
Deskripsi
Part kali ini para pembaca Cinta untuk Nada akan diajak bernostalgia sebentar tentang kisah asmara DEWATA ARJUNA dan DENADA APRILIA.
Novel Gimmick ini adalah salah satu seri PELAKOR jadi akan ada bagian-bagian yang saling terkait dengan PELAKOR dan CINTA UNTUK NADA.
CINTA UNTUK NADA sendiri sudah tamat dan bisa dibaca di aplikasi novelme dan untuk sesi 1 CINTA UNTUK NADA versi cetak sudah bisa dipesan melalui linktr.ee/richauthor
Selamat membaca
DISCLAIMER:
Hai kakak semua, ketika melakukan transaksi...
Gimmick
1.8k
896
94
Selesai
Masih kelanjutan seri PELAKOR. Selesai baca Matre bisa lanjut ke sini ya.
1,694 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Gimmick
Selanjutnya
not just LOVE (Lengkap Hingga TAMAT)
37
27
Novel ini tersedia juga dalam versi cetak, dengan judul, isi dan harga yang sama. Pemesanan bisa dilakukan melalui WA 085156562249.Disclaimer:ISBN: 9 786235 503875Kutipan Pasal 72 terkait ketentuan Pidana Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak CiptaPasal 72 ayat (1) : Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).Pasal 72 ayat (2) : Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).====Blurb Kenapa sih lu nggak bilang aja kalau lu nggak bisa nikah sama cewek, karena lu udah punya gue? Biar kita sama-sama cowok, tapi love is love, ga ada yang salah ama cinta kita, Ricky! Ricky (30th) terpaksa harus meninggalkan kekasihnya Bian (30th) untuk menikahi Revana (22th). Tapi bisakah seorang yang memiliki kelainan seperti Ricky dan masih menyukai kekasih sesama jenisnya menjalin hubungan dengan wanita tulen seperti Revana? Siapakah yang akan di pilih oleh Ricky? Kekasihnya Bian atau Revana? Dan apa yang akan terjadi pada Revana setelah dia tahu seperti apa suaminya? Yuk ikuti kisahnya dalam novel not just LOVE.
BAB 1 TERPAKSA DIHALALKAN Ugggh! Enak banget Ricky, genjot lagi Ricky! Oooh, lu emang tahu banget apa yang gue mau! Sssshhhh gila parah, sumpah baru dikocok tangan enaknya bikin melayang, ssssh ... aaaakh! Permainan makin panas, makin melengking suara bariton yang menyuarakan enaknya kocokan Ricky. Bikin mabuk kepayang yang merasakannya. Nikmat sampai dari tadi dia terus membasahi bibirnya sendiri dengan air yang ada pada indra pengecapnya Ougghhhhh ... oooh, Rickyyyyyyy gue cinta banget ama lo! Terong gue puasssss banget, Beb! Ya puaslah! Udah muncrat kan lo! celetuk Ricky yang baru saja mendengar lolongan panjang dan dia pun mengangkat tangannya dari si panjang tadi yang sudah meleleh. Ehehehe, emang udah, nikmat banget, semangat deh gue pagi ni! Lalu dia menatap Ricky. Tapi lo kan belom, sini gue puasin dulu. Booster buat pagi lo, Ky! ucap pria yang masih terengah-engah di sofa itu. Dia memindai Ricky dengan tatapan genit manja bagai seorang yang sedang menggoda kekasihnya. Jauhin tangan lo, Bian! Ricky mengeplak dengan punggung tangannya, lalu berdiri. Dia berjalan ke arah dapur, melepas dan membuang sarung tangan karet ke tempat sampah tanpa tangannya terkena cairan Bian Yah, kok lo nolak gue, Ricky? temannya tak suka. Dia cemberut pada Ricky yang kini masih memunggunginya. Ga usah sekarang, gue buru-buru, Bian, ujar Ricky sambil dia membuka keran wastafel dan mencuci tangannya. Mengingatkan Bian pada rencana keluarga Ricky, sehingga hati Bian nyeri, pilu, sulit dibayangkan pedihnya. Lo jadi nikah sama cewek itu, Ricky? dengan suara yang terdengar masih kecewa, Bian bertanya lagi pada Ricky yang sudah memakai kembali jasnya dan berjalan ke meja hendak mengambil kunci mobilnya. Jadi! Ricky lalu menengok pada Bian yang tadi bertanya dan masih duduk di sofa, masih polosan, bahkan sesuatu yang memanjang dari tubuh Bian belum mengecil sempurna. Hari ini pernikahan gue, lo ga usah nunggu gue malem ini, penjelasan Ricky makin membuat Bian lesu.Nggak bisa gitu lo nggak nikah sama cewek pilihan bokap lo? Bian mulai mengutarakan unek-uneknya. Kenapa sih lo nggak bilang aja kalau lo nggak bisa nikah sama cewek tu karena lo udah punya gue? Biar kita sama-sama cowok, tapi love is love, ga ada yang salah sama cinta kita, Ricky! Kita bahagia berdua.Bian, stop! Ricky menegaskan. Dia tahu keputusan ini berat untuk dirinya dan Bian, apalagi hubungan mereka sudah dirajut selama tujuh tahun. Tapi Ricky tak punya pilihan. Sorry Bian! Gue udah jelasin dari seminggu lalu tentang keinginan bokap gue. Ricky lalu melangkah mendekat pada Bian dan memegang bahu Bian. Bokap gue cuman punya anak gue aja! Dan lo tau kalau gue ga mungkin bilang enggak kalau bokap gue minta sesuatu. Termasuk buat liat gue nikah dan punya anak. Gue ga bisa ngecewain dia.” Terus lu bakal ninggalin gue gini aja? Main ama cewek itu bikin gue merana? Ricky agak berat juga saat air mata Bian meleleh. Tapi lebih berat lagi kalau Ricky harus membuat ayah yang selama ini membesarkannya kecewa. Mengingat kondisi ayahnya, Ricky jujur takut kalau tak bisa mewujudkan selagi ayahnya masih hidup. Gue tetap sayang sama lo, Bian! Hubungan kita akan tetap kayak biasa. Lo sama gue ga akan ada yang misahin. Kita akan terus bersama.” Ricky meyakinkan. “Gue bakal mikirin gimana caranya gue bisa pisah sama itu cewek. Tapi untuk sementara ini, coba sabar dulu aja. Tunggu gue! Lo bakalan main sama tu cewe demi keturunan keluarga lo? pertanyaan Bian yang dijawab Ricky dengan gelengan kepalanya. Gue cuma nyumbang benih aja. Pembuahan di luar. Gue bakal bujuk cewek itu! Lo jangan khawatir, gue ga ada feel sama cewek! *** Bian dan Ricky adalah teman satu SMP. Mereka sudah kenal cukup lama. Tapi hubungan mereka sebagai kekasih ini baru tujuh tahun. Ada banyak hal yang membuat mereka nyaman sehingga terperangkap dalam cinta terlarang, menjadi pasangan satu jenis. Tapi Ricky tak mungkin mengatakan ini pada ayahnya, Sudrajat. Ricky masih terlihat normal di hadapan Sudrajat. Karena itulah, Ricky terpaksa meninggalkan Bian dan melajukan mobil ke rumah ayahnya. Syukurlah kau pulang tepat waktu Ricky! Sudrajat, ayah Ricky memang sudah menunggu di teras rumahnya. Dia pun tak menunggu lama, sudah masuk ke dalam mobil Ricky, sambil menyapa begitu. Maaf aku telat Ayah. Ada banyak urusan di perusahaan yang harus aku selesaikan, ucap Ricky yang menggunakan alasan pekerjaannya sebagai excuse kepada Sudrajat, seperti biasa. Dia bicara sambil melajukan mobilnya diikuti oleh dua mobil kerabat yang membawa iring-iringan. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Ricky tak ingin buang waktu, karena resepsi akan dilakukan jam sembilan pagi. Hmm ... kerja boleh, tapi inget istirahat juga Ky. Kamu jangan terlalu lelah, buat hidupmu balance antara kerja untuk dunia, istirahat untuk fisikmu dan ibadah untuk akherat, Ricky! Pesan itu bukan sekali diucapkan oleh Sudrajat untuk putranya. Dia sudah berkali-kali mengutarakan ini dan Ricky hanya bisa mengangguk menurut saja di hadapannya meskipun di belakang, Sudrajat tentu saja tidak bisa melihat apa saja yang dilakukan anaknya di luar sana. Iya Ayah. Ricky selalu menjawab begitu, apapun pesan ayahnya. Sepanjang jalan itu, mungkin telinga kirinya memerah juga harus menerima wejangan yang tak pernah berhenti dari bibir Sudrajat. Sudah dia kesal karena perjalanan jauh dan melelahkan, sekarang Ricky juga harus memendam rasa lelahnya karena ceramah ayahnya. Setelah satu setengah jam berlalu, mereka pun tiba di kawasan Parung, Bogor. Agak pelosok masuk ke dalam desa, ini membuat Ricky menggerutu dalam benaknya. Dirinya sudah memberikan saran pada ayahnya agar pernikahan di buat simple, di kota dengan sewa gedung. Tapi teman ayahnya menolak, lebih memilih membuat pesta sederhana di rumahnya sendiri, ‘Acara resepsinya sudah disepakati di rumah saja. Hemat, tak perlu berlebihan, Ricky. Yang penting dari pernikahan itu adalah ijab qabul, sah dan kehidupan setelah pernikahan yang membawa keluarga pada kehidupan yang sakinah, mawaddah, warohmah. Kalian bisa membangun keluarga untuk dunia akherat. Berkah dan ridho Ilahi yang penting.’ Ricky masih ingat ucapan ayahnya saat saran itu diberikan. Rumah tangga yang membawa berkah? Mendapatkan ridho Ilahi? Itu semua tak penting untuk Ricky. Baginya, asal wanita yang dinikahi mau diajak kerjasama, berapapun akan dibayar olehnya. Asalkan dia bisa punya anak dengan inseminasi buatan, Ricky punya keturunan tanpa menyentuh wanita itu dan dia bisa menjaga rahasia pada keluarganya maupun ayahnya, Sudrajat. Itu sudah cukup untuk Ricky. “Alhamdulillah, kita sudah sampai!” Sudrajat terlihat senang, sedang Ricky, acuh tak acuh memandang bangunan di sisi kanannya. Sebuah rumah sederhana. Di bilang mewah, biasa untuk Ricky. Tapi di kampung itu, memang rumah calon mertuanya bisa di bilang cukup bagus. Ricky belum melihat rumah sebesar itu sepanjang dia memasuki wilayah kampung. Halaman luas, tingkat dua dan pagarnya panjang ke belakang. Sepertinya lahan di belakang juga cukup besar. Namun semua itu bukan fokus Ricky. Tujuannya sekarang, menikah dan bernegosiasi dengan wanita yang akan dinikahinya. Assalamu'alaikum, Bapak, Ibu. Entah sudah berapa lama Ricky tak berucap salam. Dirinya agak kaku saat menyapa calon mertuanya. Untung sebelum turun dari mobil ayahnya yang bijak sudah mengingatkan Ricky berucap salam secara islami. Ricky mengikuti saran ayahnya, meski hatinya tak nyaman. Sejak Ricky lulus kuliah lalu berhasil membangun perusahaannya dan memutuskan untuk tinggal di apartemen, saat itulah Ricky sudah tidak akrab dengan sapaan-sapaan salam macam itu. Dia terlalu sibuk dengan perusahaan dan menjalin hubungan dengan Bian yang jauh dari agama. Wa’alaikumsalam. Mari masuk nak Ricky!”Muhaimin, calon mertua Ricky memeluk lalu mempersilakan pada Ricky. Sudrajat memang sudah menjadi sahabat Muhaimin sejak mereka di pesantren dulu, sampai sekarang. Karena itu, setelah Ricky mengatakan bahwa dia akan menerima calon dari ayahnya, saat itulah Sudrajat langsung menemui Muhaimin. Dia menceritakan apa alasan kedatangannya dan menanyakan kerelaan Muhaimin untuk menjodohkan putri keduanya. Berbekal hubungan yang dekat ini dan memang kebetulan Muhaimin juga masih memiliki seorang putri yang masih lajang, saat itulah dia memutuskan untuk menerima permintaan sahabatnya, Sudrajat, tanpa banyak pertanyaan dan syarat. Nak Ricky, sebelum memulai ijab kabul, apa ingin bertemu dulu dengan Revana? Tidak perlu Bapak! Ricky tak mementingkan ini. Saya menerima fisik Revana bagaimanapun nanti. Tapi apa boleh saya bertanya apakah Revana menikah dengan saya tanpa ada unsur paksaan? Ricky sebenarnya tak peduli karena tak ada niat untuk jatuh cinta pada Reva, calon istrinya. Dia hanya ingin tahu saja, mungkin ada celah untuk tak melanjutkan pernikahan jika Reva merasa keberatan. Putriku sudah melihat foto nak Ricky. Ayah nak Ricky juga sudah memberikan informasi juga tentang pekerjaan nak Ricky dan Reva tidak ada keberatan untuk menikah, Insya Allah, tidak ada paksaan.” Fix tak ada jalan mundur untuk pernikahan ini. Kalau begitu mari kita mulai ijab kabulnya! Ricky tidak lagi mau membuang waktu. Dia ingin cepat selesai dan melakukan niatnya bernegosiasi dengan Reva. Acara ijab kabul pun segera berlangsung selesai Ricky menimpali Muhaimin dan pernikahan itu pun: SAH! Alhamdulillah! Suara saksi yang baru saja terdengar disambut dengan ucapan syukur semua yang berada di dalam ruangan itu.Meski ada pertentangan batin dalam hati Ricky, dia tetap tersenyum, seakan tak ada masalah. Memang Ricky berhasil mengutarakan ijab kabul dalam satu napas. Tapi tentu saja, ini bukan keinginan hatinya. Keresahan semakin besar, tapi Ricky mencoba menutupinya dengan senyum tipis menyambut uluran tangan penghulu, ayahnya, Muhaimin, yang kini sah menjadi ayah mertuanya, para saksi dan undangan yang mengucapkan selamat. Untung saja tidak terlalu banyak orang. Hanya kurang dari tiga puluh peserta dan itu semua hanya bagian dari keluarga yang sudah dikenal Ricky. Juga beberapa orang baru, seperti pejabat di lingkungan RT setempat dan tetangga dekat Muhaimin. Acara syukuran pun terbilang sederhana, tak ada musik, tenda mewah atau pun kursi pelaminan. Sejujurnnya, Ricky agak heran, terlalu sederhana padahal keluarga itu mampu membuat yang lebih mewah. Selesai akad nikah, anggota keluarga Muhaimin langsung menyambut tamu dan mengajak mereka semua untuk menikmati prasmanan. Ini agak berbeda dengan pernikahan biasanya yang selalu memajang pengantin di pelaminan. Tapi ini tidak terjadi di pernikahan Ricky. Mereka semua memang mengutarakan selamat kepada Ricky, tapi mereka tidak bertanya di mana calon pengantin wanitanya.JustruMari nak Ricky, Ibu antarkan ke kamar Reva. Seorang wanita yang tadi sudah diperkenalkan kepada Ricky sebagai ibu mertuanya menyapa.Iya Ibu. Ricky menjawab kikuk. Dia tak banyak bicara, tapi sudah mengikuti langkah kaki Sarah, istri Muhaimin, menuju ke lantai atas. Wanita itu menuju sebuah kamar yang sudah dihias pintunya. Sudah bisa ditebak oleh Ricky. Itu adalah kamar pengantin, di mana malam ini Ricky terpaksa harus bermalam di dalamnya.Silakan nak Ricky, Reva sudah menunggu di dalam.Sarah berucap setelah dirinya mengetuk pintu. Tidak ada yang membukanya dari dalam. Tangan Sarah sendirilah yang memegang handle pintu dan mendorongnya membuat Ricky tiba-tiba saja berdegup hatinya.Haruskah dia melangkahkan kakinya masuk? di dalam sana ada seorang wanita yang memang sudah dinikahi olehnya. Pintu juga sudah dibuka sejengkal, meski Ricky belum bisa melihat isi ruangan utuh. Dia ragu, tapi melihat Sarah sudah tersenyum terpaksa lagi Ricky mengangguk lalu melangkahkan kakinya masuk.Dan suara pintu yang ditutup Sarah, bukan hanya mengagetkan Ricky, Kenapa ditutup begitu wajahnya? Dia pakai cadar? Ricky terhenyak. Wanita yang dinikahinya bukan wanita biasa. Wanita yang tampak nervous, sama sepertinya, menunduk dalam dan Ricky bisa melihat kecemasannya.Assalamu'alaikum Kak.Meski gugup dan suaranya terdengar serak dan pecah, Reva sudah memberanikan diri untuk menyapa Ricky lebih dulu. Untung saja, karena Ricky sendiri tidak yakin kalau dirinya bisa menyapa Reva. Ini berat untuknya, dia masih shock. Wa- ehm, Wa'alaikumsalam. Ricky akhirnya berhasil menjawab. Kamu Revana? Iya kak, ucap Reva. Ricky sendiri merasa bodoh bertanya begitu. Jelas itu Reva, istrinya. Memang siapa lagi yang memakai pakaian kebaya dan berani duduk di ranjang, di dalam kamar pengantin mereka kalau bukan pengantinnya? Lalu apalagi yang harus Ricky perbuat? Dia canggung. Nah kan gak mungkin Ricky berdiri di sana saja. Ricky juga ingat tentang rencana negosiasinya. Dia pun melangkahkan kaki mendekat dan ini membuat Reva juga ikut gemetaran. Makin menunduk dalam meski wajahnya masih dilindungi cadar. Nano-nano rasa di hati Reva. Apa yang harus dilakukan Ricky untuk menanggulangi kegugupan ini dan dia bisa bicara biasa dengan Reva? Ricky berpikir keras. Dia harus mendapatkan kepercayaan Reva sebelum mulai bernegosiasi. Tapi apa? Ricky masih berpikir dan buntu hingga tangannya tak sengaja masuk ke saku celana dan menyadari sesuatu yang ada di sana. Mungkinkah ini bisa digunakan untuk membuat hubungan mereka lebih rilex? Ricky pun bergegas mendekat dan merogoh sakunya. Revana, ini cincin pernikahan kita, boleh aku sematkan di jarimu?BAB 2 GADIS BERCADAR Bo-boleh Kak. Ragu, cemas, malu, khawatir, semua rasa mengganggu di hati Reva. Tapi dia tetap mengangguk dan menjawab begitu ketika Ricky sudah mengutarakan niatnya. Reva memang sudah mengizinkan tapi dia tidak mengangkat jari tangannya, tetap membiarkan tangannya ada di pangkuannya. Ini membuat Ricky menghela napas pelan. Terpaksa harus sedikit membungkuk demi menggapai jari tangan dengan kulit putih susu, terlihat bersih tanpa noda. Memiliki tangan secantik itu, jelas Ricky penasaran dengan wajah Reva. Namun, Ricky tak yakin Reva akan mengizinkan dirinya melihat wajahnya dengan mudah, sedangkan mau dipegang tangannya saja, dia menggesernya dan menjauhi dari tangan Ricky yang sudah mendekat. Kenapa kamu menjauhkan tanganmu? Reva bersikap seperti tak ingin disentuh. Dia meremas ujung kebayanya sendiri. Ricky yakin sekali, gadis polos ini pasti sudah berpikir macam-macam dalam benaknya. Belum juga dia mengutarakan niatnya, wanita itu sudah membuat Ricky sulit. Kepala Ricky berdeyut. Belum menentukan tindakan selanjutnya saat keduanya saling membisu. A-aku mau cium tangan Kakak dulu. Kak Ricky sekarang kan sudah jadi su-suami aku. Tapi pernyataan itu jelas berlawanan dengan pikiran Ricky. Reva terbata-bata tapi dia memang berusaha memberanikan diri menyatakan alasan kenapa menarik tangannya. Meski hatinya malu dan masih ragu, tapi Reva sadar apa yang harus dilakukannya. Dia ini menggerakkan tangannya setelah Ricky mengangguk.Bukan hanya jantung Reva yang berdegup tak normal. Ricky juga merasakan hal yang sama ketika tangan putih susu yang membuatnya penasaran itu menyentuhnya. Tangan yang dingin menjadi bukti Reva nervous dan kini Ricky lebih kaget lagi, saat Reva tanpa diperintah sudah menggerakkan satu tangannya lagi membuka cadarnya, sebelum bibir merah ranum itu menyentuh punggung tangan Ricky Ingat misimu Ricky! Dia tak ingin terhanyut. Karena itu Ricky mengingatkan dirinya sendiri yang justru sulit berkata-kata ketika istrinya sudah mencium tangannya dan menunjukkan kecantikannya. Tak ada make up berlebih. Tak ada senyum manis pura-pura. Gadis itu terlihat cantik meski hanya dibalut riasan sederhana. Terlihat menawan dengan kesederhanaan dan senyum tulus di bibirnya. Sungguh berbeda dengan wanita-wanita yang sering ditemui Ricky. Pria itu susah payah harus kembali fokus. Sekarang giliran aku ya yang pakaikan cincinnya! Ricky berusaha membuat Reva percaya padanya. Dengan menyematkan cincin, Ricky menunjukkan komitmennya. Dia ingin memberikan kesan pertama yang baik, sebelum dirinya mengutarakan apa niat terselubungnya. Mungkinkah Reva mau mengerti kesulitan dirinya? “Iya kak Ricky.” Dan bukan hanya Ricky yang terpesona. Pria bertubuh tegap itu pun membuat hati Reva makin bahagia, meski masih malu. Apalagi kini pandangan matanya bertautan dengan netra Ricky saat suaminya mulai menekuk kakinya, berlutut. Karena tidak etis dalam posisi berdiri Ricky bisa menyematkan cincin itu. Paling mungkin berlutut yang ada di benak Ricky. Ini cincinnya Revana, aku harap kamu suka. Ricky membuka kotaknya dan menunjukkan bagaimana kilauan batu safir biru itu membuat hati Reva mengucap penuh syukur atas pemberian suaminya. Alhamdulillah Kak, insya Allah Reva ridho sama semua pemberian Kakak! Huh, kata-kata yang lagi tak disangka Ricky akan didengarnya. Ini sungguh di luar dari rencana Ricky. Tapi dia memang tak ada pilihan lain. Dia ingin lebih dekat dengan Reva sehingga mereka bisa bicara dari hati ke hati dan yang pasti, Ricky tidak mau sampai Reva mengadu kepada orang tua mereka. Dia ingin semua yang disampaikannya nanti hanya jadi rahasia mereka berdua. “Semoga cincin ini bisa membuatmu yakin padaku, kalau aku orang yang memegang janjiku, sama seperti pernikahan ini, aku berjanji tak akan menyengsarakanmu dan memenuhi semua kebutuhanmu.” “Iya kak, memang pernikahan ini mendadak, tapi Insya Allah, Reva ga ada ragu sama kak Ricky.” Sebetulnya bukan ini yang ingin di sampaikan Ricky. Dia ingin mengatakan kalau dirinya bisa dipercaya omongannya dan tak akan menyengsarakan Revana kalau mereka berpisah nanti dan setelah perjanjian. Tapi Reva salah paham. Dan memang Ricky salah, kata-katanya berarti ambigu. Sehingga dirinya menelan saliva, berdiri dan duduk di samping Reva untuk menjelaskan ulang tentang rencananya. “Aku tahu pernikahan ini pasti sulit untukmu yang masih muda, harus tinggal bersama dengan pria yang baru dikenal dan kamu tidak tahu bagaimana sikap juga kebiasaanku. Jadi sekarang ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan denganmu, semoga ini bisa membuat semuanya mudah.” Ricky yang sudah menyematkan cincin di jari manis Reva kini memulai rencananya. Dia berniat untuk membuat semuanya clear sebelum Reva berpikir terlalu jauh. “Kak Reva!” Sayangnya, suara ketukan pintu menggagalkan rencana Ricky yang ingin memulai pembicaraan serius. Konsentrasi keduanya buyar. “Apa perlu kamu memakai cadarmu lagi sebelum aku membuka pintu?” gelengan kepala lembut terlihat dari Reva yang dihiasi senyum di bibirnya juga. “Itu adikku Bias. Kalau sama keluarga, aku ga perlu pakai cadar, kak Ricky.” Sudah, biar aku saja yang buka pintunya! Ricky sudah memegang tangan Reva yang tadi mau berdiri. Ricky refleks! Ah, kenapa sentuhan-sentuhan ini bisa terjadi? Ricky kesal sendiri. Dia tak seharusnya melakukan itu sehingga Ricky buru-buru melepaskan tangan Reva dan berjalan ke arah pintuAssalamu'alaikum! Salam kenal kakak ipar, aku Bias. ini makanan dari umma untuk kakak sama istri kakak. Dugaan Reva benar. Orang yang ada di depan sana adalah seorang pria yang masih sekitar delapan belas tahun usianya. Masih muda dan manis. Kulitnya putih dengan bibir agak pink dan rambutnya juga tertata rapi. Diaadiknya Reva, Bias. Ricky menerima nampan darinya sambil tersenyum tipis. Sebuah nampan berisi makanan sama seperti yang ada di prasmanan. Makasih ya, Bian. Saat itu juga wajah Ricky jadi memerah. Ricky mengutuki dirinya sendiri. Dia sadar kalau baru saja salah memanggil nama adik iparnya. Apakah ini akan membuat mereka semua berpikir aneh-aneh?“Hahaha, untung keplesetnya nama cowok kak Ricky, kebayang kalau nama cewek, pasti kak Reva manyun tuh di dalem.” Ricky bisa bernapas lega, karena untung saja Bias tak menanggapi serius. “Maaf, aku salah menyebut namamu, Bias.” Ricky menimpali singkat, dengan sikapnya yang agak kaku sebelum menutup pintu. Dia tak lapar, Ricky ingin bicara serius soal rencananya dengan Reva. Tapi tangannya kini memegang makanan yang tak mungkin diangguri karena akan memberikan kesan buruk. Ayo makan dulu Revana, sehingga terpaksa Ricky menunda sejenak obrolan mereka.Ricky bicara sambil berjalan mendekat pada Reva dan membawa baki makanannya. Namun Ricky kebingungan. Di mana dia harus menaruh baki itu? Tidak mungkin kan di tempat tidur? Atau memang harus makan di tempat tidur?Kak Ricky nggak keberatan kalau kita makannya di lantai? Reva bertanya pelan. Dia sangat sopan sekali saat menunjuk ke karpet. Kamar Reva itu memang sebuah kamar sederhana. Tak banyak perabot. Hanya ada karpet lembut di lantai dan memang biasa Reva juga duduk di sana kalau dia tidak sedang mengerjakan tugasnya atau ingin makan cemilan. Meja belajar juga tak ada. Hanya bupet tempat menaruh buku dan barang-barangnya, dengan meja lipat di sudut kamarnya. Sepertinya Revana memang suka mengerjakan semua aktivitasnya di karpet atau tempat tidur.Oh iya. Ricky mengangguk, dia pun menaruh makanan di atas karpet itu, membuka sepatunya dan duduk bersila, agak canggung. Di saat yang bersamaan juga Reva berdiri, menuju kamar mandi mencuci tangan, sebelum dirinya duduk bersebrangan dengan Ricky dibatasi baki makanan.Kak Ricky, mau pakai rendang, ayam goreng, sama kentang baladonya?Melihat Ricky yang kebingungan karena di baki makanan itu hanya ada satu piring kosong dengan bakul nasi di sampingnya, lalu piring berisi lauk, satu gelas kosong saja dan teko air. Ini membuat Reva berinisiatif bertanya. Oh, iya, aku nggak ada pantangan makan apapun. Reva mengerti dan saat itu juga dia menyendok nasi ke atas piring, lalu Reva juga menaruh lauk pauk di piring yang sama. Bismillahirrohmairrohim! Kak Ricky, buka mulutnya.” “A-aku bisa makan sendiri.” Refleks lagi, Ricky berucap. Tapi saat dirinya ingin menarik piring di tangan Reva, Ricky mengurungkan niatnya. Piring makan mereka memang cuma satu dan sisanya hanya piring kecil-kecil tempat lauk. “Kamu makanlah di piring itu. Biar aku makan dengan piring ini.” Nyeri sedikit hati Revana saat pria berstatus suaminya lebih memilih makan di piring bekas rendang, ketimbang harus menerima suapan darinya. Mungkin Kak Ricky memang belum terbiasa disuapi? Atau mungkin aku terlalu memaksakan diri? Impian Reva, sederhana. Dia ingin melayani suaminya. Karena itu kesedihan terlihat jelas ketika Ricky bersikap cuek dan memilih makan dalam keheningan. Reva ingin bertanya dan menjelaskan alasannya kenapa dirinya ingin menyuapi Ricky dan mereka makan sepiring berdua. Mungkin butuh waktu? Mungkin kak Ricky canggung? Mungkin dia sama malunya seperti aku? Reva berusaha tetap berpikiran positif tentang suaminya. Mencoba meredam rasa tak enak dan tak menunjukkan mimik wajah sulit untuk Ricky.ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR! Hingga pas sekali Reva baru menyelesaikan suapan terakhirnya, suara adzan berkumandang. Membuat matanya bertatapan dengan netra Ricky. “Kak Ricky, mau solat di rumah atau di masjid?” Sungguh pertanyaan Reva ini juga tak diharapkan oleh Ricky. Dia ingin membicarakan tentang hubungannya dengan Reva dan solusi keluar dari belenggu pernikahan ini. Namun sebelum sempat, Ricky lagi-lagi harus menunda karena suara panggilan ibadah yang entah sudah berapa tahun lamanya selalu diabaikan. “Aku solat di rumah saja.” Ricky malas masuk ke tempat peribadatan itu. Dirinya bahkan tak pernah lagi menempelkan dahinya di atas sajadah bertahun-tahun lamanya. “Kalau begitu, aku siapkan dulu.” Namun naas, sekarang Ricky tak punya excape plan. Mau tak mau dirinya harus mengikuti saran Reva. Dia terpaksa masuk kamar mandi, untuk wudhu. Untung saja, Ricky masih ingat bagaimana harus berwudhu seperti zaman sekolah dulu. Meski dia melakukannya malas-malasan. Yang penting basah, dia bisa keluar dan menyelesaikan solat pura-puranya selagi Reva wudhu. “Tunggu sebentar kak Ricky, aku wudhu dulu.” Ternyata dugaan Ricky salah! Dua sajadah sudah digelar. Meski Ricky sudah lama tak solat, dia paham itu artinya wanita yang sudah resmi menjadi istrinya itu ingin mengajaknya berjamaah. Dan bagaimana cara Ricky menolak yang satu ini? “Reva, kamu duluan saja, ada getar teleponku, sepertinya dari perusahaan.” Lagi-lagi ada rasa pilu dalam hati Reva ketika mendengar penolakan suaminya yang lebih memilih keluar kamar dan menerima telepon ketimbang beribadah dengannya. Ini adalah impian Revana, tapi dirinya berusaha untuk tetap positif. Mungkin memang ada masalah penting dikerjaannya? Mungkin lain waktu? Sabarlah Reva!***Mau apa dia meneleponku? Tapi kalau aku tidak mengangkatnya dia pasti akan telepon-telepon terus. Nanti ini akan jadi masalah kalau ada yang curiga dan bilang ke ayah. Sementara di luar kamar, Ricky agak kesal juga kenapa orang di ujung sana tidak mengerti dan tidak bisa bersabar. Ini membuatnya cepat-cepat mengangkat telepon.Ricky: Iya Bian? Kenapa nelpon?(suara Ricky berbisik-bisik. Dia memastikan bahwa percakapannya dengan Bian tidak akan terdengar oleh siapapun)Bian: kok lo nanyanya gitu sih ke gue? Ya jelaslah gue nelepon! Apa lo nggak tahu segila apa gue sekarang?Ricky: alah, biasanya juga gue keluar kota sampe seminggu, lo nggak segininya!Bian: Ya sekarang kan beda. lo bukan ke luar kota! Lo nikah! Apa lo nggak tahu galaunya hati gue? Lo lagi ngapain? Apa lo lagi berduaan sama dia? Main kuda-kudaan? (Pertanyaan yang membuat Ricky meringis tapi dia tidak bisa melanjutkan obrolan di telepon. Karena seseorang yang tadi mengantar baki makanan dilihat Ricky menaiki tangga.)Ricky: Bian, banyak tamu undangan di sini. Nanti gue telepon lagi. Telepon sudah dimatikan oleh Ricky, tapi apakah Bian percaya? Kok lo tega banget sih telepon gue langsung dimatiin kayak gitu? Apa lo nggak tahu merananya gue karena lo nggak ada di sini dan sekarang lagi nikah sama cewek itu?” Air mata Bian kembali mengalir dari mata yang sembab itu. Entah sudah berapa banyak tisu yang dihabiskan Bian. Dari sejak Ricky pergi sampai sekarang, Bian masih duduk di kursi yang sama dan dia tidak melangkah ke mana pun. Dirinya hanya memeluk plastik tisu ukuran seribu gram dengan perasaan hancur. Ricky, apa lo yakin nggak bakalan ninggalin gue karena cewek itu? masih sambil menangis Bian terus saja meratapi kepergian Ricky. Dan jangan pernah lupakan kalau dirinya masih polosan. Bian belum menggunakan sehelai kain pun.Mager, Bian tak ada gairah untuk melakukan sesuatu pun. Bahkan dari tadi Bian belum mengambil makan atau minum. Yang ada dia hanya meratapi kepergian Ricky saja. Rindu itu memang membuat sakit.Udah siang gini tapi lo nggak ngasih kabar ke gue, malah harus gue yang hubungin lo kayak tadi! Apa tuh cewek terlalu cantik sampai lo lupain gue Ricky?Yah, Bian galau. Bian lalu mengambil handphonenya dan mengecek sesuatu di sana.Semua kenangan kenangan indah ini! Cinta kita Ricky, kasih sayang abadi, love is love, love is freedom, love is no gender, cinta kita suci Ricky! kenang Bian sambil menarik bantal kursi, masih ngeringkuk. Tangannya meraih margarin, pengganti painless lubricant yang kebetulan habis.Lo janji nggak akan pernah ngelupain gue kan Ricky? Lo janji bakalan terus sayang ama gue sampe mati, ga akan ngehianatin kesucian cinta kita, ucap Bian yang kini matanya memandang ke arah handphone melihat semua foto dirinya bersama dengan Ricky yang diabadikannya di sana sambil tersenyum dan kadang-kadang sambil menangis, entahlah, hatinya berasa makin rapuh.Ganteng banget sih laki gue ni! Awas aja kalau sampai tuh cewek ngerebut lo dari gue Ricky! Pokoknya gue nggak akan tinggal diam! Gue nggak akan ngampunin dia! ucap Bian lagi-lagi sambil memeluk handphone-nya sendiri yang masih menunjukkan foto Ricky dan dirinya bersama, menaruhnya di dekat jantungnya.Aaah, bisa gila gue kalo ditinggal sama lo Ricky! Cinta suci gue cuma buat lo!” protes Bian yang makin kacau sendiri. Rasanya benar-benar seperti kekasih rahasia yang ditinggal nikah oleh kekasih yang sangat dicintainya. Hatinya terluka. Sama seperti seseorang yang kehilangan tambatan hati. Yang membuat Bian setiap kali mengingat nama Ricky terus saja menangis. Dan kini, Bian mengingat sesuatu lagi yang membuat dirinya bergidik. Kalau habis nikahan itu kan ceweknya tuh suka dicium gak sih? tanya Bian pada dirinya sendiri dan kini dia tidak menunggu lama langsung membuka aplikasi YouTube. Mencari dengan kata kunci AKAD NIKAH Deg-degan juga Bian ketika hasil pencariannya bisa dibuka. Nggak boleh! Ini nggak boleh kayak gini! Aduh Ricky pokoknya enggak boleh! Bibir sexy lu, cuma milik gue! ujar Bian yang mulai was-was dan kembali memencet tombol hijau saat nama kontak kekasihnya ada di layar."Eh tapi tadi kata Ricky gue nggak boleh nelpon, kan? Dia lagi ada pesta. Ah masa bodolah! Ini penting! Kalau dia enggak ngangkat gue yang akan datang ke sana!”Namanya juga sudah cemburu. Ini memaksa Bian berimajinasi liar membayangkan Ricky dan Revana. Dirinya terbakar dalam kobaran api amarah.Ricky: Halo?Bian: Ricky, lo ga nyium dia kan? Lo ga kasih bibir lo, favorite gue, kecintaan gue ke dia kan?***
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan