Part 1

1
0
Deskripsi

"Alyn ...." Shaka mengangkat sedikit wajahnya menatap Alyn. "Kenapa lo tolak gue? Apa gue lakuin kesalahan sampe lo nggak maafin gue? Bilang aja, Lyn. Gue bakal lakuin apapun buat menebus kesalahan gue."

"Kamu terlalu baik buat aku, Shaka," ucap seorang gadis dengan rambut terurai indah itu. Setelah beberapa menit terdiam menatap sahabatnya itu.

Lelaki itu mengulurkan tangannya memberikan setangkai bunga mawar putih kesukaan gadis yang berada di depannya ini. Dia masih setia berlutut dengan senyuman manis yang mengembang di sana. Ini adalah hari yang lelaki itu tunggu-tunggu, sejak tiga tahun lalu.

"Gua baik karna lo, Alyn," balas lelaki dengan lutut yang mulai terasa sakit. "Gue nggak bisa terima, kalo itu alasan jadi lo."

Jujur, Alyn tidak ingin membuat Shaka malu jika dia menolaknya di sini. Apalagi mereka berada di tengah lapangan.

"Shaka," ujar Alyn pelan sembari menarik tangan Shaka agar bangkit berdiri. "Jangan berlutut begini, Ka."

"Alyn, lo suka mawar putih, kan? Kenapa lo nggak ambil bunga di tangan gue?" lanjut Shaka yang masih setia berlutut dengan satu kaki itu.

Alyn merendahkan tubuhnya setara dengan Shaka, lalu berbisik. "Shaka, kita pindah ke kelas. Nanti aku bakal jelasin perasaan aku ke kamu."

Lelaki itu menggeleng cepat, dia benar-benar tidak peduli, jika dia harus berlutut seharian hanya demi mengetahui perasaan gadis di depannya.

"Alyn, gue mohon kasi gue kejelasan," ujar Shaka. "Gue udah suka sama lo sejak kita SMP, Lyn. Lo bilang, lo cuma suka sama orang pintar, gue berubah demi lo. Lo mau gue balik ke ekskul basket sekolah juga gue turutin. Kenapa sekarang lo nggak mau jawab gue?"

"Kayanya kamu udah salah paham, Ka," ucap Alyn dengan suara lembutnya. "Bukan gitu maksud aku, Shaka."

"Terus apa maksud lo?" Lelaki itu mengernyit.

Gadis cantik itu kembali berbisik, "kita bicarain di kelas atau di rooftop aja ya, Ka."

"Alyn, plis jawab. Gue maunya sekarang dan di sini," balas Shaka dia tetap ngotot ingin dijawab di tengah lapangan itu.

"Shaka, plis. Kali ini ikutin kata aku dulu, ya. Aku nggak mau kamu--"

"Gue bakal berlutut terus, sampe lo jawab!"

Kalau sudah seperti ini Alyn tidak ada cara lain, selain menjawab dengan jujur. Walaupun ini di tengah lapangan.

"Shaka," ujar Alyn terhenti sebentar.

"Alyn, lo pasti suka juga, kan? Gue tau, lo nggak akan tolak gue. Apalagi ini di tengah lapangan."

Alyn menggeleng kecil. "Shaka, aku nggak ada perasaan apapun sama kamu dari dulu, Maaf, Ka. Apa yang aku lakuin itu semua murni karna kamu adalah sahabat aku."

Seketika Shaka terdiam tubuhnya melemas. Sungguh dia tidak menyakan akan berakhir seperti ini Shaka pikir, Alyn akan menerimanya ketika dia menyatakan perasaannya di tengah lapangan. Ternyata tidak, dia malah mendapatkan perlakukan memalukan seperti ini.

Alyn kembali menarik tangan Shaka agar kembali berdiri. "Shaka, berdiri dulu, Ka. Aku nggak enak, kalo kamu berlutut terus."

Shaka menunduk, dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang terjadi. Lelaki itu terdiam dan masih berlutut. Dalam diam lelaki itu menangis pelan.

"Alyn ...." Shaka mengangkat sedikit wajahnya menatap Alyn. "Kenapa lo tolak gue? Apa gue lakuin kesalahan sampe lo nggak maafin gue? Bilang aja, Lyn. Gue bakal lakuin apapun buat menebus kesalahan gue."

Seluruh pasang mata yang melihat kearahnya langsung menyoraki Alyn. Bahkan ada yang membuang kertas ke arahnya. Raut wajah benci terlihat begitu jelas dari seluruh murid yang melihat itu.

Alyn menggeleng kecil. "Nggak, Shaka. Aku yang salah, maaf, Ka. Kamu nggak salah sama sekali."

"Alyn, gue beneran sayang sama lo. Selama ini gue lakukan apapun buat lo, apa lo nggak ada perasaan apapun ke gue?"

"Shaka aku tahu, tapi aku nggak bisa. Kamu sahabat aku dan aku nggak bisa suka sama kamu, Ka," balas Alyn.

Hancur sudah penantian Shaka selama ini. Lelaki itu benar-benar berharap besar pada Alyn. Dia hanya menyukai Alyn sejak SMP. Namun, sekarang gadis cantik ini malah menolaknya mentah-mentah dengan alasan klasik.

Sebagian besar murid yang sebelumnya menonton mulai berhamburan beranjak pergi. Namun, ada beberapa yang masih setia menonton sepasang murid yang sangat di kenal dengan pasangan good looking dan jenius itu.

"Alyn!" teriak seseorang gadis berambut panjang dengan poni tebal dengan dua temannya di bagian kiri dan kanan itu. Gadis itu langsung menghampiri Alyn dan Shaka diikuti dengan dua temannya.

Sontak Alyn menolah. Dia benar-benar terkejut, ini adalah kali pertama dia di bentak hingga jantungnya berdetak begitu cepat.

"Shaka, berdiri! Gue nggak mau lo jadi bucin cewe sok cantik kaya dia," omel Velda seraya melempar tatapan tajam pada Alyn.

Velda langsung menarik tangan Shaka yang masih berlutut depan Alyn. Berbeda dengan Alyn yang hanya terdiam, dia masih terkejut dengan bentakan teman sebangkunya itu.

"Vel … kamu marah sama aku?" Alyn memegang tangan Velda. Namun langsung ditepis. "Ma-maaf, Velda."

Shaka pun bangkit berdiri dan menatap tajam Velda. "Ngapain lo bentak Alyn?!"

Velda menyugar rambutnya kasar dan mendecak kesal. "Shaka lo bener-bener bego! Lo berharap apa sama cewe sok cantik ini? Hah?!"

Alyn merapatkan mulutnya. Dia bingung dengan apa yang tengah terjadi ini. Kenapa Velda terlihat begitu marah? Benar-benar aneh.

"Sekarang kita pergi!" ajak Velda seraya menarik tangan Shaka. Lagi-lagi ditepis oleh lelaki itu. "Shaka!"

"Lo pergi sendiri gue mau ngomong sama Alyn dulu."

Velda sudah tidak bisa menahan amarahnya. "Shaka, lo mau ngapain lagi? Dia nggak suka sama lo. Lo nggak denger atau gimana, hah?!"

"Velda, aku minta maaf. Aku tolak Shaka bukan karna--" tanya ALyn yang terlihat polos dan tidak tahu apapun. Langsung dipotong oleh temannya yang sudah naik pitam itu.

"Gue udah capek terlalu lama simpan ini semua. Gue nggak pernah suka sama lo! Gue benci lo, gue terpaksa jadi teman sebangku lo!"

Sontak Alyn terdiam. "Ke-kenapa Vel--"

"Karna lo itu sok cantik dan sok baik kaya malaikat. Gue muak sama sikap polos lo itu! Gue jijik!"

"Velda! Lo ngomong apa? Hah?!" sahut Shaka mendengar amarah Velda teman kecilnya yang sudah meledak-ledak itu. "Mendingan lo diem!"

"Lo tanya gue ngomong apa? Gue itu udah capek temenan sama dia." Velda menunjuk pada Alyn. "Shaka, gue itu temen lo dari orok. Dari awal gue udah bilang, jangan suka sama cewe ini, tapi lo nggak dengerin gue!"

"Oke. Lo bisa jauhin gue sama Alyn," balas Shaka seraya memegang tangan Alyn membuat gadis itu tersentak. "Ini semua pilihan gue, Velda. Kalo lo nggak mau temanan sama Alyn, gue bisa jadi temannya."

Velda mendengus kesal. "Lo emang udah bener-bener bego, Shaka! Bisa-bisanya lo lebih pilih Alyn yang baru aja kenal tahun lalu? Lo jahat banget, Ka," sentak gadis berambut sebahu itu. Lalu Velda beranjak dari sana diikuti dengan dua temannya yang terus mengekornya itu.

Melihat raut wajah Velda itu membuat Alyn tidak enak. Dia benar-benar sudah membenci Alyn, rasanya seperti ada yang hancur.

"Alyn." Shaka memegang kedua bahu Alyn. "Kamu nggak usah dengerin Velda, dia cuma lagi marah aja. Nanti kalo udah tenang, dia pasti balik lagi, kok."

Alyn hanya mengangguk kecil. "Shaka, aku minta maaf."

***

Satu hari setelah kejadian itu, Alyn menjadi bahan gosip satu sekolah. Bahkan sampai seluruh angkatan tahu berita itu. Di tambah lagi dengan para penggemar Shaka.

Penggemar Shaka yang berharap Alyn bisa berpacaran dengan Shaka. Namun, mereka semua itu dihancurkan oleh kenyataan yang mengatakan, kalau Alyn tidak menyukai Shaka karena hanya di anggap sahabat.

Banyak yang mengatakan kalau Alyn adalah gadis tidak tahu diri. Padahal ada Shaka yang tampan dan pintar yang selalu di samping gadis itu. Namun, Alyn tidak menganggap keberadaan Shaka sama sekali.

Tidak ada yang tahu bagaiman kriteria pacar yang Alyn sukai, karena sebagian besar mereka memiliki wajah tampan dan otak pintar. 

Kini ketika Alyn sudah kelas sebelas, bisa-bisanya gadis itu menolak sahabatnya sendiri. Tentu saja banyak yang mulai menyukainya. Bahkan yang terang-terangan mengatakan kalau mereka membenci Alyn karena sifat yang tdaik tahu diri itu.

Alyn membasuh wajahnya yang mulai mengantuk karena semalaman tidak bisa tidur. Setelah selesai, tiba-tiba dia di kejutkan dengan dua gadis yang melangkah mendekatinya. 

"Hai, Fio," sapa Alyn pada gadis dengan rambut cepol dua itu. Kemudian beralih pada berambut sebahu itu. "Hai, Aura."

Fio melipat kedua tangannya depan dada, lalu mendorong Alyn begitu keras hingga pinggang belakangnya menabrak wastafel. Dia menarik rambut Alyn ke samping, lalu membenturkan ke tembok. 

"Akh ... sa-sakit, Fio," ringis Alyn.

"Dasar cewe murahan!"

Lalu Aura menangkup wajah kecil Alyn dengan kasar samping Alyn meringis kesakitan. "Jadi, ini yang katanya cewe sok kecantikan itu? Kaya gini dibilang cantik? Pada buta kali matanya!" seraya membuang wajah Alyn kesamping. 

"Kalian kenapa?" tanya Alyn menahan pipinya yang terasa nyeri. "Mana Velda?"

Fio dan Aura tertawa geli, bisa-bisanya mereka bertemu dan berteman dengan gadis polos ini, mungkin lebih tepatnya bodoh. 

Aura mendorong tubuh Alyn hingga menabrak tembok itu. Kemudian dia mengisyaratkan Fio untuk menutup dan mengunci pintu toilet wanita itu. 

"Gue rasa lo itu beneran tolol! Bisa-bisanya setelah lo sakitin sepupu gue itu, lo masih mau cari dia?! Bener-bener cewe gila." Aura menyugar rambutnya frustasi. "Velda itu udah suka sama Shaka dari kecil, bahkan dari SD. Tiba-tiba lo muncul dan rebut Shaka tanpa ada rasa bersalah? Kok bisa orang bilang lo baik kaya malaikat? Muak gue sama muka lo!"

"A-apa? Aura, kamu nggak boong, kan?" tanya Alyn. Dia benar-benar terkejut dan merasa bersalah. 

Aura meminta Fio untuk memegang tubuh Alyn. "Dari dulu gue emang mau tampar muka cantik lo yang dipuja-puja orang itu."

"Aura, plis ja-jangan." Alyn memohon.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Part. 2
1
0
Vona, woi! Lo mau mati, hah?! teriak seorang lelaki berlari menghampiri Alyn yang hanya menatapnya dengan polos. Woi, Devona! 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan