Percakapan Dua Kucing

5
4
Deskripsi

         Menjelang sore hari, Dul dan Tia memutuskan untuk pergi berkelana sebelum kembali menuju rumah masing-masing. Biasanya, mereka akan menghabiskan waktu dengan berbincang soal pemilik yang sangat aneh walau terkadang unik. Biasanya mereka akan bertemu di tempat yang tidak jauh dari rumah mereka atau akan bertemu di tengah para pengguna motor yang akan melakukan protes tidak jelas. Ya, mereka hanyalah binatang berbulu yang hanya tidak mau tahu.

         Sehabis makan, sudah pasti menjadi kebiasaan mereka untuk menghabiskan waktu bersama. Dul dan Tia pertama kali bertemu atas dasar dua pemilik mereka yang memang sengaja mengajak mereka bermain bersama. Sama-sama kucing liar yang memiliki rumah, mungkin akan mudah berbaur, begitu kata mereka. Dul terdiam sambil mengusak telinga yang sedikit terasa gatal, "aduh, kalau sore begini, enaknya makan apa ya?"

         "Loh, memangnya si mbak nggak ngasih makan?" kata Tia, lalu berhenti melangkah selagi memandangi telinga Dul. "Kamu nggak apa 'kan?" sedikit terheran, walaupun si kucing jantan tidak memberikan reaksi apapun. Padahal dia baru saja dimandikan, kalau diingat rasanya ingin kesal. "Aduh, ngasih, sih. Cuman masih lapar. Apa nanti aja kali, ya?" Si kucing jantan menguap tak lama duduk. Mereka sudah berada di bawah pohon yang rindang, sembari menikmati hembusan angin yang terus membuat Dul menguap. "Iya, nanti aja. Mending kita disini saja, aku belum selesai bercerita."

      "Oh, ya, sampai mana tadi?" Tia terkekeh, lalu mengubah posisi menjadi duduk sejenak memandang daun berjatuhan. "Soal kucing Maine Coon, kucing itu sangat besar. Kakak pemilikku sempat melihat, aku sangat takut. Kalau benar mau diadopsi, apa aku akan tersingkirkan?"


           Dul terdiam, kedua kaki depan sibuk menginjak daun sebelum ia ikut duduk di samping sang kucing betina, "kamu pikir, akan semudah itu? Tidak. Mereka akan ingat dirimu, mungkin menambah teman barumu di rumah, Tia?" Ketika mengajukan pertanyaan, memang sempat mengingat cerita dari kucing lain yang sempat ditemuin. Tia dan Dul memang sudah lama berteman mungkin 3 tahun? Bukankah sangat mustahil jika Tia akan tergantikan. "Ah, iya, hanya saja, maukah dia berteman denganmu?" Tia bertanya, meski tak menunjukkan raut wajah yang menyenangkan, khawatir.

         “Sebaiknya tidak usah dipikirkan,, kita tidak tahu akan seperti apa kucing itu. Lagipula, bisa saja kakak hanya ingin melihat-lihat. Jenis kucing tidak hanya domestik saja," kata Dul. "Loh? Kenapa bisa tahu?" si kucing betina terheran begitu mendengar kalimat yang diujarkan oleh sang kucing jantan. "Sama seperti kakak pemilik, mbak sering cari jenis kucing. Aku, sempat mengeong terheran. Tak lama dijelaskan, kalau mbak hanya ingin mencari jenis kucing. Bisa saja mbak sedang diskusi dengan kakak?"

        Lagi, si kucing betina terdiam. Bukannya ingin mendiamkan saja, Tia kebingungan harus memberikan jawaban apalagi kepada Dul. Tak lama, si kucing jantan terkekeh, "kalau dipusingkan, bukankah kakak ikut bersedih? Sudahlah, kita tidak akan bisa digantikan. Lihat badanmu, semakin kurus nanti," ejek Dul.

         "Hus, Dul, kalau menggemuk, nanti aku sesak napas." Percakapan mereka terhenti begitu kedua pemilik datang untuk menjemput mereka. "Nah, ini si Dul sama Tia. Udahan dulu mainnya, besok lagi, ya!" Tak lama disauti oleh Tia dan Dul berbarengan, "meoooow!"


 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Cerita Pendek
Selanjutnya Kucing Kecil
3
0
Kucing kecil dengan rasa penasaran baru saja melakukan perjalanan pendek. Meski harus ada gangguan yang tidak terduga…
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan