katanya sambil terkekeh ketika melihat Awes yang tersenyum kikuk di sampingnya.

“Sekali lagi, ya ….”

Awes langsung menggeleng cepat. “Enggak mau!” tolaknya. Membuat Happy memberenggut.

Cuaca kian cerah. Kicau burung-burung pun saling bersahutan di atas pohon, menemani dua sejoli yang kini tengah duduk dengan beralaskan tikar di tepi danau. 

Manik Awes tak henti menatap danau yang tenang serta tepiannya ditumbuhi oleh bunga lotus. Mengirup aroma segar yang menyeruak masuk ke dalam rongga hidungnya. Sementara Happy duduk di sampingnya. Gadis itu tengah fokus menatap layar ponselnya. Jari-jemarinya tampak terus menggeser layar, memilah-milah foto mana yang akan di-uload-nya ke akun media sosialnya. 

Happy tampak mengembuskan napasnya frustrasi. Terlalu banyak foto yang ada di ponsel, sehingga membuat Happy kebingungan untuk memilihnya. Happy meilirik ke arah Awes. Laki-laki itu sedang duduk sembari meluruskan dua kaki, sementara dua tangannya menjadi penopang tubuh di belakang.

“Wes, tolong bantu aku pilihin foto yang bagus dong, buat aku upload ke instagramku,” pinta Happy dengan menyodorkan ponselnya ke arah Happy.

Awes menoleh. Menegakkan tubuhnya sebelum kembali menolak permintaan Happy. “Upload foto yang biasa aja, enggak usah yang berlebihan. Apalagi yang cantik-cantik segala.”

Happy menggeleng. “Enggak bisa, Wes. Harus yang cantik dan bagus. Kalau yang biasa aja, nanti followers aku enggak nambah dan yang kasih komen sama like cuma sedikit. Emangnya kenapa, sih, kalau aku upload foto yang cantik?” protesnya.

“Enggak apa-apa, sih. Tapi, aku cuma takut aja ada orang yang mau menyalahgunakan foto kamu buat maksud dan tujuan yang jahat. Soalnya, zaman sekarang tuh media sosial bahaya banget. Jadi, kita harus bener-bener perhatiin apa aja yang mau kita posting. Jangan sampe, karena kecerobohan kecil, malah bisa membahayakan pekerjaan, hubungan, sama identitas kita,” jelas Awes panjang lebar. Lalu, mengambil dan memakan camilan gorengan yang tadi dibelinya sebelum menuju ke tempat ini.

Happy merajuk. “Wes, kamu lupa, ya? Aku, kan, model? Udah pasti foto-foto aku bakal jadi konsumsi publik,” keluhnya.

Awes menutup mulut dengan satu tangan. Nyaris saja dia tersedak. Astaga, Awes lupa jika pacarnya itu adalah seorang model. 

“Pokoknya, aku mau kamu yang pilihin foto aku buat aku upload ke instagram,” cecar Happy sembari kembali menyodorkan ponselnya ke arah Awes.

Lagi-lagi, Awes menolak. “Enggak mau.” Dia memilih untuk meminum air mineralnya.

Happy bersungut-sungut sembari bersedekap melihat pola tingkah kekasihnya itu. Namun, bukan Happy jika dia tak bisa membuat laki-laki berparas manis itu luluh kepadanya. Happy pun tersenyum jahil. Lalu, kembali menyodorkan ponselnya ke arah Awes.

“Awes sayaaaang … mau ya pilihin foto aku? Ya, ya, ya.”

Kali ini, Awes nyaris tersedak minumannya saat mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Happy. Sayang katanya? Oh, astaga! Awes tak pernah menyangka, cukup satu pujian dari Happy, mampu membuat hatinya terbang melambung tinggi ke angkasa, lalu saat meluncur kembali ke bumi …  dia jatuh cinta dengan gadis itu. Happy adalah cinta pertamanya.

Happy tersenyum geli. Ternyata rencananya itu benar-benar berhasil meluluhkan hati kekasihnya. Laki-laki itu kini tengah membeku sembari terus menatap ke arahnya. Happy segera menyodorkan ponsel ke arah Awes. “Yang mana?” katanya.

Dengan susah payah Awes meneguk salivanya. Masih terngiang kata-kata manis tadi. Namun, tanpa sadar jarinya menunjuk salah satu foto meski matanya terus menatap pesona Happy. 

“Makasiiih, Sayaaang ….” Senyum Happy kian mengembang. Lalu, segera mengunggah foto yang telah ditunjuk oleh sang kekasih ke akun media sosialnya. Sambil berharap bisa mendapatkan banyak followers baru, komen, serta like yang banyak dari pengikutnya. 

Sementara Awes masih saja mematung di tempatnya.

***

Happy melangkah masuk ke dalam kamar yang dindingnya bercat biru langit. Matanya langsung berbinar saat menemukan sebuah kotak misterius di atas ranjangnya. Cepat-cepat menghampiri dan membuka tutup kotak tersebut. Happy girang sendiri kala melihat setangkai bunga mawar merah dan secarik kertas di dalamnya.

Happy sudah bisa menebak siapa pengirim kotak itu. Sebuah kotak yang selalu membuat jantungnya berdetak tak terkendali tiap kali mendapatkannya. 

Cepat-cepat Happy mengambil kertasnya, lalu membaca pesan di dalamnya.

Aku telah memilihmu. Karena, hanya kamu yang ada di dalam setiap detak jantungku. Kamu adalah hidupku, satu-satunya yang selalu ada di dalam pikiranku. 

Aku sayang kamu … Happy Lovinta.

Dari Penganggum rahasiamu


Happy tersenyum riang. Dia mengambil bunga mawar dan mencium aroma pucuknya. Lalu, mendekap erat dua benda spesialnya itu di dada, bersamaan dengan tubuhnya yang mendarat di atas ranjang. Mungkin boleh dikatakan ini pertama kalinya, bagi Happy merasakan hatinya sebahagia ini. 

“Aku juga sayang sama kamu, Wes,” gumam Happy. Dia memejamkan mata, menggigit bibir bawahnya dengan senyum yang terus terhias di wajahnya. Merasakan tiap detak jantungnya yang kian bising, membawa debar bahagia. 

***

Halo …

Terima kasih sudah membaca kisah Always dan Happy sampai hari ini. Sambil menunggu besok update, ada novel teman aku, Kak Hanni yang bisa jadi rekomendasi bacaan teman-teman. Berikut spoilernya.

SPOILER

Menjadi Pengantin Malaikat Maut? Siapa yang berani? Mungkin hanya Felicia Indira Wistara yang cukup gila untuk melakukan hal itu. Karena kepercayaannya, tidak ada mahluk halus yang bisa membunuh manusia. Lantas mengapa Karina—Kakaknya meninggal dengan cara yang sama seperti korban lainnya?

Bongkar kejanggalan kasus ini di :
Karyakarsa : Hanni Maharani
Link: https://karyakarsa.com/hannimaharani/prolog-367761
Wattpad : Hanni Maharani

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Pengagum Rahasia - [05. Gosip atau Fakta?]
7
2
“Eh, Happy tuh!”“Iya.”“Cantik, ya? Tapi, kok mau sih sama Awes?”“Iyalah. Gue denger-denger, sih, dia cuma mau manfaatin Awes doang buat anter jemput dia.”“Masa, sih?”“Duh, kasian dong Awes.”“Padahal gue liat, Awes tuh udah cinta mati banget sama Happy. Enggak kebayang gimana sakitnya kalau tahu cuma dimanfaatin aja.”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan