
Deskripsi
Boleh aku bertanya? Hal dasar yang selalu orang pertanyakan.
Hal kecil yang terbilang remeh, namun bisa menyentuh hati dan pikiran masing-masing orang
Apakah salah jika kita tidak termasuk dalam jajaran orang yang memiliki paras indah?
Apakah sebegitu hinanya menjadi orang yang terlebel ‘jelek’?
Apakah ada sistem hierarki tentang hal ini? Dimana yang memiliki paras rupawan akan selalu didahulukan dibanding yang tidak?
Apakah begitu beruntungnya mereka yang indah wajah dan juga tubuhnya?
Apakah aku...
Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Social Life
Selanjutnya
Que Sera Sera
2
0
When I was just a little girlI asked my mother, what will I beWill I be pretty, will I be richHere's what she said to me Que Sera, SeraWhatever will be, will beThe future's not ours, to seeQue Sera, SeraWhat will be, will be “Que Sera, Sera?” ucap anak perempuan itu “Ai, mau jadi apa ya?” lanjutnya dan berpikir lagi Anak perempuan itu berjalan di bawah teduhnya jembatan layang di tengah Ibukota. Peluhnya perlahan mengering karena udara segar yang bercampur asap kendaraan di jalanan yang mengapit jalan kecil yang dilalui anak itu. Kedua kakinya bersahabat dengan tanah yang sedikit panas hingga membuatnya sedikit berjinjit. Tangan kanannya setia memegang karung lusuh penuh robekan yang terisi beberapa wadah plastik. Anak perempuan itu terlihat senang, mendapatkan banyak plastik yang dirinya butuhkan. Senang akan cuaca yang seakan mendukungnya hari ini. Senang karena telah mendengar lagu kesukaannya di dekat bis karyawisata yang ada di terminal tadi. Aida namanya, anak perempuan manis pemilik lesung pipi di kedua sisinya. Rambut panjang semampai yang selalu diikatnya dengan karet gelang, terlihat indah dan sedikit berdebu. Pakaiannya selalu indah terpajang di tubuh kecilnya, dress cokelat batik melekat sempurna setiap saatnya. Kedua mata jernih dengan bola mata hitam pekat yang bisa terus menarik perhatian setiap orang yang melihatnya. Dirinya manis, sangat manis. Anak perempuan yang selalu menghiasi wajah mininya dengan senyuman manisnya. Dirinya adalah anugerah terindah yang diberikan tuhan di bumi ini.“Abim! Kamu udah dapet banyak belum?” teriaknya menghampiri seorang anak lelaki yang terlihat sebaya dengannya“Belum, Ai. Gimana dong? Nanti mamang itu marah,” jawabnya sendu“Aku udah dapet banyak, dong. Tapi, mau nyari lagi. Yuk, barengan,” ajak Aida yang langsung menarik lengan anak disampingnya“Jangan lewat sana! Tadi, aku liat banyak abang-abang preman,” ucapnya mulai berbisik“Serius? Yaudah, kesana aja deh.” Harus jadi orang baik. Itu yang selalu ditanamkan dalam diri Aida. Dirinya selalu yakin pasti hal-hal baik akan dibalas dengan hal-hal yang baik juga. Aida selalu harus menjadi baik. Harus selalu ramah, dan memperlukan orang dengan baik agar menjadi orang yang cantik. Itu yang selalu dibicarakan oleh Bundanya. Bukan! Bukan apa yang seperti kalian pikirkan! Bundanya yang juga menjaga anak-anak lain di panti yang dulu Aida tinggali. Itu dulu, hingga dirinya keluar secara diam-diam karena pengasuh berikutnya yang tidak kenal ampun untuk menghukum anak-anak panti di dalamnya. Aida tidak kuat, bagai neraka yang hadir di kehidupannya. “Kamu dari tadi nyanyi apa, Ai?”“Que sera sera!” jawabnya riang“Lagu apa?” si anak lelaki bertanya menyelidik karena lagu yang barusan dinyanyikan memiliki bahasa yang berbeda“Lagu? Ehm, gak tau sih, hehehe. Pokoknya aku suka.”“Emang kamu tau artinya?”“Tau!”“Apa?”“Que Sera, Sera. Whatever will be, will be. The future's not ours, to see. Que Sera, Sera. Artinya itu Que Sera, Sera. Apa yang terjadi terjadilah. Masa depan bukan milik kita, untuk dilihat. Que Sera, Sera. Gituuuuu!”“Que Sera Sera artinya apa?”“Hm? Gak tau,” ucapnya lesu “Ai, cuma sering denger itu jadinya inget.” Aida berucap lesu“Gak papa, hehehe. Tadi suara Ai bagus, kok,” ucapnya tersenyum dan memamerkan senyuman hangat untuk menyenangkan anak perempuan di sebelahnya“Makasih, hihihi.” Kedua anak sebaya itu berjalan menyusuri daerah terminal yang padat dan pengap. Suara bising bisa memekakan telinga siapa saja disana, tapi tidak dengan keduanya karena mereka sudah terbiasa. Berjalan pelan dan memasang waspada ke area yang bisa saja menyembunyikan apa yang mereka cari. Keduanya berbincang ringan dengan tawa yang juga menghiasinya. Aida sangat suka jika mencari wadah plastik bersama yang lain, tidak terlalu sepi baginya. Inilah kehidupan Aida, anak perempuan yang menurutnya tidak pernah diingankan oleh kedua orangtuanya. Tumbuh bersama di panti yang selalu mengajarinya untuk memaafkan kedua orangtuanya. Hingga sekarang, dirinya bertahan untuk tetap hidup. Mencari secercah harapan untuk masa depannya, oh tidak! Sebelum berbicara tentang masa depan, Aida harus memikirkan apa yang harus dirinya makan hari ini. Tenang saja, Aida tidak pernah iri dengan anak-anak yang bisa mendapatkan apa saja yang mereka mau. Yap, dia hanya tidak pernah menunjukkannya. Namun, hatinya selalu menjerit tentang hal itu. Kehidupannya amat sangat sederhana. Bangun di waktu subuh untuk menunggu truk petugas kebersihan dan mencari beberapa benda buangan yang menurutnya bisa ditukar dengan uang. Siang menjelang sore juga akan melakukan hal yang sama dengan menyusuri area kumuh Ibukota. Malamnya, Aida harus beristirahat di rumah kardus buatan di samping sungai yang telah menjadi area padat penduduk untuk mengembalikan energinya. “Aida kalau udah gede mau jadi apa?”“Jadi apa?”“Iya! Kemarin aku denger ada anak-anak yang ngomong tentang gedenya mau jadi apa,” Aida mulai memfokuskan pendengarannya pada si anak lelaki“Mereka emang mau jadi apa?” tanya Aida menelisik“Macem-macem. Ada yang mau jadi dokter, guru, terus yang terbang keluar bumi gitu. Keren banget mereka,” si anak lelaki bercerita dengan semangat menggebu-gebunya yang membuat Aida tertarik dengan hal itu“Kalau Aida mau jadi orang yang punya banyak uang, deh!”“Waaah, sama! Aku juga!” Mereka saling memberikan senyum menyemangati“Makanya, kita harus rajin kerja. Aqua nya harus dapet banyak, Ai,” lanjut si anak lelaki“Iya! Nanti kalau kita udah punya banyak uang, gak boleh pelit yaa. Harus bagi-bagi, sama mamang yang jagain Aqua juga harus dibagi.”“Ih, gak mau. Mamang kan galak ke kita,” tolaknya“Gak boleh gitu! Kita harus baik ke semua orang tau,” Aida mulai memasang wajah kesal nan lucu miliknya“Iyaa deh iyaaa, nanti kita bagi ke siapa lagi, ya?”“Ke om-om tukang sampah harus juga! Soalnya mereka baik,” pinta Aida dengan binar di matanya“Ih Aida pinter! Oke, habis tuker Aqua langsung bikin catatan yaa siapa aja yang bakalan kita kasih uang, gimana?” tanya si anak lelaki riang“Ayo! Biar nanti pas udah punya uang banyak gak bingung deh mau ngasih ke siapa aja, ayo buruan!” Semesta tersenyum melihat tingkah lugu mereka. Mari biarkan semesta menentukan apakah keingian Aida dan temannya akan tercapai atau tidak. Aida ingin membuktikan Que Sera Sera yang sebenarnya. Mulai dari sini, Aida akan terus memiliki impian yang tinggi. Tidak apa jatuh, toh akan jatuh di atas bintang-bintang. Walaupun Aida tidak bisa meraih apa yang dirinya inginkan, setidaknya Aida sudah merasakan kesenangan dalam membayangkannya. Tuhan terlalu baik karena telah menciptakan manusia seindah Aida. When I was young, I fell in loveI asked my sweetheart what lies aheadWill we have rainbows, day after dayHere's what my sweetheart said Que Sera, SeraWhatever will be, will beThe future's not ours, to seeQue Sera, SeraWhat will be, will be
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan