
Abang 01+02
Chapter 01
"Abang (kakak/kak) !" Panggil seorang wanita dari dapur.
"Kenapa mah ?" Jawabnya sembari berjalan kearah sang ibu.
"Adek tadi mamah suruh belajar, coba cek dulu.. siapa tau dia main game" kata ibunya.
"Iya.. Abang cek sekarang" dia berjalan menaiki tangga ke lantai dua.
Layaknya seorang kakak, dia tidak mengetok atau mengucapkan permisi tapi langsung membuka pintu kamar adiknya.
"Dek, tadi mamah-"
"Hah...!"
Deg!
Keduanya mematung di tempat, pria yang akrab di sapa Rey ini terpanah melihat apa yang tengah adiknya lakukan di atas kasur.
Adiknya yang bernama Gabril atau akrab di sapa Gabi terlihat memasukkan sesuatu ke dalam holenya dan yang lebih membuat Rey terkejut, Gabi juga memakai k*ndom untuk melapisi benda itu.
"A-abang!! Kenapa tiba-tiba buka pintu ?!!" Wajahnya memerah, dia langsung menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Rey menutup pintu kamar adiknya lalu berjalan mendekati Gabi.
"Ngapain kamu dek ?!" Bisik Rey menarik selimut Gabi tapi Gabi bersikeras menahannya.
"Abang jangan !"
"Hah.. Abang aduin mamah kamu nanti"
"Jangan bang! Jangan !" Gabi menahan tangan Rey dengan mata berkaca-kaca.
"Kasih lihat Abang, buka" Rey menatap Gabi tajam sembari menarik paksa selimut Gabi.
"Uuh..." Gabi akhirnya menurut, dia membuka selimutnya, di dalam selimut Gabi ada botol pelumas, bungkus k*ndom juga sesuatu yang masih bersarang di dalam hole Gabi.
Rey meremas pelan rambutnya.
"Jelasin ke Abang, kamu ngapain ? Ini apa dek ?!" Rey menyentuh benda bulat panjang berwarna merah muda di hole Gabi.
"Ah.. um!" Gabi langsung menutup mulutnya.
"Keluarin nggak ?! Jangan aneh-aneh!" Rey mencoba menarik benda itu.
"Ah Abang .. tunggu, jangan di tarik.. Ah~ Pelan-pelan Abang .. Mm~"
Rey melihat wajah Gabi, air matanya mulai berjatuhan juga kedua pipi yang sudah berubah merah.
Entah apa yang merasuki Rey, dia dengan sengaja mendorong benda tadi masuk kembali ke dalam hole Gabi.
"Ang-Mmph!!" Gabi menutup mulutnya, kakinya menekuk juga tubuhnya bergetar hebat saat Rey melakukan hal barusan.
"Hei.. Hei.. kamu benar-benar aneh dek, seenak itu ya ?" Kata Rey dengan seringai di bibirnya.
"Mm...Abang, udah.. jangan lagihh, ah...jangan Abang" Gabi meremas lengan baju Rey tapi entah kenapa Rey seolah menikmati mempermainkan adiknya seperti ini.
"Jangan di rapatin kakinya, buka.. Abang aduin mamah kamu nanti kalau nggak nurut"
Gabi semakin kuat meremas baju Rey, dia mulai menangis tapi mau tak mau Gabi menuruti apa yang Rey katakan.
Gabi membuka kakinya.
"Lebih lebar lagi" perintah Rey.
"UMm!" Kaki Gabi bergetar, saat dia berniat membuka kedua kakinya lebih lebar lagi suara ibunya membuat Gabi syok.
"Abang, dek.. !"
Deg!ย
Gabi langsung mendorong Rey menjauh darinya, dia juga bergegas menutup tubuhnya dengan selimut lalu berbaring membelakangi Rey.
Krek.
Ibunya membuka pintu kamar Gabi.
"Hm ? Gabi kenapa bang ?" Tanya ibunya.
Rey hanya diam menatap Gabi.
"Abang!" Ibunya menepuk lengan Rey yang membuatnya langsung tersadar.
"Iya mah ?" Rey menatap ibunya.
"Adek mu kenapa ?" Tanya ibunya.
"Ah ini..." Rey mencoba mencari alasan sedangkan Gabi yang ada di dalam selimut sudah berdebar tak menentu, dia takut Rey mengadu.
" ...katanya adek sakit, dia keringat dingin mah" ujar Rey.
"Oh gitu ya, dek.. coba mamah lihat" ibunya menarik pelan selimut Gabi yang hanya memperlihatkan kepala Gabi saja.
Ibu Rey menempelkan punggung tangannya di dahi Gabi.
"Sedikit panas tapi kamu berkeringat.. ya sudah mamah masakin bubur ya nak, kamu mau ?" Tanya ibunya.
Gabi hanya mengangguk pelan.
"Iya.. istirahat aja ya, ayo Rey.. biarin adek mu istirahat dulu"
Rey melirik Gabi.
"Iya mah" jawab Rey, keduanya berjalan keluar dari kamar Gabi.
Gabi langsung memeluk tubuhnya.
'Abang udah tau, aku harus gimana ?!' jerit Gabi dalam hatinya.
Chapter 02
Gabi menyesali apa yang sudah terjadi tapi ini juga kesalahannya yang tidak mengunci pintu kamar.
Gabi sangat takut Rey datang mengantar bubur ke kamar tapi rasa khawatir Gabi hilang saat melihat ibunya yang masuk ke dalam kamar.
"Gimana perasaan mu nak ?" Tanya ibunya seraya membawa nampan berisi semangkuk bubur masuk ke dalam kamar Gabi.
Gabi tersenyum kecil.
"Lumayan baik mah, sekarang udah nggak apa-apa" jawab Gabi.
"Coba mamah cek" ibunya menaruh nampan tadi di atas meja belajar Gabi lalu mengecek suhu tubuh anaknya.
"Iya udah nggak panas lagi, makan bubur mu ya.. trus istirahat lagi"
Gabi mengangguk pelan tapi sebelum ibunya pergi Gabi bertanya kemana Rey.
"Abang mu ? Dia di dalam kamarnya"
Gabi bernafas lega.
"Oh gitu, ya udah mah"
"Kenapa memangnya nak ?"
"Nggak apa-apa, cuma tanya Abang aja mah" jawab Gabi dengan senyum kaku.
"Hm, mamah ke dapur dulu ya.. siapin makanan, bentar lagi papah mu pulang kerja"
Gabi mengangguk pelan, ibunya melangkah keluar dari kamar Gabi. Setelah yakin ibunya menuruni tangga, Gabi langsung mengunci kamarnya walau pun kamar Rey ada di lantai bawah sedangkan kamar Gabi satu lantai dengan orang tuanya.
Gabi cukup khawatir setelah kejadian tadi, dia perlu berjaga-jaga takut Rey datang.
Pria muda berusia 16 tahun ini menarik dan menghembus nafasnya beberapa kali agar kecemasannya berkurang setelah merasa tenang Gabi mulai memakan bubur buatan ibunya.
Dia dan Rey berbeda 6 tahun, Rey saat ini menempuh pendidikan di Universitas negeri sedangkan Gabi masih duduk di bangku SMA.
Melihat Gabi melakukan hal seperti itu pasti Rey sangat terkejut tapi senyuman Rey saat menyentuh tubuhnya membuat Gabi tau hubungan keluarga ini tidak akan berjalan normal lagi.
"Ugh .. " Gabi meremas rambutnya.
" ..ini salah ku" gumamnya.
Malam itu sesuai perkiraan Gabi, Rey benar-benar datang menemuinya tapi pintu kamar yang sudah terkunci dari dalam menghambat Rey untuk masuk ke dalam kamar Gabi.
Tapi rupanya Rey tidak menyerah, saat pagi tiba Rey sudah menunggu Gabi di depan pintu kamar.
"Abang.. " Gabi menatap Rey yang saat ini melipat kedua tangannya di depan dada.
"Mamah nyuruh kamu cepat turun, sekalian Abang antar kamu ke sekolah"
Deg.
Gabi meremas gagang pintu kamarnya.
"Ak-aku bisa naik taksi" jawab Gabi.
"Taksi mahal, jangan buang-buang uang.. cepat turun dek" Rey melangkah pergi.
"Ah, iya" Gabi menghela nafasnya berat, dia akhirnya turun menuju meja makan dimana ada ayah dan ibunya disana.
Layaknya keluarga pada umumnya, mereka makan bersama-sama tapi ada sedikit rasa canggung antara Gabi dan Rey.
"Kenapa kalian diam-diaman ? Lagi berantem ya ?" Tanya ayah Rey.
"Biasa pah.. " Rey menatap Gabi tajam.
" ..adek kakak" lanjut Rey.
"Hahaha kalian ini, udah ya.. jangan marahan.. udah pada gede, ayo sarapan .. Gabi jangan ngambek sama Abang ya"
"Nggak kok mah, aku nggak marah !"
"Adek... " Gabi langsung menatap Rey.
" ..cepat habisin sarapan mu, nanti telat"
Gabi menunduk.
"Iya bang"
Keduanya berpamitan pergi setelah sarapan, Rey membuka pintu mobil lalu mendorong Gabi masuk.
"Abang, jangan kasar sama adek mu"
Rey tersenyum.
"Maaf mah~ Kami pergi ya"
"Hm, hati-hati di jalan" ibu Rey melambaikan tangannya.
Rey langsung tancap gas membawa Gabi pergi, selama di perjalanan ke arah sekolah Gabi.
Gabi tidak bisa melihat wajah Rey, dia merasa malu juga takut. Gabi takut Rey mengadu pada orang tua mereka.
Di tengah rasa canggung Rey tiba-tiba bersuara.
"Jangan kunci kamar mu malam ini"
Deg!
Gabi langsung meremas celananya.
"Apa jawaban mu dek ?"
Gabi menunduk.
"Iya bang"
.
.
Bersambung ...
ย
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
